• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan kepada orang-orang yang membutuhkan informasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. disampaikan kepada orang-orang yang membutuhkan informasi."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Dalam realita kehidupan sehari-hari, pada dasarnya manusia mempunyai rasa saling membutuhkan antara satu dengan yang lainya. Manusia sebagai mahluk sosial didunia pasti mempunyai berbagai macam kegiatan dan kebutuhannya masing-masing. Seiring kemajuan zaman manusia sangat membutuhkan berbagai informasi. Salah satu kegiatan yang dilakukan manusia sekarang adalah mencari sebuah informasi yang mereka butuhkan, dan ada juga kegiatan yang dilakukan untuk mencari sebuah informasi dan disampaikan kepada orang-orang yang membutuhkan informasi.

Jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati

nurani khalayaknya sesuai dengan kehendak para jurnalisnya.1

Kegiatan jurnalistik sebenarnya telah lama dikenal manusia di dunia ini. Betapa tidak, kegiatan dimaksud selalu hadir ditengah-tengah masyarakat, sejalan dengan kegiatan pergaulan hidupnya yang dinamis, terutama sekali dalam masyarakat modern yang sekarang ini.

(2)

Sejarah peradaban manusia dahulu kita kenal orang Yunani, beribu tahun sebelum masehi, menggunakan nyala obor sebagai isyarat yang dapat dilihat oleh rekannya yang berada jauh dari tempatnya. Orang-orang Indian menggunakan asap untuk mengirimkan informasi kepada rekan-rekannya yang jauh darinya. Semua alat itu dimaksudkan untuk memberitahukan sesuatu kejadian atau menyampaikan informasi dari jarak jauh antara sesama teman atau sesama manusia. Di Indonesia, kini orang masih menggunakan

kentongan untuk member tahu orang-orang akan adanya bahaya atau

peristiwa.2 Demikian pula praktik-praktik pengiriman berita dalam bentuk

komunikasi yang sederhana itu berkembang menjadi suatu yang lebih mirip dengan kegiatan jurnalistik yang kita kenal sekarang.

Sehubungan dalam kegiatan jurnalistik, pada zaman romawi kuno yang diperintah oleh Julius Caesar dikenal dengan istilah acta diurnal yang mengandung makna rangkaian kata (gerakan, kegiatan, dan kejadian) hari ini. Adapun kata istik merujuk pada istilah estetika yang berarti ilmu pengetahuan tentang keindahan. Keindahan yang dimaksud adalah mewujudkan berbagai produk seni dan / keterampilan dengan menggunakan bahan-bahan yang diperlukan seperti kayu, batu, kertas, cat, atau suara. Karena keindahan tersebut mengandung makna yang luas serta mencakup sifat-sifatnya yang objektif dan subjektif, maka hasil seni dan keterampilan dimaksud

(3)

mengandung nilai-nilai yang bisa diminati dan dinikmati oleh manusia pengagumnya, disamping nilainya sendiri yang memang apa adanya dari

karya seni tersebut.3

Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi dibandingkan waktu mereka dengan keluarga maupun yang lainnya. Bagi banyak orang televisi adalah teman, televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu. Televisi membujuk kita untuk mengkonsumsi lebih banyak dan lebih banyak lagi. Televisi memperlihatkan bagaimana kehidupan seseorang dan memberikan ide tentang bagaimana kita ingin menjalani hidup ini. Ringkasnya, televisi mampu memasuki relung-relung kehidupan kita lebih

dari yang lain.4

Melalui kaca mata kemasyarakatan atau sosiologi, gejala demikian merupakan sifat yang wajar pada manusia sebagai mahluk social dimanapun dirinya berada, selalu ada rasa ingin tahu dan melakukan sosialisasi dengan lingkungannya. Manusia mempunyai bakat untuk belajar dan daya berpikir manusia berkembang semakin maju sesuai dengan situasi dan kondisi yang mereka alami dan mereka hadapi. Kebudayaan itupun bertambah sehingga

3 www.ensiklopedi.com

(4)

dapat berpikir atas pengaruh yang diperoleh dari situasi dan kondisi lingkungannya, mereka berpikir menciptakan sesuatu budaya yang cocok dengan lama sekitarnya.

Setiap peristiwa, fakta, dan data yang ada di alam semesta ini selalu menarik perhatian manusia. Karena manusia adalah mahluk sosial yang selalu ingin mengetahui segala yang ada disekitarnya ataupun yang ada hubungan dengan kepentingannya, pasti selalu menjadi perhatiannya. Memang kalau kita kaji secara mendalam, mustahil setiap manusia bisa menyatakan sesuatu apabila ia tidak menemukan bahan untuk dinyatakannya, dan tanpa tujuan tertentu. Bagi insan yang sehat nurani dan jasmaninya sudah tentu akan menyatakan buah pikiran dengan maksud tertentu kepada rekannya untuk mengungkap apa yang telah terjadi dilingkungan sekitar kita dengan cara memberitakannya. Tak heran sekarang orang-orang yang ada didunia ini ingin sekali menjadi seorang jurnalis atau wartawan khusunya di dunia pertelevisian. Akan tetapi, setiap manusia yang ingin dan sudah menjadi seorang jurnalis televisi, hidupnya seakan berubah beribu-ribu persen dari ketika mereka belum menjadi seorang jurnalis khususnya di televisi. apalagi ketika berada di televisi yang benar-benar mengedepankan news maka seorang jurnalis dituntut untuk benar-benar menjadi seorang jurnalis yang profesional.

(5)

“Dunia-kehidupan (lebenswelt) adalah dasar makna yang dilupakan oleh ilmu pengetahuan”, begitulah ujar Husserl, pencetus filsafat Fenomenologi. Dunia kehidipan adalah unsur sehari-hari yang membentuk kenyataan kita, unsur-unsur dunia sehari-hari yang kita libati dan hadapi sebelum kita meneorikan atau merefleksikannya secara filosofis. Dunia kehidupan memuat segala orientasi yang kita andaikan begitu saja dan kita hayati pada tahap-tahap yang paling primer. Sayangnya, dunia kehidupan itu sudah dilupakan. Kita kerap memaknai kehidupan secara apa adanya, tetapi berdasarkan teori-teori, refleksi filosofis tertentu, atau berdasarkan oleh penafsiran-penafsiran yang diwarnai oleh kepentingan-kepentingan, situasi kehidupan, dan kebiasaan-kebiasaan kita. Maka fenomenologi menyerukan

zuruck zu de sachen selbst (kembali kepada benda-benda itu sendiri), yaitu

upaya untuk menemukan kembali ke dunia kehidupan.5

Tradisi fenomenologis. Tradisi ini lebih memeberi pada penekanan pada persoalan pengalaman pribadi (personal experience), termasuk pengalaman pribadi yang dimiliki seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi dalam tradisi ini dipandang sebagai “…sharing of personal

experience through dialogue.” (Littlejohn, 2002 : 13). Perihal mengenai

jalinan hubungan (relationship) juga memperoleh perhatian yang kuat dalam tradisi ini, yang sebagai konsekuensinya, tradisi ini sangat tertarik untuk

5 Ardianto Elvinaro & Q-Anees Bambang, Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung : SImbiosa Rekatama

(6)

mempelajari persoalan bagaimana suatu jalinan hubungan yang sudah terbina dapat mengalami erosi, misalnya hubungan persahabatan antara seseorang dengan orang lain, suatu lembaga dengan lembaga lain, dan masyarakat satu dengan masyarakat yang lain. Sebagian dari konsep yang lazim digunakan dalam tradisi ini adalah pengalaman (experience), diri (self), dialog (dialogue), semula atau asli (genuine), sportivitas, dan keterbukaan (openness). Tradisi ini menolak beberapa pandangan penting, misalnya bahwa komunikasi hanyalah merupakan keterampilan ; bahwa lambang (atau kata-kata) terpisah dengan benda atau objek yang diwakilinya ; dan bahwa nilai

(value) terpisah dari fakta (fact).6

Pemikiran fenomenologi bukan merupakan sebuah gerakan pemikiran yang koheren. Ia mungkin lebih merefleksikan pemikiran dari beberapa filusuf, termasuk didalamnya Edmund Husserl, Maurice Merleau Ponty, Martin Heidegger dan Alfred Schutz. Fenomenologi social mempunyai sebuah pendekatan dan pembendaharaan kata untuk menginterpretasikan kehidupan di dunia dan menjadi sebuah pemahaman bagaimana sikap alamiah

kehidupan sehari-hari dimainkan.7

Teori fenomenologi merupakan teori yang tepat untuk mendukung penelitian ini, Karena teori fenomenologi merupakan teori yang memiliki

6 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif. LKis. Hal 23. 7 Opcit. Hal 129

(7)

pendekatan dan pembendaharaan kata untuk menginterpretasikan kehidupan didunia dan menjadi sebuah pemahaman bagaimana sikap alamiah seperti halnya kehidupan sehari-hari.

Metro TV merupakan stasiun televise yang berbasis News atau berita. Bisa dipastikan bahwa yang menjadi jurnalis di sana bukan jurnalis yang sembarangan, sudah pasti para calon jurnalis disana harus melewati banyak test yang menentukan layak atau tidaknya untuk menjadi jurnalis di Metro TV. Dengan demikian peneliti merasa bahwa Jurnalis Metro TV sangat layak apabila dijadikan subjek penelitian. Bukan hanya itu, peneliti juga pernah magang di Metro TV dan sudah melihat serta membaca bagaimana keadaan jurnalis disana sehingga dapat sangat menarik untuk diteliti.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana “DINAMIKA KEHIDUPAN JURNALIS TELEVISI DI METRO TV?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu : Untuk mengetahui realitas kehidupan seorang jurnalis tv yang dituntut untuk professional dengan kesibukan dan kepadatan didalam pekerjaan yang berhubungan dengan kehidupan sosial mereka.

(8)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis / Akademis

Hasil penelitian ini secara teoritis bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya untuk mengetahui perubahan kehidupan seorang jurnalis televisi yang hampir tidak mempunyai batas waktu dalam bekerja.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan daya rangsang kepada masyarakat yang ingin menjadi seorang jurnalis televisi, dan melihat sisi baik dan sisi buruk dari pekerjaan sebagai jurnalis televisi.

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Antarpribadi

Siapa yang dapat menghindari aktivitas komunikasi? Semua orang tidak dapat dan tidak bisa tanpa berkomunikasi. Setiap individu sangat membutuhkan sentuhan, sapaan, dan perhatian dari orang lain sebagai wujud dari komunikasi. Adapun bentuk komunikasi yang sering digunakan adalah komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi yang melibatkan dua atau beberapa orang yang relative masih dapat diidentifikasi atau bahkan dikenal orang-orang yang terlibat. Seperti yang diketahui, ada beberapa karakteristik dari komunikasi antarpribadi, diantaranya terjadi secara spontasitas, secara langsung, baik dengan menggunakan media atau tidak menggunakan media.

Kenapa komunikasi antarpribadi sangat penting? Karena setiap individu melakukan aktivitaas komunitas antarpribadi. Secara emosional, komunikasi antarpribadi sangat efektif dalam membangun hubungan dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi juga merupakan bentuk komunikasi yang sering dan bahkan setiap orang melakukannya disamping komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal).

Seperti yang kita ketahui, selain komunikasi antarpribadi ada pula bentuk komunikasi, yaitu komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok,

(10)

komunikasi massa, dan interaksi social. Namun dari semua bentuk tersebut, komunikasi antarpribadi yang sering menjadi tonggak atau penentu dalam keberhasilan pada bentuk komunikasi lainnya. Kenapa hal ini bisa terjadi? Komunikasi antarpribadi sebagai gerbang awal membangun hubungan internal dan eksternal, baik dalam sebuah kelompok maupun dalam cakupan public.

2.1.1 Komunikasi interpersonal

Komunikasi interpersonal disebut juga komunikasi antarpersonal atau antarpribadi. Perkataan pribadi (personal) dalam definisi ini mengandung makna khusus pada diri orang itu yang berbeda dengan orang lain. Jadi komunikasi ini terjadi antara seseorang dengan orang lain. Oleh karena itu komunikasi interpersonal diklasifikasikan ke dalam komunikasi diadik dan komunikasi triadik. Komunikasi diadik adalah komunikasi yang berlangsunug antara dua orang, yang satu sebagai komunikator dan yang lain sebagai komunikan.

Komunikasi triadik adalah komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau tiga pihak, yang terdiri dari satu komunikator dan dua komunikan. Apabila komunikasi berlangsung lebih dari dua atau tiga orang disebut dengan komunikasi kelompok kecil.

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang palng ampuh dalam upaya mengubah sikap, opini, atau perilaku seseorang karena beberapa alasan :

(11)

1. Komunikator dapat langsung mengtahui frame of reference komunikan secara penuh dan utuh, seperti pendidikan, suku bangsa, hobi, aspirasi, dan unsur lain yang penting artinya bagi upaya mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan.

2. Komunikasi berlangsung dialogis berupa percakapan tanya jawab, sehingga komunikator dapat mengetahui segala hal mengenai diri komunikan. Dalam komunikasi dialogis, komunikator bisa langsung memperbaiki gaya komunikasinya bila reaksi komunikan negatif misalnya komunikan tidak mengerti,bimbang atau bingung. 3. Komunikasi berlangsung secara tatap muka saling berhadapan sehingga komunikatro dapat menyaksikan ekspresi wajah, sikap, gerak-gerik, dan lain-lain yang merupakan umpan balik nonverbal dalam proses komunikasi yang sedang berlangsung.

4. Komunikasi interpersonal biasanya dilakukan dengan tehnik persuasif, sedangkan teknik komunikasi informatif digunakan dalam menghadapi khalayak yang jumlahnya banyak atau komunikasi dengan menggunakan media. Oleh karena itu, komunikasi interpersonal hanya dipergunakan untuk memersuasi orang orang tertentu yang punya pengaruh, punya lembaga/partai atau punya banyak pengikut. Apabila ia berhasil diubah sikapnya, opininya, periakunya, atau bahkan ideologinya, maka jajarannya atau para pengikutnya akan berubah pula.

(12)

2.1.2 Interaksi sosial

Telah dikatakan bahwa interaksi sosial didahului oleh suatu kontak sosial komunikasi. Hal mana kemudian memungkinkan interaksi. Sebagai salah satu tahap penting dalam proses sosial (dan sosialisasi) perlu ditinjau lagi apakah sebenarnya proses sosial dan interaksi sosial itu. Harold Lasswell dan Abraham Kaplan memberi definisi tentang proses sosial sebagai berikut :

“the totality of value processes for all the values important in society”.

Dari definisi Lasswell dan Kaplan ini jelaslah betapa luasnya proses sosial itu, yaitu bahwa ia mencapai semua kegiatan dalam masyarakat dengan melibatkan masalah sistem nilai yang oleh individu atau kelompok diusahakan untuk disebarluaskan.

Ditinjau dari segi ini, menurut Lasswell dan Kaplan setiap proses sosial melibatkan penerimaan atau penolakan dari norma-norma yang disbar secara sadar ataupun tidak sadar, secara langsung atau tidak langsung. Lasswell dan Kaplan selanjutnya berpendapat bahwa norma-norma yang dilibatkan dapat dikelompokkan dalam dua kelompok norma yang besar, yaitu yang disebutnya :

a) Welfare values (nilai kesejajteraan) dan

(13)

Menurut Lasswell dan Kaplan welfare values merupakan nilai-nilai yang dianggap penting oleh dan untuk hidup manusia, agar supaya dapat hidup dengan layak, mempunyai pendapatan yang mencukupi keperluan sehari-hari, nilai tentang kesehatan badaniah dan tergolong pula di dalamnya perasaan aman dalam memperoleh atau melanjutkan pekerjaan, agar supaya hidup terjamin.

Selanjutnya deference values merupakan kelompk nilai-nilai yang abstrak dan perlu diperhatikan oleh orang yang hidup dalam masyarakatnya, khususnya dalam kehidupan berkelompok/sosial. Dalam kelompok nilai ini tergolong masalah pengaruh-mempengaruhi, status, penghargaan terhadap orang yang lebih tinggi atau tua, nilai-nilai moral apa yang dianggap baik, buruk, tidak jujur, terpuji dan seterusnya). Inilah nilai-nilai yang selalu secara sadar maupun tidak sadar terlibat dalam interaksi sosial yang harmonis dapat

dicapai. Interaksi sosial sebagai proses pengaruh-mempengaruhi,

menghasilkan hubungan tetap yang kahirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Dalam kegiatan interaksi sosial, interaksi menggunakan komunikasi. Dengan demikian komunikasi merupakan alat dari interaksi dan alat dari proses sosial.

(14)

Karenanya pula, unsur-unsur komunikasi menjai faktor penentu dalam interaksi sosial, karena komunikasi :

a. Menguunakan lambang

b. Memberi arti interpretasi kepada lambang

c. Merupakan nilai-nilai individu dan nilai kelompok d. Menunjukkan tujuan lambang.

Bagaimana hasil interaksi sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi ini, khususnya nilai dan arti yang diberikan kepada lambang-lambang yang

dipergunakan.8

2.2 Pers, dan Jurnalistik

2.2.1 Definisi Pers

Definisi pers yaitu, suatu lembaga social dan wahana, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar serta data grafik maupun bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis salauran yang tersedia. Dimana pers saat ini tidak hanya terbatas pada media

8

(15)

cetak amaupun media elektronik tetapi juga telah merambah ke berbagai medium informasi seperti internet.

Pers pada umumnya, dan pers Indonesia pada khususnya adalah sarana sosialisasi per axellentiam. Apa saja yang dilakukan lewat pers kemudian berubah wujudnya menjadi social ; komunikasi pribadi, komunikasi social, perkenalan pribadi menjadi pergaulan social, kritik pribadi menjadi kritik social dan peringatan pribadi menjadi control social. Dengan kata lain perkataan apa saja yang diumumkan melewati pers, sebetulnya telah keluar

dari ruang private dan memasuki apa yang dinamakan forum publicium.9

Pers mengandung dua arti. Arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit, pers hanya menunjuk kepada media cetak berkala : surat kabar, tabloid dan majalah. Sedangkan dalam arti luas, pers bukan hanya menunjuk pada media cetak berkala melainkan juga mencakup media elektronik auditif dan media elektronik audiovisual berkala yakni, radio televise, film, dan

media online internet. Pers dalam arti luas disebut media massa.10

Istilah pers dalam kosa kata Bahasa Indoensia diambil dari bahasa Belanda yang mempunyai arti sama dengan press dalam bahasa Inggris. Pada awalnya, pers merupakan sebutan bagi suatu alat proses cetak. Penemuan suatu alat proses cetak (the movable type printing press) pertama oleh

9 Jacob Oetama, Perspektif Pers Indonesia, LP3ES

10 Sumadiria AS Haris, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feauture Panduan Praktis Jurnalis

(16)

Johannes Gutenberg tahun 1456 yang digunakan untuk mencetak Bilble dan buku-buku cetakan lain. Sementara surat kabar pertama muncul di Eropa pada abad 17 Masehi. Surat kabar yang pertama muncul adalah Mercurius

Gallobelgieus dalam bahasa Latin tahun 1594 di Cologne (sekarang Jerman)

dan didistribusikan secara luas hingga mencapai Inggris. Di berbagai negara Barat lain seperti di Inggris, surat kabar yang pertama diterbitkan adalah

Oxford Gazette tahun 1665 yang kemudian berubah menjadi London Gazette

dan di Amerika Koran pertama Benjamin Harris’s Publik tahun 1690.11

Dalam perkembangan artinya yang mutakhir, pers juga berarti institusi penerbitan yang berawal dari penguunaan alat-alat cetak yang menggunakan teknik per situ. Institusi pers kini tidak hanya meliputi kerja cetak mencetak atau rekam merekam saja, melainkan juga meliputi seluruh aktifitas profesional dalam penyiapan bahan terbitan sampai dengan kegiatan penyebarluasan. Dapat dikatakan istilah pers yang awalnya di adopsi dari bahasa Belanda itu secara etimologis dan secara teknis telah mengalami perkembangan penggunaan kata itu hingga mencakup seluruh seluk-beluk

kegiatan pers itu sendiri.12

Sering dikatakan bahwa kebebasan pers di satu negara ditentukan oleh system pers yang dianut oleh negara tersebut. Ketika “perang dingin” antara

11 Shaffat Idri, Kebebasan Tanggung Jawab dan Penyimpangan Pers. Jakarta : Prestasi Pustaka, 2008.

Hal 3

(17)

blok barat dan blok timur masih berlangsung, terdapat empat system pers yang dianut oleh negara-negara di dunia ini, yaitu, otoriter, liberal, Marxis, dan tanggung jawab sosial. Setelah berakhirnya perang dingin seperti ditulis J. Herbert Altschull, jumlah system pers tersebut susut menjadi tiga, yaitu : pasar (di negara-negara kapitalis), Marxis (di negara-negara sosialis) dan berkembang (di negara-negara yang sedang berkembang) (Dalam Severin dan

Tankard, Jr 1992:290).13

Akan tetapi pada kenyataannya pers di Indonesia harus tetap berpegang teguh pada kode etik jurnalistik, mengingat di dunia hampir tidak ada satu pekerjaan pun yang dilaksanakan tanpa etika. Keberadaan suatu etika pada umumnya harus dijunjung tinggi karena hal itulah yang membuat seorang manusia menjadi lebih beradab. Etika tersebut akan digunakan oleh seorang jurnalis sebagai pedoman tatkala ia menjalankan profesianya agar ia tidak lepas dari tanggung jawabnya. Kode etik jurnalistik merupakan aturan tata susila kewartawanan, norma tertulis yang mengatur sikap, tingkah laku semua pelaku jurnalistik.

Berdasarkan definisi tersebut maka dalam menjalankan profesinya, seorang wartawan harus berpegang teguh pada aturan-aturan yang yang terdapat dalam kode etik jurnalistik tersebut. Pers akan selalu berkaitan dengan segala peristiwa apapun yang tentu saja berhubungan dengan

(18)

informasi, mulai dari masalah social, politik, ekonnomi, hingga masalah penyampaian hiburan kepada masyarakat. Dalam hal ini pers mulai menjalankan perannya sebagai abdi negara sekaligus masyarakat. Sampai kapanpun dunia jurnalisme atau pers akan selalu dibutuhkan dan dicari karena dari sinilah semua elemen masyarakat bisa mengetahui kejadian atau peristiwa-peristiwa mengenai lingkungan sekitarnya, bahkan yang uptodate sekalipun.

Peran pers dirasa sangat berat karena dalam menjalankan profesinya, insane-insan pers harus benar-benar mengutarakan fakta dari suatu peristiwa yang terjadi. Artinya dalam jurnalisme tidak ada kata “main-main” dalam penyampaian informasi. Apabila hal tersebut terjadi bisa menyebabkan akibat yang fatal. Disamping itu pers harus mampu merencanakan visi dan misinya, mengorganisir sumber daya manusia yang ada didalamnya, mengaktualisasi ide-ide pekerjanya serta mampu mengkoordinasikan industry pers agar masyarakat ketagihan untuk mengkonsumsinya.

Karena pertumbuhan ekonomi dimana-mana dan sepanjang sejarahnya cenderung naik, yang berarti naik pula komponen-komponen produksi jurnalistik, maka saat ini dan mengikuti perkembangan zaman, pers telah dijadikan ajang lahan bisnis oleh para pelaku jurnalistik yang ada dimanapun mereka berada dan bekerja. Walaupun padahal segala kegiatan yang bersangkutan dengan kegiatan jurnalistik itu diatur oleh pemerintah.

(19)

Jurnalisme yang berkembang sekarang ini sudah termasuk bebas. Berkaitan dengan konteks kebebasan pers dalam era demokrasi saat ini, selain sebagai institusi industry, pers tidak dapat meninggalkan posisinya sebagai pengawas atau control social. Fungsi control social ini ditujukan pada pemerintah maupun Negara. Artinya pers bertindak untuk mengawasi dan mengontrol jalannya kehidupan kenegaraan di Negara ini. Meskipun demikian, pers dalam memberikan sebuah kejadian harus tetap objektif. Objektifitas artinya tidak memberikan penilaian, tidak berpihak, dan tidak boleh berprasangka.

Apalagi sekarang Indonesia sudah memasuki era kebebasan pers yang telah diperjuangkan sejak 50 tahun terakhir. Namun pers yang bebas sebagai sarana utama demokrasi dan informasi, saat ini dalam tahap awal. Menurut pendapat Drs. Ishadi SK, M.Sc akan terjadi tiga ancaman yang amat serius dalam memasuki kebebasan pers yang sedang dikembangkan sekarang diantaranya :

1. Amat terbatasnya jumlah wartawan yang terdidik mampu secara professional. Yang mungkin direkruit untuk menginformasikan segala informasi yang berkembang di lingkungan masyarakat, dan yang mungkin direkruit untuk menerbitkan 600 koran, majalah dan tabloid, yang izinnya telah dikeluarkan sekarang ini. Dengan diizinkan beroperasinya 600 koran, majalah dan tabloid terbaru, pertanyaan yang mencuat dari mana

(20)

wartawannya direkruit. Kekhawatiran yang berkembang adalah menurunnya kualitas jurnalistik media khususnya Koran, majalah dan tabloid yang baru dan stasiun televise yang bari.

2. Banyaknya Koran dan penerbitan, akan menimbulkan persaingan yang amat tajam diantara mereka, yang pada akhirnya akan menjurus “kepentingan idealisme” akan terkalahkan dengan “kepentingan bisnis”.

Permasalahan-permasalahan tersebut diatas pada gilirannya akan membuat atau melahirkan Koran dan stasiun televise dan penerbitan yang

berselera rendah dan tidak memenuhi standar.14

2.2.2 Pengertian Jurnalistik

Jurnalistik merupakan suatu kegiatan mencari, mengolah dan menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Pada intinya suatu berita itu harus jelas asalnya dan isnya pun harus lengkap. Berita dipandang lengkap apabila member keterangan tentang apa peristiwanya (what), siapa (who), kapan (when), dimana (where), mengapa (why), dan bagaimana peristiwanya (how). Mencakup 5W+1H. Jurnalisme berasal dari kata “Acta Journa” (catatan harian). Jurnalistik dalam bahasa belanda adalah (journalistick), sedangkan dalam bahasa Inggris adalah “Journalism”. Dimana keduanya berasal dari bahasa Perancis “Jour” yang berarti harian. Dapat disimpulkan bahwa jurnalistuk merupakan pengetahuan/ilmu mengenai catatan harian

(21)

(berita) dengan segala aspeknya mulai dari mencari, mengolah hingga

menyebarkan.15

Menurut Fraser Bond, gagasan mengenai layanan kepada public ada dalam ajaran dan praksis jurnalistik. Pertama-tama jurnalistik berusaha mengingatkan khalayaknya tentang makna suatu peristiwa, cara yang biasa ditempuh Bond ialah dengan memberikan informasi kepada khalayak (audience) dalam bentuk tajuk rencana. Meskipun Bond tidak memerincinya, hal itu bias dilakukan melalui opini wartawan (by line story) atau berita interpretasi, jurnalistik essai dan jurnalistik proses.

Menurut Harold D. Lasswell dalam The Communication of Idea (1948), media massa itu bisa berperan sebagai pengawal dilingkungan kita, yang dapat mengungkap berbagai ancaman dan peluang yang mempengaruhi nilai-nilai komunitas. Etapi menurut Frd S. Siebert dalam bukunya

Communications in Modern Society (1948) media massa tak mungkin

memikul semua tanggung jawab dalam semua penyebaran tentang kebenaran. Media hanya mungkin mengatakan banyak tentang kebenaran sehingga public

mengetahui kejadian-kejadian atau kegiatan-kegiatan yang sedang

berlangsung. 16

Jurnalis adalah seorang yang melakukan jurnalisme, yaitu orang yang menciptakan laporan sebagai profesi untuk disebarluaskan atau dipublikasi

15 Suroso. Menuju Pers Demokratis. Yogyakarta : Lembaga Studi dan Inovasi Pendidikan, 2001. 16 Askurifai Baskin, Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Hal 49

(22)

dalam media massa, seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet. Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis dalam laporannya; dan mereka diharapkan untuk menulis laporan yang paling objektif dan tidak memiliki pandangan dari sudut tertentu untuk melayani

masyarakat. 17

Aspek-aspek dalam jurnalisme meliputi proses pencarian, penulisan, penyuntingan, hingga proses penyebarluasan berita dengan menggunakan media yang ada, entah itu cetak maupun elektronik. Jurnalisme atau pers di Indonesia sejak lama telah berkembang. Tentu saja, profesionalitasan wartawan merupakan perangkat utama warga masyarakat memperoleh informasi yang benar mengenai masalah public. Adapun masalah public merupakan fakta dalam kehidupan masyarakat yang berkonteks dengan penyelenggaraan negara. Pikiran dan pendapat yang terbentuk sebagai respon terhadap masalah public menjadi dasar dalam kehidupan public.

Merujuk rumusan Kode Etik Jurnalistik, jelas sekali bahwa jurnalis Indonesia tidak boleh menyalahgunakan profesi dan tidak boleh menerima suap. Maksud penyalahgunaan profesi itu dalam konteks tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum. Sedangkan suap lebih dipandang segala pemberian dalam aneka bentuk, bisa uang, benda, atau fasilitas yang mempengaruhi independensi.

(23)

Sikap independen mengarahkan jurnalis untuk mampu memberitakan peristiwa, fakta, kejadian sesuai dengan nurani tanpa intervensi, kendali atau pengaruh dari pihak lain, termasuk pemilik perusahaan pers. Melepaskan diri dari kepentingan pemilik perusahaan pers memang bukan tindakan gampang dan tanpa resiko. Terlebih kalau pemilik perusahaan pers memiliki kiprah dibidang non pers, misalnya sebagai pengusaha, politisi, budayawan, agamawan, profesional, maupun komunitas tertentu. Salah-salah, tindakan independensi bisa berbuah petaka sikap tersebut berbenturan dengan kemauan pemilik perusahaan pers.

Dalam hal ini pers merupakan suatu organisasi pelaku industry informasi, selaku produsen, pers melakukan kegiatan industry berupa pencarian, pengumpulan, dalam bentuk produk jurnalistik yang terdiri dari, berita (news) komentar atau pandangan (views), dan iklan (advertising). Didasarkan pada sifat dan bentuk produk jurnalistiknya, kita mengenal juga tiga macam informasi, seperti dalam surat kabar atau barang cetakan lainnya. Seperti informasi yang disiarkan melalui radio, dan audio visual, seperti

informasi yang ditayangkan melalui siaran program televisi.18

18 Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik :Seputar Organisasi, Produk, & Kode etik. Nuansa. Hal

(24)

2.3 Jurnalis/ Wartawan

Jurnalis merupakan insan-insan yang harus mampu mencari, mengolah, dan menciptakan produk jurnalistiknya dengan menggunakan perasaan dan pikirannya sehingga industry tersebut bisa hidup dengan jiwa dan semangat tertentu. Justru karena itulah jurnalis / wartawan kini selalu dihadapkan pada berbagai tantangan yang hebat, tidak terbatas hanya mengumpulkan fakta dari peristiwa yang terjadi semata, namun pula dalam pengolahannya memerlukan profesionalisme yang memadai, baik dengan teknik-teknik komunikasinya maupun bidang pengetahuan yang terkait

dengan peristiwanya.19

Profesi sebagai jurnalis. Wartawan televisi tidak diperuntukkan bagi mereka yang berjiwa lemah. Pekerjaan ini membutuhkan tenaga yang baik serta motivasi yang cukup tinggi. Seorang wartawan atau reporter harus memiliki keigigihan dalam mengejar berita, mau bekerja keras, bersedia masuk kantor pada hari libur dan siap berangkat setiap saat ke lokasi liputan. Jadi profesi ini tidak cocok bagi orang-orang yang bermental kantoran, dengan jadwal kerja yang teratur, masuk kantor jam 8 pagi dan pulang pada

jam 5 sore.20

19 Ibid. hal 54

(25)

Kemampuan menulis berita dengan baik dan benar adalah modal awa yang harus dimiliki seorang jurnalis atau wartawan. Apalagi sebagai jurnalis pemula, kemampuan menulis berita akan benar-benar diuji. Lazimnya jurnalis pemula, ia akan lebih banyak mendapat tugas dilapangan untuk mencari dan meliput berita. Dari hasil liputan serta bahan berita yang diperoleh , kemudian

ditulis menjadi berita.21

Reporter merupakan faktor yang terpenting dalam semua kegiatan pembuatan berita. Dia harus mengunjungi suatu peristiwa-peristiwa dan mencari informasi yang beradadan dapat dijadikan berita. Kadang-kadang caranya tidak lebih daripada tanya jawab biasa, kadang-kadang berperan seperti intelejen, keras hati, dan cerdik dalam penyelidikiannya. Dalam kehidupan sehari-harinya ia lebih mirip seorang pahlawan dalam film roman, atau petugas yang sangat rajin.

Keistimewaannya, ia adalah petugas yang ulet, memiliki kecakapan pribadi yang lebih sempurna ketimbang rasa sekedar ingin tahu saja, berkeras hati pada kemauannya namun bukan anak kecil yang abadi. Dia memiliki sifat tidak puas pada seseorang atau peristiwa yang terjadi. Rasa penasaran dalam hatinya yang kuat menyebabkan dia lebih memilih pers sebagai tempat kerjanya yang utama. Baik tua maupun muda, ia akan selalu merasa enjoy dalam bertugas memperhatikan jalannya kehidupan manusia, memantau

(26)

drama politik dari belakang layar, menempatkan dirinya ditengah-tengah kota besar, menyaksikan segala kejadian alam, dan memiliki kartu pers sebagai simpai hidupnya.

Semua reporter tergabung dibawah penguasaan redaktur tertentu (criminal, olah raga, dan lain sebagainya). Mereka tergabung dalam jajaran redaksi yang disebut desk. Dalam timnya para reporter dikenal sebagai beat

man dan rekannya yang lain disebut leg man. Dalam dunia jurnalistik kedua

sebutan itu di bedakan oleh cara pelaporannya. Beat man ditandai dengan tugas rutinnya meliput keadaan kota, pengadilan, markas besar kepolisian, hotel-hotel dan sebagainya. Hari-hari tugasnya dijalani untuk melakukan pencarian bahan berita, dan secara rutin mengadakan pendekatan kepada pejabat-pejabat terkait. Melalui hubungan-hubungan demikian dia jadi mahir dalam upayanya memeperoleh informasi yang kadang-kadang bersifat rahasia dari relasinya yang ia bina itu. Leg man adalah reporter khusus yang ditugaskan meliput peristiwa-peristiwa tertentu oleh desk-nya. Mungkin ia seharian menangangani wawancara, selanjutnya melaporkan suatu pidato, mengadakan suatu penyelidikan, atau mengamati siding-sidang di komisi DPR. Untuk memperoleh beritanya sebanyak mungkin, ia memerlukan sepasang “kaki” yang baik dan mempunyai inisiatif yang tinggi.

Biasanya ia menulis naskah beritanya, dan dalam beberapa hal ditambahkannya beberapa fakta, serta kemudian menghubungi para penyusun ulang (re-writer) berita di desk-nya untuk meminta bantuan mereka dalam

(27)

menyempurnakan bentuk beritanya. Beberapa leg man membatasi dirinya hanya pada memperoleh data atau faktanya saja, dan dalam penulisan

beritanya diserahkan kepada redaktur (desk) yang bersangkutan.22

Ada ketentuan bahwa berita itu tidak lain dari laporan peristiwa yang baru terjadi disusun menurut fakta kejadiaannya. Anda mungkin bertanya, apakah disana tidak boleh ada opini atau ulasan ? Ya, benar tidak boleh, kecuali jika ditambahkan fakta yang mengesankan makna dan implikasinya. Tetapi Laksamana Purn Sudomo (Sinar Pagi, 12 September 1989) membenarkan bahwa pers boleh menulis fakta dan opini, sejauh opini itu benar-benar merupakan hasil penyelidikan atau pengamatan langsung yang

dapat dipertanggung jawabkan.23

Sebagai wartawan penyiaran khususnya untuk televisi, maka seorang wartawan harus membekali diri dengan pengalaman dan pengetahuan yang luas melalui latihan-latihan yang intensif (mendalam) dan juga mengetahui benar mengenai sifat-sifat media televisi. Menurut Mark W. Hall, sebelum menjadi wartawan televisi sebaiknya ia memiliki pengalaman lebih dahulu sebagai wartawan di media cetak yang baik. Dikatakan oleh Hall, seseorang menjadi wartawan penyiaran yang baik harus diawali dengan wartawan tulis yang baik dahulu dan selanjutanya baru menjadi wartawan televisi dalam arti sebenarnya. Sebagai reporter, ia harus memahami ilmu jurnalistik, disamping

22 Morissan, Opcit. Hal 56

23 Banjarnahor, Gundar. Wartawan Freelance Panduan Menulis Artikel Untuk Media Cetak dan

(28)

itu ia juga harus kreatif, dalam arti mengetahui benar peristiwa-peristiwa yang mempunyai nilai-nilai jurnalistik.

Wartawan televisi yang baik juga adalah seorang yang mampu menjadi penyaji berita yang baik, dalam hal ini ia tidak hanya dituntut untuk dapat menulis berita dengan baik dan benar, namun ia juga menyampaikan berita dengan ucapan kata-kata yang baik didepan kamera, lengkap dengan mimik dan ekspresi yang menunjang (memiliki body language). Jadi seorang reporter televisi juga dituntut untuk dapat menjadi penyiar (news caster). Jelas disini bahwa yang dimaksudkan dengan wartawan televisi adalah seorang yang profesinya di bidang pemberitaan dan bekerja pada stasiun televisi (reporter dan juru kamera) yang hasil liputannya akan disiarkan emlalui media televisi.24

Jadi dengan kata lain reporter dengan juru kamera ialah pasangan yang sangat susah untuk dipisahkan dalam proses peliputan berita di televisi, karena dalam peliputan berita di televisi apabila berita tidak mempunyai atau disertai dengan gambar, berita itu tidak akan menjadi berita apa-apa. Walaupun ada juga yang bisa merangkap satu pekerjaan, misalnya seorang juru kamera bisa merangkap sebagai sebagai reporter dalam peliputan berita televisi, walaupun sangat jarang kita bisa temukan yang model seperti ini.

Adapun yang banyak menganggap bahwa memilih pekerjaan sebagai wartawan adalah pekerjaan yang kurang menguntungkan dan lebih banyak

(29)

berbohong dan mengejar-ngejar privasi orang ataupun kehidupan manusia, baik dari segi keluarga ataupun organisasi perusahaan dan kepentingan-kepentingan orang lain. Memilih pekerjaan tetap atau pekerjaan utama sebagai wartawan televisi, tetap selalu diperhitungkan oleh kebanyakan orang, karena disamping pekerjaan sebagai wartawan itu sangat sulit dan menyita banyak waktu, wartawan juga mempunyai resiko keselamatan diri yang cukup besar dan tanggung jawab yang sangat besar pula.

Pekerjaan yang punya tanggung jawab besar tehadap banyak orang dan tanggung jawab kepada kepentingan orang, salah satunya adalah wartawan televisi, karena apabila berita yang kita buat ternyata tidak sama dengan kenyataan yang sebenarnya, kita akan mempunyai tanggung jawab moril yang sangat besar terhadap masyarakat, dan akan menimbulkan kebohongan public. Apalagi wartawan atau jurnalis mempunya kode etik sendiri dan banyak sekali orang yang memperhatikan dari pekerjaan sebagai wartawan atau jurnalis TV sekarang ini, dan juga dengan didorong dengan kemajuan televisi di Indonesia juga, setiap stasiun televisi ingin mendapatkan berita yang paling actual dan eksklusif. Perkembangan itu, wartawan atau jurnalis televisi lah yang paling menjadi bahan sorotan dalam program berita.

(30)

Dari penelitian terhadap tugas dan pekerjaan para wartawan tersebut,

Committee of Concerned Journalist akhirnya menyimpulkan bahwa

sekurang-kurangnya ada Sembilan inti prinsip jurnalisme yang harus dikembangkan :25

a. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran

b. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga masyarakat c. Inti jurnalisme adalah disiplin untuk melakukan verifikasi

d. Para wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput e. Wartawan harus mengemban tugas sebagai pemantau yang bebas terhadap

kekuasaan

f. Jurnalisme harus menyediakan forum untuk kritik dan komentar public g. Jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan

relevan

h. Wartawan harus menjaga agar berita itu proporsional dan komperehensif i. Wartawan itu memiliki kewajiban utama terhadap suara hatinya.

2.4 Televisi

Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audio visual gerak. Isi pesan audio visual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu. Jumlah individu ini menjadi relative

25 Ishwara Luwi, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara, 2005.

(31)

besar bila isi pesan audio visual gerak ini disajikan melalui media televisi. Saat ini, berkat dukungan teknologi satelit komunikasi dan serat optic, siaran televisi yang dibawa oleh gelombang elektromagnetik, tidak mungkin lagi dihambat oleh ruang dan waktu. Bahkan khalayak sasarannya tidak lagi bersifat local, nasional, dan regional, tetapi sudah bersifat internasional atau global. Siaran televisi adalah siaran-siaran dalam bentuk gambar dan suara yang dapat ditangkap langsung untuk melihat dan dilihat dan didengarkan oleh umum, baik dengan system pemancaran gelombang radio dan atau kabel

maupun serat optic.26

Televisi merupakan gabungan dari media massa dengar dan gambar yang bisa bersifat politis bisa pula informatif, hiburan dan pendidikan atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Televisi menciptakan suasana tertentu yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikan. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.27

Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual.

26 Askurifai Baskin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Hal

16

(32)

Peletak utama dasar teknologi pertelevisian tersebut adalah Paul Nipkow dari Jerman yang dilakuaknnya pada tahun 1884. Ia menentukan sebuah alat yang kemudian idsebut sebagai Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Penemuannyan tersebut melehirkan electrische teleskop atau televise elektris.

Perkembangan pertelevisian saat ini sudah sedemikian pesat sehingga dampak siaran yang menyebabkan seolah-olah tidak ada lagi batas antasa satu negara dengan negara yang lainnya terlebih setelah digunakannya satelit untuk memancarakan signal televise. Inilah yang disebut sebagai globalisasi dibidang informasi. Peristiwa yang terjadi di daratan Eropa atau Amerika atau Rusia, pada saat yang sama dapat pula diketahui oleh negara-negara lain dan sebaliknya, melalui bantuan satelit yang mampu memultipancarkan siarannya

ke berbagai penjuru dunia tanpa adanya hambatan geografis yang berarti.28

Media, terutama TV, mempunyai peran sangat besar untuk mengkonstruksi budaya masyarakat manusia. Apa yang kita anggap sebagai realitas, seringkali adalah produk dari pandangan media terhadap isu tersebut. Realitas terwujud dalam berbagai bentuk sesuai dengan banyaknya media dan gambar. Dengan kata lain, simbol realitas telah menggantikan realitas itu sendiri. Media massa bisa mempengaruhi bangunan budaya masyarakat. Aspek kognitif, afektif (perasaan) dan konatif (perilaku) penonton, dapat dipengaruhi oleh tayangan-tayangan televisi. Mengapa? Karena implikasi dari

28 Iskandar Muda Deddy, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional. Bandung : PT. Remaja

(33)

frekuensi penyampaian yang intensif, yakni dalam rentang waktu harian atau mingguan atau bulanan secara repetitif, dalam bentuk penyampaian yang konstan melalui wahana cetak, suara dan gambar (audio visual). Pada kasus media audio visual dari televisi misalnya, secara menyeluruh mampu menstimulasi segenap panca indera penonton secara emosional hingga mampu mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan penontonnya.

Dunia pertelevisian tanah air mengalami perkembangan yang cukup pesat beberapa tahun belakangan ini. Awalnya, kita hanya punya satu stasiun televisi, itu pun dimiliki oleh pemerintah, namanya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pada tahun 1989, lahirlah stasiun televisi Rajawali Citra Televisi (RCTI). Stasiun tersebut menjadi televisi swasta pertama di Indonesia. Stasiun televisi yang kemudian l ahir berturut-turut lahir adalah Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Indosiar, dan Andalas Televisi (AnTV). Sejak era reformasi bergulir, televisi swasta pun semakin ramai bermunculan. Ada MetroTV, Transformasi Televisi (Trans TV), TV 7 yang kini menjadi Trans 7, Lativi yang belakangan menjadi

TVOne, seta Global TV.29

Seiring perkembangannya zaman dan seiring berkembangnya media televisi Indonesia saat ini, mengakibatkan harus adanya pekerja di dalamnya, dan untuk mencari sebuah berita dan informasi yang ada dimana-mana dan

(34)

tersebar luas, tentu saja pihak stasiun televisi sangat banyak membutuhkan tenaga-tenaga professional di bidang jurnalistik televisi.

2.5 Konstruksi Realitas

Konsep konstruksionis diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Menurut Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda/prulal. Setaip orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkaran pergaulan atau social tertentu akan

menafsirkan realitas social itu dengan konsrtuksinya masing-masing.30

Pandangan konstruksionis tidak ada realitas dalam arti riil yang seolah-olah da ajeg sebelum penelitian mendekatinya, yang sesungguhnya konstruksi atas suatu realitas. Realitas social tergantung pada bagaimana seseorang memahami dunia, bagaimana seseorang menafsirkannya. Penafsiran dan pemahaman itulah yang kemudian disebut sebagai realitas.

Karena itu, peristiwa dan realitas yang sama bisa jadi menghasilkan konstruksi realitas yang berbeda-beda dari orang yang berbeda. Definisi orang

30

(35)

atas realitas tersebut yang menunjukan bagaimana realitas yang berbeda-beda dari orang yang berbeda. Definisi orang atas sebuah realitas tersebut menunjukan bagaimana realitas dipahami atau bagaimana seseorang

menafsirkan dunia.31

Lawrence Newman, konstruksi realitas adalah mempelajari bagaimana individu hidup dalam lingkungan social, atau bagaimana seseorang memahami realitas social dalam sebuah penelitian teks berita, berlaku hal yang sama. Paradigma konstruksi realitas adalah untuk melihat dan mengetahui bagaimana

media merekonstruksi realitas.32

Realitas bukanlah sesuatu yang ada dan tinggal diambil, realitas sesungguhnya hanya ada dalam kerangka mental bagaimana kita berfikir tentang sesuatu yang telah dikonstruksi sesuatu yang bersifat relative : realitas hanya eksis dalam bentuk konsepepsi mental / konstruksi, tersebar secara social, local, dan tentu saja spesifik. Realitas tergantung pada bagaimana seseorang memaknainya dan memahaminya.

Berger memandang konstruksi realitas dalam bentuk sebuah pemberitaan, sebuah teks dalam berita tidak bisa disamakan seperti sebuah kopi dari realitas, ia harus dipandang sebagai konstruksi atas realitas.

31

Ibid, Eriyanto, hlm 44

32

(36)

Karenanya sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi secara

berbeda.33

Berger dan Luckman berpandangan bahwa selain prulal , realistis (sebagai produk konstruksi) juga bersifat dinamis. Sebagai produk dari konstruksi social, realitas dapat dimaknai sebagai realitas subjektif dan realitas objektif sekaligus. Dalam realitas subjektif, realitas tersebut menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antar individu dan objek. Setiap individu mempunyai latar belakang sejarah, pengetahuan, dan lingkungan berbeda-beda, yang bisa menghasilkan penafsiran yang berbeda pula ketika melihat dan berhadapan dengan objek. Sebaliknya, realitas juga mempunyai dimensi objektif, yaitu sesuatu yang dialami, bersifat eksternal, dan berada diluar diri individu. 34

Peneliti berperan sebagai fasilitator yang menjembatani berbagai pemaknaan subjek social. Peneliti karenanya, tidak dapat diandaikan seperti seorang pemulung. Karena, tidak ada realitas riil yang tinggal diambil, yang ada adalah konstruksi atas realitas. Setiap orang punya pemaknaan dan konstruksi berbeda dan sendiri-sendiri sehingga peneliti menempatkan dirinya di tengah-tengah kenaekaragaman pandangan tersebut.

33

Ibid, hlm 17

34

(37)

2.6 Teori Fenomenologi

Peneliti dalam pandangan fenomenologis, berusaha untuk memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya tehadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Sosiologi fenomenologis pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh filsuf Edmund Husserl dan Alfred Schutz. Pengaruh lainnnya berasal dari Webber yang memberikan tekanan pada verstehen, yaitu pengertian interpretif

terhadap pemahaman manusia.35

Alfred Schutz mengaplikasikan fenomenologi dalam kehidupan sosial (social life), menginvestigasi peristiwa sosial (social event) dan perspektif atau sudut pandang yang secara nyata mengalaminya sendiri. Menurut Schutz, ketika orang-orang menapaki kehidupannya sehari-hari, meraka membangun tiga asumsi dasar (three fundamental assumptions), yaitu bahwa :

a) Realitas dan struktur dunia adalah konstan, dunia akan tetap seperti bagaimana adanya.

b) Pengalaman yang dialaminya di dunia adalah abash (valid) pada akhirnya, orang-orang itu berkeyakinan berkeakuratan persepsi mereka atas peristiwa-peristiwa yang terjadi.

c) Orang-orang melihat diri mereka sendiri bahwa memiliki kekuatan untuk bertindak dan menyelesaikan sesuatu untuk mempengaruhi dunia.

(38)

Fenomenologi diartikan sebagai : 1) Pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal ; 2) suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok seseorang (Husserl). Terminologi fenomenologi sering digunakan untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis tipe subjek yang ditemui. Dalam arti yang lebih spesifik, terminologi ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang. Sebagai suatu disiplin ilmu, hal itu dikemukakan oleh Edmund

Husserl (1859-1938).36

Fenomenologi juga digunakan sebagai perspektif filosofi dan juga pendekatan dalam metode kualitatif. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia. Dalam hal ini, para fenomenologis ingin memahami bagaimana dunia muncul kepada orang lain.37

Mereka berusaha untuk masuk ke dunia konseptal para subyek yang ditelitinya sedemikia rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang mereka kembangkan disekiar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari.

Makhluk hidup meiliki berbagai macam cara untuk

menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan

36

Lexyj. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal 14-15

(39)

bahwa pengertian pengalaman kitalah yang membentk kenyataaan atau suatu realitas.

Teori yang penulis gunakan untuk mendukung penelitian ini adalah lebih fokus pada teori feomenologi dari Alfred Schutz (1899-1959) dalam The

Phenomenology of the social word. Schutz dikenal sebagai ahli fenomenologi

kedalam ilmu social. Bag schutz tugas fenomenologi adalah menggabungkan antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari, dan kegiatan dimana pengalaman dan pengetahuan itu berasal. Dengan kata lain mendasarkan tindakan social, pada pengalaman, makna dan kesadaran.

Menurut Edmunt Husserl (1859-1938) tokoh pengting dalam fenomenologi menegaskan bahwa hubungan antara persepsi dengan obyeknya tidak bersifat pasif. Alasan yang dia kemukakan bahwa watak kesadaran manusia itu aktif setelah menerima kehadiran obyek masuk kedalam kesadarannya.

Dari pandangan Husserl itu, Schutz menggambarkan bahwa para anggota masyarakat yang hidup didalam realitas social secara terus-menerus membentuk dunia kehidupan mereka sehari-hari. Mereka ikut serta member warna dakam kehidupan social sebagai realitas intersubyektif. Untuk dapat mengetahui hakikat dibalik suatu obyek itu dari pandangan-pandangan lain dan mencermati gejala-gejalanya, maka obyek itu dapat berbicara sendiri tentang hakikatnya, dan peneliti memahami hal tersebut melalui intuisi.

(40)

Pada Intinya, dalam pemikiran Schutz adalah bagaimana memahami tindakan social melalui penafsiran, dan menggunakan proses tersebut untuk memperjelas atau memeriksa makna yang sesungguhnya, agar dapat memberikan konsep kepekaan yang implicit. Menurut Schutz fenomenologi adalah : Studi tentang pengetahuan yang datang dari kesadaran tentang obyek atau peristiwa melalui pengalaman sadar tentang obyek atau peristiwa tersebut. Sebuah fenomena adalah penampilan sebuah objek, peristiwa atau kondisi dalam persepsi seseorang, jadi bersifat subjektif. Bagi Schutz dan pemahaman kaum fenomenologis, tugas utama analisis fenomenologis adalah merekonstruksi dunia kehidupan manusia ‘sebenarnya’ dalam bentuk yang mereka sendiri alami. Realitas dunia tersebut bersifat intersubyektif dalam arti bahwa sebagai anggota masyarakat berbagai persepsi dasar mengenai dunia yang mereka internalisasikan melalui sosialisasi dan memungkinkan mereka

melakukan interaksi atau komunikasi.38

Oleh karena itu, Schutz Meletakan hakikat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap dalam kehidupan sehari-hari.

38

Referensi

Dokumen terkait

Sampel krim diharapkan termasuk dalam tipe M/A karena emulsi tipe M/A tidak terasa lengket saat digunakan di kulit sehingga terasa ringan.Selain itu emulgator

Volume:1 Paket TKDN: Ya Belanja tagihan Telepon(untuk persediaan 1 Tahun) Pengadaan Langsung 3.000.000 34. Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan

Alasan untuk tidak memungkinkan pengguna untuk memperbarui atau menghapus data di gudang data adalah untuk menjaga konsistensi data sehingga Anda dapat menjamin bahwa data dalam

Setiap arah tujuan pendidikan di upayakan untuk membentuk pribadi yang bukan hanya cerdas dalam intelektual, akan tetapi juga memiliki kualitas kepribadian yang mulia dan

penelitiannya merupakan tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan, tindakan,.. observasi dan refleksi dengan penerapan strategi pembelajaran Think Talk Write

Media pembelajaran Monoprofesi merupakan sebuah media yang dirancang untuk membantu menangani kesulitan dalam proses belajar mengajar pada peserta didik kelas III Sekolah

Salah satunya dalam penyediaan jasa Bank Syariah Mandiri Malang yang harus ditangani secara khusus dalam dimensi kualitas pelayanan seperti: Tangible (sedikitya jumlah

Pentingnya perawatan payudara sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI maka dalam penelitian ini menganalisa hubungan frekuensi perawatan payudara