HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.3. Jumlah Eritrosit
IV.3. Jumlah Eritrosit
Pengaruh pemberian Pb dengan berbagai dosis terhadap jumlah eritrosit
ditunjukkan pada Gambar 9. Dari hasil pemberian Pb dengan berbagai dosis yang
sebelumnya diproteksi dengan asam askorbat 400 mg/kgBB, diperoleh data jumlah
eritrosit sebagaimana terlihat pada Gambar 10.
Dari Gambar 10 terlihat bahwa pada kelompok I, pemberian Pb dengan dosis 20
mg/kgBB secara intraperitoneal menyebabkan terjadinya peningkatan hemolisis
eritrosit yang ditunjukkan dengan jumlah eritrosit yang lebih rendah dari kontrol
yakni 5.37 x 106/mm3 banding 6.22 x 106/mm3. Dengan pemberian asam askorbat
400 mg/kgBB kelihatannya tidak mampu mencegah terjadinya hemolisis akibat
paparan Pb dengan dosis tersebut yang ditunjukkan dengan jumlah eritrosit yang
lebih rendah dibandingkan kelompok yang hanya mendapat Pb yakni 4.72 x 106/mm3
banding.5.37 x 106/mm3. Peningkatan hemolisis yang terjadi pada kelompok yang
mendapat proteksi dengan asam askorbat dibandingkan kelompok yang hanya
mendapat Pb ternyata tidak berbeda bermakna (p>0.05), dengan demikian dapat
mencegah terjadinya hemolisis akibat paparan Pb pada kelompok ini. 6.22 5.37 5.44 4.14 6.12 4.72 5.24 5.85 7.92 0 2 4 6 8 10 J u m la h e ri tr o s it x 1 0 6 /m m 3 K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 Kelompok Perlakuan
Gambar 9. Sebaran rerata jumlah eritrosit pada kelompok kontrol dan perlakuan
Pada kelompok II, pemberian Pb dengan dosis 40 mg/kgBB secara intraperitoneal
juga menyebabkan terjadinya hemolisis yang ditunjukkan dengan jumlah eritrosit
yang lebih rendah dari kontrol yakni 5.41 x 106/mm3 banding 6.22 x 106/mm3.
Pemberian asam askorbat 400 mg/kgBB pada kelompok ini juga belum mampu
mengurangi hemolisis yang terjadi akibat paparan Pb dengan dosis tersebut yang
ditunjukkan dengan jumlah eritrosit yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang
hanya mendapat Pb yakni 5.23 x 106/mm3 banding 5.41 x 106/mm3, namun kedua
kelompok tidak berbeda bermakna (p>0.05) Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
asam askorbat dengan dosis tersebut pada kelompok ini juga tidak dapat mencegah
Pada kelompok III, pemberian Pb dengan dosis 80 mg/kgBB secara intraperitoneal
menyebabkan terjadinya hemolisis yang ditunjukkan dengan jumlah eritrosit yang
lebih rendah dari kontrol yakni 4.14 x 106/mm3 banding 6.22 x 106/mm3. Pemberian
asam askorbat 400 mg/kgBB terlihat mampu mencegah hemolisis yang terjadi akibat
paparan Pb dengan dosis yang sama yang ditunjukkan dengan jumlah eritrosit yang
lebih tinggi dibandingkan kelompok yang hanya mendapat Pb yakni 5.85 x 106/mm3
banding 4.14 x 106/mm3. Peningkatan jumlah eritrosit pada kelompok yang mendapat
proteksi dengan asam askorbat dibandingkan dengan kontrol dan kelompok yang
hanya mendapat Pb tidak berbeda bermakna (p>0.05). Data ini menunjukkan bahwa
proteksi asam askorbat terhadap jumlah eritrosit akibat paparan Pb pada kelompok ini
tidak efektif. P=0.13 6.22 5.37 4.72 6.22 5.415.24 6.22 4.14 5.85 6.226.12 7.92 0 2 4 6 8 J u m la h e ri tr o s it x 1 0 6 /m m 3 I II III IV Kelompok Perlakuan Kontrol Pb AA +Pb P=0.25 P=0.38 P=0.1
Gambar 10. Perbandingan rerata jumlah eritrosit antara kelompok kontrol dan perlakuan
Pada kelompok IV sama halnya dengan ketiga kelompok sebelumnya, pemberian
Pb dengan dosis 160 mg/kgBB secara intraperitoneal juga menyebabkan terjadinya
hemolisis yang ditunjukkan dengan jumlah eritrosit yang sedikit lebih rendah dari
kontrol yakni 6.12 x 106/mm3 banding 6.22 x 106/mm3. Pada kelompok ini sama
halnya dengan kelompok Pb 80 mg/kgBB, pemberian asam askorbat 400 mg/kgBB
terlihat mampu mencegah hemolisis yang terjadi akibat paparan Pb dengan dosis
yang sama yang ditunjukkan dengan jumlah eritrosit yang lebih tinggi dibandingkan
kelompok yang hanya mendapat Pb yakni 7.92 x 106/mm3 banding 6.12 x 106/mm3.
Peningkatan jumlah eritrosit ini ternyata tidak berbeda bermakna (p>0.05) Hasil ini
menunjukkan bahwa proteksi asam askorbat terhadap penghancuran eritrosit akibat
paparan Pb pada kelompok ini juga tidak efektif.
Adanya penurunan jumlah eritrosit akibat paparan Pb terkait dengan 99 % Pb yang
diabsorbsi terikat kuat dengan eritrosit. Pb memiliki efek ketidakstabilan membran
sel yang menyebabkan peningkatan laju hemolisis eritrosit. Hemolisis timbul sebagai
hasil akhir dari peroksidasi lipid pada membran eritrosit yang terkait dengan
ROS.(Lawton dan Donaldson, 1991), dan sering ditandai dengan adanya hipokromik
atau normokromik anemia ( Gurer dan Ercal, 2000). Hal yang menarik adalah bila
dibandingkan gambaran mikroskopis ini pada kelompok yang diberi Pb dengan
kelompok yang diberi asama askorbat dan Pb, terlihat pada Gambar 11, yang
menunjukkan adanya perbedaan bentuk eritrosit pada kelompok kontrol, kelompok
yang hanya dipapar Pb 80 mg/kgBB dan kelompok yang mendapat Pb 80 mg/kgBB
kontrol (Gambar 11a) terlihat masih banyak bentuk eritrosit yang utuh (cakram)
dibandingkan dengan kelompok yang dipapar Pb (Gambar 11b) dan kelompok yang
mendapat asam askorbat 400 mg/kgBB (Gambar 11c). Hal ini terkait selain terjadinya
peroksidasi membran, paparan Pb juga menimbulkan terjadinya oksidasi hemoglobin
yang dapat menyebabkan hemolisis eritrosit.
(a) (b) (c)
Gambar 11. Bentuk eritrosit dari beberapa mencit kelompok perlakuan. (a) Bentuk eritrosit dari kelompok kontrol, (b) bentuk dari eritrosit dari kelompok yang dipapar Pb 80 mg/kgBB, (c) bentuk eritrosit dari kelompok yang mendapat asam askorbat 400 mg/kgBB dan Pb 80 mg/kgBB. ( = perbedaan bentuk eritrosit )
Efek Pb juga mengganggu aktifitas enzim pirimidine-5’-nukleotidase, sehingga
kadar pirimidin nukleotida rendah didalam darah dan mengakibatkan terganggunya
kerja dari enzim G6PD dan penghambatan terhadap Pentosa Phosphate Shunt
(Lachant et al, 2008). Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa asam
(Gajawat et al, 2006; Patra, 2001). Pada penelitian lain yang dilakukan pada hewan
coba didapati bahwa efek toksik dari Pb pada saat pembentukan heme diperbaiki oleh
pemberian asam askorbat dosis 100 mg/kgBB (Vij, 1998). Bagaimanapun juga hanya
asam askorbat yang efektif untuk membalikkan penghambatan terhadap kadar enzim
-ALAD darah, yang mengindikasikan secara signifikan efek antioksidan yang sangat
baik.(Patrick, 2006).
Efek asam askorbat pada paparan Pb sudah dijelaskan oleh banyak
penelitian sebelumnya bahwa asam askorbat menurunkan absorpsi dari Pb di saluran
cerna melalui penghambatan ion Fe2+ menjadi Fe3+ di duodenum yang akan
meningkatkan kemampuan ion Fe berkompetisi dengan Pb.(Suzuki dan Yoshida,
1979). Penelitian dari 75 laki-laki yang merokok yang diberi 1000 mg asam askorbat
setiap hari selama 30 hari menunjukkan penurunan kadar Pb darah dari 1.8 g/dL
menjadi 0.4 g/dL. Namun kadar Pb di dalam urin tidak mengalami perubahan
sehingga diyakini bahwa asam askorbat menghambat penyerapan Pb di saluran
cerna.(Dawson et al, 1999). Hal tersebut tidak terjadi di dalam penelitian ini sehingga
efek asam askorbat tidak signifikan memproteksi eritrosit terhadap peroksidasi lipid
akibat paparan Pb. Kenyataan ini juga ditunjukkan dengan tidak adanya korelasi
BAB V