• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Akrual Basis Pemerintah Kabupaten Takalar. 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

4.2.1 Jurnal Akrual Basis Pemerintah Kabupaten Takalar. 33

- Jika, Saldo Piutang dan Penyisihan Piutang Lain-lain PAD yang Sah Tahun 2018 atas pelunasan piutang 2018 berdasarkan laporan SPJ Pendapatan BLUD 2019

Penyisihan Piutang Lain-lain PAD yang Sah 144.346.377,00

Pendapatan Jasa Layanan Umum BLUD - LO 14.434.637.700,00

Piutang BLUD 14.434.637.700,00

Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya – LO 144.346.377,00 - Jika, Pelunasan utang non LS BLUD yang telah terlunasi lewat SPJ

Belanja Blud TA. 2019

Persediaan Alat Tulis Kantor 48.012.750,00

Persediaan Isi tabung gas 149.708.750,00

Persediaan Bahan obat-obatan 2.456.459.923,45

Persediaan Bahan kimia 747.275.924,00

Persediaan alat medis 1.180.152.992,00

Beban Pegawai BLUD (dari APBD) – LO 6.351.240.588,00

Beban Barang BLUD 944.491.185,00

Utang Belanja Barang dan Jasa(Non LS) 11.877.342.112,45

- JIka, Reklasifikasi beban barang yang merupakan belanja persediaan BLUD Per 31 Desember 2019

Persediaan Bahan Praktek 2.978.856.112,00

Beban Barang BLUD 18.764.113.967,00

- Pengakuan piutang dan beban penyisihan piutang BPJS Tahun 2019

Piutang BLUD 10.943.251.300,00

Penyisihan Piutang Lain-lain PAD yang Sah 109.432.513,00

Pendapatan Jasa Layanan Umum BLUD - LO 10.943.251.300,00

2. Belanja Rutin

- JIka, Pengakuan utang belanja PDAM bulan desember 2019 OPD BPKD

Beban Jasa air 12.971.100,00

Utang Belanja Barang dan Jasa(Non LS) 12.971.100,00

- Pelunasan utang belanja PDAM TA. 2019

Utang Belanja Barang dan Jasa(Non LS) 12.971.100,00

Beban Jasa air 12.971.100,00

- Jika, Beban pajak STNK yang dibayarkan di TA. 2019

Beban Jasa Dibayar Dimuka 1.795.852,00

Beban Surat Tanda Nomor Kendaraan 1.795.852,00

3. Belanja Modal

- Jurnal untuk menganulir beban barang yang 470.566.000,00 diserahkan kepada masyarakat yang direklas menjadi belanja hibah pada PPKD

Ekuitas (Koreksi Lain-Lain) 470.566.000,00 0,00

Beban Barang Yang Akan Diserahkan Kepada Masyarakat 470.566.000,00

4. Pendapatan Bagi Hasil

- Pembayaran pajak reklame di tahun 2019 yang jatuh temponya TA. 2020 Rp15.092.552,33

Pajak Reklame LO 15.092.552,33

Pendapatan Di Terima Dimuka 15.092.552,33

- Kelebihan pengakuan piutang pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan tahun 2019 berdasarkan STS 02.

Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan-LO 40.049.337,00

- Mencatat pajak restoran saat SKRD diterbitkan

Piutang Pajak Restoran 33.010.000,00

Pendapatan Pajak Restoran 33.010.000,00

- Menerima pendapatan retribusi di kas bendahara penerimaan berdasarkan dengan diterbitkann SKRD

Kas Bendahara Penerimaan 58.990.000,00

Pendapatan Retribusi 58.990.000,00

4.2.2 Mengukur Kesiapan Pemda Takalar dalam penerapan akrual basis Juga Untuk menentukan bagaimana mengukur kesiapan penerapan akrual basic ada beberapa komponen yang harus diterapkan dengan sebaik-baiknya untuk bisa mengukur suatu laporan keuangan dalam penerapan akrual basic.

Dibawah ini ilustrasi mengukur kesiapan penerapan akrual basis terhadap laporan keuangan pada Kabupaten Takalar :

Grafik 4.4

Mengukur Kesiapan Penerapan Akrual Basis

LK Basis Akrual SDM Pendidikan/ Pelatihan Jumlah SDM Supervisi Atasan Memadai Sistem Informasi Struktur Organisasi Pengelola Keuangan Sistem Pengendalian Internal Pengelola Uang dan barang Daerah Pengawasan Inspektorat Peraturan dan kebijakan

Dari ilustrasi diatas, beberapa hal yang perlu diantisipasi untuk menyusun laporan keuangan berbasis akrual. :

a. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan penyusunan laporan keuangan memiliki SDM yang baik maka lebih berhasil menyusun laporan keuangan dengan predikat WTP dari BPK. SDM yang cukup dan handal sangat diperlukan untuk memperkuat OPD, dan Inspektorat daerah.

Yang terkait dengan SDM adalah :

1) Pendidikan dan Pelatihan SDM Pengelolaan Keuangan dan Barang Daerah yang memadai, sebaiknya ditempatkan sesuai dengan bidangnya. Selain pengelolaan keuangan juga diperlukan pegawai atau SDM yang mampu untuk mengelolah barang daerah.

“Terkait komponen ini pada OPD dan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah orang yang yang berlatar belakan pendidikan akuntansi hanya ada 3 orang dalam penyusunan laporan keuangan”.

2) Jumlah SDM memadai pada unit pengelolan keuangan dan akuntansi, selain latar belakang pendidikan. Pegawai pengelola keuangan dengan pendidikan dan pelatihan akuntansi dengan jumlah yang cukup maksudnya jumlah yang cukup ditentukan dari besar atau sedikitnya anggaran yang dikelola dan tinggi atau rendahnya transaksi yang terjadi dalam satu tahun. Seringkali tingginya mutasi pegawai adalah salah satu penyebab bagian akuntansi kekurangan tenaga, begitupun sebaliknya penambahan jumlah tenaga juga penempatan yang cukup sangat diperlukan untuk menyusun laporan keuangan berbasis akrual.

“Pada OPD dan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah komponen ini disetiap tahunnya mutasi sering terjadi, adanya penambahan/ pengururangan pegawai di bidang akuntansi khususnya, maka mempengaruhi penyusunan laporan keuangan”. 3) Supervisi atasan memadai, selain kompetensi dan jumlah SDM yang cukup diperlukan juga komponen tersebut untuk memastikan laporan keuangan yang disusun sudah sesuai dengan standar. Pengawasan secara berjenjang diperlukan karena kesalahan satu unit saja akan menyebabkan kesalahan pada seluruh laporan keuangan.

“Pada OPD dan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Supervise penyusunan laporan dimulai dari pegawai yang melakukan input transaksi keuangan dengan demikian kesalahan yang terjadi demi dini diketahui dan diantisipasi dengan melakukan koreksi”.

b. Sistem Informasi Teknologi

Sistem informasi teknologi dengan begitu banyaknya transaksi keuangan, maka tidak mungkin bila dikerjakan secara manual lagi. Perlu dibangun suatu sistem informasi. Sebagian besar pemerintah daerah sudah menyusun sistem informasi teknologi keuangan dan barang daerah. Dengan menggunakan komponen ini diharapkan laporan keuangan dapat disusun dengan cepat dan tingkat kesalahan minimal. Dengan sistem yang dipakai di tahun 2015-2019 menghasilkan laporan keuangan yang handal.

“Pada OPD dan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah sistem informasi keuangan di tahun 2019 yaitu bernama Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIPKD) e-Finance merupakan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah yang mendukung penerapan standar akuntansi Pemerintahan berbasis akrual. Sangat membantu dan mempercepat kelancaran administrasi pengelolaan keuangan daerah yang disusun mulai dari penganggaran, pelaksanaan dan pelaporan keuangan secara online. Selain untuk keuangan perlu juga dibangun sistem untuk pengelolaan barang daerah. System informasi keuangan dengan system informasi pengelolaan barang itu berbeda. Pada saat

penyusunan laporan keuangan, output dari masing-masing sistem tersebut digabung, dan sering menjadi tidak singkron satu dengan yang lainnya, tetapi pada saat penyusunan laporan keuangan maka pihak dari konsultan penanggung jawab masing-masing system informasi diadakan yang namanya rekon/pencocokan/koreksian”.

c. Struktur Organisasi Pengelola Keuangan

Untuk menyusun laporan keuangan diperlukan struktur organisasi pengelolaan keuangan di setiap OPD dan PPKD. Pengelolaan keuangan tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota sebaiknya dipimpin oleh pejabat eselon II atau kepala Dinas atau Kepala Badan atau tidak berada dibawah Sekretariat Daerah. Hal ini untuk menghindari intervensi pengelolaan keuangan dari atasan langsung. Selain itu perlu ada pembagian tugas yang jelas untuk menyusun laporan pelaksanaan anggaran dan laporan finansial. Hal ini untuk menghindari beban kerja yang terlalu tinggi dan mengurangi tingkat kesalahan pencatatan.

“Pada OPD dan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah struktur organisasi pengelolaan keuangan sudah diterapkan sesuai dengan penjelasan komponen tersebut yang dimana adanya unit kerja yang membidangi penyusunan laporan pelaksanaan anggaran dan unit kerja yang membidangi penyusunan laporan finansial dapat dilihat pada struktur organisasi OPD BPKD yang telah dilampirkan”.

d. Sistem Pengendalian Internal

Sesuai dengan PP 60 Tahun 2008 tentang sistem pengendalian internal pemerintah, dijelaskan bahwa sistem pengendalian internal adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan

asset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. SPI diselenggarakan oleh pemerintah Pusat dan Daerah. SPI terdiri dari unsur lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan pengendalian internal.

SPI pada umumnya difokuskan pada 2 (dua) lingkup utama pada OPD BPKD yaitu :

1) SPI Pengelolaan uang dan barang daerah

Kepala daerah perlu memastikan bahwa SPI sudah berjalan dengan baik untuk pengelolaan uang dan barang. Pada lingkungan pemerintah sudah banyak ketentuan dan peraturan yang merupakan rambu-rambu dalam pengelolaan keuangan dan barang daerah. meskipun sudah banyak ketentuan yang mengatur pengamanan uang daerah, tetapi masih saja terjadi penyalahgunaan keuangan. Selain uang, saat ini barang daerah merupakan hal yang penting untuk dikelola dengan baik. Karena begitu besarnya barang daerah, sering terjadi penyalagunaan penggunaan barang yang merugikan keuangan daerah.

2) Penguatan pengawasan inspektorat daerah

Untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah disusun dengan SPI yang memadai dan standar akuntansi yang berlaku maka perlu dilakukan reviu oleh Inspektorat Daerah. Namun sering Inspektorat Daerah tidak dapat bekerja dengan maksimal karena SDM yang kurang baik dari jumlah dan kemampuan, anggaran yang kecil untuk reviu, dan tidak independennya posisi inspektorat daerah. Di harapkan Inspektorat Daerah dapat memberikan perbaikan sistem

pengendalian internal dan mengurangi terjdinya kesalahan pencatatan dalam laporan keuangan.

e. Peraturan dan kebijakan

Sebagian besar Pemda sudah memiliki peraturan dan kebijakan terkait dengan pengelolaan keuangan daerah. Peraturan dan kebijakan pengelolaan keuangan didasarkan dari Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang pengelolaan keuangan daerah. Khusus terkait dengan penyajian laporan keuangan daerah akrual basis, Pemda perlu menyusun beberapa kebijakan akuntansi. Peraturan dan kebijakan akuntansi akan menjadi pedoman bagi setiap OPD terpasuk BPKD tentunya dalam pengelolaan keuangan daerah dan menyusun laporan keuangan basis akrual.

Setiap Pemda dapat mengukur kesiapan masing-masing untuk menyusun laporan keuangan dari 5 (lima) hal tersebut diatas. Bisa dipastikan bila Pemda sudah memiliki ke 5 (lima) hal diatas, maka pemda siap dan dapat menyusun LKPD akrual basis secara berkelanjutan. Bila belum, maka pemda dapat melakukan langkah-langkah perbaikan untuk memperlengkapi diri dalam menghadapi akrual basis yang dimana sudah mulai pada tahun anggaran 2015.

Penerapan akrual basis di Pemda Takalar bahwa laporan keuanganya berdasarkan Standar Akuntnasi Pemerintahan Berbasis Akrual dan komponen dari ilustrasi diatas sudah terlaksana. Adapun kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam penerapan akrual basis terhadap OPD dan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah dalam menyusun laporan keuanga. Keuntunggan Penyusunan LK berbasis akrual diantaranya :

a) LK akrual basis lebih informatif karena menyajikan lebih banyak laporan keuangan, yang berguna dan bermanfaat.

b) Menyajikan beban dan kewajiban pemerintah lebih transparan dan lengkap yang tidak dapat disajikan dalam LK berbasis kas.

c) Menyajikan pendapatan pada saat hak timbul.

d) Meningkatkan nilai LK yang disusun karena akrual basis telah menjadi standar internasional Laporan keuangan.

e) Dapat dilihat dari Surplus/Defisit LK akrual basis menyajikan seberapa efisien kinerja. Cukup efisien jika mendapat surplus sebaliknya tidak efisien jika mendapat deficit.

Kendala penyusunan LK berbasis akrual, berikut :

a) Minimnya SDM yang memiliki kompetensi dibidang akuntansi. b) Ketergantungan pemda pada konsultan.

c) Lemahnya reviu oleh inspektorat daerah, Inspektorat tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan reviu atas seluruh laporan keuangan yang disusun.

d) Sebagian pola pikir pegawai yang belum seperti sector privat/komersial.

e) system informasi akuntansi berbeda dengan sistem informasi asset daerah yang dapat menyebabkan ketidak cocokan, dengan adanya koreksi yang ditemukan.

f) perubahan kebijakan akuntansi keuangan daerah g) perubahan sistem akuntansi keuangan daerah.

Dokumen terkait