• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECERDASAN EMOSI REMAJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH DI DESA WISATA BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KECERDASAN EMOSI REMAJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH DI DESA WISATA BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

KECERDASAN EMOSI REMAJA DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBINAAN

AKHLAKUL KARIMAH DI DESA WISATA BEJALEN

KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2015

SKRIPSI

Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh:

ACHMAD RIFAI

11111028

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

KECERDASAN EMOSI REMAJA DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBINAAN

AKHLAKUL KARIMAH DI DESA WISATA BEJALEN

KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2015

SKRIPSI

Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh:

ACHMAD RIFAI

11111028

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2015

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO











“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada

Allah, supaya kamu beruntung.” (Q.S. Ali-‘Imran 003: 200).

(8)

PERSEMBAHAN

Atas rahmat, hidayah dan ridho Allah Swt, karya skripsi ini penulis

persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku Bapak Margono dan Ibu Barokah yang telah mendidik dan

membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Beliau keduanya

tak henti-hentinya memberikan untaian do’a yang tulus sepanjang waktu demi

keberhasilan penulis. Rasa hormat dan baktiku akan selalu tertuju kepadamu.

2. Saudara-saudaraku yang senantiasa memberikan arahan serta dukungan,

kesemangatan dan do’a.

3. Teman-temanku dan Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan bantuan,

motivasi, inspirasi, nasehat semangat hidup, pelajaran hidup, dan dukungan

untuk selalu bangkit dari keputus asaan dan keterpurukan yang selalu datang

melanda. Semoga dapat meraih segala impian dan kesuksesan hidup yang

dicita-citakan.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, penulis haturkan kehadirat Allah Swt yang telah

memberikan rahmat, hidayah beserta ridho-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kecerdasan Emosi Remaja dan

Implikasinya terhadap Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen

Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015.” Shalawat dan salam

selalu tercurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad Saw yang selalu kita

nanti-nantikan syafa’atnya besok di hari kiamat. Amin Ya Rabbal Alamin.

Dalam penyusunan skripsi ini, ditujukan sebagai syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Islam di IAIN Salatiga. Dengan kerendahan hati dan

kesadaran penuh, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan

tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya

kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara

khusus penulis sampaikan kepada:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

4. Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikirannya, dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya

(10)

dalam memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya

dalam menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

6. Karyawan dan Karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta

bantuannya.

7. Segenap keluarga, terutama Bapak, Ibu dan Kakak yang selalu mencurahkan

kasih sayang, perhatian, kesabaran, ketabahan serta untaian do’a yang tulus

sepanjang waktu demi keberhasilan penulis.

8. Bapak Nowo Sugiharto selaku Kepala Desa Wisata Bejalen Kecamatan

Ambarawa Kabupaten Semarang yang telah memberikan izin dan bantuannya

dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini,

sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima di

sisi Allah Swt.

Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga hasil penelitian ini dapat

berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya, terutama untuk

kemajuan dunia pendidikan.

Salatiga, 26 Oktober 2015

Penulis,

ACHMAD RIFAI NIM. 11111028

(11)

ABSTRAK

Rifai, Achmad. 2015. Kecerdasan Emosi Remaja dan Implikasinya terhadap Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan

Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag.

Kata kunci: Kecerdasan Emosi Remaja, Pembinaan Akhlakul Karimah.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui implikasi antara Kecerdasan Emosi Remaja dengan Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten semarang Tahun 2015. Rumusan masalah yang ingin dicari jawabannya adalah (1) Bagaimana tingkat kecerdasan emosi remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015? (2) Bagaimana tingkat pembinaan akhlakul karimah pada remaja di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015? (3) Adakah implikasi antara kecerdasan emosi remaja terhadap pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015? Untuk menjawab pertanyaan itu, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode angket (quesioner).

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat Kecerdasan Emosi Remaja Desa Wisata Bejalen, 16,66% berada pada kategori baik sebanyak 6 responden, 22,22% berada pada kategori cukup baik sebanyak 8 responden, dan 61,11% berada pada kategori kurang baik sebanyak 22 responden. Sedangkan tingkat Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata Bejalen, 16,66% berada pada kategori baik sebanyak 6 responden, 33,33% berada pada kategori cukup baik sebanyak 12 responden, dan 50% berada pada kategori kurang baik sebanyak 18 responden.

Penelitian ini setelah dilakukan uji hipotesis dengan rumus product moment, maka hasilnya menunjukkan bahwa ada implikasi yang positif antara Kecerdasan Emosi Remaja dengan Pembinaan Akhlakul Karimah. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kecerdasan emosi remaja yang baik akan mempermudah keberhasilan pembinaan akhlakul karimah pada remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015. Menggunakan sampel sebanyak 36 responden terbukti r hitung lebih besar dari r tabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Diketahui r hitung 0,965 dan r tabel pada taraf signifikansi 1% = 0,424 dan r tabel pada taraf signifikansi 5% = 0,329. Jadi 0,965 > 0,424 dan 0,965 > 0,329.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN BERLOGO ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

PENGESAHAN PENGUJI iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

ABSTRAK x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR LAMPIRAN xviii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 5

D. Hipotesis Penelitian 6

E. Kegunaan Penelitian 6

1. Teoritis 6

2. Praktis 7

(13)

F. Definisi Operasional 7

1. Kecerdasan Emosi Remaja 7

2. Implikasi 9

3. Pembinaan Akhlakul Karimah 9

G. Metode Penelitian 10

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian 10

2. Lokasi dan Waktu Penelitian 10

3. Populasi dan Sampel 11

4. Metode Pengumpulan Data 12

5. Instrumen Penelitian 13

6. Analisis Data 14

H. Sistematika Penulisan 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Emosi dan Remaja 18

1. Emosi 18

a. Pengertian dan Teori 18

b. Emosi dalam Perspektif Islam 22

c. Ekspresi Emosi Manusia 25

d. Gejala-gejala Emosi 29

e. Cara Mengendalikan Emosi 30

2. Remaja 32

a. Definisi dan Pengertian 32

b. Kategori dan Problematika Remaja 33

(14)

c. Bimbingan dan Pendidikan Remaja 36

B. Akhlakul Karimah 40

1. Pengertian dan Tujuan 40

2. Karakteristik Akhlak dalam Islam 42

3. Jenis-jenis Akhlakul Karimah dan Aplikasinya 44

C. Kecerdasan Emosi Remaja dan Implikasinya terhadap

Pembinaan Akhlakul Karimah 47

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Wisata Bejalen 51

1. Sejarah Desa Bejalen 51

2. Keadaan Umum Wilayah Desa 54

3. Letak Geografis 56

4. Demografi (Kependudukan) 56

5. Pendidikan 57

6. Mata Pencaharian 59

7. Jumlah Penduduk Menurut Agama 60

8. Struktur Organisasi Desa 61

9. Kesehatan 61

10.Form Profile Desa Wisata 62

B. Penyajian Data Hasil Penelitian 65

1. Data Responden 66

2. Data Jawaban Angket Variabel X

(Kecerdasan Emosi Remaja) 68

(15)

3. Data Jawaban Angket Variabel Y

(Pembinaan Akhlakul Karimah) 70

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Pendahuluan 72

1. Analisis Tingkat Kecerdasan Emosi Remaja

Desa Wisata Bejalen 73

a. Mencari Nilai Rata-rata (Mean) 75

b. Mencari Nilai Interval 76

c. Mencari Persentase Kategori Kecerdasan

Emosi Remaja 77

2. Analisis Tingkat Pembinaan Akhlakul Karimah

di Desa Wisata Bejalen 79

a. Mencari Nilai Rata-rata (Mean) 82

b. Mencari Nilai Interval 83

c. Mencari Persentase Kategori Pembinaan

Akhlakul Karimah 84

B. Analisis Uji Hipotesis 86

1. Input Data Implikasi antara Kecerdasan Emosi Remaja

dengan Pembinaan Akhlakul Karimah 87

2. Analisis dengan Rumus Product Moment 89

C. Analisis Lanjut 89

(16)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 93

B. Saran-saran 94

C. Penutup 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

(17)

DAFTAR TABEL

1. Tabel. 1 Pengambilan Sampel 12

2. Tabel. 2 Nafsu Muthmainnah dan Ammarah 23

3. Tabel. 3 Ekspresi Wajah pada Enam Jenis Emosi 26

4. Tabel. 4 Batas Wilayah Desa Bejalen 55

5. Tabel. 5 Jumlah Penduduk Menurut Usia 56

6. Tabel. 6 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan 58

7. Tabel. 7 Penduduk Menurut Mata Pencaharian 59

8. Tabel. 8 Jumlah Penduduk Menurut Agama 60

9. Tabel. 9 Pemetaan Indikator dengan Angket 65

10. Tabel. 10 Jumlah Data Responden 66

11. Tabel. 11 Jumlah Data Jawaban Angket Variabel X 68

12. Tabel. 12 Jumlah Data Jawaban Angket Variabel Y 70

13. Tabel. 13 Hasil Angket Kecerdasan Emosi Remaja 73

14. Tabel. 14 Distribusi Frekuensi Variabel X 75

15. Tabel. 15 Nilai Interval Kecerdasan Emosi Remaja 77

16. Tabel. 16 Rekapitulasi Kecerdasan Emosi Remaja 79

17. Tabel. 17 Hasil Angket Pembinaan Akhlakul Karimah 80

18. Tabel. 18 Distribusi Frekuensi Variabel Y 82

19. Tabel. 19 Nilai Interval Pembinaan Akhlakul Karimah 84

20. Tabel. 20 Rekapitulasi Pembinaan Akhlakul Karimah 86

21. Tabel. 21 Jumlah Data Korelasi Variabel X dan Y 87

22. Tabel. 22 Taraf Signifikansi Product Moment 90

(18)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar. 1 Teori Emosi James-Lange 20

2. Gambar. 2 Teori Emosi Cannon-Bard 21

3. Gambar. 3 Bagan Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerin`tah

Desa Bejalen Tahun 2015 61

4. Gambar. 4 Denah Lokasi Desa Wisata Bejalen 63

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Pengajuan Judul Skripsi

2. Lembar Konsultasi Skripsi

3. Angket Penelitian

4. Surat Keterangan Kegiatan (SKK)

5. Surat Permohonan Izin Penelitian

6. Surat Pernyataan Bukti Penelitian

7. Foto-foto

8. Riwayat Hidup Penulis

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya perbuatan manusia sehari-hari disertai oleh

perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan-perasaan senang atau perasaan-perasaan tidak senang. Kedua

perasaan tersebut yang selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari. Perasaan ini

terkadang kuat, lemah atau samar-samar saja. Perasaan yang kuat akan menjadi

lebih mendalam, lebih luas dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini

disebut emosi. Beberapa macam emosi antara lain: gembira, bahagia, terkejut,

benci, senang, sedih, was-was dan sebagainya.

Emosi merupakan pemicu utama dalam tiap aspek kehidupan manusia.

Emosi adalah penggerak diri, memandu untuk terus maju dan bertindak sesuai

dengan apa yang diinginkan. Maka benarlah pernyataan berikut ini: “kadar

reaksi emosi kita terhadap peristiwa-peristiwa menentukan kadar kegiatan

rohani dan jasmani kita” (Maurus, 2014: 15). Perasaan dan emosi biasanya

disifatkan sebagai suatu keadaan (state) dari diri organisme atau individu pada

suatu waktu. Misalnya orang merasa sedih, senang, terharu dan sebagainya jika

melihat sesuatu, mendengar sesuatu, mencium bau dan sebagainya (Hartati

dkk, 2005: 81).

Bagi sebagian orang, perilaku lebih dipengaruhi oleh emosi daripada

kepandaian. Maka, emosi jauh lebih penting daripada kepandaian. Tidak ada

(21)

faktor yang lebih mempengaruhi keberhasilan, kebahagiaan dan kegembiraan

selain emosi. Orang yang tidak memiliki semangat, kemurahan hati,

keramahan dan cinta tidaklah siap menjalani hidup.

Emosi sangat berguna jika terkendali, namun berbahaya jika dibiarkan

begitu saja khususnya pada usia remaja karena emosi sangat kuat dan labil.

Emosi muncul saat seseorang berada dalam keadaan darurat. Emosi

mengerahkan kekuatan dari dalam maupun dari luar yang memungkinkan

seseorang untuk bertindak dengan kekuatan lebih. Jika seseorang bertindak

pada saat yang bersamaan, emosi akan mereda; fungsinya telah dijalankan dan

mungkin selanjutnya akan lenyap. Apabila tidak ada tindakan, emosi akan

mengambil alih seluruh sistem tubuh. Emosi akan mengaliri seluruh tubuh

dengan dampak-dampak yang mengganggu.

Penyebab utama timbulnya masalah remaja didominasi oleh emosi yang

cenderung muncul. Masalah remaja merupakan suatu masalah yang sebenarnya

sangat menarik untuk dibicarakan, terlebih pada masa kekinian, dimana telah

timbul akibat negatif yang sangat mencemaskan terutama disebabkan atas

dorongan emosi yang akan membawa kehancuran bagi remaja itu sendiri dan

masyarakat pada umumnya.

Persoalan remaja adalah persoalan yang sangat komplek dan urgen yang

disebabkan oleh bermacam-macam faktor diantaranya: kurangnya pembinaan

mental, kurangnya pengenalan terhadap nilai moral pancasila, kegoncangan

suasana dalam masyarakat, masa depan yang suram, pengaruh kebudayaan

asing dan lainnya.

(22)

Remaja di era kontemporer terletak pada posisi yang terjepit manakala

mereka tidak bisa membawa diri mereka masing-masing dengan sebaik

mungkin, karena tantangan saat ini begitu besar sehingga akhlak (moral)

remaja yang akan menjadi taruhannya. Dekadensi moral atau kemerosotan

akhlak merupakan masalah yang paling mendasar bagi setiap orang di suatu

masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun modern. Kemerosotan akhlak

seseorang mengganggu ketentraman orang lain. Seandainya dalam suatu

masyarakat terdapat banyak orang yang akhlaknya rusak maka akan

menggemparkan keadaan masyarakat itu.

Agama Islam yang terpenting adalah pendidikan akhlak (moral), yang mana

Allah Swt berfirman:

Artinya: Dan Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar

berbudi pekerti yang agung (berakhlak sangat mulia). (Al-Qalam 68: 4).

Pendidikan akhlak (moral) untuk setiap umat Islam, Nabi Muhammad Saw

dalam hadits bersabda:

مَّنِإ

menyempurnakan keshalehan akhlak (H.R. Ahmad). (Ahmadi, 2004: 29).

Beliaupun memberikan uswah khasanah kepada umatnya di antaranya adalah

benar, jujur, adil dan dipercaya. Penilaian terhadap seseorang baik atau

buruknya tergantung sisi moral yang ia miliki. Bangsa akan hancur dan rusak

dikarenakan masyarakat yang merosot moralnya.

(23)

Melihat pentingnya orang dewasa pada perkembangan moral remaja, faktor

orang tua dan orang dewasa lainnya bagi remaja tidak boleh diabaikan. Tentu

saja orang tua dan orang dewasa lainnya, yang mengharapkan generasi muda

dapat menggantikan segala tugas dan kelangsungan hidup di hari kemudian,

perlu menyadari pentingnya peranan mereka dalam mendidik, membina, serta

mendampingi remaja dalam perkembangan moralnya sebagai dasar hidup

utama di masa yang akan datang (Gunarsa, 2012: 97). Pendidikan berperan

penting dalam membina moral dan meminimalisir kenakalan remaja yang

mana kita sebagai umat Islam tahu bahwa pendidikan Islam bertujuan

menciptakan pribadi muslim yang berakhlakul karimah dan tertanamnya

nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.

Emosi remaja memiliki hubungan erat dengan pembinaan akhlakul

karimah. Itu disebabkan emosi merupakan implikasi dari proses pendidikan

dan penanaman akhlak pada remaja. Di sini lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat juga berperan penting dalam membentuk akhlak remaja. Adapun

keberhasilan dalam pembinaan akhlakul karimah adalah wujud dari suksesnya

sebuah pengendalian emosi.

Penelitian ini penting sekali mengingat banyak terjadi problematika remaja

dalam setiap kehidupan yang sampai saat ini belum terpecahkan. Banyak

perilaku remaja khususnya di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa

Kabupaten Semarang yang menyimpang dilihat dari segi akhlaknya seperti:

berani kepada orang tua, kurang sopan-santun, berkata-kata kotor dan lain

sebagainya. Oleh karena itu, penelitian ini bisa menjadi bekal bagi masyarakat

(24)

dan orang tua terutama dalam hal penanganan dan pembinaan akhlak remaja

putra-putrinya.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis merasa tertarik dengan Desa

Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang untuk dijadikan

sebagai obyek penelitian. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka

penulis mengajukan penelitian ini dengan judul: “Kecerdasan Emosi Remaja

dan Implikasinya terhadap Pembinaan Akhlakul Karimah di Desa Wisata

Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015”.

B. RumusanMasalah

1. Bagaimana tingkat kecerdasan emosi remaja Desa Wisata Bejalen

Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015?

2. Bagaimana tingkat pembinaan akhlakul karimah pada remaja di Desa

Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015?

3. Adakah implikasi antara kecerdasan emosi remaja terhadap pembinaan

akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa

Kabupaten Semarang Tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosi remaja Desa Wisata Bejalen

Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015.

2. Untuk mengetahui tingkat pembinaan akhlakul karimah pada remaja di

Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun

2015.

(25)

3. Untuk mengetahui seberapa besar implikasi antara kecerdasan emosi

remaja terhadap pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen

Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian,

yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Dalam rangkaian

penelitian yang disajikan dalam bab ini, hipotesis itu merupakan rangkuman

dari kesimpulan teoretis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan.

Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoretis

dianggap paling mungkin dan paling tinggi kebenarannya (Fathoni, 2011: 20).

Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini, yaitu: ada

implikasi yang positif antara Kecerdasan Emosi Remaja dengan Pembinaan

Akhlakul Karimah. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kecerdasan emosi

remaja yang baik akan mempermudah keberhasilan pembinaan akhlakul

karimah pada remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten

Semarang Tahun 2015.

E. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

peningkatan kualitas generasi penerus bangsa pada umumnya, khususnya

dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil

penelitian yang telah ada serta dapat memberi gambaran mengenai

pentingnya emosi dan pembinaan akhlak remaja.

(26)

2. Praktis

Secara praktis, bagi remaja dapat memperoleh pemahaman tentang

pentingnya emosi dan pembinaan akhlak agar bisa mengontrol setiap

tindakan dengan didasari agama dan emosi yang stabil, bukan berdasarkan

amarah dan ambisi. Karena remaja merupakan generasi penerus bangsa

yang akan meneruskan cita-cita dan tanggung jawab Negara.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari timbulnya salah pengertian atau penafsiran dari judul di

atas, maka perlu dijelaskan beberapa definisi istilah dan masalah serta

pengertiannya, yaitu:

1. Kecerdasan Emosi Remaja

Kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang

memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu (Purwanto,

1996: 52). Kecerdasan juga merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga

jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam

situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan

konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat (Slameto, 1995: 56).

Emosi yakni, satu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi

kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam serta dibarengi

dengan perasaan (feeling) yang kuat atau disertai dengan keadaan efektif

(Hartati dkk, 2005: 106). Mengenai pengertian tersebut, dapat dikatakan

bahwa emosi adalah suatu gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek

(27)

pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta mengejawantah dalam bentuk

ekspresi tertentu.

Remaja adalah masa peralihan dari “anak” menjelang “dewasa”.

Semakin maju suatu masyarakat semakin banyak syarat yang diperlukan

untuk menjadi dewasa, semakin panjang masa yang diperlukan untuk

mempersiapkan diri dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan dan

semakin banyak pula masalah yang dihadapi oleh remaja itu, karena

sukarnya memenuhi syarat-syarat tersebut (Daradjat, 1976: 11). Usia

remaja yang hampir disepakati oleh banyak ahli jiwa ialah antara 13 dan 21

tahun.

Jadi definisi istilah kecerdasan emosi remaja adalah kemampuan

mengindra, memahami dan daya efektif yang dimiliki remaja dalam

menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi,

informasi dan pengaruh. Adapun yang menjadi indikator dalam kecerdasan

emosi remaja adalah (Goleman, 2007: 58-59):

a. Mengenali Emosi Diri

b. Mengelola Emosi

c. Memotivasi Diri Sendiri

d. Mengenali Emosi Orang Lain

e. Membina Hubungan dengan Orang Lain

(28)

2. Implikasi

Implikasi berasal dari bahasa inggris “implicate” yaitu

menyangkutkan (Echols dan Shadily, 2005: 313). Menyangkutkan berarti

menghubungkan, sehingga dapat dikatakan bahwa implikasi adalah

hubungan antara satu dengan yang lain (keduanya atau lebih) baik secara

langsung maupun tidak langsung yang membawa pengaruh (dampak)

positif ataupun negatif.

3. Pembinaan Akhlakul Karimah

Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan

secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Alwi,

2007: 152). Istilah akhlak dalam pemakaian kata sehari-hari biasa disebut

“akhlak yang baik” (akhlakul karimah), seumpama dikatakan: orang itu

berakhlak artinya orang tersebut mempunyai akhlak yang baik, sedangkan

orang itu tidak berakhlak artinya orang tersebut tidak mempunyai akhlak

yang baik atau buruk akhlaknya. Jadi, definisi istilah pembinaan akhlakul

karimah adalah upaya yang dilakukan secara efektif dan efisien dalam

proses pendidikan dan penanaman akhlak yang baik. Adapun yang menjadi

indikator dalam pembinaan akhlakul karimah adalah (Abdullah, 2007: 75):

a. Akhlak kepada Allah

b. Akhlak terhadap Diri Sendiri

c. Akhlak terhadap Keluarga

d. Akhlak terhadap Masyarakat

e. Akhlak terhadap Alam Sekitar

(29)

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang model analisisnya secara

umum memakai analisis statistic (Sukardi, 2004: 8), di mana akan

diungkap persoalan di lapangan dalam hal kecerdasan emosi remaja dan

pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan

Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015.

b. Rancangan Penelitian

Dalam penyusunan atau rancangan penelitian ini penulis

menggunakan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian

untuk mendapatkan data yang diperlukan secara langsung yang

berhubungan dengan permasalahan yang dibahas yang diperoleh dari

objek penelitian atau suatu riset yang dilakukan di kancah terjadinya

gejala dalam suatu lapangan (Suryabrata, 1983: 93).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi atau tempat yang diambil dalam penelitian ini di Desa Wisata

Bejalen Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, karena merupakan

lokasi yang strategis dan sangat menarik untuk diteliti kaitannya dengan

dunia remaja yang rentan akhlaknya disebabkan oleh faktor emosi. Penulis

dalam melakukan penelitian ini dengan jangka waktu tiga bulan, yaitu

dimulai September-November 2015.

(30)

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang

ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitian ini merupakan penelitian populasi. Menurut Nazir (1988:

325) dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian” memberikan

pengertian tentang, “Populasi adalah kumpulan dari individu dengan

kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan”. Sedangkan menurut

Singarimbun dan Effendi (1988: 108) memberikan pengertian,

“populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya

akan diduga”. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah semua remaja Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa

Kabupaten Semarang Tahun 2015 yang berjumlah 144 orang.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2005: 56). Menurut Arikunto (1998: 67)

“sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diselidiki”. Dari

pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa sampel adalah sebagian dari

populasi yang merupakan wakil dari keseluruhan subyek penelitian,

mengenai besar kecilnya sampel tidak ada ketentuan, tetapi perlu

diingat bahwa semakin besar sampel yang diambil, maka kesimpulan

yang diperoleh semakin baik. Sehubungan hal itu, Arikunto (1998: 120)

mengatakan:

(31)

Apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiaannya merupakan penelitian populasi, sedangkan jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih sesuai dengan kemampuan.

Sampel untuk penelitian ini, Penulis mengambil 25% dari populasi.

Adapun rinciannya sebagai berikut:

Tabel. 1 Pengambilan Sampel

Wilayah Desa Wisata Bejalen

Usia Remaja Populasi Sampel

Dusun Bejalen Barat 13-21 Tahun 80 20 Dusun Bejalen Timur 13-21 Tahun 64 16

Jumlah 144 36

Keterangan: (Sumber: Dokumen Desa Wisata Bejalen dari Sekretaris Desa, Hari Senin 03-08-2015, Pukul 10:15 WIB).

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data lapangan yaitu dengan menggunakan

metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan

indera, terutama indera penglihatan dan pendengaran. Menurut Kartono

(1990: 78), “observasi merupakan pencatatan dan pengamatan secara

sistematis terhadap fenomena-fenomena atau gejala-gejala yang

diselidiki.”

b. Metode Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran

kuesioner (daftar pertanyaan/isian) untuk diisi langsung oleh responden

seperti yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat

(32)

umum (Fathoni, 2011: 111). Teknik/metode ini digunakan untuk

memperoleh data tentang kecerdasan emosi remaja dan pembinaan

akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan Ambarawa

Kabupaten Semarang Tahun 2015.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berarti barang-barang tertulis. Metode dokumen

adalah mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan lain-lain.

(Arikunto, 1998: 67). Metode ini digunakan untuk memperoleh data

tentang keadaan warga yang berkaitan dengan kecerdasan emosi remaja

dan pembinaan akhlakul karimah di Desa Wisata Bejalen Kecamatan

Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun 2015.

5. Instrumen Penelitian

Fathoni (2011: 30) dalam bukunya yang berjudul: “Metodologi

Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi”,mengatakan:

Dalam suatu penelitian, alat pengambil data (instrumen) menentukan kualitas data yang dapat dikumpulkan dan kualitas data itu menentukan kualitas penelitiannya. Karena itu, alat pengambil data itu harus mendapatkan penggarap yang cermat.

Untuk mengetahui data-data yang diperlukan dalam penelitian ini maka

diperlukan suatu instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah angket, data identitas remaja dan dokumen yang sesuai dengan

penelitian dan observasi.

(33)

6. Analisis Data

Untuk memperoleh hasil dari penelitian agar bisa digeneralisasikan

setiap data yang masuk harus dianalisis. Untuk menganalisis data dengan

melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Analisis Pendahuluan

Analisis tahap pendahuluan ini, penulis terlebih dahulu

mengelompokkan data-data yang telah diperoleh ke dalam tabel

distribusi frekuensi. Untuk data variabel X (Kecerdasan Emosi Remaja)

terdapat pada soal angket nomor 1-15 dan variabel Y (Pembinaan

Akhlakul Karimah) terdapat pada soal angket nomor 16-30, pilihan

jawaban A, B, dan C dengan cara pemberian skor jawaban A= 3, B= 2,

dan C= 1 seperti pada alternatif jawaban sebagai berikut:

1) Alternatif Jawaban A dengan Skor 3 (Baik)

2) Alternatif Jawaban B dengan Skor 2 (Cukup Baik)

3) Alternatif Jawaban C dengan Skor 1 (Kurang Baik)

Kemudian teknik analisis data dengan menggunakan rumus:

𝑃 =𝑁 𝑋 100%𝐹

Keterangan:

P : Persentase

F : Frekuensi

N : Jumlah Total Sampel

(34)

b. Analisis Uji Hipotesis

Analisis ini menggunakan rumus product moment:

𝑟𝑥𝑦 = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)

√{𝑁 ∑ 𝑋2− (∑ 𝑋)2} {𝑁 ∑ 𝑌2− (∑ 𝑌)2}

Keterangan:

rxy : Koofisien Korelasi antara Variabel X dan Y

N : Jumlah Responden

∑x : Nilai Hasil Variabel Emosi Remaja

∑y : Nilai Hasil Variabel Pembinaan Akhlakul Karimah

∑xy : Jumlah Hasil Perkalian antara Skor X dan Y.

c. Analisis Lanjut

Setelah diperoleh nilai penghitungan tersebut, langkah selanjutnya

adalah mengadakan konsultasi hasil penghitungan (rxy) ke dalam r

tabel pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Dari hasil penelitian, jika

diketahui nilai rxy (r hitung) yang diperoleh lebih besar dari nilai kritik

r tabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%, maka nilai yang

diperoleh adalah signifikan dan hipotesis yang diajukan diterima. Akan

tetapi sebaliknya, jika nilai rxy (r hitung) yang diperoleh lebih kecil dari

nilai kritik r tabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%, maka

nilai yang diperoleh adalah tidak signifikan dan hipotesis yang diajukan

tidak diterima.

(35)

H. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan dalam

memahami isi skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi

Operasional, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini diterangkan tentang teori-teori, antara lain: Pertama yaitu:

Emosi dan Remaja yang meliputi: Emosi, yaitu: Pengertian dan Teori, Emosi

dalam Perspektif Islam, Ekspresi Emosi Manusia, Gejala-gejala Emosi, Cara

Mengendalikan Emosi. Remaja, yaitu: Definisi dan Pengertian, Kategori dan

Problematika Remaja, Bimbingan dan Pendidikan Remaja. Kedua yaitu:

Akhlakul Karimah, meliputi: Pengertian dan Tujuan, Karakteristik Akhlak

dalam Islam, Jenis-jenis Akhlakul Karimah dan Aplikasinya. Ketiga yaitu:

Kecerdasan Emosi Remaja Implikasinya terhadap Pembinaan Akhlakul

Karimah.

BAB III : HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini terdiri dari dua sub bab, meliputi: Pertama, Gambaran Umum

Lokasi dan Subjek Penelitian, yaitu: Letak Geografis, Tinjauan Historis,

Struktur Organisasi, Keadaan Warga dan Remaja. Kedua, Penyajian Data Hasil

Penelitian.

(36)

BAB IV : ANALISIS DATA

Dalam bab ini diuraikan: Analisis Deskriptif (Analisis Pendahuluan),

Pengujian Hipotesis (Analisis Uji Hipotesis) dan Pembahasan (Analisis

Lanjut).

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini memuat: Kesimpulan, Saran-saran, dan Penutup.

(37)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Emosi dan Remaja

1. Emosi

a. Pengertian dan Teori

Emosi dapat diartikan sebagai keadaan jiwa yang sangat

mempengaruhi makhluk hidup, yang ditimbulkan oleh kesadaran atas

suatu benda atau peristiwa, yang ditandai dengan perasaan yang

mendalam, hasrat untuk bertindak, dan perubahan fisiologis pada

fungsi tubuh. Sebagian orang lantas menyadari adanya rangsangan

(menakutkan, menyedihkan, melegakan, menjengkelkan) yang memicu

situasi psikologis yang dikenal sebagai emosi (takut, sedih, bahagia,

marah). Singkatnya, emosi adalah pikiran yang digerakkan. Karena itu,

mungkin akan lebih baik menjabarkan emosi sebagai gerakan dalam

pikiran (Maurus, 2014: 16).

Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau

sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi

dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah

kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. Kata “emosi”

diturunkan dari kata bahasa Prancis, emotion, dari emouvoir,

(38)

kegembiraan dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) luar dan

movere bergerak (Gemilang, 2013:10).

Emosi yakni, satu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi

kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam serta dibarengi

dengan perasaan (feeling) yang kuat atau disertai dengan keadaan

efektif (Hartati dkk, 2005: 106). Sehubungan dengan pengertian emosi,

ada beberapa teori yang menjelaskan tentang emosi di antaranya

(Hartati dkk, 2005: 96-98):

1) Teori William James (1842-1910, Amerika Serikat) dan Carl Lange

(Denmark)

Menurut pendapat atau teori ini, emosi adalah hasil persepsi

seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh

sebagai respons terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari

luar. Gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari

emosi yang dialami oleh individu, tetapi malahan emosi yang

dialami oleh individu merupakan gejala-gejala kejasmanian.

Menurut teori ini orang tidak menangis karena susah, tetapi

sebaliknya ia susah karena menangis. Atau, bila seseorang melihat

harimau, reaksinya adalah peredaran darah makin cepat karena

denyut jantung makin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara,

dan sebagainya. Respons-respons tubuh ini kemudian

dipersepsikan dan timbullah rasa takut. Jadi, orang itu bukan

(39)

berdebar-debar karena takut setelah melihat harimau, melainkan

karena ia berdebar-debar maka timbul rasa takut.

Gambar. 1

Teori Emosi James-Lange (Hude, 2006: 56)

Teori dari James Lanse ini lebih menitikberatkan pada

hal-hal yang bersifat perifir daripada yang bersifat sentral. Dan teori ini

sering pula disebut sebagai peradoks dari James. Sementara itu

banyak para ahli mengadakan eksperimen-eksperimen untuk

menguji sampai sejauhmana kebenaran dari teori James Lanse ini.

Ahli-ahli tersebut antara lain Sherington dan Cannon, yang

umumnya menunjukkan bahwa apa yang dikemukakan oleh James

tidak tepat.

2) Teori Cannon Bard

Teori emosi yang dikemukakan oleh Cannon, dengan

teorinya yang dikenal dengan teori sentral. Menurut teori atau

pendapat ini, segala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang

dialami oleh individu, jadi individu mengalami emosi terlebih

Emotion takes place after Psychological reactions

External Stimulus

Stimulus Perceived in Brain

Sensory Nerves Emotion

Occurs

Motor Nerves

Body Sensations and Responses

(40)

dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam

kejasmaniannya.

Gambar. 2

Teori Emosi Cannon-Bard (Hude, 2006: 58)

3) Teori J. Linchoten

Teori emosi lain adalah teori kepribadian. Menurut pendapat

atau teori ini ialah bahwa emosi merupakan suatu aktivitas pribadi,

di mana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan

psikis sebagai dua substansi yang terpisah-pisahkan. Karena itu,

emosi meliputi pula perubahan-perubahan kejasmanian. Teori ini

dikemukakan oleh J. Linchoten.

4) Teori Wilhem Wundt (1832-1920)

Tokoh empiris lain yang mengemukakan teori emosi adalah

Wundt (1832-1920), tetapi berbeda dengan W. James yang

menyelidiki mengapa timbul emosi. Menurut W. Wundt ada tiga (3)

pasang kutub emosi, yaitu:

Emotion takes place after Psychological reactions

External Stimulus

Stimulus Perceived in

Brain

Motor and Sensory Nerves

Emotion Occurs

Body Sensations and Responses

(41)

a) Lust-Unlust (senang-tak senang)

b) Spannung-Losung (tegang-tak tegang)

c) Erregung-Berubigung (semangat-tenang)

Jadi, kalau seseorang melihat harimau, emosinya adalah

unlust, spannung dan erregung (tak senang, tegang dan semangat).

Dan kalau seorang mahasiswa lulus ujian, maka emosinya adalah

lust, unlust dan berubigung (senang, tak tegang dan tenang) dan

seterusnya.

b. Emosi dalam Perspektif Islam

Banyak tokoh ilmuwan Islam yang memperbincangkan masalah

emosi. Umumnya mereka membahas dalam bentuk derivatifnya

sebagai cinta, marah, sedih, berani dan semacamnya. Dalam perspektif

Islam, emosi identik dengan nafsu yang dianugerahkan oleh Allah Swt.

Nafsu inilah yang akan membawanya menjadi baik atau jelek, budiman

atau preman, pemurah atau pemarah, dan sebagainya. Nafsu menurut

pandangan Mawardy Labay el-Sulthani dalam bukunya Muallifah

(2009: 128-129) yang berjudul: “Psycho Islamic Smart Parenting”,

terbagi dalam lima bagian.

Pertama, nafsu rendah yang disebut dengan nafsu hewani,

yaitu nafsu yang dimiliki oleh binatang seperti keinginan untuk makan dan minum, keinginan seks, keinginan mengumpulkan harta benda, kesenangan terhadap binatang dan juga rasa takut.

Kedua, nafsu ammarah yang artinya menarik, membawa,

menghela, mendorong, dan menyuruh pada kejelekan dan kejahatan saja. Nafsu amarah cenderung membawa manusia kepada perbuatan-perbuatan yang negatif dan berlebih-lebihan. Contohnya: makan yang enak sampai kekenyangan, perasaan malas untuk

(42)

mengerjakan hal yang positif, ingin kaya dengan menghalalkan segala cara, berhati keras dan sebagainya.

Ketiga, nafsu lawwamah, yaitu nafsu yang selalu mendorong

manusia untuk berbuat baik. Ini merupakan lawan dari nafsu amarah. Apa yang dikerjakan nafsu amarah terus ditentang dan dicela keras oleh nafsu lawwamah, sehingga diri akan tertegun sebentar atau berhenti sama sekali dari perbuatan yang dianjurkan amarahnya.

Keempat, nafsu musawwilah, yakni merupakan nafsu

provokator, ahli memperkosa dan ahli memukau. Di dalam istilah

perang, dia diberi julukan dengan “koloni kelima”, ia berkedudukan

di kementrian peperangan atau propoganda. Karena disebut koloni kelima, di pihak lawan ia perlu mendapat perhatian yang serius.

Kelima, nafsu muthmainnah, artinya kondisi jiwa yang

seimbang atau tenang seperti permukaan danau kecil yang ditiup angin, akan jadi tenang, teduh, walaupun sesekali terlihat riak kecil.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Hartati dkk (2005: 108) hanya

menentukan kepribadian muthmainnah dan ammarah saja, karena

kedua kepribadian tersebut ibarat dua kutub utara dan selatan yang

saling berlawanan serta bersifat relatif permanen. Secara jelas beliau

mempertentangkan kedua kepribadian tersebut.

Tabel. 2

Nafsu muthmainnah dan ammarah (Hartati dkk, 2005: 107)

No Kepribadian Muthmainnah Kepribadian Ammarah

1

Hamiyah (memiliki harga diri) Tawadhu’ (merendahkan diri)

Ma’rifah wa’ilm (mengetahui dan berilmu)

Siqqat (dapat dipercaya) Raja’ (pengharapan)

Jufa’ (menjatuhkan harga diri) Mahaat (menghinakan diri)

Suw al zhan (buruk sangka) Zhan (menduga)

Ghibat (menunjukkan keburukan) Riswah (menyogok)

Qaswah (keras hati) Zull (hina)

Bahl wa ghafl (bodoh dan lupa) Ghurur (penipu)

Tamanny (angan-angan)

(43)

18 Riqqah al-qalb (hati lembut) Mawjadat (iri hati atas kebaikan) Munafasat

(berlomba demi kebaikan) Hubb fi Allah (mencintai Allah) Tawakkal (menyerahkan diri setelah berusaha) Jaza’ (penuh keluh kesah) Hiqd (iri hati atas keburukan) Hasad (dengki)

Hubb ma’a Allah

(mencintai karena yang lain) ‘Ajz (lemah hati)

Was-was (ragu-ragu) Ilham min syaithan (inspirasi dari setan)

‘Ajlat (terburu-buru dalam bekerja)

Dalam perspektif Islam, kemampuan seseorang dalam

mengendalikan emosi disebut kecerdasan emosi. Hal ini sesuai dengan

ajaran Islam bahwa Allah Swt memerintahkan untuk menguasai

emosi-emosi kita, mengendalikannya, dan mengontrolnya. Seperti dalam

firman Allah Swt: dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam

kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.

Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S. Al-Hadiid 57: 22-23).

Seseorang yang memiliki kecerdasan pada dimensi emosional akan

mampu menguasai situasi yang penuh dengan tantangan, yang biasanya

dapat menimbulkan ketegangan dan kecemasan, sehingga akan lebih

(44)

tangguh dalam menghadapi persoalan hidup, juga akan berhasil

mengendalikan reaksi dan perilakunya, serta mampu menghadapi

kegagalan dengan baik. Pengendalian emosi dan tidak adanya tindakan

agresi terhadap orang lain yang disebabkan oleh emosi yang berlebihan

serta selalu tenang akan menciptakan harmonisasi dalam berinteraksi

dan juga mendorong untuk introspeksi diri (Muallifah, 2009: 131),

seperti dalam firman Allah Swt:



Artinya: Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan

seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (Q.S. Fushilat 41: 34).

c. Ekspresi Emosi Manusia

Kemunculan emosi seseorang bisa dikenali dari ekspresi yang

ditampilkan seketika itu, baik dari perubahan wajah, nada suara, atau

tingkah lakunya. Ekspresi emosi tersebut muncul secara spontan dan

seringkali sulit dikontrol atau ditutup-tutupi. Banyak orang secara

spontan berteriak histeris lantaran terkejut, sementara yang lain

memegang dada, atau tampak lemas dengan raut muka pucat. Ada

orang-orang tertentu yang bergetar anggota badannya (tremor) ketika

marah, sementara yang lain dengan mata melotot, wajah memerah,

menjadi gagap seketika, atau ekspresi lain dalam bentuk tingkah laku

seperti menggebrak meja, membenturkan kepala, menggigit ujung

jemarinya (Hude, 2006: 46-47). Hal ini seperti dalam firman Allah Swt:

(45)



Artinya: Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada Kitab-Kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata

“Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka

menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena

kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.

(Ali Imran 3: 119).

Adapun gambaran-gambaran umum dari ekspresi wajah seseorang

ketika mengalami emosi:

Tabel. 3

Ekspresi Wajah pada Enam Jenis Emosi (Hude, 2006: 49-50)

Jenis

Kaget Kelopak mata naik, ada kerutan panjang di dahi

Mata terbuka lebar de-ngan bola mata melihat ke atas dan sering sampai bawah Takut Alis menaik dan

tertarik tertarik

Marah Alis tertarik ke ba-wah dan ke dalam; atas juga tegang dan

(46)

pada dahi tepat di atas mata

membentuk busur di bawah mata, seperti memicingkan mata Jijik Alis turun tetapi

tidak bersamaan, dan pipi naik; mulut terbuka dengan bibir atas naik dan bibir

bawah ke depan, Sedih Alis tertarik

bersamaan, sudut dan sedikit naik ke

sudut dalam: traksi otot di atas

alis dalam, turun di sudut

luar dengan atau

Gembira Tidak ada perubahan yang

(47)

1) Ekspresi Emosi Positif

Emosi positif adalah emosi yang menyenangkan dan

diinginkan oleh setiap orang. Tapi, emosi positif apa yang

difavoritkan kebanyakan orang ialah emosi senang. Menurut

Al-Qur’an, kesenangan bukanlah satu-satunya harapan tertinggi

manusia, tapi juga ketakutan yang menyenangkan, seperti emosi

taqwa kepada Allah. Takut dalam pengertian ini bukanlah takut

cemas (anxiety), tetapi takut yang dapat memelihara (wiqayah)

manusia dari semua tindakan yang tak patut. Dalam hal ini,

Al-Qur’an tidak henti-hentinya memotivasi manusia agar memperoleh

dan mengembangkan emosi positif (Hude, 2006: 233).

2) Ekspresi Emosi Negatif

Emosi negatif sejatinya tak pernah dikehendaki oleh

manusia, sehingga selalu diusahakan untuk dihindari, kendati tak

mudah diwujudkan. Kesulitan dalam hal ini amat terkait dengan

realitas kehidupan yang dapat diatur sesuai dengan kehendak kita.

Tidak seorangpun sanggup mengarahkan kehidupannya untuk

kesenangan belaka, karena kesedihan, ketakutan, kekesalan, dan

kekecewaan datang tanpa diundang. Demikian pula sebaliknya,

tidak ada orang yang tenggelam dalam lubang kesedihan

terus-menerus, kecuali ia sendiri yang menghendaki demikian (Hude,

2006: 241).

(48)

d. Gejala-gejala Emosi

Seseorang yang mengalami emosi sering tidak lagi memperlihatkan

keadaan sekitarnya. Suatu keaktifan tidak dikerjakan oleh individu

dalam keadaan normal, kemungkinan akan dikerjakan pada saat

individu dalam keadaan emosi. Dengan demikian, emosi dipandang

sebagai perasaan yang gradual lebih besar kekuatannya. Adapun

gejala-gejala ketika seseorang sedang mengalami emosi, yaitu (Gemilang,

2013: 12-13):

1) Depresi, Kecemasan, Takut dan Kemarahan

Seseorang mengalami emosi tertentu, seperti depresi, kecemasan,

dan kemarahan yang terlalu sering atau terlalu kuat.

2) Sulit Menununjukkan Rasa Sayang

Seseorang mengalami emosi tertentu terlalu jarang atau terlalu

lemah. Mereka merasa tidak mampu menunjukkan rasa sayang,

kepercayaan, marah atau penolakan.

3) Sulit Berhubungan dengan Orang Lain

Misalnya pacar membuat merasa bersalah, teman-teman

mengecewakan, pasangan menimbulkan rasa takut dan lainnya.

4) Komplikasi Konflik Emosi

Seseorang merasa mengalami beberapa konflik karena dua atau

lebih emosi. Misalnya antara marah dan takut, antara benci dan

cinta, dan lainnya.

(49)

e. Cara Mengendalikan Emosi

Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan oleh seseorang

untuk dapat mengendalikan emosi, akan tetapi banyak yang merasa

kesulitan. W.T. Grant Consortium dalam bukunya Goleman (1996:

426) yang bejudul: “Emotional Intelligence”, unsur-unsur aktif

program pencegahan yang meliputi keterampilan emosional:

1) Mengidentifikasi dan memberi nama perasaan-perasaan 2) Mengungkapkan perasaan

3) Menilai intensitas perasaan 4) Mengelola perasaan

5) Menunda pemuasan

6) Mengendalikan dorongan hati 7) Mengurangi stres

8) Mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan.

Unsur-unsur utama pada program yang efektif dalam mengendalikan

emosi secara ringkas adalah sebagai berikut (Gemilang, 2013: 24-27):

1) Melawan Pikiran Negatif

Pemicu emosi biasanya berasal dari pikiran, baik itu pikiran

negatif yang muncul dari intepretasi input-input atau stimulasi dari

lingkungan eksternal maupun pola-pola pemikiran internal yang

tidak disadari. Misalnya, seseorang bisa marah atau merasa

ketakutan karena merespon ancaman dari orang lain.

2) Mengubah Kata Negatif Menjadi Positif

Riset terbaru menggunakan scanner MRI di otak

menunjukkan bahwa penampakan kata-kata negatif seperti kata

‘tidak’ misalnya, membuat diri memproduksi hormon dan

neurotransmitters yang bisa memicu stres, mengacaukan beragam

(50)

fungsi komunikasi, bahkan bisa merusak akal sehat. Pemikiran

yang menggunakan kalimat-kalimat negatif biasanya membawa

kekhawatiran atau penyesalan.

3) Menerima Pikiran Negatif, Bertindak Positif

Pikiran dan perasaan tidak perlu dilawan atau ditindaklanjuti

dengan segera, tapi cukup diamati dan diterima. Emosi negatif

adalah sesuatu yang wajar untuk didapati dan senormal emosi yang

positif. Pikiran-pikiran yang muncul tidak perlu langsung

ditanggapi atau dievaluasi secara berlebihan. Tidak usah juga

dihindari atau dipendam. Amarah yang terpendam bisa meledak

suatu saat atau malah menjadi penyakit batin maupun fisik yang

menggerogoti diri dari dalam.

4) Memaksimalkan Ajaran Agama

Kuatkan kepercayaan serta praktekkan ritual-ritual yang

mengembangkan emosi positif seperti banyak-banyak bersyukur

dan berdo’a, bermeditasi atau berdzikir dalam agama Islam,

memberi atau bersedekah dan menolong orang lain, berpuasa serta

pergi ke tempat ibadah umum seperti masjid, wihara, pura atau

gereja sesuai keyakinan masing-masing.

5) Meditasi dan Berpikir Reflektif

Kuatkan kontak dengan kekinian, bernafas dalam-dalam

dengan perlahan dan rasakan setiap sensasi diri dengan keterbukaan

serta penerimaan. Menerima dan merasakan apapun yang ada saat

(51)

ini. Jangan terikat dengan pikiran manapun di masa lalu, masa

sekarang, dan yang di masa depan seperti penyesalan, amarah, dan

kecemasan.

6) Menemukan Nilai-nilai Kehidupan

Bertindak dengan prinsip-prinsip sejati tersebut. Kita

berkomitmen untuk berperilaku sesuai prinsip berdasarkan nilai

yang abadi, bukan bertindak karena perasaan yang bersifat

sementara. Misalnya dengan tetap berpegang teguh pada kejujuran,

integritas, siap bertanggung jawab, adil dan seterusnya.

2. Remaja

a. Definisi dan Pengertian

Seringkali dengan mudah seseorang mendefinisikan remaja sebagai

periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia

belasan tahun, atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu

seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya.

Tetapi mendefinisikan remaja ternyata tidak semudah itu (Sarwono,

1997: 2).

Masa remaja adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang

dari kanak-kanak menuju dewasa. Dapat dikatakan, bahwa masa remaja

adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa

dewasa (Sopiatin dan Sahrani, 2011: 110).

Bagaimanapun cara seseorang memandang remaja dan dari segi

apapun dapat dinilai, namun suatu hal dapat disimpulkan bahwa

(52)

“Remaja” adalah masa peralihan dari “anak” menjelang “dewasa”.

Semakin maju suatu masyarakat semakin banyak syarat yang

diperlukan untuk menjadi dewasa, semakin panjang masa yang

diperlukan untuk mempersiapkan diri dengan berbagai pengetahuan

dan keterampilan dan semakin banyak pula masalah yang dihadapi oleh

remaja itu, karena sukarnya memenuhi syarat-syarat tersebut (Daradjat,

1976: 11). Usia remaja yang hampir disepakati oleh banyak ahli jiwa

ialah antara 13 dan 21 tahun.

b. Kategori dan Problematika Remaja

Setiap manusia hidup di dunia ini pasti memiliki problem, baik yang

berkategori ringan, sedang, maupun berat. Begitu juga dengan remaja

dalam kehidupan sehari-hari, sering dihadapkan pada problem atau

masalah-masalah tersebut. Menurut pendapat Sahilun A. Nasir dalam

bukunya Sopiatin dan Sahrani (2011: 121) yang berjudul: “Psikologi

Belajar dalam Perspektif Islam”, bahwa problem remaja itu di

antaranya:

1) Problem agama dan akhlak remaja 2) Problem seks remaja

3) Problem perkembangan pribadi dan sosial; dan 4) Kenakalan remaja.

Secara singkat dapat dikategorikan beberapa problematika (masalah)

yang biasa dihadapi oleh para remaja di antaranya (Daradjat, 1976:

11-13):

(53)

1) Pertumbuhan Jasmani Cepat

Biasanya pertumbuhan jasmani cepat terjadi antara umur

13-16 tahun, yang dikenal dengan remaja pertama (carly adolescence).

Dalam usia ini remaja mengalami berbagai kesukaran karena

perubahan jasmani yang sangat menyolok dan tidak berjalan

seimbang. Remaja waktu itu mengalami ketidakserasian diri dan

berkurang keharmonisan gerak, sehingga kadang-kadang mereka

sedih, kesal dan lesu.

Pertumbuhan jasmani mencakup pula pertumbuhan organ

dan kelenjar seks, sehingga mereka merasakan pula

dorongan-dorongan seksuil yang belum pernah mereka kenal sebelum itu,

yang membawa akibat kepada pergaulan.

2) Pertumbuhan Emosi

Sebenarnya yang terjadi adalah kegoncangan emosi. Pada

masa adolesen pertama, kegoncangan itu disebabkan oleh tidak

mampu dan tidak mengertinya akan perubahan cepat yang sedang

dilaluinya, di samping kekurangan pengertian orang tua dan

masyarakat sekitar akan kesukaran yang dialami oleh remaja, waktu

itu. Bahkan kadang-kadang perlakuan yang mereka terima dari

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, menambah

goncangan emosi yang sedang tidak stabil itu.

(54)

3) Pertumbuhan Mental

Menurut Alfred Binet seorang Psikolog Perancis yang

terkenal dengan metal-test nya, bahwa kemampuan untuk mengerti

hal-hal yang abstrak baru sempurna pada umur -12 tahun.

Sedangkan kesangggupan untuk mengambil kesimpulan yang

abstrak dari fakta yang ada kira-kira mulai pada umur 14 tahun.

Karena itu, tampak pada usia 14 tahun ke atas, remaja seringkali

menolak hal-hal yang kurang masuk akalnya, dan kadangkala

menyebabkan mereka menolak apa yang dulu diterimanya. Dari

sini timbullah pula persoalan dengan orang tua atau orang dewasa

lainnya yang merasa seolah-olah remaja menjadi suka membantah

atau mengeritik mereka.

4) Pertumbuhan Pribadi dan Sosial

Masalah pribadi dan sosial itulah yang paling akhir

bertumbuhnya dan dapat dianggap sebagai persoalan terakhir yang

dihadapi remaja menjelang masuk kepada usia dewasa. Setelah

pertumbuhan jasmani cepat berakhir, tampaklah bahwa remaja

telah seperti orang dewasa jasmaninya, baik yang laki-laki maupun

perempuan.

Akan tetapi, dari sosial dan penghargaan serta kepercayaan

yang diberikan kepadanya oleh masyarakat biasanya belum

sempurna, terutama dalam masyarakat yang maju. Dalam banyak

bidang, mereka belum diajak, sehingga mereka masih memerlukan

(55)

perjuangan untuk itu. Dalam perjuangan itu, kadang-kadang remaja

tidak sabar, sehingga bertindak keras atau kasar dan

kadang-kadang, melanggar nilai-nilai yang dianut oleh masyarakatnya, di

sinilah timbulnya kelainan-kelainan kelakuan yang biasa disebut

nakal.

Sesungguhnya masih ada persoalan-persoalan lainnya yang

dihadapi oleh remaja dalam pertumbuhannya itu, ada yang bersifat

negatif dan ada pula yang positif. Secara umum dapat kita

mengatakan bahwa usia remaja adalah usia peralihan dan persiapan,

yang penuh dengan aneka kesukaran yang menggoncangkan jiwa.

c. Bimbingan dan Pendidikan Remaja

Dalam menghadapi remaja ada beberapa hal yang harus selalu

diingat, yaitu bahwa jiwa remaja adalah jiwa yang penuh gejolak (strum

and drang) dan bahwa lingkungan sosial remaja juga ditandai dengan

perubahan sosial yang cepat (khususnya di kota-kota besar dan

daerah-daerah yang sudah terjangkau sarana dan prasarana komunikasi dan

perhubungan) yang mengakibatkan kesimpangsiuran norma (keadaan

anomie). Kondisi intern dan ekstern yang sama-sama bergejolak inilah

yang menyebabkan masa remaja memang lebih rawan daripada

tahap-tahap lain dalam perkembangan jiwa manusia (Sarwono, 1997: 219).

Remaja yang menghadapi kegoncangan dari berbagai sisi akan

sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal yang buruk, melalui film,

bacaan, gambar atau berbagai media yang lainnya. Untuk membantu

(56)

remaja dalam melalui masa yang sangat erat itu dengan selamat,

berbagai usaha harus dilakukan, di antaranya (Daradjat, 1976:

117-120):

1) Meningkatkan pengertian remaja akan dirinya

Pertumbuhan jasmaninya yang cepat, tidak stabil dan kurang

serasi itu, hendaknya dipahami oleh remaja dan orang tuanya.

Sehingga remaja tidak cemas dan orang tua tidak melemparkan

ucapan-ucapan atau tindakan-tindakan yang menyebabkan

kecemasannya bertambah. Kalau remaja telah mengerti apa

sebenarnya yang terjadi pada dirinya, maka hal-hal yang

disangkanya kelainan itu dapat diterimanya sebagai hal yang wajar.

Orang tua hendaknya dapat membantunya dalam

mempertahankan atau menciptakan kesehatan jasmaninya dengan

makanan yang bergizi baik, serta hidup teratur, dalam segala segi,

makan, tidur, istirahat dan bermain wajar. Tentu orang tua harus

mempunyai bekal yang cukup untuk itu.

2) Menciptakan hubungan baik dengan orang tua

Hubungan yang baik antara orang tua dengan remaja, akan

membantu pembinaan remaja itu. Apabila saling pengertian antara

remaja dan orang tua ada maka ia akan dapat terbuka kepada

mereka; berbagai masalah yang dirasakannya dapat dicurahkan

secara terbuka kepada orang tua. Dan orang tua dapat memahami,

menanggapi dan membantunya dalam menghadapi

(57)

kesukaran itu. Macam-macam sikap, tindakan dan

ungkapan-ungkapan emosi yang kadang-kadang tidak baik atau tidak pada

tempatnya, dapat diterima oleh orang tua dengan pengertian,

sehingga remaja tidak cemas untuk bersikap terbuka kepada orang

tuanya. Sikap terbuka itu akan memudahkan bimbingan dan

pembinaan bagi remaja.

3) Pendidikan agama

Pendidikan agama merupakan alat pembinaan yang sangat

ampuh bagi remaja. Agama yang tertanam dan bertumbuh secara

wajar dalam jiwa remaja itu, akan dapat digunakannya untuk

mengendalikan keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang

kurang baik, serta membantunya dalam menghadapi berbagai

masalah kehidupan pada umumnya. Dengan hidup dan segarnya

keyakinan agama dalam diri remaja, akhlaknya dengan sendirinya

akan baik, karena kontrolnya datang dari dalam, bukan dari luar. Di

samping itu, agama memberikan ketenangan bagi jiwanya,

sehingga ia tidak akan mudah goncang, walaupun banyak

kesukaran yang dihadapinya. Ia dapat berdo’a, mengeluh dan

berdialog langsung dengan Tuhan.

4) Bimbingan ke arah hari depan yang lebih baik

Sistim pendidikan, banyak sekali memberi pengaruh dalam

hal ini. Pendidikan hendaknya mendorong remaja untuk dapat

hidup dan mencari hidup dengan kekuatan sendiri, jangan

(58)

hendaknya ia selalu menyangka bahwa ia hanya dapat mencari

nafkah dan hidup baik dengan menjadi pegawai. Akan tetapi ia

hendaknya sejak semula telah terarah kepada berani mencari jalan

hidup sendiri, tanpa bergantung kepada bantuan orang lain. Tentu

saja bekal keterampilan dan kejiwaan yang matang harus

dimilikinya.

5) Bimbingan hidup bermasyarakat

Setiap remaja ingin merasa dirinya berguna dan berharga

dalam masyarakat lingkungannya. Untuk itu harus dibantu

mengembangkan dan menonjolkan segi-segi keistimewaannya,

dalam berbagai bidang. Baik guru, maupun orang tua, bahkan

masyarakat hendaknya membantunya.

Mendidik adalah hal yang sukar, yang membutuhkan seluruh

perhatian kita, orang tua saja tak dapat melakukan pekerjaan itu. Guru

sajapun tidak. Keduanya, orang tua dan guru, rumah tangga dan sekolah

harus bekerja sama untuk mencapai tujuannya. Keadaan physic dan

psychis dan lingkungan dari pemuda puber, harus berada dalam

keseimbangan. Tugas kita sebagai pendidik ialah membantu pemuda

puber untuk melintasi jurang-jurang yang timbul dalam hidupnya

(Liang, 1980: 76). Berkaitan dengan hal tersebut, Gunarsa (2012: 115)

menyatakan bahwa, adapun cara-cara pendidikan keluarga dalam masa

remaja adalah sebagai berikut:

Gambar

Tabel. 1 Pengambilan Sampel
Gambar. 1 Teori Emosi James-Lange (Hude, 2006: 56)
Gambar. 2 Teori Emosi Cannon-Bard (Hude, 2006: 58)
Tabel. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Quick lock : bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%, dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua

Apabila ternyata data yang saya isi terbukti tidak benar, saya bersedia dinyatakan gugur dalam proses

Untuk kepentingan pemeriksaan dalam perkara tindak pidana pencucian uang, maka penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang untuk meminta keterangan dari Penyedia Jasa

3.Kualitas barang lebih baik  Tidak boleh ada tambahan biaya , pembeli berhak menerima maupun menolak... Waktu penyerahan barang pada saat jatuh tempo .. pembeli harus menerimanya

Di dalam Undang-Undang tersebut dimuat perbuatan-perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana (pembakaran hutan), namun kenyataannya pembakaran

Apakah saudara bertugas dalam menjaga keamanan obat dan alat kesehatan yang ada

Dalam pemilihan obat simvastatin dari golongan statin obat yang paling aman dikonsumsi oleh pasien kolesterol, karena efek samping yang ringan dibandingkan dengan

02/PjP/SETDA-1/2017 Tanggal: 20-10-2017, dengan ini Pejabat Pengadaan Sekretariat Daerah Kabupaten Serang mengumumkan pemenang untuk paket pekerjaan sebagaimana pokok pengumuman