• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Tumou Tou

untuk mendapatkan keadaan tersebut. Relaksasi otot atau relaksasi progresif adalah teknik melemaskan otot yang berdasarkan pada keyakinan bahwa tubuh merespon keadaan yang menegangkan atau mencemaskan yang menyebabkan terjadinya ketegangan otot (Davis, 1995).

Pelatihan relaksasi otot merupakan salah satu terapi berupa pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan rileks, normal dan terkontrol dari gerakan tangan sampai kepada gerakan kaki (Utami, 2002).

Pelatihan relaksasi otot yang dilaksanakan selama dua hari bagi kelompok eksperimenterdiri dari tiga tahap.Hari pertama, tahap awal terdiri daridua sesi yaitu perkenalan dan ice breaking, diawali dengan pengisian lembar kontrak pelatihan dan informed concern dan pembacaan tata tertip.

Tahap tengah merupakan inti pelatihan yang terdiri dari tiga sesi yaitu kenali lebih jauh (konsep dan teknik relaksasi), sesi pelaksanaan relaksasi serta sesi evaluasi praktik.

Hari kedua dimulai dengan senam alam, sesi ini bertujuan untuk mempersiapkan kondisi fisik peserta agar siap melanjutkan proses pelatihan. Dalam sesi ini, peserta diminta membentuk beberapa baris berjajar. Setelah sesi senam alam, dilanjutkan dengan review hasil belajar hari pertama dan tugas praktik relaksasi otot progresif di rumah.

Setelah melakukan review, diadakan praktik tahap kedua. Pada tahap ini, peserta diminta untuk kembali melakukan praktik relaksasi otot progresif. Hal ini bertujuan agar peserta semakin menguasai cara-cara menegangkan dan merilekskan otot dengan benar.

Tahap akhir berisi evaluasi atau pemberikan penilaian terhadap pelatihan secara keseluruhan baik dari segi materi dan fasilitas yang diberikan selama pelatihan berlangsung serta saran yang dapat diberikan untuk pelatihan yang telah dilakukan.Dari hasil evaluasi pelatihan, proses pelatihan dinilai baik oleh subjek baik subjek yang termasuk dalam kelompok eksperimen maupun subjek yang masuk dalam kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa materi yang diberikan dapat diterima dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan untuk menurunkan kecemasan berbicara di depan umum terutama dalam mempresentasikan tugas-tugas di depan teman-teman. Berdasarkan hasil evaluasi pelatihan terlihat kalau para peserta menginginkan agar pelatihan ini sering diadakan. Karena dengan adanya pelatihan relaksasi otot ini para peserta merasa lebih bersemangat dan yakin bahwa mereka mampu mengontrol ketegangan-ketegangan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari terlebih dalam dunia akademik.

Pelatihan relaksasi otot progresif ini dilakukan selama tiga hari, dua hari untuk kelompok eksperimen dan satu hari untuk kelompok kontrol. Pelatihan relaksasi otot ini diberikan oleh seorang psikolog yang sudah berpengalaman dalam memberikan pelatihan relaksasi otot. Selama pelatihan para peserta terlihat antusias dan semangat dalam

67

Jurnal Tumou Tou

mengikuti sesi demi sesi pelatihan hingga sesi terakhir yaitu sesi evaluasi dan penutupan pelatihan. Dalam pelatihan ini, para peserta terlibat aktif dalam permainan, latihan relaksasi otot serta dalam diskusi yang dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan secara menyeluruh bahwa pelatihan relaksasi otot dapat menurunkan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa semester III yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum.

68

Jurnal Tumou Tou

PENUTUP Kesimpulan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan berbicara di depan umum sebelum dan setelah diberi pelatihan relaksasi otot. Mahasiswa yang diberi pelatihan relaksasi otot memiliki kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak diberikan pelatihan relaksasi otot. Sebelum mendapatkan pelatihan relaksasi otot progresif satu subjek memiliki kecemasan berbicara di depan umum tergolong sangat tinggi. Namun setelah diberi pelatihan relaksasi otot mengalami penurunan kecemasan berbicara di depan umum menjadi rendah. Selain itu sembilan subjek yang awalnya memiliki kecemasan berbicara di depan umum tinggi, setelah diberi pelatihan lima subjek mengalami penurunan ketaraf sedang dan empat subjek mengalami penurunan kecemasan berbicara di depan umum pada taraf rendah.

Hasil analisis menggunakan teknik Wilcoxon pada kelompok eksperimen menunjukkan bahwa pelatihan relaksasi otot efektif untuk menurunkan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa semester III STAKN Manado.

Saran

Berdasarkan pelaksanaan penelitian dan hasil yang diperoleh, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Kepada mahasiswa semester III STAKN Manado yang menjadi subjek penelitian, disarankan untuk dapat memanfaatkan secara maksimal pelatihan yang telah diikuti, serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam dunia akademik meskipun tanpa bimbingan trainer.

2. Kepada pimpinan STAKN Manado, disarankan untuk mengadakan pelatihan relaksasi otot pada kesempatan yang lain. Hal ini bertujuan untuk menurunkan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa. Sehingga pada saat mahasiswa melakukan praktek dilapangan tidak lagi mengalami kecemasan saat harus berbicara di depan umum.

3. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi bagi mahasiswa program profesi psikologi untuk menggunakan teknik relaksasi otot sebagai salah satu teknik intervensi dalam mengatasi kasus yang berkaitan dengan kecemasan berbicara di depan umum, khususnya pada kasus perguruan tinggi.

69

Jurnal Tumou Tou

DAFTAR PUSTAKA

Adler, R.B, & Rodman, G. (1991). Understanding human communication (4ͭ ͪ ed). Fort Worth: Holt, Rinehart & Winston Inc.

Astrid, I.D.A. (2010). Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara.

Skripsi (tidak diterbitkan) [On-Line].

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf. Tanggal Akses 27 Mei 2012.

Azwar, S. (2000). Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aryuni, A.U. (2007). Efek Musik Mozart terhadap Penurunan Kecemasan Berbicara Di Muka Umum.Skripsi (tidak diterbitkan). Makassar: Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar.

Bandura, A. (1997). Self Efficacy-The Exercise of Control. New York: Freeman and Company.

Beck, R.C. (2000). Motivation Theories and Principles. New Jersey: Prentice-Hall.

Blackburn, I.M & Davidson, K.M. (1990). Cognitive Therapy for Depression & Anxiety.

(Terjemahan). Semarang: IKIP Semarang Press.

Brody, M & Kent, S. (1993). Power Presentation. New York: John Wiley & Sons Inc.

Burgoon, M & Ruffner, M. (1978). Human Communication. New York : Holt Rinehart and Winston Inc.

Byers, P.Y & Weber, C.S. (1995). The Timing Of Speech Anxiety Reduction Treatments in the Public Speaking Classroom. The Southern Communication Journal, 60, 246-256.

Calhoun, J.F & Acocella, J.r. (1990).Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (alih bahasa Satmoko). Semarang. IKIP Semarang Press.

Chandra, P.E. (2001). Menjadi Enterpreneur Sukses. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Chaplin, J.P. (1995). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.

Davis. (1995). Panduan Relaksasi dan Reduksi Stres. Edisi III. Ahli bahasa: Achir Yani &

Anna Keliat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Davidson, C, G. (2008). Psikologi Abnormal. (Nurmalasari, F., Terj). Jakarta: Raja Grafindo Persada. (Karya asli terbit 2004).

Dewi, A.P &Andrianto, S. (2007). Hubungan antara Pola Pikir dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Keguruan. [On-Line]

http://www28.indowebster.com/ac2d8c89734f144a40a1a4f5790e6a83.phdf. Tanggal Akses 7 Januari 2012.

70

Jurnal Tumou Tou

Devito, J.A. (1995). The Interpersonal Communication Book (7ᵗ ͪ ed). New York Harper Collins College Publisher.

Durand. V.M & Barlow. D.H. (2006). Intisari Psikologi Abnormal edisi ketujuh. (terj) Hally Prajitno dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Feist, J & Feist, G.J. (2010). Theories of Personality. Edisi Ketujuh. Penerjemah Smitha Prathita Sjahputri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Feldman, P & Orford, J. (1980). Psychological Problems. New York : John Wiley & Sons Inc.

Hadi, S. (2000). Statistik. Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.

Hardjana, A.M. (2002). Stres tanpa Distres. Seni Mengelola Stres. Yogyakarta: Liberty.

Hardjana, A.M. (2003). Training SDM yang Efektif. Yogyakarta: Karnisius.

Huda, S. (2004). Perbedaan Kecakapan Hidup (life skill) antara Peserta dan Bukan Peserta Pelatihan Managemen Diri (PMI). Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:

Universitas Wangsa Manggala.

Hudaniah & Dayakisni, T. (2002). Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah.

Karyono. (1994). Efektivitas Relaksasi Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Ringan. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Lazarus, R.S. (1976). Patterns of Adjustment and Human Effectiveness. Tokyo: McGraw – Hill Kogakesha.

Lynton, R.P & Pareek, U. (1990). Training for Development, 2nd. New Delhi: Vistaar Publication.

Maramis, W.F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi kedua. Surabaya: Airlangga University Press.

McCroskey, J.R. (1984). The Communication Apprehension Perspective. [On-Line].

http://www.jamesmccroskey.com/publications/bookchapters/003_1984_C1.pdf.

Tanggal Akses 7 Januari 2012.

Nevid, J.S., Rathus, S.A & Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Ochs, D.J & Winkler, A.C. (1979). A Brief Introduction to Speech. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Opt, S.K & Loffredo, D.A. (2000). Rethinking Communication Apprehension : A Myers – Briggs Perspective. The Journal Psychology. 134 (5). 556-570.

Prawitasari, J.E. (1993). Efektifitas Terapi Relaksasi. Jurnal Psikologi. 30 (XIII), 19-33.

Rahkmat, S. (1995). Psikologi Komunikasi. Edisi revisi, cetakan ke-22. Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya.

Sugiyono. (2009). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

71

Jurnal Tumou Tou

Suhandang, K. (2009). Retorika Strategi Teknik dan Taktik Pidato. Bandung: Nuansa.

Sundari, S. (2005). Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyamto., Prabandari, Y.S., Marchira, C.R. (2009). Pengaruh Relaksasi Otot dalam Menurunkan Skor Kecemasan T-TMAS Mahasiswa Menjelang Ujian Akhir Program di Akademik Keperawatan NOTOKUSUMO. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat. Vol 25 No. 3, hal 142-149.

Thanan, M. (2001). Risalah Pergerakan Pemuda Islam. Jakarta: Visi Media.

Triana, R. (2005). Hubungan antara Citra Raga dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum. [On-Line]. http://www.pdf-search-engine.com/berbicara-di-depan-umum-pdf-html. Tanggal Akses 17 Januari 2012.

Urban. (2007). Positive Words; Powerful Results. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Utami, M.S & Prawitasari, J.E. (1991). Efektivitas Relaksasi dan Terapi Kognitif Untuk Mengurangi Kecemasan Berbicara di Muka Umum. Jurnal BPPS-UGM. 4 (2A), hal 311-321.

Utami, M.S & Purnamaningsih, E.H. (1998). Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Untuk Mengurangi Kecemasan Berbicara di Muka Umum. Jurnal Psikologi. No. 1, 65-76.

Utami, M.S. (2002). Prosedur-Prosedur Relaksasi. Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporel. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Uyanto, S.S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wulandari, I. (2005). Efektivitas Pelatihan Relaksasi Progresif untuk Mengurangi Stres pada Ibu Rumah Tangga Tidak Bekerja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:

Universitas Wangsa Manggala.

Dokumen terkait