• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Jumlah Daun

M0 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9

Berdasarkan hasil pengukuran yang disajikan pada grafik di atas dapat dilihat bahwa perlakuan M8 menghasilkan rataan diameter tanaman tertinggi (0,323 cm), sedangkan rataan diameter tanaman terendah dari perlakuan M0 dan M4 (0,13 cm).

3. Jumlah Daun

Hasil analisis sidik ragam antara terlihat bahwa pemberian bahan penahan air (Lampiran 3), memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Berikut rataan pertumbuhan jumlah daun disajikan pada gambar 3

Berdasarkan hasil pengukuran yang disajikan pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan M8 menghasilkan rataan pertumbuhan jumlah daun tertinggi (8,33), sedangkan rataan pertumbuhan jumlah daun terendah dari perlakuan M4 (2,66). 4.Kemampuan Tanaman Bertahan Hidup

Hasil analisis ragam menunjukka n bahwa pemberian bahan penahan airberpengaruh nyata terhadap kemampuan tanaman bertahan hidup. Data kemampuan tanaman untuk dapat bertahan hidup disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel Kemampuan Tanaman Bertahan Hidup sampai Hari ke –

Perlakuan Ulangan Minggu ke -

2 4 6 8 10 12 M0 1 2 Hari ke-43 3 Hari ke-25 M1 1 Hari ke-40 2 3 Hari ke-40 M2 1 2 Hari ke-42 3 M3 1 Hari ke-29 2 3 Hari ke-52 M4 1 Hari ke-21 2 Hari ke-20 3 M5 1 Hari ke-50 2 3 M6 1 2 3 Hari ke-48 M7 1 Hari ke-59 2 3 Hari ke-75 M8 1 2 3 M9 1 2 3

Pada tabel di atas menunjukkan kemampuan tanaman untuk dapat bertahan hidup berbeda untuk setiap perlakuan. Tanaman sukun dengan perlakuan M8 dan M9

merupakan tanaman yang mampu terus bertahan hidup sampai dengan hari terakhir pengamatan. Sementara itu tanaman yang empunyai tingkat ketahanan hidupnya yang terendah adalah tanman dengan perlakuan... Pada Gambar berikut ini dapat dilihat grafik rerata kemampuan tanaman untuk dapat bertahan hidup.

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa pada perlakuan M0 dan M5

mampu bertahan hidup sampai dengan hari yang sama pada 3 tanaman. Sementara terdapat juga beberapa tanaman pada M0, M1, M2, M5 dan M6 yang mempunyai rerata hari bertahan hidup yang hampir bersamaan. Sedangkan pada perlakuan M8 dan M9semua tanaman mampu bertahan hidup sampai hari terakhir pengamatan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa pemberian berbagai jenis bahan penahan air berpengaruh nyata terhadap tinggi, diameter dan pertumbuhan jumlah daun tanaman. Perlakuan tanpa adanya penyiraman tentunya mempengaruhi pertumbuhan bibit sukun. Kemampuan tiap bahan tersebut dalam menahan air tentunya berbeda-beda. Hal ini terlihat dari lamanya tanaman dapat bertahan hidup dan kondisi fisik bibit sukun.

Tanaman yang kekurangan air mengakibatkan tingkat persentase kematian yang tinggi. secara umum tanaman akan menunjukkan respon tertentu bila mengalami cekaman kekeringan. Respon tanaman terhadap stres air sangat ditentukan oleh tingkat stres yang dialami dan fase pertumbuhan tanaman saat mengalami cekaman. Sesuai dengan pernyataan Haryati (2000), stres air pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal yaitu (1) kekurangan suplai air di daerah perakaran dan (2) permukaan air yang berlebihan oleh daun. Stres air (kekeringan) menghambat pertumbuhan tanaman dan juga sudah diketahui bahwa potensial air dalam pembuluh xilem berbagai jenis tanaman bernilai negatif selama sebagain besar masa hidup tanaman.

Pada penelitian ini, bibit sukun yang hidup semua tanpa adanya penyiraman sampai dengan 12 minggu penelitian terlihat pada perlakuan M8 (pupuk kandang) dan perlakuan M9 (kompos). Pada minggu ke-12, bibit sukun yang mendapat perlakuan pemberian M8 (pupuk kandang) dan M9 (kompos) ini masih tumbuh segar dan daunnya masih tampak hijau.. Hal ini dikarenakan kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai campuran media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain mengandung unsur hara, pupuk kandang juga membantu dalam penyimpanan air, terutama pada saat musim

kemarau. Pupuk kandang juga memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman (Bawolye, 2006).

Menurut Soepardi (1983) humus (bahan organik) akan menjerap dari lingkungan jenuh air sejumlah air ekuivalen dengan 80 hingga 90% dari bobotnya. Dosis bahan organik sebanyak 1500g yang diberikan mampu menjerap air sebanyak 1200-1350 g air. Menurut Irawan (2007) hydrogel mampu menyerap air sebanyak 100 kali berat hydrogel itu sendiri. Dari literatur tersebut dapat diketahui bahwa bahan

hydrogel menyerap lebih banyak air dibandingkan bahan organik yang diberikan.

Walaupun kemampuan menyerap air hydrogel lebih besar dibandingkan bahan organik, tetapi kemampuan hydrogel untuk melepaskan air lebih besar dibandingkan bahan organik. Air yang tersimpan di dalam bahan organik masih lebih banyak daripada air yang tersimpan dalam hydrogel sampai dengan 12 minggu penelitian. Oleh karena itu sampai dengan 12 minggu penelitian, bibit sukun yang diberi perlakuan bahan organik (kompos dan pupuk kandang) masih hidup semua karena air yang tersimpan di dalam bahan tersebut masih mampu mencukupi kebutuhan bibit untuk pertumbuhannya. Bibit sukun yang diberi perlakuan hydrogel (aquasorb dan

crystal soil ) ada beberapa yang mati, hal ini diakibatkan karena ketersedian air di

dalam bahan tersebut tidak mencukupi lagi untuk pertumbuhan bibit sukun.

Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah, antara lain kemantapan agregat, bobot volume, total ruang pori, plastisitas dan daya pegang air. Sehingga, walaupun bibit sukun tersebut tidak disiram dalam jangka waktu tertentu, bibit sukun tersebut masih mampu mempertahankan hidup. Bibit sukun yang mendapat perlakuan M9 (kompos) juga masih hidup semua serta tumbuh segar sampai minggu ke 12 tanpa adanya

penyiraman. Kompos itu ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Menurut penelitian Syakhrul (2007), bahwa pemberian bahan organik menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman. Hal ini disebabkan dengan adanya pemberian bahan organik tersebut secara langsung, bahan organik tersebut akan menjadi sumber energi unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman meskipun dalam jumlah sedikit. Secara fisik bahan organik tersebut berperan dalam memperbaiki struktur tanah menjadi remah sehingga akan lebih mudah ditembus perakaran tanaman, meningkatkan daya menahan air dan unsur hara dalam tanah tersedia bagi pertumbuhan tanaman (Engelsrad 1997 dalam Syakhrul 2007).

Bibit sukun yang mendapat perlakuan M1 (sabut kelapa) Bibit yang bertahan hidup sampai minggu ke 12 hanya 2 bibit. Menurut penelitian penggunaan cocopot sebagai media tanam sangat baik diaplikasikan pada tanah gersang atau lahan kritis. Lahan kritis seperti bekas galian tambang sangat cocok ditanami cocopot. Sifat

cocopot yang biodegrable (mudah mengurai) akan membantu keseburan tanah,

menambah unsur hara, sehingga penggunaannya akan menumbuhkan tumbuhan baru di area yang ditanami cocopot (Mashuri, 2009). Tetapi penelitian ini penggunaan sabut kelapa tidak dapat mempertahankan keberlangsungan hidup bibit sukun (Artocarpus communis Forst) selama 12 minggu tanpa adanya penyiraman. Hal ini diduga disebabkan karena dosis pemberian bahan-bahan tersebut dinilai masih kurang banyak sebagai cadangan air pada bibit sukun selama 12 minggu tanpa adanya penyiraman.

Keadaan tanaman yang stress air menyebabkan bibit sukun tersebut tidak mampu untuk bertahan hidup, dikarenakan air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Selain dalam proses transpirasi dan fotosintesis, air juga berperan dalam penyerapan unsur hara yang diperlukan tanaman. Tanaman juga membutuhkan air dan sinar matahari untuk dapat melangsungkan daur hidupnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air. Kebutuhan air oleh suatu tanaman umumnya selalu berbeda-beda, oleh karena itu banyak sedikitnya air yang diberikan dalam penyiraman sangat mempengaruhi kondisi dari pertumbuhan tanaman itu sendiri (Daniel et al., 1994).

Dokumen terkait