• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR

KABUPATEN MOJOKERTO

KAMILATIN NISA’ 1212020013

SUBJECT

Dukungan Keluarga, Depresi, Lansia.

DESCRIPTION

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, dan tidak berdaya, serta bunuh diri. Depresi bisa menjadi masalah yang kronik dan berulang yang menyebabkan seseorang tidak mampu untuk mengurus diri sendiri, selain itu depresi dapat menjurus kepada tindakan bunuh diri (Dani, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto

Peneliti menggunakan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebanyak 290 responden dengan sampel besar 168 responden, variable independen dukungan keluarga terhadap lansia dan variable dependen tingkat depresi pada lansia, instrument menggunakan kuesioner dan teknik sampling menggunakan purposive sampling. Kemudian diuji dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank (Rho).

Hasil penelitian diperoleh data dari 168 responden yang mendapatkan dukungan keluarga kurang 18%, sedang 30%, baik 52%. Sedangkan responden yang mengalami depresi 20%, kemungkinan depresi 39%, dan tidak depresi 20%.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji korelasi spearman rank di dapatkan ρ = 0,000 <α = 0,05 berarti ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.

Oleh sebab itu semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin rendah tingkat depresi. Keluarga harusnya mampu memberikan dukungan penuh terhadap lansia agar dapat mengurangi peningkatan depresi pada lansia terutama lansia yang mengalami depresi.

(2)

ABSTRACT

Depression is a period of disturbance of human function associated with the feelings of sadness and the accompanying symptoms, including changes in sleep patterns and appetite, psychomotor, is concentration, anhedonia, fatigue, despair, helplessness, and suicide. Depression can be chronic and recurring problem that causes a person unable to take care of themselves, it can also lead to suicide (Dani, 2012). This study aimed to analyze the relationships between family support and the level of depression among elderly in Gayaman village, Mojoanyar Mojokerto.

Researcher used cross sectional design. The population in this research is the elderly in Gayaman village, Mojoanyar Mojokerto. There are 290 respondents with a large sample of 168 respondents, the independent variable is family support for the elderly and the dependent variable is rate of depression among elderly. Research instruments are questionnaires and the sampling is purposive sampling technique. It is then tested by using Spearman Rank (Rho).

The results suggest that from the data of 168 respondents, 18% receive less family support, 30% have moderate support, and 52% receive good family support. Regarding the depression 20% experience depression, 39% have a likelihood of depression, and 20% do not experience depression.

Based on the analysis using the Spearman rank correlation test, it suggests that ρ (0,000) <α (0.05). It means that there is a relationship between family support and the level of depression among elderly in Gayaman village, Mojoanyar Mojokerto.

There Fore, the higher the family support, the lower the levels of depression. Families should be able to provide full support to the elderly in order to reduce the increased risk of depression among them, especially depressed elderly.

Keywords :Family Support, Depression, Elderly Contributor :1. Eka Diah K., SKM., M.Kes

2. Sunyoto S.Kep.Ns

Date :25 juni 2015

Type Material :Laporan Penelitian Edentifier :

-Right :Open Document

Summary :

LATAR BELAKANG

(3)

dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, dan tidak berdaya, serta bunuh diri. Depresi bisa menjadi masalah yang kronik dan berulang yang menyebabkan seseorang tidak mampu untuk mengurus diri sendiri, selain itu depresi dapat menjurus kepada tindakan bunuh diri (Dani, 2012).

Prevalensi depresi pada lanjut usia, sekitar 12-36% lanjut usia yang rawat jalan mengalami depresi. Angka ini meningkat menjadi 30-50% pada lanjut usia dengan penyakit kronis dan perawatan lama yang mengalami depresi (Mangoenpredsojo, 2004 dalam Kurnianto, dkk, 2011). Menurut Kaplan et all (1997), sekitar 25% komunitas lanjut usia dan pasien rumah perawatan ditemukan adanya gejala depresi pada lanjut usia. Depresi menyerang 10-15% lanjut usia 65 tahun ke atas yang tinggal di institusi, dengan sekitar 50-75% penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi dari tingkat ringan sampai sedang (Stanley dan Beare, 2007 dalam Kurnianto, dkk, 2011).

Depresi pada lansia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain penurunan fungsi dari organ tubuh, kehilangan sumber nafkah, perubahan gaya hidup dan sebagainya. Stress sangat rentan terjadi pada lanjut usia karena faktor kehilangan, penurunan kesehatan fisik, dan kurangnya dukungan dari keluarga (Kristiyaningsih, 2011). Berbagai persoalan hidup yang kompleks menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti : kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stress yang berkepanjangan, ataupun konflik dengan keluarga atau anak, atau kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya, kematian pasangan hidup, persoalan keuangan yang berat, pindah, dan dukungan keluarga yang buruk. Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatife dan dianggap sebagai beban keluarga. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat menjadi pemicu terjadinya depresi menurut (Depsos 2006 dalam Kristiyaningsih, 2011). Apabila kodisi yang seperti ini tidak secepatnya di atasi maka akan berdampak kemasalah kejiwaan. Sehingga mencari solusi dari permasalahan ini sangat dibutuhkan (Kristiyaningsih, 2011).

(4)

METODOLOGI PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar kabupaten Mojokerto sebanyak 290 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia di Desa gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebanyak 168 responden yang ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Variabel independent dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga terhadap lansia. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah tingkat depresi pada lansia. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner. Setelah data terkumpul kemudian data ditabulasi dan dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti. Untuk menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia menggunakan uji sprearman rho dengan tingkat kemaknaan α 0,05 bila hasil yang diperoleh α < 0,05 maka Ho ditolak berarti ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Dukungan Keluarga Terhadap Lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto

Hasil penelitian yang diperoleh mengenai dukungan keluarga terhadap lansia menunjukkan sebagian besar responden sebanyak 87 orang (52%) Dukungan Keluarga terhadap lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto Baik.

Menurut Sarason (1983) dalam Zainudin (2002). Dukungan keluarga adalah keberatan, kesedihan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita, pandangan yang samajuga dikemukakan oleh Cobb (2002) mendefinisikan dukungan keluarga sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan keluarga tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok (Suparyanto, 2012). Hal ini dipengaruhi beberapa indikator antara lain dukungan emosional ,dukungan pengharapan, dukungan materi, dan dukungan informasional sehingga dari hal tersebut berpengaruh terhadap hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia.

(5)

Dukungan emosional adalah dimana keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Meliputi ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap anggota keluarganya (misalnya: umpan balik, penegasan) (Marlyn, 1998 dalam Suparyanto, 2012). Dukungan emosional keluarga terhadap lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebanyak 29% didapatkan keluarga selalu mempedulikan dan memperhatikan lansia, sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan emosional yang baik disebabkan karena keluarga selalu memberikan perhatian dan kepedulian kepada lansia sehingga lansia merasa nyaman dan merasa dicintai.

Dukungan Pengharapan adalah dimana keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota (Marlyn, 1998 dalam Suparyanto, 2012). Dukungan pengharapan keluarga terhadap lansiadi Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebanyak 30% didapatkan karena keluarga selalu memberikan umpan balik, membimbing, dan menengahi pemecahan masalah yang dihadapi oleh lansia, karena dalam dukungan pengharapan keluarga merupakan sumber dan validator bagi anggota keluarganya, sehingga dengan dukungan pengharapan, lansia merasa mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah yang dihadapinya.

Dukungan materi adalah keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan konkrit, mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu mengalami stress (Marlyn, 1998 dalam Suparyanto, 2012). Dukungan materi terhadap lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebanyak 21% didapatkan karena keluarga selalu memperhatikan kesehatan lansia, menyediakan segala kebutuhan lansia, merawat lansia dan memberikan tempat istirahat untuk lansia, sehingga dengan dukungan yang seperti itu lansia merasa tidak diabaikan dan masih ada yang mempedulikan. Karena dalam dukungan materi keluarga merupakan sumber pertolongan bagi lansia.

(6)

berfungsi sebagai penyebar informasi dengan memberikan nasehat, saran dan petunjuk terhadap lansia.

Dukungan keluarga merupakan hal paling penting yang harus ada dalam suatu keluarga, karena efek dari dukungan keluarga terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan, karena dengan peningkatan usia harapan hidup tentu mempunyai dampak lebih banyak terhadap suatu penyakit pada lansia, penyakit terbesar adalah gangguan depresi. Sehingga hal ini perlu adanya peran serta yang besar dari keluarga untuk memberikan dukungan dan pemenuhan kebutuhan pada lansia, sehingga timbul mekanisme koping dari lansia dalam menghadapi stress. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dewi Kristyaningsih, 2011 dengan jumlah sampel 96 responden, didapatkan hasil dari 7 responden (7%) mendapatkan dukungan keluarga kurang dan 78 responden (81,3%) mendapatkan dukungan keluarga baik.

2. Tingkat Depresi pada Lansia

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden 69 orang (41%) Tingkat Depresi pada Lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto menunjukkan Tidak Depresi, sebagian kecil 34 orang (20%) menunjukkan Depresi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa indikator antara lain perasaan depresi, kehilangan minat, insomnia, kelelahan, rasa bersalah, sulit konsentrasi, dan berpikir berulang tentang kematian.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan dari 168 responden 34 responden yang mengalami depresi pada lansia yang disebabkan karena adanya perasaan depresi (7%), kehilangan minat (7%), ketidak puasan (8%), kelelahan (10%), rasa bersalah (6%), sulit konsentrasi (7%), dan berpikir berulang tentang kematian (8%). Dengan adanya perasaan depresi, kehilangan minat, ketidak puasan, kelelahan, rasa bersalah, sulit berkonsentrasi, dan berfikir berulang tentang kematian dapat menyebabkan lansia kehilangan semangat untuk hidup.

(7)

itu kita harus peka dengan segala perubahan-perubahan pada lansia dengan munculnya tanda-tanda depresi, dengan begitu keluarga bisa memberikan dukungan lebih terhadap lansia, agar lansia merasa dan beranggapan bahwa dirinya tidak sendiri, lansia merasa diperhatikan, dipedulikan, dan dihargai oleh keluarganya, sehingga dengan itu keluarga mampu mencegah timbulnya depresi pada lansia.

Depresi dan lanjut usia merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa dimana semua orang berharap akan menjalani kehidupannya dengan tenang, damai, serta menikmati masa-masa tua bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Sedangkan pada kenyataannya tidak semua lansia mendapatkan hal seperti itu. Berbagai persoalan hidup yang menimpa lansia disepanjang hidupnya seperti : kemiskinan, stress yang berkepanjangan serta masalah dengan keluarga atau anaknya atau kondisi dimana lansia tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya. Sehingga lansia tidak mempunyai tempat untuk berbagi segala masalah hidupnya.Kondisi seperti ini yang dapat memicu terjadinya depresi pada lansia. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dewi Kristyaningsih, 2011 dengan jumlah sampel 96 responden didapatkan hasil 6 orang responden (6%) mengalami depresi berat, 5 responden (5%) mengalami depresi sedang, 9 responden (10%) mengalami depresi ringan dan 76 responden (79%) tidak mengalami depresi.

3. Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia

Hasil Penelitian menunjukkan dari 30 responden (18%) yang memiliki dukungan keluarganya kurang diantaranya 18 responden (53%) mengalami depresi dan 12 responden (18%) mengalami kemungkinan depresi, sedangkan yang mendapat dukungan keluarga sedang sebanyak 51 responden (30%) diantaranya 16 responden (23%) tidak depresi, 23 responden (35%) mengalami kemungkinan depresi dan 12 responden (35%) mengalami depresi dan yang mendapatkan dukungan keluarga baik sebanyak 87 responden (52%) diantaranya 53 responden (77%) tidak depresi, 30 responden responden (12%) mengalami depresi.

Hasil UjiSpearman, s rho dengan tingkat signifikan α = 0,05 didapatkan signifikan < α yaitu 0,000 yang artinya H0 ditolah. Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia yang artinya semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin rendah tingkat depresi pada lansia.

(8)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Kristyaningsih, 2011 diperoleh, mengenai hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia dari 96 responden 7 responden (7%) yang dukungan keluarganya kurang di antaraya ada 6 responden (6,3%) mengalami depresi berat dan 1 responden (1%) mengalami depresi ringan. Dari 11 responden yang dukungan keluarganya sedang di antaranya 2 responden (2,1%) mengalami depresi sedang dan 6 responden (6,3%) mengalami depresi ringan. Serta 3 responden (3,1%) tidak mengalami depresi. Dari 78 (81,3%) yang dukungan keluarganya baik di antaraya ada 3 responden (3,1%) mengalami depresi sedang dan 75 responden (78,1%) tidak mengalami depresi.

Dengan itu anggota keluarga (terutama lanjut usia ) perlu mempunyai mekanisme koping agar mampu memecahkan masalah didalam keluarga. Koping tersebut berasal dari bagaimana individu mampu untuk memecahkan masalah, mempunyai pandangan yang positif terhadap kesehatan fisiknya, materi yang memadai dan dukungan keluarga.Yang kemudian mekanisme koping tersebut dapat mengarah kearah yang adaptif, dimana lansia dapat mengatasi masalahnya yang terhindar dari depresi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2010), menjelaskan bahwa Depresi pada lansia bisa berawal dari rasa kesepian dan keterasingan. Tetapi dengan adanya dukungan dari keluarga dapat membuat lansia merasa aman, merasa ada yang menemani, ada yang memperdulikan keberadaan lansia. Dukungan keluarga yang telah diberikan dapat membuat lansia merasa diperhatikan khususnya tentang masalah kesehatan. Dengan demikian lansia merasa dibantu dalam mencari solusi dan tidak sendiri lagi. Dengan ini disimpulkan bahwa dukungan keluarga yang baik akan membuat lansia merasa tenang dalam menjalani kehidupannya sehingga dapat membuat lansia terhindar dari depresi.

Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Kristyaningsih, 2011 bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia.

KESIMPULAN

Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto..

REKOMENDASI

(9)

ALAMAT CORRESPONDENSIAL :

Alamat rumah : Kembangsari, Jatibanteng, Situbondo Email : Kamila.nisa91@gmail.com

Referensi

Dokumen terkait

They will heat, circulate and safely control the temperature of the liquid in the bath within precise limits suitable for routine laboratory applications..

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur

Rasio Aktiva Produktif Bermasalah (APB), secara individu memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap Tingkat Efisiensi pada pada Bank Umum Swasta

Dari hasil simulasi dan eksperimen ditunjukkan bahwa dengan fungsi keanggotaan, kaidah fuzzy dan skala yang sama, pengendali fuzzy adaptif bertipe-.. 2 interval memiliki

Jadi hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang merupakan timbal balik dari proses

kegiatan penyaluran dana merupakan kegiatan bank dalam memanfaatkan dan menyalurkan dana masyarakat yang telah terkumpul ke dalam sektor- sektor yang diperolehkan menurut

Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kecerdasan emosi remaja yang baik akan mempermudah keberhasilan pembinaan akhlakul karimah pada remaja Desa Wisata Bejalen

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif, karena penulis ingin menggambarkan proses produksi dan konsumsi informasi kecantikan