• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - DOCRPIJM 025bfa8b82 BAB I0 BAB 1 PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - DOCRPIJM 025bfa8b82 BAB I0 BAB 1 PENDAHULUAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sasaran penyusunan program Bidang Cipta Karya 2015-2019 adalah terpenuhinya penyediaan air minum 100% dan sanitasi 100% untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung menuju kota tampah kumuh 0%. Dalam konteks pembangunan ekonomi nasional, Sumatera Utara menjadi bagian dari Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Medan-TebingTinggi-Dumai-Pekan Baru dan WPS baru terpadu Sibolga-Padang-Bengkulu. Kegiatan keterpaduan infrastruktur pembangunan perkotaan metro berada pada kawasan Mebidangro dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangke. Dalam mendukung pembangunan kemaritiman, pembangunan diawali dari desa-desa. Provinsi Sumatera Utara memiliki TPI/PPI tersebar lebih dari 20 lokasi yang perlu mendapat perhatian. Sementara dalam rangka pengembangan tol laut, secara nasional akan dikembangkan 24 pelabuhan strategis. Pelabuhan yang akan dikembangkan di Provinsi Sumatera Utara Meliputi; Belawan dan Kuala Tanjung. Pengembangan tersebut perlu diikuti dengan pengembangan sektor infrastruktur permukiman.

Salah satu upaya dalam mewujudkan otonomi daerah adalah melaksanakan kegiatan

peningkatan kemampuan daerah. Kegiatan ini diarahkan kepada upaya untuk

mengembangkan pemerintah dan sIstem rencana pembangunan yang baik, yaitu terencana, konsisten dan berkelanjutan melalui peran pemerintah bersama dengan masyarakat secara interaktif.

Arahan dalam RPJPN dan RPJMN terkait pembangunan infrastruktur permukiman merupakan amanat yang harus diemban bersama oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dijelaskan dalam UU 23 Tahun 2014 bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota berperan sebagai pelaksana pembangunan infrastruktur fisik Bidang Cipta Karya, sedangkan Pemerintah Pusat bertindak sebagai pengatur, pembina, dan pengawas pembangunan infrastruktur permukiman di Indonesia. Hal ini sesuai kebijakan desentralisasi yang dilakukan di Indonesia saat ini, dimana pemerintah daerah dituntut untuk lebih berperan aktif dalam melayani dan mensejahterakan masyarakat. Agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat, pemerintah daerah perlu

merencanakan pembangunan infrastruktur permukiman secara terpadu dengan

mendayagunakan sumber daya secara optimal, efisien, dan efektif sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

(2)

berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya No. 06/SE/DC/2014 Tanggal 24 Maret 2014 perihal Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM).

RPI2JM merupakan dasar pemrograman dan penganggaran di lingkungan Ditjen Cipta Karya. Mengingat fungsinya yang cukup penting, maka RPI2JM sudah sepatutnya memiliki kualitas yang baik serta disiapkan secara rasional, inklusif, dan terpadu.

1.2. PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN RPI2JM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dengan jangka waktu 5 (lima) tahun, dan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat, dan dunia usaha dengan mengacu pada rencana tata ruang dan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten kota, untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.

(3)

Gambar 1.1 memaparkan kedudukan RPI2JM Bidang Cipta Karya pada sistem perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya.

Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa RPI2JM Bidang Cipta Karya, selain mengacu pada rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI SPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan.

1.3. KETERKAITAN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA DENGAN RPI2JM BIDANG PEKERJAAN UMUM

(4)

Gambar 1.2 Keterkaitan RPI2JM Bidang Cipta Karya dengan Dokumen Perencanaan Pembangunan di Daerah

Pada Gambar 1.2 dapat dilihat bahwa arahan kebijakan, rencana, dan indikasi program terkait khusus untuk Bidang Cipta Karya yang tercantum pada Perda RTRWK, Perda Perbup/Perwali RPJMD, RPI2JM Bidang PU, dan Perda Bangunan Gedung merupakan acuan dasar integrasi rencana pembangunan permukiman.

Integrasi rencana pembangunan permukiman berisikan arahan kebijakan pengembangan permukiman di kabupaten/kota tersebut, untuk selanjutnya diterjemahkan pada rencana induk masing-masing sektor, seperti Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI SPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Khusus untuk Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK), yaitu wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kabupaten/Kota terhadap pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial masyarakat, budaya, dan/atau lingkungan, rencana pembangunan infrastruktur permukiman dapat dikembangkan lebih rinci melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL, KSK). RTBL, KSK berisikan rencana aksi program strategis dalam penanganan kegiatan permukiman dan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di perkotaan, dalam hal ini di KSK berdasarkan RTRW Kabupaten/Kota.

(5)

daerah, kemudian disusun dalam matriks program lima tahunan dan untuk selanjutnya dibagi dalam rencana tahunan.

1.4. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud disusunnya RPI2JM Bidang Cipta Karya adalah untuk mewujudkan kemandirian Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman yang berkelanjutan, baik di perkotaan maupun perdesaan.

Adapun tujuan dari disusunnya RPI2JM Bidang Cipta Karya adalah sebagai dokumen acuan dalam perencanaan, pemrograman, dan penganggaran pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. RPI2JM memuat rencana program dan investasi dalam jangka waktu lima tahunyang mencakup multi sektor, multi sumber pendanaan, dan multi stakeholders.

1.5. PRINSIP PENYUSUNAN RPI2JM

Prinsip dasar RPI2JM secara sederhana adalah:

1. Multi Tahun, yang diwujudkan dalam kerangka waktu 5 (lima) tahun untuk rencana investasi yang disusun.

2. Multi Sektor, yaitu mencakup sektor/bidang pengembangan kawasan permukiman, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pelayanan persampahan, pengembangan sistem pelayanan air limbah, pengembangan sistem drainase, peningkatan kualitas kawasan kumuh dan peremajaan permukiman, penanganan kawasan kumuh, pengembangan kawasan dan ruang terbuka hijau, serta penanggulangan kebakaran dan penataan bangunan gedung.

3. Multi Sumber Pendanaan, yaitu memadukan sumber pendanaan pemerintah, sumber pendanaan swasta, dan masyarakat. Sumber pendanaan pemerintah dapat terdiri dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, sedangkan dana swasta dapat berupa Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan Coorporate Social Responsibility (CSR). Masyarakat pun dapat berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat, misalnya dalam bentuk barang dan jasa.

4. Multi Stakeholder, yaitu melibatkan Masyarakat, Pemerintah, dan Swasta sebagai pelaku pembangunan dalam proses penyusunan RPI2JM maupun pada saat pelaksanaan program.

5. Partisipatif, yaitu memperhatikan kebutuhan dan kemampuan daerah (Kabupaten/Kota dan Provinsi) sesuai karakteristik setempat (bottom-up).

(6)

1.6. MUATAN DOKUMEN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA

Secara substansi muatan RPI2JM Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri 11 (sebelas) bab yaitu:

Bab 1 Pendahuluan

Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan RPI2JM, dasar

hukum penyusunan RPI2JM, dan mekanisme penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya.

Bab 2 Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pada bagian ini berisikan arahan konsep perencanaan Bidang Cipta Karya, antara lain amanat pembangunan nasional (RPJPN, RPJMN, MP3EI, MP3KI, KEK, dan Direktif Presiden), amanat peraturan perundangan terkait Pembangunan Bidang Cipta Karya, serta amanat internasional.

Bab 3 Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya untuk Kabupaten/Kota

Bagian ini berisikan arahan RTRW Nasional (PP No. 26 Tahun 2008), RTRW Pulau, RTRW Provinsi, serta RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN). Indikasi program Bidang Cipta Karya pada RTRW Nasional, RTRW Pulau, RTRW Provinsi, maupun RTRW KSN yang terkait dengan kabupaten/kota setempat dipaparkan pada bagian ini.

Tidak hanya memaparkan arahan kebijakan spasial, bagian ini juga memaparkan kedudukan kota pada rencana pengembangan kawasan khusus, antara lain dalam rangka pengembangan MP3EI dan KEK (jika Kabupaten/Kota tersebut termasuk dalam KPI MP3EI dan/atau kawasan pengembangan KEK).

Bab 4 Profil Kabupaten Tapanuli Tengah

Pada bab ini berisikan penjelasan profil umum Kabupaten/Kota seperti batas administrasi wilayah, demografi, geografi, topografi, geohidrologi, geologi, klimatologi, serta kondisi sosial dan ekonomi wilayah.

Bab 5 Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Tapanuli Tengah

(7)

Bab 6 Aspek Teknis Per Sektor

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai rencana program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya seperti rencana pengembangan permukiman, rencana penataan bangunan dan lingkungan (PBL), rencana pengembangan sistem penyediaan air minum, dan rencana penyehatan lingkungan permukiman (PLP). Pada setiap sektor dijelaskan isu strategis, kondisi eksisting, permasalahan, dan tantangan daerah, analisis kebutuhan, serta usulan program dan pembiayaan masing-masing sektor.

Bab 7 Keterpaduan Program Berdasarkan Entitas

Bagian ini merupakan pengelompokan dari usulan aspek teknis per sektor pada Bab 6 menjadi usulan berdasarkan entitas regional, Kabupaten/Kota, kawasan, dan lingkungan. Khusus untuk entitas kawasan, pemilihan kawasan harus pada Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) sesuai dengan amanat RTRW Kabupaten/Kota.

Bab 8 Aspek Lingkungan dan Sosial

Pada bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum dan kondisi eksisting lingkungan, analisis perlindungan lingkungan dan sosial seperti Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), AMDAL, UKL – UPL, dan SPPLH, serta perlindungan sosial pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

Bab 9 Aspek Pembiayaan

Bab ini menjelaskan mengenai Profil APBD Kabupaten Tapanuli Tengah, profil investasi dan proyeksi investasi dalam pembangunan Bidang Cipta Karya, serta strategi peningkatan investasi Bidang Cipta Karya.

Bab 10 Aspek Kelembagaan

Bab ini menjelaskan mengenai aspek kelembagaan Cipta Karya di daerah yang fokus kepada aspek keorganisasian, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusia. Dari ketiga aspek tersebut dijelaskan kondisi eksisting, analisis permasalahan dan rencana pengembangannya.

Bab 11 Matriks Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

(8)

1.7. MEKANISME PENYUSUNAN DAN PENILAIAN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA

Mekanisme penyusunan dan penilaian RPI2JM Bidang Cipta Karya dipaparkan dalam 3 (tiga) bagian, yaitu hubungan kerja penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya, langkah penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya, serta Penilaian Kelayakan RPI2JM Bidang Cipta Karya.

1.7.1. Hubungan Kerja Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya

Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya kabupaten/kota pada dasarnya melibatkan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya, bertindak sebagai pembina. Sedangkan, pemerintah provinsi berperan sebagai fasilitator, dan pemerintah kabupaten/kota merupakan penyusun dari dokumen RPI2JM Bidang Cipta Karya.

Di dalam mekanisme penyusunan RPI2JM Cipta Karya terdapat unit pelaksanaan di Pusat dan Daerah. Pada tingkat Daerah dibentuk Satgas RPI2JM/Randal, melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya, yang terdiri dari pejabat yang mewakili masing-masing yang terkait Bidang Cipta Karya. Untuk kemudahan komunikasi dan koordinasi, pada struktur Satgas terdapat juga Koordinator Wilayah (Korwil) Sumatera Utara.

Pada tingkat Provinsi, dibentuk satgas RPI2JM yang berfungsi memfasilitasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan RPI2JM. Satgas Provinsi dapat dibentuk melalui SK Gubernur/Sekda. Adapun anggotanya terdiri dari unsur Bappeda, Dinas PU/CK/Permukiman, BPLHD, Dispenda, SKPD terkait pembangunan Cipta Karya, dan Satker-Satker Cipta Karya Provinsi.

Sementara di tingkat Kabupaten/Kota, dibentuk satgas RPI2JM Kabupaten/Kota yang bertugas menyusun RPI2JM. Satgas dibentuk dengan SK Bupati/Walikota dengan anggota terdiri dari unsur Bappeda, Dinas PU/CK/Permukiman, BPLHD, Dispenda, SKPD terkait pembangunan Cipta Karya, dan PDAM. Gambar 1.3 memaparkan Keterkaitan Organisasi Penyusunan RPI2JM Kabupaten/Kota.

Satker AM dan Sanitasi Satker Bangkim dan PB Dit.

(9)

Dengan melibatkan seluruh stakeholder pada penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya, diharapkan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dapat berjalan dengan efisien dan efektif dalam rangka mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.

1.7.2. Langkah Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya

Dalam penyusunannya, RPI2JM Bidang Cipta Karya harus mengacu pada dokumen perencanaan yang ada, baik dokumen pembangunan nasional, perencanaan sektoral, maupun perencanaan spasial.Gambar 1.4 memaparkan langkah-langkah penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya.

Sumber : Ditjen Bina Program; DJCK 2014.

(10)

Dari Gambar 1.4 dapat dilihat bahwa seluruh anggota Satgas, baik di tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota memiliki peran penting dalam penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya. Prinsip bottom up planning cukup kental pada penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya ini, agar rencana yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan infrastruktur Bidang Cipta Karya di daerah, dengan tetap mengacu pada kebijakan nasional.

1.7.3. Penilaian Kelayakan RPI2JM Bidang Cipta Karya

Kelayakan suatu dokumen RPI2JM Bidang Cipta Karya perlu dinilai untuk meningkatkan kualitas substansi dokumen tersebut.Penilaian kelayakan tersebut menggunakan metode skoring, dimana masing – masing kriteria kelayakan telah ditetapkan bobot/nilainya. Indikator Penilaian Dokumen RPI2JM dinilai dari beberapa kriteria yaitu:

a. Kelengkapan Dokumen

Penilaian kelengkapan dokumen dilihat dari legalisasi dokumen RPI2JM oleh Bupati/Walikota, dan outline dokumen yang sesuai dengan buku pedoman penyusunan RPI2JM.

b. Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota dan Kawasan

Penilaian terhadap kelayakan rencana dilihat dari keterpaduan strategi yang tertuang pada dokumen perencanaan pembangunan nasional (RPJPN, RPJMN, peraturan perundangan Bidang Cipta Karya), perencanaan spasial (RTRWN, RTR Pulau, RTRWP, RTRW KSN, dan RTRW Kabupaten/Kota), dan perencanaan pengembangan kawasan khusus (MP3EI dan KEK).

c. Kelayakan Program

Penilaian terhadap kelayakan program dalam rencana program investasi sektor pengembangan permukiman, rencana program investasi sektor PBL, rencana program investasi sektor PLP, rencana program investasi sektor SPAM.

d. Kelayakan Lingkungan dan Sosial

Penilaian terkait aspek perlindungan sosial dan lingkungan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya.

e. Kelayakan Pendanaan

Penilaian kelayakan dan kesesuaian anggaran untuk program / kegiatan RPI2JM serta pemanfaatan multi sumber pendanaan.

f. Kelayakan Kelembagaan

Penilaian kelayakan kelembagaan dilihat dari kesiapan kelembagaan untuk menyusun dan mengelola implementasi RPI2JM di daerah.

g. Matriks Program

Gambar

Gambar 1.1 memaparkan kedudukan RPI2JM Bidang Cipta Karya pada sistemperencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Gambar 1.2 Keterkaitan RPI2JM Bidang Cipta Karya dengan Dokumen PerencanaanPembangunan di Daerah
Gambar 1.3 Hubungan Kerja Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Gambar 1.4 Langkah Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya

Referensi

Dokumen terkait

Secara ekonomis, penggunaan faktor produksi ternak, konsentrat, tenaga kerja dan perawatan biogas belum mencapai efisiensi ekonomi, sedangkan faktor produksi hijauan, biaya

Hasil penelitian dan pengembangan: secara keseluruhan media Puzzle dan Coloring Book pencak silat dengan pokok bahasan materi (kuda-kuda , tangkisan, pukulan, sikutan,

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat terdapat perbedaan kemampuan disposisi matematis peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol, hal ini menunjukkan

masing kuat tekan beton melakukan variasi pada ) dari 50 KNm dengan kenaikan Berdasarkan hasil peneliti lakukan, maka pembuatan konstruksi optimum didapatkan MPa,

(3) Seksi Angkutan dan Teknis Sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pengawasan teknis penye1enggaraan angkutan jalan

Perancangan alat “Tongkat Pemandu Tuna Netra Menggunakan Sensor Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler Arduino”, ini dimulai dengan membangun ide awal yang dilanjutkan

Tujuan pengolahan data adalah untuk memberikan keterangan yang berguna, serta untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. Dengan demikian,

Predisposing factors:  Faktor Demografi : - Umur - Pendidikan - Pekerjaan  Pengetahuan  Sikap Reinforcing factors:  Dukungan petugas kesehatan  Dukungan Keluarga