• Tidak ada hasil yang ditemukan

d. Pertemuan Nasional AIDS V – Makassar

5. Jumpa Pers

Pada pertemuan nasional AIDS ke-5 di Makassar, Tim Kebijakan HIV dan AIDS PKMK berkesempatan untuk melakukan jumpa pers. Pertemuan ini diikuti oleh 10 media yang berasal dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Flores, Banten, Jakarta, dan Makassar.Berita pertemuan nasional tersebut telah masuk dalam liputan media. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyampaikan posisi PKMK FK UGM sebagai lembaga kajian terhadap peran pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS. PKMK FK UGM mendorong agar pemerintah daerah dapat mengambil tanggung jawab lebih dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS, khususnya dalam hal:

a. Komitmen pembiayaan penanggulangan HIV dan AIDS di daerah secara memadai mulai dari pencegahan, pengobatan, perawatan, dan dukungan mitigasi dampak.

b. Menjadikan penanggulangan HIV dan AIDS dalam proses perencanaan dan penganggaran rutin pemerintah daerah pada APBD.

c. Pelaksanaan program HIV dan AIDS dilakukan dalam kerangka layanan komprehensif dan berkesinambungan (continuum of care) dengan menjadikan layanan HIV dan AIDS sebagai layanan front line services di tingkat komunitas.

d. Mendorong perguruan tinggi di tingkat lokal untuk

dapat menghasilkan bukti-bukti yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kebijakan penanggulangan HIV dan

62 PKMK FK UGM

AIDS di daerah (evidence-based policy).

e. Memobilisasi tokoh agama dan masyarakat untuk terlibat secara bermakna dalam upaya pengurangan diskriminasi dan stigmatisasi upaya penanggulangan HIV dan AIDS di daerah.

C. Hambatan, Solusi, dan

Pembelajaran

Hambatan utama yang berhasil diidentiikasikan oleh PKMK dalam menerjemahkan pengetahuan yang telah dikembangkan menjadi kebijakan HIV dan AIDS yang lebih baik adalah masih kurangnya komunikasi antara penghasil pengetahuan, seperti pihak universitas dan peneliti, dengan pengguna pengetahuan termasuk para pembuat kebijakan, pelaksana program, dan pemangku kepentingan lainnya. Padahal, komunikasi ini diperlukan untuk memastikan agar bukti-bukti penelitian kebijakan yang dihasilkan bisa relevan dengan kebutuhan pihak pengguna pengetahuan. Oleh karena itu, pertemuan-pertemuan tingkat nasional menjadi strategis sebab bisa menjadi forum bagi peneliti kebijakan untuk mempelajari masalah program yang perlu dipecahkan oleh pengguna pengetahuan, dan bagi pengguna pengetahuan untuk terpapar dengan hasil-hasil penelitian kebijakan sehingga bisa mengembangkan program maupun kebijakan berbasis bukti.

Lebih lanjut lagi, diperlukan berbagai metode untuk menerjemahkan hasil-hasil penelitian menjadi kebijakan. Paparan di forum-forum nasional penting tetapi perlu disertai dengan pendekatan langsung kepada pemangku kepentingan yang relevan untuk memastikan rekomendasi yang didapat dari penelitian bisa dikomunikasikan secara langsung. Penulisan policy brief juga sangat relevan dalam mengonkretkan hasil penelitian menjadi pilihan-pilihan kebijakan yang bisa ditempuh oleh pembuat kebijakan. Selain itu,

kegiatan diseminasi hasil penelitian kepada kalangan yang lebih luas, baik melalui seminar terbuka, jumpa pers, maupun penulisan artikel-artikel di

website tetap diperlukan untuk terus membagikan pengetahuan terkait kebijakan HIV dan AIDS sehingga menjadi wacana publik. Gabungan dari berbagai pendekatan ini akan lebih memungkinkan digunakannya pengetahuan yang dihasilkan menjadi kebijakan.

66 PKMK FK UGM

LAPORAN ini telah menunjukkan bahwa dalam kerangka manajemen pengetahuan, PKMK memiliki tiga fungsi utama yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan, yaitu (1) meningkatkan akses informasi kebijakan HIV dan AIDS, (2) membagikan dan menerapkan pengetahuan terkait kebijakan HIV dan AIDS, dan (3) menerjemahkan pengetahuan menjadi kebijakan HIV dan AIDS yang lebih baik. Dalam fungsi manajemen pengetahuan yang pertama, dibentuknya Jaringan Kebijakan HIV dan AIDS telah memungkinkan para anggotanya untuk mendapatkan akses informasi yang lebih luas, dan pengembangan website

kebijakan HIV dan AIDS Indonesia telah menjadi salah satu media yang efektif untuk menyediakan akses informasi mengenai kebijakan HIV dan AIDS.

Peningkatan akses informasi kebijakan HIV dan AIDS ini juga mendorong fungsi manajemen pengetahuan yang kedua, yaitu penerapan pengetahuan terkait kebijakan HIV dan AIDS. Melalui proyek penelitian yang diselenggarakan dengan para peneliti dari universitas mitra di daerah, PKMK telah mendorong penerapan langsung dalam bentuk penelitian kebijakan HIV dan AIDS dalam kerangka sistem kesehatan di Indonesia. Lebih jauh lagi, PKMK telah meningkatkan kapasitas para peneliti maupun kalangan

yang lebih luas untuk menerapkan pengetahuan analisis kebijakan HIV dan AIDS melalui berbagai kegiatan pengembangan kapasitas, seperti kursus kebijakan HIV dan AIDS, diskusi kultural, maupun diskusi online melalui CoP dan Berbagi Ilmu.

Kegiatan-kegiatan yang ada dalam fungsi manajemen pengetahuan yang pertama dan kedua akan menentukan sejauh mana keberhasilan penerapan fungsi manajemen pengetahuan yang ketiga, yaitu menerjemahkan hasil-hasil penelitian untuk dapat dijadikan sebagai bukti acuan pengembangan kebijakan HIV dan AIDS. PKMK telah menggunakan berbagai metode untuk mendiseminasikan maupun untuk mendorong digunakannya hasil-hasil penelitian sebagai dasar pembuatan kebijakan, baik melalui pertemuan di berbagai forum tingkat nasional, pertemuan dengan pemangku kepentingan terkait, penulisan policy brief sebagai usulan kebijakan, dan komunikasi melalui media maupun website. Dengan mengembangkan dan melaksanakan ketiga fungsi manajemen pengetahuan ini, kontribusi terhadap pengembangan kebijakan HIV dan AIDS yang lebih baik bisa terwujud.

70 PKMK FK UGM

80 PKMK FK UGM

86 PKMK FK UGM

A. Metode

ANALISIS website Kebijakan AIDS Indonesia menggunakan dua metode, yaitu Google Analytics dan hits internal website. Kedua metode tersebut digunakan dengan didasari pada kelebihan dari masing-masing metode. Google Analytics mempunyai kelebihan pada sistemnya yang dapat mendeteksi dan membedakan apakah pengunjung website tersebut adalah

web-robot atau human sehingga dapat diperoleh data pengunjung yang lebih nyata. Sedangkan metode hits internal website dikembangkan secara mandiri oleh pengelola website Kebijakan AIDS Indonesia dengan memanfaatkan

database yang dimiliki oleh website. Metode ini digunakan untuk menganalisis jumlah konten yang diunggah oleh pengelola website dan mengetahui jumlah kunjungan di setiap konten tersebut sehingga pengelola website dapat memperoleh data mengenai ketertarikan topik dari pengunjung website.8

Dokumen terkait