• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUMLAHNO SEKTOR/

Dalam dokumen RENCANA AKSI PASCA BANJIR DAN LONGSOR KO (1) (Halaman 154-168)

SUBSEKTOR

KEBUTUHAN

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 5 - 16

5.1.1. Mekanisme Pelaksanaan Anggaran

Sumber pendanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana Provinsi Sulawesi Utara di wilayah Kota Manado, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, dan Kabupaten Minahasa Utara berasal dari APBN/APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota. Mekanisme dan prosedur pendanaan pemerintah mengikuti mekanisme dan prosedur baku pendanaan sebagaimana yang tertuang dalam UU 17/2003 dan UU 1/2004 serta aturan pelaksanaan yang terkait dengan undang-undang dimaksud.

Setiap kementerian/lembaga yang akan sharing langsung menyampaikan bantuan

pendanaannya kepada Pemerintah Kabupaten/Kota terkait, sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang berkenaan dengan bentuk kegiatannya masing-masing dan alokasi pendanaannya. Dalam kerangka situasi penanggulangan bencana, diperlukan langkah- langkah percepatan penyaluran dana sebagai berikut:

1. Percepatan penyelesaian administrasi dokumen anggaran, baik dalam kerangka

penyusunan anggaran maupun revisi anggaran.

2. Percepatan pembayaran melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

(KPPN).

3. Percepatan proses pengesahan anggaran di lembaga legislatif.

Mekanisme pelaksanaan anggaran rehabilitasi dan rekonstruksi dari BNPB sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.05/2013 tanggal 26 Juli 2013 tentang Pelaksanaan Anggaran Penanggulangan Bencana pada Tahap Pascabencana yang dapat dilaksanakan dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Swakelola atau kontraktual yang dikerjakan oleh BNPB dengan atau tanpa

melibatkan BPBD.

2. Pemberian Bantuan Langsung kepada masyarakat/kelompok masyarakat (BLM).

3. Pemberian Bantuan kepada Pemerintah Daerah yang terkena bencana berupa Dana

Bantuan Sosial Berpola Hibah.

Pertimbangan menggunakan mekanisme pelaksanaan anggaran yang dikerjakan sendiri oleh BNPB dengan atau tidak melibatkan BPBD di wilayah yang terdampak bencana, dilakukan apabila BPBD Provinsi/Kota dinilai belum mampu baik dari sisi kondisi kelembagaan dan/atau sumber daya manusia dan/atau karena sesuatu hal sehingga diputuskan dan disepakati untuk dikerjakan oleh BNPB. Namun apabila, BPBD daerah memiliki kemampuan yang cukup, maka pelaksanaan anggaran rehabilitasi dan

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 5 - 17

rekonstruksi dilakukan dengan mekanisme pemberian bantuan kepada Pemerintah Daerah yang terkena bencana berupa dana bantuan sosial berpola hibah.

Pemberian bantuan langsung kepada masyarakat/kelompok masyarakat (BLM) dapat dilaksanakan dengan melakukan transfer dana dari KPPN Jakarta secara langsung ke rekening kelompok masyarakat atau melalui bank/pos penyalur tergantung kepada kemudahan dan kepraktisan dalam pelaksanaannya. BLM diprioritaskan pada kegiatan pemulihan perumahan dan prasarana lingkungan permukiman serta pemberdayaan ekonomi masyarakat, sedangkan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi lainnya termasuk pendampingan pembangunan perumahan dan permukiman diberikan dengan mekanisme non BLM.

Dalam rangka penyaluran dana rehabilitasi dan rekonstruksi melalui DIPA BNPB, Sekretaris Utama BNPB selaku Kuasa Pengguna Anggaran akan menetapkan PPK Pusat, Pejabat Penandatangan SPM dan Bendahara Pengeluaran, sedangkan di tingkat daerah akan ditetapkan PPK, BPP dan atasan langsung yang berkedudukan di BPBD yang diangkat dan ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota terkait. BLM disalurkan melalui KPPN berdasarkan Surat Keputusan Bupati/Walikota tentang Penetapan Kelompok Masyarakat Penerima Bantuan.

Mekanisme pelaksanaan anggaran kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dari BNPB berupa BLM dilakukan sesuai dengan Gambar 5.2 dan mekanisme pemberian bantuan berupa bantuan sosial berpola hibah kepada pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan Gambar 5.3.

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 5 - 18

Gambar 5.2

Mekanisme Pelaksanaan Anggaran BLM

Gambar 5.3

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 5 - 19

5.1.2. PELAKSANAAN KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

Sesuai dengan ruang lingkup dan kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi dengan pertimbangan skala kerusakan akibat bencana, maka kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dilaksanakan selama dua tahun anggaran, yang dimulai pada tahun anggaran 2014 dan berakhir pada tahun anggaran 2015. Sesuai dengan UU 24/2007, sasaran rehabilitasi adalah kegiatan perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan, pemulihan sosial-ekonomi-budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban yang pada prinsipnya pemulihan fungsi pemerintahan dan pemulihan fungsi pelayanan publik.

Sasaran rekonstruksi adalah memulihkan sistem secara keseluruhan serta mengintegrasikan berbagai program pembangunan ke dalam pendekatan pembangunan

daerah yang dilakukan dengan pendekatan membangun lebih baik dan lebih aman

(build back better dan safer) yang meliputi: (i) pembangunan kembali prasarana dan sarana yang rusak; (ii) pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; (iii) membangkitkan kembali kehidupan sosial masyarakat; (iv) peningkatan kondisi sosial, dan ekonomi; dan (v) peningkatan fungsi pelayanan publik dan pemerintahan, dengan menerapkan aspek pengurangan risiko bencana dan mengutamakan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatannya.

Dalam PP 21/2008 dijelaskan bahwa, kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi merupakan tanggungjawab Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang terkena bencana. Di tingkat pusat, kegiatan teknis rehabilitasi dan rekonstruksi dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga teknis terkait dan dikoordinasikan oleh BNPB, sedangkan di tingkat daerah kegiatan teknis dilaksanakan oleh Satuan Kerja Pemerintah Daerah teknis terkait dan dikoordinasikan BPBD.

Mempertimbangkan kondisi rentang kendali BNPB kepada pemerintah

kabupaten/kota penerima dana bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi, maka BNPB menetapkan pemerintah provinsi untuk melaksanakan tugas supervisi dan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota yang berada di wilayahnya. Khususnya untuk kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana untuk sektor permukiman dilaksanakan

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 5 - 20

dengan pendekatan pemberdayaan berbasis masyarakat untuk membangun sendiri rumahnya dengan skema REKOMPAK.

Program REKOMPAK yang merupakan BLM adalah proses pembelajaran kepada masyarakat untuk membangun kembali rumahnya dengan prinsip membangun lebih baik dari kondisi semula (build back better dan safer). Pada setiap lokasi sasaran akan dilakukan serangkaian kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat dan disediakan stimulan praktek rehabilitasi rumah. Untuk melaksanakan Program REKOMPAK di wilayah sasaran digunakan pendekatan dasar pemberdayaan manusia sebagai pintu masuk pemberdayaan komunitas. Pelaksanaan proyek REKOMPAK harus selalu memperhatikan ketentuan dasar sebagai berikut :

1. Memenuhi persyaratan kelayakan teknik.

2. Calon penerima manfaat dilibatkan sebagai pelaku utama dalam proses

pengambilan keputusan pada saat perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari proyek rehabilitasi rumah.

3. Pemilihan bahan bangunan, teknologi konstruksi dan penyelenggaraan prasarana

harus menerapkan kriteria environmental governance.

4. Mengutamakan pemanfaatan struktur dan lembaga lokal yang telah berfungsi

dengan baik.

5. Masyarakat pada satuan kampung yang mendapat bantuan rekonstruksi struktur

rumah tahan gempa harus bersedia menata kembali rumah dan lingkungan mereka sesuai dengan norma dan standar yang disepakati bersama antara pemerintah dan masyarakat.

6. Kegiatan rekonstruksi model struktur rumah tahan gempa diletakkan sebagai

landasan bagi pembangunan jangka menengah dan panjang yang lebih baik. Siklus pelaksanaan program REKOMPAK dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 5 - 21

Gambar 5.4

Siklus Pelaksanaan Program REKOMPAK

Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dilaksanakan di kabupaten/kota terdampak akan dilaksanakan dalam periode tahun anggaran 2014 sampai dengan tahun anggaran 2015. Untuk jadwal sebagaimana terdapat pada Tabel 5.9, setelah tahun 2015, akan dilanjutkan dengan rencana pembangunan reguler pada setiap Pemerintah Kota terdampak bencana. Penyusunan RPP ( 1 minggu) Sosialisasi Re-Kompak ( 1 minggu) Pembentukan TPK/BKM Penyiapan Masyarakat Pengorganisasian Relawan Survei Swadaya ( 1-2 minggu) Review PJM/RPJMDes Pembuatan DTPL ( 1-2 minggu) Pembangunan Lingkungan ( 6-10 minggu)

Pengajuan, Pencairan & Penyaluran BDL

Pembentukan KP ( 1 minggu)

Pembuatan DTPP ( 1-2 minggu)

Pengajuan, Pencairan & Penyaluran BDR Pembangunan

Perumahan ( 6-7 minggu)

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 5 - 22

Tabel 5.9

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 5 - 23

5.2. KELEMBAGAAN PELAKSANA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

Berdasarkan PP 21/2008, kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi adalah tanggungjawab pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang terkena bencana. Dengan pertimbangan bahwa fungsi pemerintah di daerah tidak terpengaruh signifikan oleh kejadian bencana 15 Januari 2014, maka pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di lima kabupaten/kota terdampak bencana dilaksanakan oleh BPBD kabupaten/kota yang terdampak berkoordinasi dengan BNPB dan BPBD Provinsi Sulawesi Utara. Sebagai

pelaksanarehabilitasi dan rekonstruksi, pemerintah daerahberkewajiban untuk:

1. Melaksanakan koordinasi lintas sektor pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di

tingkat kabupaten/kota yang di koordinasikan oleh BPBD kabupaten/kota.

2. Melaporkan hasil pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi kepada BNPB.

3. Berkoordinasi dengan Bappeda Kabupaten/Kota dalam menyusun RKPD

penanggulangan bencana sesuai peraturan dan perundang-undangan.

Mengingat rencana aksi memuat kegiatan dan pendanaan pada berbagai Kementerian/Lembaga yang terkait, maka koordinasi pelaksanaan maupun pelaporan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi menjadi komponen yang perlu diatur dengan baik. Pertemuan rapat koordinasi akan dilaksanakan maksimal satu kali dalam sebulan dengan pelibatan seluruh Kementerian/Lembaga yang terkait, dan Pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Mekanisme koordinasi dan pelaporan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi akan diatur lebih lanjut berdasarkan kesepakatan semua pihak yang terkait. Secara sederhana, organisasi pelaksana rehabilitasi dan rekonstruksi atas kegiatan yang didanai dari DIPA BNPB adalah sebagaimana terdapat pada Gambar 5.5.

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 5 - 24

Gambar 5.5

Organisasi Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB

5.3. PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN REHABILITASI DAN

REKONSTRUKSI

Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi secara umum telah ditetapkan dalam PP 39/2006 yang memuat pemantauan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan. Pemantauan penyelenggaraan penanggulangan bencana diperlukan sebagai upaya pengendalian proses rehabilitasi dan rekonstruksi, sedangkan evaluasi penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan dalam rangka menilai efisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran serta manfaat kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah pascabencana.

Pelaporan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari mekanisme pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi. Mekanisme pelaporan pemantauan dan evaluasi dana APBN sebagaimana terdapat pada Tabel 5.10.

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 5 - 25

Tabel 5.10

Mekanisme Pelaporan Pemantauan dan Evaluasi Sumber Dana APBN

Jenis Laporan Periode

Pelaporan Pelapor Penerima Laporan Tembusan

Laporan dalam rangka pelaksanaan rencana pembangunan k/l Triwulan a. Penganggungjawab

Kegiatan (Kepala Unit Kerja)

b. Penanggungjawab

Program (Kepala Unit Organisasi)

c. Para Menteri/

Pimpinan Lembaga

a. Penanggungjawab

Program (Kepala Unit Organisasi)

b. Menteri/Pimpinan LPND

c. Menteri Perencanaan,

Menteri Keuangan, dan Menteri PAN Kepala Bappeda dimana kegiatan berlokasi Laporan dalam rangka pelaksanaan Dana Dekonsentrasi di SKPD Provinsi Triwulan a. Penganggungjawab Kegiatan b. Penanggungjawab Program c. Kepala SKPD d. Kepala Bappeda Provinsi a. Penanggungjawab Program b. Kepala SKPD c. Menteri/Pimpinan LPND

dan Kepala Bappeda Provinsi

d. Menteri Perencanaan,

Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri

Laporan dalam rangka pelaksanaan Dana Pembantuan di SKPD Kota Triwulan a.Penganggungjawab Kegiatan b.Penanggungjawab Program c.Kepala SKPD

d.Kepala Bappeda Kota

a. Penanggungjawab

Program

b. Kepala SKPD

c. Menteri/Kepala lembaga

terkait dan Kepala Bappeda Kota

d. Kepala Bappeda Provinsi

Kepala SKPD Provinsi dengan tugas dan kewenangan yang sama

Untuk pembiayaan dengan sumber APBD, perlu dicermati Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 55

Tahun 2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan

Pertanggungjawaban Bendahara serta Penyampaiannya, yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

Dalam PP 22/2008 diatur mengenai pelaporan keuangan penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN dan APBD dilakukan sesuai dengan standar akutansi pemerintahan. Selanjutnya peraturan pemerintah ini juga mengatur sistem akuntansi dana penanggulangan bencana yang bersumber dari masyarakat, dilakukan sesuai pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Dalam rangka melakukan pengendalian terhadap partisipasi masyarakat dunia usaha dan masyarakat international, penatausahaan akan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Dan/Atau Penerimaan Hibah Serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2008 tentang Peran Serta

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 5 - 26

Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Nonpemerintah Dalam Penanggulangan Bencana dan peraturan pelaksanaan yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan.

Untuk mengevaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi, digunakan lima indikator yaitu:

1. Konsistensi pelaksanaan kebijakan dan strategi pemulihan, kegiatan prioritas, dan

pendanaan dengan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi;

2. Koordinasi antara Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat, yang

menghasilkan sinkronisasi perencanaan dan penganggaran;

3. Partisipasi melalui mekanisme konsultasi yang menjaring aspirasi masyarakat

penerima manfaat;

4. Kapasitas lembaga pelaksana rehabilitasi dan rekonstruksi dalam perencanaan

dan pelaksanaan rehabilitasi melalui laporan keuangan dan laporan kinerja; serta kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana;

5. Potensi keberlanjutan dalam kerangka pembangunan jangka menengah dan

panjang.

Untuk itu, diharapkan setiap Kementerian/Lembaga akan menetapkan sendiri mekanisme monitoring dan evaluasi serta pelaporan sesuai dengan program/kegiatan dan pendanaannya.

Kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dilaksanakan oleh BNPB dan BPBD dengan melibatkan kementerian/lembaga dan SKPD terkait di daerah dengan mengacu pada pedoman pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi sebagaimana diatur dalam Perka 5/2012.

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 5 - 27

5.3.1. Monitoring dan Evaluasi di Tingkat Pusat

Monitoring dan evaluasi di tingkat pusat, dilaksanakan sendiri oleh penanggung jawab program/kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di BNPB maupun dengan menetapkan suatu Tim Monitoring dan Evaluasi.

a. Penanggung Jawab Program/Kegiatan BNPB

Sistem monitoring dan evaluasi yang dibangun oleh BNPB dalam hal ini Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi terhadap pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi adalah berjenjang dari tingkat pusat ke provinsi, provinsi ke kabupaten/kota, kabupaten/kota ke kecamatan/desa. Dengan demikian maka BPBD Provinsi berkewajiban melakukan monitoring dan evaluasi serta supervisi terhadap kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di kabupaten/kota yang berada di wilayahnya dan diberikan alokasi dana untuk kegiatan supervisi dan monitoring serta evaluasi. Monitoring yang dilakukan oleh Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi atas pengelolaan dana bantuan sosial berpola hibah untuk kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di daerah dapat dilakukan melalui:

1) Penerimaan laporan bulanan

Laporan bulanan memuat informasi mengenai kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan realisasi keuangan termasuk permasalahan dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan dana bantuan, yang disampaikan oleh Kepala Pelaksana BPBD kepada Gubernur/Bupati/Walikota dan PPK Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNBP.

Terhadap laporan ini dilakukan telaah dan analisis terhadap permasalahan yang disampaikan. Hasil telaah dan analisis ini akan disampaikan kepada pengelola dana di daerah untuk ditindaklanjuti. Disamping itu, laporan bulanan ini akan dikompilasi oleh PPK Pusat untuk disampaikan sebagai laporan bulanan kepada Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi.

2) Monitoring ke Provinsi

Pemantauan ke BPBD Provinsi dilakukan dengan mengadakan pertemuan dengan seluruh pengelola dana rehabilitasi dan rekonstruksi pada kabupaten/kota, yang dilaksanakan secara periodik. Pada pertemuan ini dilakukan penilaian terhadap kesesuaian antara rencana dengan realisasi pelaksanaan pekerjaan serta

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 5 - 28

pembahasan permasalahan yang dihadapi oleh setiap instansi penerima dana bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi. Dengan metode ini diharapkan terdapat solusi yang seragam terhadap permasalahan serupa yang dihadapi oleh setiap instansi penerima dana bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi.

3) Monitoring ke kabupaten/kota

Pemantauan kepada penerima dana di tingkat kabupaten/kota ini dilakukan apabila dari hasil pemantauan terhadap laporan bulanan dan pemantauan di tingkat provinsi terdapat permasalahan yang harus dicarikan solusinya secara langsung kepada pihak-pihak terkait di tingkat kabupaten/kota. Dengan demikian, pemantauan ke kabupaten/kota ini bersifat kasuistik saja tidak secara rutin.

4) Monitoring ke Lapangan

Pemantauan berupa kunjungan dan peninjauan langsung ke lapangan dilakukan apabila masih diperlukan penanganan permasalahan secara bersama sampai ke lokasi. Setelah melakukan pemantauan melalui laporan bulanan, pemantauan ke provinsi dan pemantauan ke kabupaten/kota. Dari hasil kunjungan ke lapangan ini diharapkan penyelesaian permasalahan dapat ditindaklanjuti.

b. Tim Monitoring dan Evaluasi Tingkat Pusat

Organisasi tim monitoring dan evaluasi di tingkat pusat terdiri dari:

1) Penanggungjawab : Kepala BNPB

2) Ketua Tim : Deputi Bidang Rehab Rekons

3) Wakil Ketua : Salah satu Direktur BAPPENAS

4) Sekretaris : Kasubdit Kedeputian Rehab Rekons

5) Koordinator sektor : Esselon III (K/L)

6) Koordinator Unit : Disesuaikan pelaksana sektor

7) Anggota Pelaksana : Pada masing-masing Sektor

5.3.2. Monitoring dan Evaluasi di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota

Monitoring dan evaluasi di tingkat provinsi/kabupaten/kota, dilaksanakan sendiri oleh penanggung jawab program/kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pemerintah provinsi/kabupaten/kota penerima dana bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana maupun dengan menetapkan suatu Tim Monitoring dan Evaluasi.

Rencana Aksi Pascabencana Banjir dan Longsor Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Bab 5 - 29

a. Penanggung Jawab Program/Kegiatan di Provinsi/Kabupaten/Kota

Mekanisme monitoring dan evaluasi di tingkat pengelola kegiatan dan dana bantuan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi, ditetapkan sendiri oleh pemerintah daerah.

b. Tim Monitoring dan Evaluasi Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota

Organisasi tim monitoring dan evaluasi tingkat provinsi/kabupaten/kota terdiri dari:

1) Penanggungjawab : Sekretaris Daerah selaku ex officio Kepala BPBD

2) Ketua Tim : Kepala Bappeda

3) Sekretaris : Kepala Pelaksana BPBD

4) Koordinator sector : Kepala SKPD terkait

5) Koordinator Unit : Pada unit masing-masing sektor (SKPD)

6) Anggota Pelaksana : Pada masing-masing Sektor (SKPD)

5.4. KESINAMBUNGAN PEMULIHAN PASCA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

Dalam dokumen RENCANA AKSI PASCA BANJIR DAN LONGSOR KO (1) (Halaman 154-168)

Dokumen terkait