• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Gambaran Umum Dukuh Jaten Desa Mojo Dan Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali

1. Gambaran Umun Dukuh Jaten Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

a. Luas dan Letak Geografis

Luas wilayah Dukuh Jaten kurang lebih 260 km2 yang terbagi menjadi perkebunan, persawahan serta pemukiman. Adapun batas wilayahnya sebagai berikut:

1). Sebelah Timur adalah Dukuh Pule, Desa Mojo. 2). Sebelah Selatan adalah Dukuh Tumpang, Desa Mojo.

3). Sebelah Barat adalah Dukuh Bandung Kidul, Desa Beji.

49

4). Sebelah Utara adalah Dukuh Mojo dan Dukuh Ngelo, Desa Mojo.

b. Jumlah Penduduk

Dukuh Jaten Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali mempunyai 5 RT dengan penduduk yang berjumlah 2.390 dengan jumlah kepala keluarga (KK) adalah 761.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk dukuh jaten berdasarkan Jenis kelamin

Sumber: data kependudukan kelurahan desa Mojo c. Keadaan Pendidikan

Masyarakat Dusun Jaten mayoritas masyarakatnya tidak buta huruf, rata-rata mereka sudah pernah bersekolah. Banyak Mayoritas penduduk setempat mengirim anak-anak mereka untuk belajar di lembaga pendidikan yang bersifat umum, baik negeri maupun swasta. Karena sekolah

NO Keterangan Jumlah

1 Laki-laki 1210

2 Perempuan 1180

50

umum menjadi mayoritas, dan lembaga pendidikan Islam menjadi minoritas, maka tidak jarang di antara mereka kurang memperhatikan pentingnya pendidikan agama Islam. Namun untuk mengimbangi hal tersebut, maka pemerintah desa membuat lembaga pendidikan berbasis Agama yang bersifat non formal seperti TPQ, TPA. Setiap dusun, masing-masing terdapat lembaga pendidikan Islam non formal tersebut. Selain itu, ada beberapa anak yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, baik berbasis Islam maupun umum, baik swasta maupun negeri.

d. Keagamaan

Masyarakat Dukuh Jaten mayoritas penduduknya beragama islam. Mengingat mayoritas masyarakat setempat merupakan anggota dari organisasi sosial-keagamaan terbesar di Indonesia, yaitu Nahdatul

Ulama‟, yang secara historis dibentuk dan didirikan

untuk mempertahankan tradisi. Maka kegiatan kegamaan masyarakat Desa Jaten erat dengan nuansa Nahdatul Ulama seperti yasinan, Nariyahan, diba’an, dan lain-lain. Kegiatan yasinan di Dukuh Jaten dilakukan setiap sebulan sekali oleh para kaum

51

laki-laki, Nariyahan adalah pembacaan sholawat nariyah, surat yasin,tahlil serta sholat-sholat sunnah dan tausiah. Kegiatan ini dilakukan oleh kaum

ibu-ibu setiap seminggu sekali pada hari jum‟at. Adapun

pembacaan diba’an (sholawat Nabi) dilakukan pada

hari kamis malam jum‟at di Masjid.

e. Keadaan Ekonomi

Dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, para penduduk Dukuh Jaten Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolai, mayoritas berwirausaha, bercocok tanam, bekerja di pemerintahan, serta buruh. Adapun wirausaha yang semakin maju dalam pembuatan pakaian dalam wanita dan membuat barang dari bahan besi (pande besi). Hampir setiap rumah ada yang menjahit pakaian dan rumah Pande, kemudian ada pengepul yang siap menampung. Demikian dengan SDM masyarakat yang semakin hari semakin baik.

Table 3.2 persentase jenis pekerjaan dukuh jaten N o Jenis pekerj aan Presen tase 1 . 2 . 3 . Petani Penja hit Pand e besi Pedag 10% 15% 35% 22% 3% 15%

52 4 . 5 . 6 . ang PNS Buruh

Sumber: data statistic desa Mojo

2. Gambaran Umum Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

a. Luas dan Letak Geografis

Luas wilayah Dukuh Bandung kurang lebih 200km2 , yang terdiri dari persawahan, perkebunan serta pemukiman warga. Adapun batas wilayah Dukuh Bandung sebagai berikut:

1. Sebelah Timur adalah Dukuh Kliwonan, Desa Mojo. 2. Sebelah Selatan adalah Dukuh Bandung Kidul, Desa Beji. 3. Sebelah Barat adalah Dukuh Beji, Desa Mojo.

4. Sebelah Utara adalah Dukuh Duwet, Desa Andong. b. Jumlah Penduduk

Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali mempunyai 6 RT dengan penduduk yang berjumlah 782 dengan jumlah kepala keluarga (KK) adalah 325.

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk dukuh bandung berdasarkan Jenis kelamin N O Ketera ngan Ju mla h

53 1 Laki-laki 401 2 Perem puan 381 Jumlah 782

Sumber: data kependudukan kelurahan Desa Beji

c. Keadaan Pendidikan

Mayoritas masyarakat Dukuh Bandung tidak buta huruf, banyak masyarakat mengerti tentang baca tulis. Rata-rata anak-anak mereka bersekolah minimal sampai SMP dan Mondok. Banyak anak mereka mondok, ini dikarenakan di dalam dukuh telah berdiri sebuah pondok pesantren beserta sekolah formal dan non-formal (TPQ). Bahkan diantara mereka juga bersekolah di perguruan-perguruan tinggi Negeri maupun swasta di berbagai wilayah.

d. Keagamaan.

Masyarakat Dukuh Bandung semua beragama islam. Bahkan di dalam dusun berdiri sebuah pondok pesantren plus. Banyak anak-anak mereka belajar keagamaan di Pondok tersebut. Di masyarakt juga ada kegiatan-kegiatan keagamaan seperti yasiana, nariyahan, diba’an, pengajian rutinan setiap sebulan sekali dan setahun sekali. Yasinan dilakukan oleh bapak-bapak pada hari kamis malam jum‟at secara

bergilir disetiap rumah. Akan tetapi tiap sebulan

54

melakukan yasinan di Bangsal Makam. Nariyahan dilakukan oleh para ibu-ibu pada hari jum‟at satu

minggu sekali. Setiap sebulan sekali para ibu-ibu melakukan pengajian di masjid serta membaca diba’an tiap sebulan sekali di mushola terdekat. Adapun pembacaan diba’an di masjid dilakukan

setiap hari kamis malam jum‟at. Pengajian dilakukan

setiap setahun sekali di Masjid dan di Makam, apabila dimakam di sebut sadranan.

e. Keadaan ekonomi

Dalam kehidupan sehari-hari penduduk dukuh Bandung mayoritas masyarat bekerja sebagai pedagang, petani, wiraswasta, bekerja di pemerintahan dan juga buruh. Masih banyak masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah. Akan tetapi masyarakat masih mampu dalam memenuhi sandang dan pangan.

Table 3.4 persentase jenis pekerjaan dukuh bandung N o Jenis pekerj aan Perse ntase 1 . 2 . 3 . 4 Petani Pedag ang Wiras wasta Pekerj a 50% 10% 10% 5% 25%

55 . 5 . pemer intah dan PNS Buruh

Sumber: data statistic desa beji

B. Ritual Larangan Perkawinan antara Dukuh Jaten Desa Mojo dengan Dukuh Bandung Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

Perkawinan merupakan suatu ritual yang terpenting dalam hubungan seorang manusia dengan lawan jenis. Dengan perkawinan diharapkan dapat membina rumah tangga yang langgeng, bahagia, sejahtera dan mempunyai keturunan yang sholeh serta sholehah. Ini jelas berbeda dengan perkawinan yang dilakukan antara Dukuh Jaten dengan Dukuh Bandung. Dalam kepercayaan masyarakat setempat, masyarakat Dukuh Jaten dilarang menikah dengan masyarakat Dukuh Bandung. Ini dikarenakan kepercayaan mereka terhadap Roh penunggu Dukuh akan marah apabila melakukan pernikahan. Salah satunya akan terjadi malapetaka bahkan kematian disalah satu pengantin apabila tetap melanggar. Sebagaimana penjelasan kasirin, tokoh masyarakat

dukuh Bandung pada tanggal 7 mei 2017 “wong bandung intok wong jaten ki

ora oleh, amargo dayange biso nesu. Yen nganti nglanggar biso mati”(orang bandung dapat orang jaten itu tidak boleh, karena penunggu dukuh bisa marah. Jika ada yang melanggar aka nada kematian).

Kepercayaan ini sudah mendarah daging dari dulu hingga sekarang, sejak berdirinya dukuh hingga sekarang.

56

nalika jaman semono danyang jaten karo danyang bandung pado serek, ora akur. Nganti poro danyang nguni janji ojo ngasi anak keturunan jaten nikah karo anak keturunan soko bandung, lajeng sakkualiane. Yen enek wong nglanggar biso ciliko nganti salah siji pengantin mati, iku uwes kejadian naliko semono wong jaten besanan karo bandung, salah siji pengantin mati”

(pada zaman dahulu roh penunggu dukuh jaten dan roh penunggu dukuh bandung podo sebel, tidak akur. Sampai para roh penunggu mengucap janji jangan sampai anak keturunan dukuh jaten dapat anak keturunan dukuh bandung begitu pula sebaliknya. Jika ada yang melanggar maka aka ada petaka bahkan kematian. Ini sudah terjadi pada zaman dahulu terjadi pernikahan antara dukuh jaten dengan dukuh bandung, kemudian salah satu pengantin mati.) (wawancara dengan Sardi 4 April 2016).

Kemudian ada pendapat berbeda mengenai cerita larangan tersebut, perkawinan antara dukuh jaten dengan dukuh bandung itu dilarang karena antara dukuh ada hubungan saudara antar danyang / roh penunggu dukuh.

danyange jaten lan danyang bandung iku sedulur, dadine wong jaten ora

oleh nikah karo wong bandung.”(roh penunggu dukuh jaten dan roh penunggu

dukuh bandung itu satu keluarga, jadi orang jaten tidak boleh menikah dengan orang bandung). (wawncara dengan Bejo 1 mei 2017).

Sejatine wong jaten oleh wong bandung iku oleh asal nganggo selametan utowo diguyup salah sijining dukuh. (sebenarnya orang jaten dapat orang bandung itu boleh asal dengan ritual selamatan atau disatukan di salah satu dukuh).(wawancara dengan kaliman 06 september 2017). Dengan kata lain perkawinan bisa tetap dilakukan tetapi dengan ritual selamatan pengangkatan anak adalah salah satu dusun dan apabila melakukan perkawinan secara besar-besaran dengan adat jawa maka sang pembawa acara tidak boleh menyebut salah satu dukuh yang dilarang. Adapun ritual selamatan ialah pembacaan

57

do‟a yang dipimpin oleh modin/tokoh agama dengan do‟a meminta

keselamatan kepada Allah agar calon pengantin, keluarga serta masyarakat diberi keselamatan. Ritual dilakukan dengan mempersembahkan makanan berupa:

1. Sego Gedhe

Sego gedhe atau nasi besar ialah nasi yang dibentuk seperti kerucut dengan ukuran lebih besar. Makna dari sego gedhe adalah meminta perlindungan serta syukur kepada yang di atas atau Allah swt.

2. Sego Ambeng

Sego ambeng atau nasi yang disajikan di samping sego gedhe dengan ukuran lebih kecil bermakna memberi salam sholawat kepada gusti kanjeng Nabi Muhammad saw.

3. Sego Golong demping

Sego golong demping adalah nasi dengan ukuran agak kecil daripada sego ambeng yang jumlahnya lebih dari satu serta di letakkan disebelah sego gedhe yang

artinya persembahan do‟a untuk para dayang dukuh,

yang mana arti golong adalah golongan maksutnya setiap wilayah mempunyai nama yang sudah dibagi-bagi agar semua tidak dikuasai oleh sepihak saja. Pada zaman dahulu dipimpin oleh danyang.

58 4. sego bucu

adalah nasi yang berbentuk bulat-bulat kecil yang di letakkan di antara nasi yang lain. Maksut dari sego bucu ialah persembahan do‟a untuk keluarga agar di

beri keselamatan. 5. Sekar konyoh

Sekar konyoh atau bunga setaman yang di masukkan kedalam gelas yang berisi air bertujuan

memberi wewangian untuk persembahan do‟a yang

ditujukan kepada Siti Fatimah Ali. 6. Ingkung

Ingkung atau ayam jago utuh dimasak sebagai pelengkap nasi pertanda pengorbanan keluarga dalam memjamu para tamu.

7. Gudang

Adalah aneka sayuran yang direbus kemudian dicampur dengan sambal kelapa yang mana bertujuan sebagai rasa syukur kepada sang pencipta.

Dengan berbagai cerita dari waktu ke waktu masyarakat warga Jaten dan warga Bandung mempercayai dan takut adanya malapetaka seperti tidak harmonis, tidak mempunyai keturunan, perceraian dan bahkan kematian. Perkawinan adalah sebuah tujuan manusia untuk kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Dengan perkawinan diharapkan bisa membina rumah tangga yang

59

sakinnah, mawaddah warrohmah, serta mempunyai keturunan yang sholeh dan sholehah. Semua orang mendambakan perkawinan yang seperti itu, bukan perkawinan yang bisa membuat pecah belah serta malapetaka. Perkawinan antara warga Dukuh Jaten dengan Dukuh Bandung merupakan perkawinan terlarang menurut adat kepercayaan setempat. Akan tetapi sejak tahun 1996 hingga tahun 2014 telah terjadi empat kali perkawinan. Adapun perkawinan tersebut dilakukan oleh :

Table 3.5 pelaku perkawinan yang dilakukan oleh antar dukuh. No Dukuh Bandung DukuhJaten

1. 2. 3. 4. Leni Rarik Yuni Ratna Yusuf Bahrudin Mulyadi Daryono

Adapun perkawinan yang dilakukan oleh Leni dengan Yusuf, Leni diangkat anak dukuh Jaten kemudian di Jaten melakukan ritual selamatan. Adapun perkawinan dilakukan di KUA yang mana tempat KUA tersebut alamatnya tidak di Dukuh Jaten maupun Dukuh Bandung. Ini dilakukan untuk tetap menghormati roh penunggu dukuh setempat.

Perkawinan yang dilakukan oleh Rarik dari pihak dukuh Bandung

dengan Bahrudin dari pihak dukuh Jaten. “kadung tresno tur yen wes jodone

tetep tak jalani mbk, sing penting sah lan dongane leh apek wae”(terlanjur cinta terus sudah jodoh tetap saya jalani mbk, yang penting sah dan berdo‟a

yang baik saja)(wawancara dengan rarik 8 agustus 2017).pernikahan Rarik dengan Bahrudin dengan ritual selamatan dan pengangkatan anak oleh salah

60

satu warga dukuh jaten dengan akad di KUA yang letaknya sudah berbeda wilayah, akan tetapi perkawinan mereka secara besar-besaran melakukan perkawinam secara adat jawa (ada ritual panggih dan besanan). Dalam ritual ini panggih atau kumpul temanten dengan tidak menyebut daerah asal salah satu dukuh. Dalam acara panggih pembawa acara hanya menyebut Rarik dari dukuh Jaten dengan Bahrudin dari Dukuh Jaten pula. Acara besan juga ditiadakan, besan seharusnya datang dari Dukuh Bandung, akan tetapi keluarga dari Dukuh Bandung hanya ikut kumpul dan berangkat dari orang tua angkat di Dukuh Jaten. Ini sebagai simbol penghormatan kepada danyang. Masyarakat masih mempercayai akan adanya petaka apabila melanggar akan tetapi masyarakat mensiasati itu dengan berbagai ritual. Termasuk melakukan ritual selamatan yang bertujuan agar diberi keselamatan bagi kedua pengantin, keluarga dan warga setempat.

Perkawinan yang dilakukan oleh Wahyuni dukuh Bandung dengan Mulyadi dukuh jaten juga sama menggunakan ritual selamatan. Mulyadi diadopsi warga dukuh Bandung, kemudian melakukan ritual selamatan kemudian melangsungkan perkawinan di KUA. Perkawinan yang dilakukan

oleh wahyuni dan Mulyadi masih dengan ritual selamatan,ini karena “kasep enek ngendikane wong tuo mbk, mengkeh nag marai malati.”(terlanjur ada omongan dari orang tua mbk, nanti kalau mencelakai) (wawancara dengan Yuni 21 Juli 2017).

Perkawinan yang dilakuakan oleh Ratna dukuh Bandung dengan Daryono dukuh Jaten menggunakan ritual selamatan pengangkatan anak oleh dukuh

61

bandung, akan tetapi pernikahan mereka masih sirri. Ini dilakuakan karena

semua pihak sangat percaya dengan larangan tersebut. “nikah amargo cinta,

mugo-mugo dadi keluarga ingkang sakinnah, mawaddah warrohmah. Nagging amargo enek larangan ceritone wong tuo wes perecoyo wae mbk, daripada kedaden.”(nikah karena cinta, semoga jadi keluarga sakinnah, mawaddah warrohmah. Tetapi karena ada larangan dari cerita orang tua dipercayai saja mbak, daripada terjadi). (wawancara dengan Ratna 6 Juli 2017). Dengan demikian masyarakat Dukuh Jaten dan Dukuh Bandung masih mempercayai adat yang ditinggalkan nenek moyang tanpa mengetahui asal sebabnya dan hanya mempercayai begitu saja.

C. Faktor-faktor Penyebab Larangan Perkawinan Antara Dukuh Jaten dengan Dukuh Bandung Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali

Ada beberapa faktor penyebab larangan perkawinan antara dukuh Jaten dengan Dukuh Bandung yang masih tetap dilakukan oleh masyarakat antara lain adalah:

1. Faktor Kurangnya pengetahuan Agama

Kurangnya pengetahuan tentang keagamaan membuat masyarakat mudah mempercayai mengenai kepercayaan yang lain. Dengan adanya suatu akibat dari larangan perkawinan, masyarakat menjadi semakin percaya akan dampaknya. Ini dikarenakan rendahnya

pengetahuan mengenai agama.”senajan agomone islam

62

turun temurun” (walaupun agamanya islam rajin sholat, tapi ini sudah menjadi tradisi masyarakat turun-temurun)(wawancara tumin 30 juli 2017). Walaupun masyarakat sudah mulai melakukan banyak aktivitas keagamaan seperti pengajian, mendengarkan tausiah saat sholat berjamah serta kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain. Tetapi banyak masyarakat yang tidak mendalami ilmu agama seperti di pondok pesantren. Ini sebabnya masyarakat mudah terpengaruh dengan hal-hal yang tidak masuk akal dan di luar ajaran agama islam.

2. Faktor keyakinan

Keyakinan untuk percaya akan adanya musibah atau bencana membuat masyarakat mudah terngengaruh untuk tidak melanggar dan menjadikan suatu adat kebiasaan. Bahkan tanpa mencari tahu sebab-sebab kenapa terjadi dan tidak melihat dari sisi yang lain yang

lebih baik berdasarkan keyakinan agama.”ceritane

saking jaman simbah yen wong bandung besanan karo jaten bisa ciloko ki wes dadi keyakinan masyarakat wedi yen nglanggar”(cerita dari zaman nenek kalau orang bandung Masyarakat sudah mempercayai dengan akibat yang ditimbulkan dari perkawinan tersebut yakni akan

63

ada musibah bahkan kematian membuat masyarakat takut untuk mekanggar.

3. Faktor keluarga

Keluarga merupakan kumpulan terkecil dalam masyarakat. Dalam setiap keluarga mempunyai sebuah aturan yang harus dipatuhi. Peraturan dan nasehat orang tua haruslah tetap dipatuhi. “Jane pae njeh mboten angsal berhubungan utowo etok bojo tiang jaten, tpi yen kadung tresno yo piye to mbak”.(sebenarnya bapak juga tidak boleh berhubungan dengan atau dapat suami orang jaten, tapi karena cinta mau bagaimana lagi)(wawancara dengan daryono 23 April 2017). Rata-rata keluarga masyarakat Dukuh Jaten melarang anaknya berhubungan bahkan menikah dengan Dukuh Bandung begitu pula sebaliknya. Anak-anak mereka sudah disugesti dengan cerita-cerita nenek moyang yang melarang menikah dari kedua dukuh tersebut. Akibatnya para generasi penerus menjadi mudah percaya dan patuh saja tanpa mengetahui lebih dalam mengenai cerita tersebut.

4. Faktor social masyarakat

Bermasyarakat adalah bagian dari hidup bersosial. Pada dasarnya manusia adalah mahluk social yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Masyarakat adalah

64

satuan terkecil dari sebuah kelompok sesudah keluarga. Dalam hidup bermasyarakat haruslah mempunyai aturan serta norma dalam bermasyarakat untuk bisa terwujudnya suatu kehidupan yang sejahtera. Masyarakat Bandung wes akeh leh percoyo ceritone simbah bingen yen nikah karo wong Jaten ora oleh amargo danyange biyen. (masyarakat bandung sudah banyak yang mempercayai cerita nenek jaman dahulu kalau menikah dengan orang jaten ora oleh amargo danyange biyen)(wawancara kasirin 4 April 2017).

Karena sudah banyak masyarakat yang mempercayai mengenai larangan perkawinan antara dukuh Jaten dengan dukuh Bandung membuat masyarakat yang lain yang tidak percaya menjadi ikut percaya, demi menjaga keteraturan dan keharmonisan bermasyarakat serta menghindari timbulnya perpecahan akibat perbedaan tingkah laku yang menjadi adat kepercayaan. Ini yang menjadikan masyarakat tetap dalam norma yang berlaku dan tidak menjadi berpecah belah.

65 BAB IV

Dokumen terkait