• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Karakterisasi Pektin Hasil Ekstraksi

4.4.2 Kadar Air

Gambar 4.2 Diagram kadar air pektin

Kadar air pada bahan berpengaruh terhadap masa simpan bahan.Tingginya kadar air dalam bahan dapat menyebabkan kerentanan terhadap aktivitas mikroba (budiyanto dan Yulianingsih, 2008). Dalam upaya memperpanjang masa simpan bahan, dilakukan pengeringan sampai batas kadar air tertentu. Produk dengan kadar air rendah relatif lebih stabil dalam penyimpanan jangka panjang dibanding dengan produk berkadar air tinggi (Pardede, et al, 2013).

Pada penelitian ini, pengeringan dilakukan dalam oven pengering dengan suhu 40 selama 8 jam (hanum, et. Al., 2012). Kadar air pektin tertinggi diperoleh dari ekstraksi varian waktu 70 menit dibandingkan dengan pektin dengan waktu ekstraksi 80 menit. Syarat kadar air maksimum untuk pektin kering menurut IPPA (International Pectin Producer Association) adalah tidak lebih dari 12%, dengan demikian kadar air hasil penelitian ini masih termasuk dalam pektin yang memenuhi syarat menurut IPPA. Menurut Utami (2014), tingginya kadar air pektin yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh derajat pengeringan pektin yang tidak maksimal sehingga air yang dikandung bahan tidak teruapkan secara sempurna.

9,97

9,58

Kadar air (%)

Diagram Kadar Air

Waktu Ekstraksi 70 menit Waktu Ekstraksi 80 menit

4.4.3 Kadar Abu

Gambar 4.3 Diagram kadar abu pektin

Abu merupakan bahan anorganik yang diperoleh dari residu atau sisa pembakaran bahan organik. Kandungan mineral suatu bahan dapat diketahui dari kadar abu yang dimiliki oleh suatu bahan yang juga berpengaruh pada tingkat kemurnian pektin, (Budiyanto dan Yulianingsih). Semakin tinggi tingkat kemurnian pektin, maka kadar abu dalam pektin akan semakin rendah, begitupun sebaliknya, bila kadar abu pada pektin semakin tinggi, maka tingkat kemurnian pektin semakin rendah. Kadar abu dalam tepung pektin dipengaruhi oleh adanya residu bahan anorganik yang terkandung dalam bahan baku, metode ekstraksi serta isolasi pektin (Kalapathy dan Proctor, 2001) .

Hasil analisa kadar abu menunjukkan bahwa kadar abu pektin tertinggi diperoleh pada pektin dengan waktu ekstraksi 80 menit, yaitu sekitar 0,3894 %. Batas maksimum kadar abu pektin dalam IPPA (2013) adalah tidak lebih dari 10%, dengan demikian kadar abu hasil penelitian ini masih dalam batas yang diperbolehkan IPPA

Menurut Mayer (1985) dalam Hanum et.al. (2012), dalam buah-buahan dan sayuran, protopektin terdapat dalam bentuk kalsium-magnesium pektat. Perlakuan dengan asam mengakibatkan terhidrolisisnya pektin dari ikatan kalsium dan magnesiumnya. Peningkatan reaksi hidrolisis protopektin mengakibatkan bertambahnya komponen dan

0,36

0,38

Kadar abu (%)

Diagram Kadar Abu

Waktu Ekstraksi 70 menit Waktu Ekstraksi 80 menit

dalam larutan ekstrak. Dengan demikian, semakin banyak mineral berupa kalsium dan magnesium akan semakin banyak kadar abu pektin tersebut.

Kadar abu dalam pektin semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi asam, suhu, dan waktu ekstraksi. Hal ini disebabkan oleh kemampuan asam untuk melarutkan mineral alami dari bahan yang diekstrak yang semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi asam, suhu, dan waktu ekstraksi. Mineral yang terlarut akan ikut mengendap bercampur dengan pektin pada saat pengendapan dengan alkohol (Kalapathy dan Proctor, 2001). Hasil pengukuran kadar abu pada penelitian ini sesuai dengan pernyataan di atas, di mana waktu ekstraksi paling tinggi menghasilkan kadar abu yang tinggi pula.

4.4.4 Berat Ekivalen

Gambar 4.4 Diagram berat ekivalen pektin

Berat ekivalen merupakan kandungan gugus asam galakturonat bebas yang tidak terseterifikasi dalam rantai molekul pektin. Harga berat ekivalen ditentukan berdasarkan reaksi penyabunan gugus karboksil oleh NaOH dimana berat ekivalen akan berbanding terbalik dengan banyaknya volume NaOH yang digunakan untuk bereaksi dengan gugus karboksil (HUI dalam Prasetyowati, 2009). Asam pektat murni

5.260,94

3.642,19

Berat ekivalen

Diagram Berat Ekivalen

merupakan zat pektat yang seluruhnya tersusun dari asam poligalakturonat yang bebas dari gugus metil ester atau tidak mengalami esterifikasi. Semakin rendah kadar pektin menyebabkan berat ekivalen semakin rendah (Ranganna, 1977 dalam Hanum, 2012).

Berat ekivalen tertinggi pada penelitian ini dihasilkan pada pektin dengan waktu ekstraksi 70 menit, yaitu sebesar 5.260,942, sedangkan pada ekstraksi dengan waktu 80 menit sebesar 3.642,19, berat ekivalen menurun siring meningkatnya waktu ekstraksi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hesti Meilina (2003) menyatakan bahwasannya semakin meningkatnya waktu ekstraksi maka berat ekivalen semakin menurun, hal tersebut dikarenakan pektin akan mengalami depolimerisasi menjadi asam pektat sehingga gugus asam galakturonat yang tidak teresterifikasi menjadi lebih banyak jumlahnya.

Berat ekivalen pektin berdasarkan standar IPPA (2003) yakni berkisar antara 600-800. Pada penelitian ini pektin yang dihasilkan memiliki berat ekivalen yang tidak memenuhi standar yang ada.

Bobot molekul pektin tergantung pada jenis tanaman, kualitas bahan baku, metode ekstraksi, dan perlakuan pada proses ekstraksi. Kemungkinan besar hal yang mempengaruhi nilai berat ekivalen adalah sifat pektin hasil ekstraksi itu sendiri, serta proses titrasi yang dilakukan (Fitria, 2013).

4.4.5 Kadar Metoksil

Gambar 4.5 Diagram kadar metoksil pektin

Kadar metoksil menyatakan banyaknya gugus metil teresterifikasi pada ekstraksi kulit pisang Uli. Kadar metoksil berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan gel yang baik. Semakin besar kandungan metoksil, maka kemampuan pembentukan gel akan semakin besar (Dudung Muhidin dalam Prasetyowati, 2009). Pektin dapat disebut bermetoksil tinggi bila memiliki nilai kadar metoksil sama dengan atau lebih dari 7%, sedangkan bila kadar metoksil di bawah 7% dapat dikatakan pektin tersebut bermetoksil rendah.

Pada penelitian ini kadar metoksil tertinggi diperoleh dari pektin dengan waktu ekstraksi 80 menit, yaitu sekitar 3,2%, sedangkan pada ekstraksi dengan waktu 70 menit, kadar metoksil sebesar 3,07%, tidak terdapat perbedaan yang signifikan, hal tersebut dikarenakan perbedaan waktu ekstraksi yang tidak terlalu jauh. Dalam Food Chemical Codex

(1996), pektin bermetoksil rendah berkisar antara 2,5-7,2%, sehingga pektin yang dihasilkan pada penelitian ini tergolong ke dalam pektin bermetoksil rendah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kaban, et.al.,(2012) dan Tarigan et.al., (2012), bahwasannya kadar metoksil meningkat seiring dengan kenaikan suhu dan waktu ekstraksi, hal ini disebabkan karena gugus karboksil bebas yang teresterifikasi semakin meningkat.

3,07

3,2

Kadar metoksil (%)

Diagram Kadar Metoksil

Waktu Ekstraksi 70 menit Waktu Ekstraksi 80 menit

4.4.6 Kadar Galakturonat

Gambar 4.6 Diagram kadar galakturonat pektin

Kadar galakturonat serta muatan molekul pektin berperan penting dalam penentuan sifat fungsional larutan pektin dan mempengaruhi struktur dan tekstur dari gel pektin yang terbentuk (Constenla dan Lozano, 2006). Semakin tinggi nilai kadar galakturonatnya, maka mutu pektin juga semakin tinggi.

Kadar galakturonat tertinggi yang dihasilkan pada penelitian ini adalah pada waktu ekstraksi 80 menit, yaitu sekitar 72,95%, sedangkan pada ekstraksi dengan waktu 70 menit menghasilkan kadar galakturonat sekitar 69,95%. Kadar galakturonat meningkat seiring dengan bertambahnya waktu ekstraksi. Menurut IPPA (2003), kadar galakturonat minimum yang diizinkan adalah minimal 65%. Dengan demikian kadar galakturonat pektin hasil penelitian ini masih memenuhi persyaratan mutu pektin yang telah ditetapkan

Kadar galakturonat pektin dapat dipengaruhi oleh sumber bahan baku, pelarut, dan metode ekstraksi yang digunakan (Fitria, 2013). Menurut Nelson, et. al., (1977) dan Towle (1973) di dalam Fitriani (2003), selain asam galakturonat, pektin juga mengandung senyawa-senyawa lain yaitu gula netral seperti D-galaktosa, arabinosa, dan L-ramnosa, dan jenis gula lainnya. Senyawa-senyawa non uronat tersebut dapat terbawa pada saat proses penggumpalan pektin, yang mana dapat

69,95

72,95

Kadar galakturonat (%)

Diagram Kadar Galakturonat

Waktu Ekstraksi 70 menit Waktu Ekstraksi 80 menit

mempengaruhi komposisi senyawa pektin. Metode ekstraksi yang digunakan juga dapat mempengaruhi komposisi senyawa pektin yang berpengaruh terhadap kadar galakturonat. Beberapa senyawa non uronat dapat dihilangkan melalui pelarutan kembali pektin dalam air dan penggumpalan, tetapi tidak dapat menghilangkan semua senyawa uronat (Fitria, 2013).

4.4.7 Derajat Esterifikasi

Gambar 4.7 Diagram derajat esterifikasi pektin

Derajat esterifikasi merupakan persentase jumlah residu asam D-galakturonat yang gugus karboksilnya teresterifikasi dengan etanol (Whistler dan Daniel, 1985 di dalam Budiyanto dan Yulianingsih, 2008). Nilai derajat esterifikasi pektin diperoleh dari nilai kadar metoksil dan kadar galakturonat (Fennema, 1996).

Nilai derajat esterifikasi tertinggi pada penelitian ini diperoleh pada pektin dengan waktu ekstraksi 70 menit, yakni sekitar 24,97%, sedangkan untuk waktu ekstraksi 80 menit senilai 24,96%. Menurut standar pektin dalam food chemical codex (1996), pektin bermetoksil tinggi memiliki kadar metoksil di atas 50%, sedangkan pektin bermetosil rendah memiliki kadar di bawah 50%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Budiyanto dan Yulianingsih (2008) bahwasannya derajat esterifikasi

24,97

24,96

Derajat esterifikasi (%)

Diagram Derajat Esterifikasi

Waktu Ekstraksi 70 menit Waktu Ekstraksi 80 menit

menurun seiring dengan meningkatnya suhu dan waktu ekstraksi, hanya saja dikarenakan perbedaan waktu yang tidak terlalu tinggi maka hasil dari derajat esterifikasi juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Tingginya suhu dan lamanya waktu ekstraksi dapat menyebabkan degradasi gugus metil ester pada pektin menjadi asam karboksilat oleh adanya asam (Kertez, 1951 dalam hariyati, 2006). Asam dalam ekstraksi pektin akan menghidrolisis ikatan hidrogen. Ikatan gugus metil ester dari pektin cenderung terhidrolisis menghasilkan asam galakturonat. Apabila ekstraksi dilakukan terlalu lama maka pektin akan berubah menjadi asam pektat yang dimana asam galaktuonatnya bebas dari gugus metil ester. Jumlah gugus metil ester menunjukkan jumlah gugus karboksil tidak teresterifikasi (Budiyanto dan Yulianingsih, 2008 dalam Vita Fitria, 2013). Menurut Awashti (2011), nilai derajat esterifikasi untuk pektin tinggi metoksil memiliki rentang nilai derajat esterifikasi sebesar 60-70% dan untuk pektin rendah metoksil memiliki rentang 20-40%. Pektin yang dihasilkan pada penelitian ini termasuk ke dalam pektin dengan kadar metoksil rendah karena tidak termasuk kedalam rentang derajat esterifikasi 60-70%.

45

5.1 Kesimpulan

Kulit pisang uli dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pektin dengan dilakukan ekstraksi menggunakan HCl. Pektin yang dihasilkan belum termasuk ke dalam standar pektin menurut Farmakope Indonesia V dikarenakan warna pektin yang berwarna kecoklatan, akan tetapi masih termasuk ke dalam pektin yang terstandar dalam Food Chemical Codex. Dari data yang di dapatkan, pektin dari kulit pisang uli ini termasuk ke dalam pektin bermetoksil rendah, karena kadar metoksil yang didapatkan kurang dari 50%. Berdasarkan hasil karakterisasi, di peroleh nilai bobot pektin 2,05 gram, kadar air 9,97%; kadar abu 0,36%; berat ekivalen 5.260,942; kadar metoksil 3,07%; kadar galakturonat 69,95% dan derajat esterifikasi 24,97% untuk waktu ekstraksi 70 menit. Sedangkan untuk waktu ekstraksi 80 menit diperoleh nilai bobot pektin 2,45 gram; kadar air 9,58%; kadar abu 0,38%; berat ekivalen 3.642,191; kadar metoksil 3,20%; kadar galakturonat 72,95% dan derajat esterifikasi 24,96%.

5.2 Saran

Perlunya pengembangan metode ekstraksi dan pemilihan pelarut yang lebih cocok untuk menghasilkan pektin dengan karakteristik yang lebih baik, sehingga pektin yang dihasilkan dapat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

AACC. 2001.The Devinition of Dietary Fiber. Cereal Foods. Journal. World Adlin, N.M.D.Y, 2008. Correlation Between Total Phenolics and Mineral

Content With Antioksidant Activity and Determinaton of Bioactive Compound In Various Local Bananas(Musa sp.)

Akmalludin., Kurniawan, Arie. 2009. Pembuatan Pektin dari Kulit Cokelat dengan Cara Ekstraksi. Universitas Diponegoro: Semarang

Anhwage, M., Bhat, R and Karim, A.A. 2009. Antioksidant Capacity and Phenolic Content of Selected Tropical Fruit From Malaysia, Extracted With Different Solvent. Food Chemistry 115: 785-788

Budiyanto, Agus,. Yuliaingsih. 2008. Pengaruh Suhu dan Waktu Ekstraksi Terhadap Karakter Pektin dari Ampas Jeruk Siam (Citrus nobilis L). Jurnal Pascapanen 5 (2). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian: Bogor

Cahyono, Bambang, 2009. Pisang, Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Jogjakarta: Penerbit KANISIUS

Carpita, N.C., Gibeaut, D.M., 1993. Structural Model of Primary Cell Wall In Flowering Plants-Consistency of Molecular Strusture With The Physical Properties of The Wall During Growth. Plant J. 3, 1-30

Chang, KC. and A. Miyamoto. 1992. Gelling Characteristic Of Pectin From Sunflower Head Residue. Dalam Sahari. M.A.,A. Akbarian and M. Hamedi.2002. Effect Of Variety And Acid Washing Method On Extraction Yield And Quality Of Sunflower Head Pectin. J.Food Chemistry 83:43-47 Commite on Chemical Codex, 1996. Food Chemical Codex. Washington, D.C :

National Academic Press

D. Constenla dan J.E. Lozano, Kinetic Model of Pectin Demetylation, Latin American Applied Research33

Deman, John M, 1989.Kimia Makanan. Bandung : Penerbit ITB

Departemen Kesehatan RI, 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Direktorat Jendral Pengawasan Obat Dan Makanan.

Englberger, L. Damton-Hill I,. Coyne T,.Fitzgerald M H,. Marks, GC.2003. Carotenoid-Rich Bananas: A Potential Food Source for Alleliviating Vitamin A Deficiency. Food Nutr. Bull

Fitriani, vina. 2003. Ekstraksi dan akrakterisasi pektin dari kulit jeruk lemon (Citrus medica var Lemon). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Florent, Awedem Wobiwo., Bih Loh, Achu Mercy dan Thomas, Happy Emaga. 2015. Greener Journal of Agricultural Sciences : Nutritive Value of Three Vrieties of Banana and Plantain Blossom from Cameroon. Department of Biochemistry, University of Yaounde. Cameroon

G, Tchobanoglous., H. Theisen, dan S. Vigil. Integrated Solid Waste Management: Enginering Principles and Management Issues, New York: McGraw-Hill

Gallaher, D. 2000. Dietary Fiber and Its Physiological Effect In Essential of Function Food. Schmidl, M.K, T.P. (Eds). An Aspen Publication. Maryland Glicksman. 1969. Gum Technology In The Food Industry. Academic Press: New

York

Ginter, E., et al. (1979). Natural Hypocholestrolemic Agent: pectin plus acorbic acid. International Journal of Viticulture And Natural Resource, 49, pp. 406-408

Goewert, R.R. and H.J. Nicholas, 1980.Banana Peel Sugars As A Source of Food Stuff for Animal or Humans.Nutrition Report Int.,22:207-12

Happi Emaga,T., Bindelle, J.,Agneesens, R buldgen, A., Wathelet, B., Paquot., M. 2011. Ripening Influences Banana and Plantain Peels Composition and Energy Content

Hanum, Farida, Martha Angelina Tarigan, dan Irza Menka Deviliany Kaban. 2012. Ekstraksi Pektin Dari Kulit Pisang Raja (Musa sapientum). Jurnal Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara, Vol.1,No.2.

Hasbullah, Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat Pektin Jeruk, Jakarta: Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, 2001

Herbstreith, K, dan G. Fox. 2005. Pectin. Herbstreith & Fox Corporete Group. German

Irwan Sofia, Produksi Pektinase Dari Kulit Pisang Dengan Jamur Aspergillus Niger, Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung, 2008

Inngjerdingen KT, Patel TR, Chen X, Kenne L, Allen S, Morris GA, Harding SE, Matsumoto T, Diallo D, Yamada H, Michelsen TE et al.: Immunological and Structural Properties of A Pectic Polymer From Glinus Oppsitifolius. Glycobiology 2007, 17:1299-1310

Jackson CL, Dreaden TM, Theobald LK, Tran NM, Beal TL, Eid M, Gao MY, Shirley RB, Stoffel MT, Kumar MV, Mohnen D: Pectin Induces Apoptosis in Human Prostate Cancer Cell: corelation of apoptocic function with pectin structure.Glycobiology 2007, 17:805-819

Judd, PA., and Truswell, A.S, 1985. Ntur. Rep. Int. 24:1093 The Hypocholesterolemic Effect of Oat Bran, Oat Gum and Pectin on Lipid Metabolism of Cholesterol Fed Rats

Kaban, Irza Menka Deviliany., Tarigan, Martha Angelina., Hanum, Farida, 2012. Ekstraksi Pektin dari Kulit Pisang Raja (Musa sapientum). Medan: Jurnal Teknik Kimia USU, Article in press

Kanazawa, K. dan Sakakibara H. 2000. High content of dopamine, a strong antioxidant in cavendish banana. Agric food chem (3).844-848

Kertesz, Z.I. 1951. The Pectin Substances. Interscience Pub. Inc : New York. didalam Journal of Food Science Vol. 62 No.2.

Kirk, R.E and Othmer, D.F, 1958. Encyclopedia of Chemical Technology. Volume 14 The Interscience Encyclopedia Ins. In New York

Kohn, R. (1982).Binding of Toxic Cation to Pectin, Its Oligomeric Fragment and Plant Tissues. Carbohydrate polymer, 2, pp. 273-275

Kuntarsih, Sri MM, 2012. Pedoman penanganan pascapanen pisang. Jakarta: direktur budidaya dan pascapanen pisang

K. Sirotek., L.Slovakova, J. Kopency and M. Marounek. 2004. Fermentation of Pectin and Glucose, and Activity of Pectin Degrading Enzymes In The Rabbit Caecal Bacterium Bacteroides Caccae, Letters In Applied Microbiology38: 327-332.

Manalo, J.B.,K.C. Torres and F.E. Anzaldo, 1985. Pektin and Product of Kalamansi(Citrus microcarpaBunge) Fruit waste, Nist Journal

McCREADY, R.M. Extraction of The Pectin From The Citrus Pells and Reservation of Pectin to Pectic Acid. Method Carbohydrate Chem, 8 (1965)167-170

Meilina, Hesti dan Sailah, Illah. 2003. Produksi Pektin Dari Kulit Jeruk Lemon

(Citrus medica). Prosiding simposium nasional polimer v, issn 1410-8720. Mietinnen, T.A. and Tarpila, S. (1977). Effect of Pectin on Serum Cholesterol

Fecal-Bile Acid and Biliary Lipids In Neomolipidemic and Hyperlipidemic Individuals.Clinia Chimica Acta, 60, pp. 1429-1431

Miyamoto, A. and Chang, K.C (1992), Extraction and Physicochemical Characterization of Pectin From Sunflower Head Residues. Jurnal of Food Science, 57:1439-1443

Mulyanti, Nina., Suprapto., Hendra, Jekvy. 2008. Teknologi Budidaya Pisang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor

Mulyati, Sri. 2005.Aneka Olahan Pisang. Trubus Agrisarana. Surabaya

Munadjim, 1984. Teknologi pengolahan pisang pasca panen. Jakarta: PT. Gramedia pustaka

O’Neill, M., Albersheim, P., Darvill, A., 1990. The pectic polysaccharides of

primary cell wall. In: dey, D.M. (Ed), Methods In Plant Biochemistry, vol.2. Academic Press, London, PP. 415-441

Oakenfull, D.G. (1991). The Chemistry of High-Methoxyl Pectin. In The Chemistry and Technology of Pectin, ed. R.H. Walter. (New York: Academic Press)

Piliang, W.G, dan S. Djojosoebagjo. 2002.Fisiologi Nutrisi. Vol.I. Edisi ke-4. IPB Press, Bogor

Prabawati, Sulusi., Suyanti., Setyabudi, Dondy A. 2008. Teknologi Pascapanen Dan Teknik Pengolahan Buah Pisang. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Bogor

Prasetyowati, Karina Permatasari, Healty Pesantri, 2009. Ekstraksi Pektin dari Kulit Mangga. Jurnal Teknik Kimia, Universitas Sriwijaya

Puspitasari, Dwi S.P., Datti, Natalia., Edahwati, Luluk, 2008. Ekstraksi Pektin dari Ampas Nanas. Surabaya: Makalah Seminar Nasional Soebardjo Brotohardjono

Ranggana,S, 1997. Hand Book of Analysis and Quality Control for Fruit and Vegetable Product Second Edition. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. Di dalam Hariyati, Mauliayah Nur. 2006.

Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin dari Limbah Proses Pengolahan Jeruk Pontianak (Citrus nobilis var microcarpa). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Renata S.D. Castro, Laercio Caetano, Guilherme Ferreira, Pedro M. Padilha, Margarida J. Saeki, Luiz F. Zara, Marco Antonio U.Martines, and Gustavo R. Castro, 2011. Banana Peel Aplied To The Solid Phase Extraction Of Copper And Lead From River Water: Preconcentration Of Metal Ion With A Fruit Waste. I&EC research: Brazil

Rukmana, P.W. 1997. Citra pisang sebagai komoditi perdagangan. Sinar Tani, 8 Februari 1989

Saima Q. Memon., Iqbal, Muhammad BHANGER., Memon Jamil-Ur-Rahman, 2008. Evaluation of Banana Peel For Treatment of Arsenik Contaminated Water. Center of Excellence in Analytical Chemistry University of Sindh, Jamsoro: Pakistan

Simmond, N.W., and K Shepherd, 1995.The Taxonomy and Origins of Cultivated Bananas,J. Linn, Soc. Bot. 55:302-312

Towle, G.A. and O.CHRISTENSEN. Pectin. In R.L whistler (ed.) Industrial Gum., Academic Press. New York, (1973) 429

Utami, Rizki. 1014. Ekstraksi Pektin Dari Kulit Kakao Dengan Pelarut Ammonium Oksalat. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Valmayor, R.V., Jamaluddin, S.H., Silayoi, B., Kusumo.S., Danh, L.D., Pascua, O.C., dan Espino, R.R.C.

Verheij, E.W.M., Coronel, R.E., 1992. Plant Resource of South-East Asia No 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: Prosea

Wang, Qi, J. Pagon, and J. Shi, 2002. Pectin From Fruits. In Functional Food Biochemical and Processing Aspect. CRC Press. London

Winarno, F.G., 2004.Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama W.G.T. Willat, J. Paul Knox and J.D. Mikkelsen, Pectin: new insight into on old

polymer are starting to gel,Trends in Food Science and Technology 17: 97-1004, 2006

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Alur Kerja Penelitian

Kulit Pisang Uli

Pengeringan dalam oven Etanol 96% + 2 ml HCl pekat Pengendapa n pektin Penghalusan menggunakan

Ekstraksi menggunakan Asam Klorida dengan variasi suhu, waktu

Penyaringan Resid Filtrat Penyaringan Etanol 96% Pencucian Filtrat Endapa n Pengeringan Analisa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3.Dokumentasi Proses Ekstraksi Pektin

Bahan baku kulit pisang

uli Serbuk kering kulit

pisang uli

Ekstraksi

menggunakan HCl

Penyaringan filtrat pektin

Perendaman

menggunakan etanol

Pencucian pektin menggunakan etanol

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4.Gambar Alat Yang Digunakan

Oven Tanur Timbangan analitik

Krus porselen Desikator Hot plate

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5.Perhitungan Pembakuan Larutan Titran NaOH

Normalitas larutan asam oksalat (C2H2O4.2H2O) = 0,1 N

Volume larutan asam oksalat = 25 mL

Volume larutan NaOH yang terpakai :

V1 = 24 V2 = 23 Rerata = 23,666 V3 = 24 Sehingga, N NaOH= N NaOH = N NaOH = 0,1056

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Contoh Perhitungan Kadar Air Pektin

Diketahui : W = 0,3002 gram Wa = 29,9132 gram

Wb = 29,8887 gram

Ditanya : kadar air pektin Jawab :

Kadar air (%) =

Kadar Air (%)

=

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Contoh Perhitungan Kadar Abu Pektin Diketahui : W = 0,3002

W 2 = 37,2980 W 1 = 37,2991 Ditanya : kadar abu ?

Jawab :

Kadar abu (%) = 100

Kadar abu (%) =

Kadar abu (%) = 0,3660 %

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Berat Ekivalen

DikeBobot pektin= 500 Mg V NaOH = 0,9 mL N NaOH = 0,1056 N Ditanya : Berat ekivalen pektin : ? Jawab : Berat Ekivalen = Berat Ekivalen = Berat Ekivalen = 5.260,942

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Contoh Perhitungan Kadar Metoksil

Diketahui : Bobot pektin = 500 mg V NaOH = 4,7 mL N NaOH = 0,1056 N Ditanya : Kadar metoksil Jawab : Kadar metoksil = % Kadar Metoksil (%) = Kadar Metoksil (%) = 3,0771 %

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11 . Contoh Perhitungan mEq NaOH

V NaOH yang terpakai pada titrasi = 0,9 mL N NaOH = 0,1056

 Bobot NaOH yang terpakai Bobot NaOH =

Bobot NaOH = 3,806 gram = 3,8016 mg  Perhitungan berat ion

= = 2,1859 = = 1,5206 = = 0,0950  Perhitungan mEq = = 0,0950 = = 0,1900 = = 0,0950

 mEq NaOH = mEq + mEq + mEq = 0,0950 + 0,1900 + 0,0950 = 0,38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12 . Contoh Perhitungan Kadar Galakturonat Diketahui :

bobot pektin = 500 mEq NaOH dari BE = 0,38 mEq NaOH dari metoksil = 1,9852 Ditanya : kadar galakturonat ?

Jawab :

Kadar Asam Galakturonat (%) =

Kadar Asam Galakturonat (%) =

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Contoh Perhitungan Derajat Esterifikasi

Diketahui : % metoksil = 3,0771 Ditanya : % galakturonat = 69,955 Jawab : Derajat Esterifikasi Pektin ?

Derajat Esterifikasi (%) =

Derajat Esterifikasi (%) =

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Bobot Pektin Hasil Ekstraksi

Varaibel waktu ekstraksi

Bobot bahan baku (gram)

Bobot pektin hasil ekstraksi (gram)

70 menit 30 2,0528

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Kadar Air Pektin

Variabel waktu ekstraksi

Bobot pektin Kadar air (%)

70 menit W 0,3007 9,9767 Wa 20,8156 Wb 20,7856 80 menit W 0,3005 9,5840 Wa 20,5791 Wb 20,5503 Keterangan : Kadar air (%) = W = bobot pektin awal

Wa = bobot wadah + pektin sebelum pemanasan (gram) Wb = bobot wadah + pektin setelah pemanasan (gram)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Kadar Abu Pektin Variabel waktu

ekstraksi

Bobot pektin Kadar abu (%)

70 menit W 0,3005 0,3660 W1 37,2991 W2 37,2980 80 menit W 0,3083 0,3894 W1 41,8285 W2 41,8273 Keterangan : Kadar abu (%) = 100

W = bobot pektin awal

W2 = bobot wadah + pektin sebelum pemanasan (gram) W1 = bobot wadah + pektin setelah pemanasan (gram)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Penentuan Berat Ekivalen Pektin Waktu ekstraksi Bobot pektin

(mg) Volume NaOH Normalitas NaOH Berat ekivalen 70 menit 500 0,9 0,1056 5.260,942 80 menit 500 1,3 0,1056 3.642, 191

Dokumen terkait