• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnalis merupakan insan-insan yang harus mampu mencari, mengolah, dan menciptakan produk jurnalistiknya dengan menggunakan perasaan dan pikirannya sehingga industry tersebut bisa hidup dengan jiwa dan semangat tertentu. Justru karena itulah jurnalis / wartawan kini selalu dihadapkan pada berbagai tantangan yang hebat, tidak terbatas hanya mengumpulkan fakta dari peristiwa yang terjadi semata, namun pula dalam pengolahannya memerlukan profesionalisme yang memadai, baik dengan teknik-teknik komunikasinya maupun bidang pengetahuan yang terkait

dengan peristiwanya.19

Profesi sebagai jurnalis. Wartawan televisi tidak diperuntukkan bagi mereka yang berjiwa lemah. Pekerjaan ini membutuhkan tenaga yang baik serta motivasi yang cukup tinggi. Seorang wartawan atau reporter harus memiliki keigigihan dalam mengejar berita, mau bekerja keras, bersedia masuk kantor pada hari libur dan siap berangkat setiap saat ke lokasi liputan. Jadi profesi ini tidak cocok bagi orang-orang yang bermental kantoran, dengan jadwal kerja yang teratur, masuk kantor jam 8 pagi dan pulang pada

jam 5 sore.20

19 Ibid. hal 54

Kemampuan menulis berita dengan baik dan benar adalah modal awa yang harus dimiliki seorang jurnalis atau wartawan. Apalagi sebagai jurnalis pemula, kemampuan menulis berita akan benar-benar diuji. Lazimnya jurnalis pemula, ia akan lebih banyak mendapat tugas dilapangan untuk mencari dan meliput berita. Dari hasil liputan serta bahan berita yang diperoleh , kemudian

ditulis menjadi berita.21

Reporter merupakan faktor yang terpenting dalam semua kegiatan pembuatan berita. Dia harus mengunjungi suatu peristiwa-peristiwa dan mencari informasi yang beradadan dapat dijadikan berita. Kadang-kadang caranya tidak lebih daripada tanya jawab biasa, kadang-kadang berperan seperti intelejen, keras hati, dan cerdik dalam penyelidikiannya. Dalam kehidupan sehari-harinya ia lebih mirip seorang pahlawan dalam film roman, atau petugas yang sangat rajin.

Keistimewaannya, ia adalah petugas yang ulet, memiliki kecakapan pribadi yang lebih sempurna ketimbang rasa sekedar ingin tahu saja, berkeras hati pada kemauannya namun bukan anak kecil yang abadi. Dia memiliki sifat tidak puas pada seseorang atau peristiwa yang terjadi. Rasa penasaran dalam hatinya yang kuat menyebabkan dia lebih memilih pers sebagai tempat kerjanya yang utama. Baik tua maupun muda, ia akan selalu merasa enjoy dalam bertugas memperhatikan jalannya kehidupan manusia, memantau

drama politik dari belakang layar, menempatkan dirinya ditengah-tengah kota besar, menyaksikan segala kejadian alam, dan memiliki kartu pers sebagai simpai hidupnya.

Semua reporter tergabung dibawah penguasaan redaktur tertentu (criminal, olah raga, dan lain sebagainya). Mereka tergabung dalam jajaran redaksi yang disebut desk. Dalam timnya para reporter dikenal sebagai beat

man dan rekannya yang lain disebut leg man. Dalam dunia jurnalistik kedua

sebutan itu di bedakan oleh cara pelaporannya. Beat man ditandai dengan tugas rutinnya meliput keadaan kota, pengadilan, markas besar kepolisian, hotel-hotel dan sebagainya. Hari-hari tugasnya dijalani untuk melakukan pencarian bahan berita, dan secara rutin mengadakan pendekatan kepada pejabat-pejabat terkait. Melalui hubungan-hubungan demikian dia jadi mahir dalam upayanya memeperoleh informasi yang kadang-kadang bersifat rahasia dari relasinya yang ia bina itu. Leg man adalah reporter khusus yang ditugaskan meliput peristiwa-peristiwa tertentu oleh desk-nya. Mungkin ia seharian menangangani wawancara, selanjutnya melaporkan suatu pidato, mengadakan suatu penyelidikan, atau mengamati siding-sidang di komisi DPR. Untuk memperoleh beritanya sebanyak mungkin, ia memerlukan sepasang “kaki” yang baik dan mempunyai inisiatif yang tinggi.

Biasanya ia menulis naskah beritanya, dan dalam beberapa hal ditambahkannya beberapa fakta, serta kemudian menghubungi para penyusun ulang (re-writer) berita di desk-nya untuk meminta bantuan mereka dalam

menyempurnakan bentuk beritanya. Beberapa leg man membatasi dirinya hanya pada memperoleh data atau faktanya saja, dan dalam penulisan

beritanya diserahkan kepada redaktur (desk) yang bersangkutan.22

Ada ketentuan bahwa berita itu tidak lain dari laporan peristiwa yang baru terjadi disusun menurut fakta kejadiaannya. Anda mungkin bertanya, apakah disana tidak boleh ada opini atau ulasan ? Ya, benar tidak boleh, kecuali jika ditambahkan fakta yang mengesankan makna dan implikasinya. Tetapi Laksamana Purn Sudomo (Sinar Pagi, 12 September 1989) membenarkan bahwa pers boleh menulis fakta dan opini, sejauh opini itu benar-benar merupakan hasil penyelidikan atau pengamatan langsung yang

dapat dipertanggung jawabkan.23

Sebagai wartawan penyiaran khususnya untuk televisi, maka seorang wartawan harus membekali diri dengan pengalaman dan pengetahuan yang luas melalui latihan-latihan yang intensif (mendalam) dan juga mengetahui benar mengenai sifat-sifat media televisi. Menurut Mark W. Hall, sebelum menjadi wartawan televisi sebaiknya ia memiliki pengalaman lebih dahulu sebagai wartawan di media cetak yang baik. Dikatakan oleh Hall, seseorang menjadi wartawan penyiaran yang baik harus diawali dengan wartawan tulis yang baik dahulu dan selanjutanya baru menjadi wartawan televisi dalam arti sebenarnya. Sebagai reporter, ia harus memahami ilmu jurnalistik, disamping

22 Morissan, Opcit. Hal 56

23 Banjarnahor, Gundar. Wartawan Freelance Panduan Menulis Artikel Untuk Media Cetak dan Elektronik. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1994. Hal 1

itu ia juga harus kreatif, dalam arti mengetahui benar peristiwa-peristiwa yang mempunyai nilai-nilai jurnalistik.

Wartawan televisi yang baik juga adalah seorang yang mampu menjadi penyaji berita yang baik, dalam hal ini ia tidak hanya dituntut untuk dapat menulis berita dengan baik dan benar, namun ia juga menyampaikan berita dengan ucapan kata-kata yang baik didepan kamera, lengkap dengan mimik dan ekspresi yang menunjang (memiliki body language). Jadi seorang reporter televisi juga dituntut untuk dapat menjadi penyiar (news caster). Jelas disini bahwa yang dimaksudkan dengan wartawan televisi adalah seorang yang profesinya di bidang pemberitaan dan bekerja pada stasiun televisi (reporter dan juru kamera) yang hasil liputannya akan disiarkan emlalui media televisi.24

Jadi dengan kata lain reporter dengan juru kamera ialah pasangan yang sangat susah untuk dipisahkan dalam proses peliputan berita di televisi, karena dalam peliputan berita di televisi apabila berita tidak mempunyai atau disertai dengan gambar, berita itu tidak akan menjadi berita apa-apa. Walaupun ada juga yang bisa merangkap satu pekerjaan, misalnya seorang juru kamera bisa merangkap sebagai sebagai reporter dalam peliputan berita televisi, walaupun sangat jarang kita bisa temukan yang model seperti ini.

Adapun yang banyak menganggap bahwa memilih pekerjaan sebagai wartawan adalah pekerjaan yang kurang menguntungkan dan lebih banyak

berbohong dan mengejar-ngejar privasi orang ataupun kehidupan manusia, baik dari segi keluarga ataupun organisasi perusahaan dan kepentingan-kepentingan orang lain. Memilih pekerjaan tetap atau pekerjaan utama sebagai wartawan televisi, tetap selalu diperhitungkan oleh kebanyakan orang, karena disamping pekerjaan sebagai wartawan itu sangat sulit dan menyita banyak waktu, wartawan juga mempunyai resiko keselamatan diri yang cukup besar dan tanggung jawab yang sangat besar pula.

Pekerjaan yang punya tanggung jawab besar tehadap banyak orang dan tanggung jawab kepada kepentingan orang, salah satunya adalah wartawan televisi, karena apabila berita yang kita buat ternyata tidak sama dengan kenyataan yang sebenarnya, kita akan mempunyai tanggung jawab moril yang sangat besar terhadap masyarakat, dan akan menimbulkan kebohongan public. Apalagi wartawan atau jurnalis mempunya kode etik sendiri dan banyak sekali orang yang memperhatikan dari pekerjaan sebagai wartawan atau jurnalis TV sekarang ini, dan juga dengan didorong dengan kemajuan televisi di Indonesia juga, setiap stasiun televisi ingin mendapatkan berita yang paling actual dan eksklusif. Perkembangan itu, wartawan atau jurnalis televisi lah yang paling menjadi bahan sorotan dalam program berita.

Dari penelitian terhadap tugas dan pekerjaan para wartawan tersebut,

Committee of Concerned Journalist akhirnya menyimpulkan bahwa

sekurang-kurangnya ada Sembilan inti prinsip jurnalisme yang harus dikembangkan :25

a. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran

b. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga masyarakat c. Inti jurnalisme adalah disiplin untuk melakukan verifikasi

d. Para wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput e. Wartawan harus mengemban tugas sebagai pemantau yang bebas terhadap

kekuasaan

f. Jurnalisme harus menyediakan forum untuk kritik dan komentar public g. Jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan

relevan

h. Wartawan harus menjaga agar berita itu proporsional dan komperehensif i. Wartawan itu memiliki kewajiban utama terhadap suara hatinya.

2.4 Televisi

Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audio visual gerak. Isi pesan audio visual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu. Jumlah individu ini menjadi relative

25 Ishwara Luwi, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara, 2005. Hal 9

besar bila isi pesan audio visual gerak ini disajikan melalui media televisi. Saat ini, berkat dukungan teknologi satelit komunikasi dan serat optic, siaran televisi yang dibawa oleh gelombang elektromagnetik, tidak mungkin lagi dihambat oleh ruang dan waktu. Bahkan khalayak sasarannya tidak lagi bersifat local, nasional, dan regional, tetapi sudah bersifat internasional atau global. Siaran televisi adalah siaran-siaran dalam bentuk gambar dan suara yang dapat ditangkap langsung untuk melihat dan dilihat dan didengarkan oleh umum, baik dengan system pemancaran gelombang radio dan atau kabel

maupun serat optic.26

Televisi merupakan gabungan dari media massa dengar dan gambar yang bisa bersifat politis bisa pula informatif, hiburan dan pendidikan atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Televisi menciptakan suasana tertentu yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikan. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.27

Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual.

26 Askurifai Baskin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Hal 16

Peletak utama dasar teknologi pertelevisian tersebut adalah Paul Nipkow dari Jerman yang dilakuaknnya pada tahun 1884. Ia menentukan sebuah alat yang kemudian idsebut sebagai Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Penemuannyan tersebut melehirkan electrische teleskop atau televise elektris.

Perkembangan pertelevisian saat ini sudah sedemikian pesat sehingga dampak siaran yang menyebabkan seolah-olah tidak ada lagi batas antasa satu negara dengan negara yang lainnya terlebih setelah digunakannya satelit untuk memancarakan signal televise. Inilah yang disebut sebagai globalisasi dibidang informasi. Peristiwa yang terjadi di daratan Eropa atau Amerika atau Rusia, pada saat yang sama dapat pula diketahui oleh negara-negara lain dan sebaliknya, melalui bantuan satelit yang mampu memultipancarkan siarannya

ke berbagai penjuru dunia tanpa adanya hambatan geografis yang berarti.28

Media, terutama TV, mempunyai peran sangat besar untuk mengkonstruksi budaya masyarakat manusia. Apa yang kita anggap sebagai realitas, seringkali adalah produk dari pandangan media terhadap isu tersebut. Realitas terwujud dalam berbagai bentuk sesuai dengan banyaknya media dan gambar. Dengan kata lain, simbol realitas telah menggantikan realitas itu sendiri. Media massa bisa mempengaruhi bangunan budaya masyarakat. Aspek kognitif, afektif (perasaan) dan konatif (perilaku) penonton, dapat dipengaruhi oleh tayangan-tayangan televisi. Mengapa? Karena implikasi dari

28 Iskandar Muda Deddy, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Hal 4

frekuensi penyampaian yang intensif, yakni dalam rentang waktu harian atau mingguan atau bulanan secara repetitif, dalam bentuk penyampaian yang konstan melalui wahana cetak, suara dan gambar (audio visual). Pada kasus media audio visual dari televisi misalnya, secara menyeluruh mampu menstimulasi segenap panca indera penonton secara emosional hingga mampu mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan penontonnya.

Dunia pertelevisian tanah air mengalami perkembangan yang cukup pesat beberapa tahun belakangan ini. Awalnya, kita hanya punya satu stasiun televisi, itu pun dimiliki oleh pemerintah, namanya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pada tahun 1989, lahirlah stasiun televisi Rajawali Citra Televisi (RCTI). Stasiun tersebut menjadi televisi swasta pertama di Indonesia. Stasiun televisi yang kemudian l ahir berturut-turut lahir adalah Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Indosiar, dan Andalas Televisi (AnTV). Sejak era reformasi bergulir, televisi swasta pun semakin ramai bermunculan. Ada MetroTV, Transformasi Televisi (Trans TV), TV 7 yang kini menjadi Trans 7, Lativi yang belakangan menjadi

TVOne, seta Global TV.29

Seiring perkembangannya zaman dan seiring berkembangnya media televisi Indonesia saat ini, mengakibatkan harus adanya pekerja di dalamnya, dan untuk mencari sebuah berita dan informasi yang ada dimana-mana dan

tersebar luas, tentu saja pihak stasiun televisi sangat banyak membutuhkan tenaga-tenaga professional di bidang jurnalistik televisi.

Dokumen terkait