• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kecukupan gizi diukur dengan melihat jumlah tingkat kecukupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak dengan rumus:

TK= K

KC 𝑥 100%

Keterangan:

TK =Tingkat kecukupan

K =Asupan zat gizi yang dikonsumsi

KC =Angka kecukupan gizi yang dianjurkan

32

Jumlah makanan diukur dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM), dengan dikatagorikan atas (WNPG, 2004):

a) Baik (80 – 110% AKG) b) Lebih (>110%AKG) c) Kurang (< 80% AKG) 3. Frekuensi makan

Frekuensi makan diukur dengan melihat Form Food Frequency Questionnaires, dengan kategori (Junaz, 2015):

a) Selalu : 1-3 kali/sehari b) Sering: 2-4 kali/seminggu c) Jarang : 1-2 kali/bulan d) Tidak pernah

Aktivitas Fisik. Aktivitas fisik dihitung dengan menggunakan tingkat aktivitas fisik (physical activity level), dengan rumus:

PAL =( Par x alokasi waktu aktivitas) 24 jam

Keterangan :

PAL :Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PAR :Physical akctivity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis kegiatan persatuan waktu)

Data aktivitas fisik diperoleh setelah melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner dan kemudian dikategorikan sebagai berikut:

1. Kurang aktif (ringan) jika PAL < 1,70.

2. Aktif (sedang dan berat) jika PAL ≥ 1,70.

Status Gizi. Status gizi diukur menggunakan metode antropometri berdasarkan IMT yang diperoleh dari perbandingan berat badan dengan tinggi badan. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan berat badan dan tinggi badan diukur dengan microtoice. Setelah data berat badan dan tinggi badan diperoleh, maka IMT masing- masing pedagang dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

IMT= 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)𝑥 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

Kemudian hasil IMT dikategorikan menjadi:

1. Kurus (IMT 17,0 - 18,4) 2. Normal (IMT 18,5 - 25,0)

3. Berat badan lebih (IMT 25,1 - 27,0) 4. Obesitas (IMT >27,0)

Metode Analisis Data

Pengolahan data. Data yang telah terkumpul kemudian diolah (editing, coding, entry, dan cleaning data).

1. Pemeriksaan data (editing), yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahanan jawaban pada kuesioner. Apabila terdapat data yang kurang lengkap maka akan dilengkapi kembali oleh responden.

2. Pemberian kode (coding), yaitu memberikan kode-kode (khususnya yang berbentuk angka/bilangan) untuk memudahkan proses pengolahan data.

34

3. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan computer apabila data sudah benar dan telah melewati editing dan coding.

4. Cleaning, yaitu membersihkan data dari kesalahan apabila ada dengan melihat missing data, variasi data dan konsistensi data.

Analisis data. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase. Adapun analisis data yang disajikan sebagai berikut adalah:

1. Analisis Univariat

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis univariat dimaksudkan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi variabel dependen yaitu status gizi pedagang beserta variabel independennya antara lain pola makan dan aktivitas fisik

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel dependen dan independen dalam bentuk tabulasi silang (crosstab) dengan menggunakan program komputer dengan uji Chi-Square. Untuk mengetahui signifikansi (derajat kemaknaan) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen ditentukan dengan nilai (α) = 0,05. Apabila nilai p < 0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan dependen.

Pasar Raya Medan Mega Trade Center didirikan pada tanggal 7 Oktober 2016 dibawah pengelolahan PT. Deli Metropolitan dan diresmikan pada tanggal 15 Oktober 2017. Kawasan Pasar Raya Medan Mega Trade Center terletak di komplek Medan Mega Trade Center Dusun VII Jalan Williem Iskandar, Desa Medan Estate, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Pasar Raya Medan Mega Trade Center merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola tawar menawar, pembayaran secara tunai, bangunan yang terdiri dari kios-kios dan grosir. Umumnya menjual kebutuhan sehari-hari seperti buah-buahan, sayuran-sayuran, bumbu, ikan, sembako, pakaian, kuliner dan lain-lain.

Untuk kelancaran administrasi pasar ini dipimpin oleh seorang kepala pasar dibantu oleh staff dan beberapa petugas seperti koordinator pedagang, koordinator kebersihan dan keamanan pasar. Di pasar ini tersedia sarana dan prasarana yang cukup memadai, di antaranya kios-kios untuk pedagang, parkir, toilet, masjid, kantor pemasaran, dan pos keamanan. Di pasar ini juga terdapat penjual berbagai macam makanan dan minuman. Makanan yang tersedia sebagian besar di antaranya adalah nasi, lauk pauk diolah dengan cara digulai maupun digoreng serta sayuran, dan sebagian besar makanan yang mengandung kalori atau pun lemak yang tinggi, seperti lontong, mie ayam, mie sop, soto ayam dan juga berbagai jenis gorengan.

36

Gambaran Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi usia dan jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pedagang berusia pada rentang 31-40 tahun yaitu sebanyak 42 orang (43,8%) dan berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 71 orang (74,0%). Karakteristik pedagang selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5

Distribusi Karakteristik pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan Karakteristik Pedagang Jumlah (orang) Persen (%) Usia

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 96 pedagang mayoritas pedagang memiliki pola makan tidak baik yakni sebanyak 73 orang (76,0%). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6

Distribusi Pola Makan pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan

Pola Makan n %

Pola makan makan ditentukan berdasarkan jenis makanan, jumlah

makanan berdasarkan kecukupan energi, karbohidrat, protein dan lemak, serta frekuensi makanan.

Jenis Makanan. Berdasarkan hasil penelitian bedasarkan jenis makanan, diketahui dari 96 pedagang yang diamati mayoritas jenis makanan yang dikonsumsi pedagang tergolong tidak beragam yakni sebanyak 52 responden (54,2%). Jenis makanan yang tidak beragam jika salah satu makanannya tidak dikonsumsi. Jenis makanan dalam sehari, yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7

Distribusi Jenis Makanan pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan

Jenis Makanan n %

Jumlah makanan. Pola makan berdasarkan jumlah makanan yang dikonsumsi pedagang berdasarkan penelitian dapat dilihat dari kecukupan energi, protein, karbohidrat, dan lemak. Distribusi asupan energi pada pedagang di Pasar Raya MMTC Medan dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.

Tabel 8

38

pedagang, diketahui bahwa mayoritas tingkat kecukupan energi makanan yang dikonsumsi pedagang tergolong lebih yakni sebanyak 44 responden (45,8%).

Tabel 9

Distribusi Tingkat Kecukupan Energi dengan Status Gizi pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan

Berdasarkan tabulasi silang antara kecukupan energi dengan status gizi pada pedagang di Pasar Raya MMTC Medan mayoritas pedagang sebanyak 44 pedagang memiliki kecukupan energi lebih denngan kategori status gizi berat badan lebih dan obesitas dengan persentase sebesar 97,7%. Pada 41 pedagang yang memiliki kecukupan energi baik, diantaranya memiliki kategori status gizi normal dengan persentase sebesar 56,1%. Sedangkan pada 11 pedagang lainnya yang memiliki kecukupan energi kurang diantaranya memiliki kategori status gizi kurus dengan persentase sebesar 90,9%.

Tabel 10

Distribusi Tingkat Kecukupan Protein pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan

pedagang dapat dilihat bahwa tingkat protein pada makanan yang dikonsumsi pedagang tergolong baik yakni sebanyak 58 responden (60,4%).

Tabel 11

Distribusi Tingkat Kecukupan Protein dengan Status Gizi pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan

Berdasarkan tabulasi silang antara kecukupan protein dengan status gizi pada pedagang di Pasar Raya MMTC Medan, mayoritas pedagang yakni sebanyak 58 pedagang memiliki kecukupan protein baik, dimana diantaranya memiliki kategori status gizi lebih dan obesitas dengan persentase sebesar 67,2%. Pada 35 pedagang yang memiliki kecukupan protein kurang, diantaranya memiliki kategori status gizi berat badan lebih dengan persentase sebesar 51,4%.

Sedangkan pada 3 pedagang lainnya yang memiliki kecukupan protein lebih diantaranya memiliki kategori status gizi obesitas dengan persentase sebesar 100%.

40

Tabel 12

Distribusi Tingkat Kecukupan Karbohidrat pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan

Kecukupan Karbohidrat n %

Kurang

Pada tabel 12 terlihat hasil analisis tingkat kecukupan karbohidrat pada makanan pedagang, diketahui dari 96 pedagang yang diamati mayoritas tingkat karbohidrat pada makanan yang dikonsumsi pedagang dengan kategori lebih yakni sebanyak 45 responden (46,8%).

Tabel 13

Distrbusi Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan Status Gizi pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan

Berdasarkan tabulasi silang antara kecukupan karbohidrat dengan status gizi pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan, bahwa dari 96 pedagang yang diamati, mayoritas pedagang yakni sebanyak 45 pedagang memiliki kecukupan karbohidrat lebih, diantaranya mayoritas memiliki kategori status gizi berat badan lebih dan obesitas dengan persentase sebesar 93,3%. Pada 40 pedagang yang memiliki kecukupan karbohidrat baik, diantaranya memiliki kategori status gizi normal dengan persentase sebesar 52,5%. Sedangkan pada 11 pedagang lainnya Kecukupan

yang memiliki kecukupan karbohidrat kurang diantaranya memiliki kategori status gizi kurus dengan persentase sebesar 90,9%.

Tabel 14 pedagang dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat kecukupan lemak pada makanan yang dikonsumsi pedagang tergolong lebih yakni sebanyak 46 responden (47,9%).

Tabel 15

Distribusi Tingkat Kecukupan Lemak dengan Status Gizi pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan

Berdasarkan tabulasi silang antara kecukupan lemak dengan status gizi pada pedagang di Pasar Raya MMTC Medan, bahwa dari 96 pedagang yang diamati, mayoritas pedagang yakni sebanyak 46 pedagang memiliki kecukupan lemak lebih, dimana diantaranya memiliki kategori status gizi berat badan lebih dan obesitas dengan persentase sebesar 95,7%. Pada 40 pedagang yang memiliki kecukupan lemak baik, diantaranya memiliki kategori status gizi normal dengan

Kecukupan

42

persentase sebesar 55,0%. Sedangkan pada 10 pedagang lainnya yang memiliki kecukupan lemak kurang diantaranya memiliki kategori status gizi kurus dengan persentase sebesar 90,0%.

Frekuensi makan. Berdasarkan frekuensi makanan pedagang dalam penelitian yang dilakukan pada jenis makanan pokok yang sering dikonsumsi pedagang yaitu nasi frekuensi 1-3 kali perhari yaitu sebesar 100%.

Jenis lauk hewani yang sering dikonsumsi pedagang yaitu telur dan ayam adalah yang sering dikonsumsi pedagang dengan frekuensi 2-4 kali seminggu sebesar 76,1% 97,9%, sedangkan pada lauk nabati seperti tahu dan tempe dengan frekuensi 2-4 kali seminggu sebesar 86,4% dan 83,4%.

Umumnya sayuran yang sering dikonsumsi pedagang adalah sayur bayam, kangkung, daun singkong, kol, brokoli, kacang panjang. Dari tingkat keseringan pedagang mengkonsumsi sayuran dapat dilihat bahwa sayur kangkung dan daun ubi adalah sayur yang sering dikonsumsi pedagang dengan frekuensi 2-4 kali seminggu yaitu sebesar 87,5% dan 86,4%. Buah-buahan yang sering dikonsumsi pedagang yaitu pisang, papaya, jeruk. Buah yang paling sering dikonsumsi pedagang yaitu jeruk dengan frekuensi 2-4 kali seminggu sebesar 43,7%.

Minuman yang paling sering dikonsumsi para pedagang adalah teh manis dengan frekuensi 1-3 kali sehari yaitu dengan persentase 64,6%. Jajanan yang paling sering dikonsumsi para pedagang adalah gorengan dengan frekuensi 1-3 kali sehari yaitu dengan presentase masing-masing sebesar 50%. Distribusi frekuensi makanan dapat dilihat pada tabel 16 berikut.

Tabel 16

Distribusi Frekuensi Makan Pedagang Berdasarkan Makanan Pokok, Lauk Hewani, Lauk Nabati, Sayuran, Buah dan Lain-Lainnya

Frekuensi Makan

Makanan Tidak Pernah 1-3 kali

Sehari

44

Aktivitas Fisik Responden

Aktivitas fisik dikategorikan menjadi dua yaitu kurang aktif (aktivitas ringan) dan aktivitas aktif (aktivitas sedang dan berat). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 96 pedagang yang diamati diketahui mayoritas pedagang memiliki aktivitas fisik yang tergolong sedang yakni sebanyak responden 45 responden (46,9%). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini.

Tabel 17

Distribusi Tingkat Aktivitas Fisik pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan

Aktivitas Fisik n %

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik pada pedagang adalah mayoritas berada dalam kategori aktif (aktivitas sedang dan berat), yakni sebanyak 65 responden (67,7%). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini.

Tabel 18

Distribusi Aktivitas Fisik pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan

Aktivitas Fisik n %

Kurang Aktif 31 32,3

Aktif 65 67,7

Total 96 100,0

Tabel 19

Distribusi Jenis Pedagang dengan Aktivitas Fisik pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan

Berdasarkan tabulasi silang antara jenis pedagang dengan aktivitas fisik pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan, bahwa dari 96 pedagang yang diamati, mayoritas pedagang dengan kategori aktivitas ringan adalah pedagang sayur, buah, dan pakaian dengan pesrsentase masing-masing adalah 34,6%, 42,1%, dan 42,8%. Pedagang dengan aktivitas sedang adalah jenis pedagang sayur, buah, dan pakaian persentase masing-masing 57,7%, 57,9%, dan 52,4%.

Sedangkan pedagang dengan kategori aktivitas berat umumnya adalah pedagang sembako, dari 10 pedagang sembako yang diteliti seluruhnya termasuk dalam kategori aktivitas berat.

Status Gizi Responden

Berdasarkan analisis pengukuran IMT responden, dari 96 pedagang yang diamati diketahui mayoritas pedagang memiliki status gizi dengan kategori berat badan lebih, yakni sebanyak 31 responden (32,3%). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini.

Jenis

46

Tabel 20

Distribusi Status Gizi pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan

Status Gizi Pedagang n %

Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Pedagang

Hubungan variabel pola makan dengan status gizi pada pedagang di Pasar Raya MMTC Medan dapat dilihat dengan menggunakan uji analisis statistik Chi Square. Hasil uji hubungan pola makan dengan status gizi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 21

Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan

Berdasarkan tabulasi silang antara pola makan dengan status gizi pada pedagang di Pasar Raya MMTC Medan, bahwa dari 96 pedagang yang diamati, terdapat 73 pedagang yang memiliki pola makan yang tidak baik dengan mayoritas diantaranya memiliki kategori status gizi berat badan lebih dan obesitas dengan persentase sebesar 75,3%. Sedangkan pada 23 pedagang lainnya yang memiliki pola makan baik, mayoritas memiliki status gizi normal dengan Pola

persentase 73,9%. Selanjutnya, pada hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p sebesar 0,000 (p<α), hal ini bermakna bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel faktor pola makan dengan status gizi pada pedagang di Pasar Raya MMTC Medan.

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Pedagang

Hubungan variabel faktor aktivitas fisik dengan status gizi pada pedagang di Pasar Raya MMTC Medan dapat dilihat dengan menggunakan uji analisis

Diketahui dari hasil tabulasi silang antara aktivitas fisik dengan status gizi pada Pedagang di Pasar Raya MMTC Medan, bahwa dari 96 pedagang yang diamati, ada sebanyak 65 pedagang yang memiliki aktivitas fisik aktif (sedang dan berat) dengan mayoritas diantaranya memiliki kategori status gizi berat badan lebih dengan persentase sebesar 69,2% dan normal sebesar 24,6%. Sedangkan pada 31 pedagang lainnya dengan kategori aktivitas fisik kurang aktif (ringan), mayoritas memiliki status gizi berat badan lebih dan obesitas dengan persentase sebesar 48,4%. Selanjutnya, pada hasil analisis dengan chi square diperoleh nilai Aktivitas

48

p sebesar 0,019 (p<α), hal ini bermakna bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel aktivitas fisik dengan status gizi pada pedagang di Pasar Raya MMTC Medan.

Medan

Hasil analisis dengan chi square diperoleh nilai p sebesar 0,001 (p<α), dari hasil ini dapat diketahui bahwa pola makan berhubungan dengan status gizi pada pedagang di Pasar Raya MMTC Medan.

Dari tabulasi silang tabulasi silang antara variabel pola makan dengan status gizi pada pedagang di Pasar Raya MMTC Medan, bahwa dari 96 pedagang yang diamati, ada sebanyak 73 pedagang yang memiliki pola makan yang tidak baik dengan mayoritas diantaranya memiliki kategori status gizi berat badan lebih dan obesitas dengan persentase sebesar 75,3%. Sedangkan pada 23 pedagang lainnya yang memiliki pola makan baik, mayoritas memiliki status gizi normal dengan persentase 73,9%.

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah

50

konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat.

Pola makan yang tidak beragam menyebabkan kecenderungan terjadinya kelebihan konsumsi pada salah satu sumber zat gizi. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas pola makan pedagang adalah tidak beragam, yakni sebanyak 52 orang (54,2%). Banyak pedagang dalam konsumsi sehari-hari dengan susunan makanan tidak beragam, seperti tidak mengkonsumsi sayur atau buah dalam sehari.

Tingginya persentase pedagang dengan jenis makanan yang tidak beragam dipengaruhi oleh persepsi mereka bahwa mengkonsumsi makanan cukup dengan nasi dan lauk pauk sudah memenuhi kebutuhan gizi untuk aktivitas mereka, sedangkan buah dan sayur tergantung ketersediaan atau tidaknya. Oleh karena itu mereka lebih cenderung mengkonsumsi makanan pokok dan lauk pauk saja.

Berdasarkan pesan umum gizi seimbang bahwa kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman jenis pangan yang dikonsumsi, semakin lengkap pangan yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi. Bahkan semakin lengkap pangan yang dikonsumsi semakin mudah tubuh memperoleh berbagai zat lainnya yang bermanfaat bagi tubuh. Oleh karena itu, konsumsi makan yang lengkap merupakan salah satu anjuran penting dalam mewujudkan gizi seimbang.

Berdasarkan hasil survei observasi lapangan berkaitan dengan pola makan pedagang di Pasar Raya MMTC Medan, diketahui bahwa pedagang rata-rata bekerja setiap hari. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pedagang bahwa para pedagang memanfaatkan sarapan pada saat berkurangnya pembeli. Banyak

pedagang yang mengkonsumsi sarapan dengan membeli dari pasar tersebut, seperti nasi gurih, lontong, ataupun nasi bungkus. Kemudian sebelum makan siang para pedagang banyak makan selingan, seperti mengkonsumsi gorengan, teh manis, roti, dan lain-lain.

Saat makan siang beberapa pedagang tersebut mengkonsumsi makanan yang disiapkan dari rumah dan beberapa pedagang membeli makanan dari pasar tersebut, seperti nasi bungkus, mie, bakso, dan lain-lain. Makanan yang dibeli di pasar tersebut belum tentu mengandung gizi yang seimbang, contohnya bakso, mie ayam, nasi goreng dan makanan lainnya yang mengandung kalori yang cukup tinggi. Begitu juga di sore hari, sebagian pedagang mengkonsumsi makanan selingan yang tersedia di pasar tersebut, seperti roti dan gorengan.

Berdasarkan hasil penelitian konsumsi energi pada pedagang mayoritas pedagang yakni sebanyak 44 (45,8%) pedagang memiliki kecukupan energi lebih, mayoritas memiliki kategori status gizi berat badan lebih dan obesitas dengan persentase sebesar 97,7%. Berdasarkan hasil penelitian bahwa banyak pedagang dengan asupan energi lebih, hal ini dikarenakan konsumsi makanan pokok pedagang dalam sehari-hari 1-3 porsi. Sehingga asupan energi pedagang terpenuhi, selain itu pedagang juga mengkonsumsi makanan tambahan seperti gorengan, bakso, kue, roti, dan lain-lain. Sehingga asupan energi pedagang tidak hanya dari makanan pokoknya saja.

Berdasarkan penelitian Lubis (2016) pada guru SMP Negeri 3 Tanjung Morawa menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara kecukupan energi dengan obesitas. Kejadian obesitas lebih tinggi pada responden yang mengkonsumsi

52

energi lebih dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi energi kategori baik. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh T Kristina pada pedagang sayur di lingkungan XIII Kelurahan Kwala Bekala Medan menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah asupan energi dengan obesitas.

Pada umumnya lauk pauk merupakan kelompok bahan makanan yang memberikan sumber utama protein dalam hidangan. Protein terdiri atas protein hewani dan protein nabati. Protein hewani terdiri dari daging ruminansia (daging sapi, daging kambing, dsb), daging unggas (daging ayam, bebek, dsb), ikan dan seafood. Sedangkan protein nabati terdiri dari tahu, tempe dan lain-lain (Departemen Kesehatan RI, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat asupan protein pada pedagang berada pada kategori baik yaitu sebesar 60,4%. Mayoritas pedagang sering mengkonsumsi lauk pauk berjenis ayam, telur dan ikan dengan frekuensi 2-4 kali dalam seminggu, selain itu mereka juga sering mengkonsumsi tahu dan tempe untuk makanan selingan maupun pelengkap makanan utama.

Sebagian besar frekuensi rata-rata konsumsi sayuran pada pedagang pada kategori 2-4 kali seminggu dan dalam porsi yang sedikit. Hal ini belum sesuai dengan anjuran pada konsep Isi Piringku dalam sekali makan sebaiknya porsi untuk sayur-sayuran adalah 1/3 dari ½ piring. Hal ini disebabkan karena sebagian pedagang menganggap sayuran bukan kebutuhan makanan yang wajib dipenuhi.

Pada dasarnya seharusnya mengkonsumsi sayuran sangat dianjurkan dalam setiap kali makan karena sayuran mengandung serat yang tinggi, dan juga sebagai

sumber vitamin atau pun mineral.

Frekuensi rata-rata konsumsi buah-buahan sebagian besar pedagang tergolong jarang. Hal ini belum sesuai dengan anjuran pada konsep Isi Piringku dalam sekali makan sebaiknya porsi untuk buah-buahan adalah 1/3 dari 1/2 piring. Hal ini disebabkan karena sebagian pedagang menganggap buah-buahan tidak harus dikonsumsi setiap kali makan. Selain itu mereka hanya mengkonsumsi buah jika tersedia saja. Kebiasaan mengkonsumsi buah-buahan dianjurkan agar lebih sering mengkonsumsinya karena buah-buahan mempunyai efek yang mengenyangkan dan tinggi akan vitamin, mineral dan serat.

Pola makan dengan kelebihan pada salah satu sumber terutama kelebihan karbohidrat yang bersumber dari makanan pokok menyebabkan terjadinya obesitas. Berdasarkan hasil penelitian banyak pedagang dengan tingkat kecukupan kerbohidrat kategori lebih, yakni sebanyak 46,8%, mayoritas di antaranya pedagang dengan status gizi berat badan lebih dan obesitas. Adapun sumber karbohidrat utama yang sering dikonsumsi pedagang adalah nasi. Sedangkan untuk mie dan roti dikonsumsi sebagai makanan selingan maupun pengganti nasi.

Mie yang dikonsumsi biasanya diolah dengan direbus dan digoreng. Sedangkan roti yang dikonsumsi biasanya dalam bentuk roti kering seperti biskuit dan

Mie yang dikonsumsi biasanya diolah dengan direbus dan digoreng. Sedangkan roti yang dikonsumsi biasanya dalam bentuk roti kering seperti biskuit dan

Dokumen terkait