• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Kadar Abu

Pengaruh Kotoran Sapi

Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 3 dapat dilihat bahwa perlakuan kotoran sapi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar abu. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR) menunjukkan pengaruh kehalusan bahan terhadap kadar abu untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 8. Uji LSR Efek kotoran sapi terhadap kadar abu (%) Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

p 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - K1 4,16 a A

2 0,191 0,268 K2 4,85 b B

3 0,200 0,282 K3 5,42 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 memberikan pengaruh

berbeda nyata terhadap K2 dan berbeda sangat nyata terhadap K3. Kadar abu

tertinggi terdapat di K3 yaitu 5,42 % dan yang terendah pada perlakuan K1 yaitu 4,16 %.

Hubungan antara pengaruh kotoran sapi terhadap kadar abu dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik pengaruh kotoran sapi terhadap kadar abu (%)

Dari Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin banyak konsentrasi kotoran sapi diberikan maka semakin besar pula kadar abu, baik itu pada limbah pertanian berjenis tempurung kelapa maupun pada sekam, Hal ini disebabkan karena pada kotoran sapi memiliki jumlah pori-pori yang banyak, sehingga mengakibatkan kadar air masih banyak terdapat pada kotoran sapi, hal ini sesuai dengan pernyataan Pancapalaga (2008), tingginya kadar air pada serbuk kotoran sapi karena serbuk kotoran sapi memiliki jumlah pori-pori yang banyak dan masih mengandung komponen-komponen kimia seperti selulosa, lignin, dan hemiselulosa.

Jika pada suatu bahan masih banyak kadar airnya maka kadar abunya akan semakin banyak juga. Hal ini sesuai pernyataan Sudarmadji, dkk (1989) menyatakan kadar air tinggi, maka kadar abunya akan tinggi pula.

Berdasarkan kualitas mutu, nilai kadar abu briket arang yang dihasilkan berkisar 4,16 – 5,42 %. Nilai ini sudah memenuhi standar kualitas kadar abu dari kualitas briket arang buatan Jepang (3 – 6 %), briket arang buatan Indonesia (5,51 %), briket arang buatan Inggris (5,9 %) dan briket arang buatan Amerika (8,3 %).

Pengaruh Limbah Pertanian

Ŷ = 0,065x + 1,738 r= 0,970 Ŷ = 0,059x + 4,110 r= 0,935 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 0 10 20 30 40 50 K a da r A bu (% ) Kotoran Sapi (%) LT LS

Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 3 dapat dilihat bahwa perlakuan limbah pertanian memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar abu. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR) menunjukkan pengaruh konsentrasi perekat terhadap kadar abu untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel .

Tabel 9. Uji LSR Efek jenis limbah pertanian terhadap kadar abu (%) Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

p 0,05 0,01 0,05 0,01

- - - LT 3,71 a A

2 0,191 0,268 LS 5,91 b B

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan LT memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap LS. Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan LS yaitu

5,91 % dan yang terendah pada perlakuan LT yaitu 3,71 %.

Hubungan antara jenis limbah pertanian terhadap kadar abu dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik pengaruh konsentrasi perekat terhadap kadar abu (%)

Dari Gambar 4 menunjukkan bahwa limbah pertanian jenis sekam memiliki kadar abu yang lebih tinggi dibanding sekam, perbedaan ini disebabkan

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 1 K a da r A bu (% ) Limbah Pertanian (%) LT LS

karena kandungan mineral yang tidak sama antara tempurung kelapa dengan sekam. Hal ini sesuai dengan literatur Sudarmadji, dkk, (1989), menyatakan bahwa kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu juga ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Bahan yang memiliki kadar air yang tinggi sebelum pengabuan harus dikeringkan terlebih dahulu, karena jika kadar air tinggi, maka kadar abunya akan tinggi pula.

Salah satu unsur utama abu menurut Hendra dan Darmawan (2000) adalah silika dan pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Semakin rendah kadar abu maka semakin baik kualitas briket yang dihasilkan.

Semua briket mempunyai kandungan zat anorganik yang dapat ditentukan jumlahnya sebagai berat yang tinggal apabila briket dibakar secara sempurna. Zat yang tinggal ini disebut abu. Abu briket berasal dari clay, pasir dan bermacam-macam zat mineral lainnya. Briket dengan kandungan abu yang tinggi sangat tidak menguntungkan karena akan membentuk kerak. Selain itu, apabila briket dimanfaatkan sebagai bahan bakar kontak langsung misalnya untuk membakar makanan, abu terbang akan menempel pada bagian luar makanan. Akibatnya rasa makanan akan kurang sedap. Hal ini juga akan berpengaruh kepada kesehatan manusia yang ada disekitarnya.(Sukandarrumidi, 2006).

Berdasarkan kualitas mutu, nilai kadar abu briket arang yang dihasilkan berkisar 3,71 – 5,91 %. Nilai ini sudah memenuhi standar kualitas kadar abu dari kualitas briket arang buatan Jepang (3 – 6 %), briket arang buatan Indonesia (5,51 %), briket arang buatan Inggris (5,9 %) dan briket arang buatan Amerika (8,3 %). Pengaruh Interaksi Kotoran Sapi dan Limbah Pertanian

Pada analisa sidik ragam Lampiran 3 dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan kehalusan bahan dan konsentrasi perekat berpengaruh sangat nyata terhadap kadar abu.. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR) menunjukkan pengaruh interaksi kotoran sapi dan limbah pertanian terhadap kadar abu untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 11. Uji LSR Efek Interaksi kotoran sapi dan limbah pertanian terhadap kadar abu (%)

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

p 0,05 0,01 0,05 0,01 - - - K1LT 3,15 a A 2 0,270 0,379 K1LS 3,52 b AB 3 0,283 0,399 K2LT 4,47 c C 4 0,292 0,411 K2LS 5,18 d D 5 0.295 0,418 K3LT 6,17 e E 6 0,298 0,422 K3LS 6,37 ef EF

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1% Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan K3LS yaitu sebesar 6,37 %dan yang terendah pada perlakuan K1LT yaitu sebesar

3,15 %. Pada perlakuan K1LT, semakin sedikit konsentrasi kotoran sapi diberikan pada jenis limbah yang sama yaitu tempurung maka kadar abu yang dihasilkan akan semaikin kecil jika dibandingkan K3LT yang konsentrasi nya makin banyak dan kadar abu juga akan semakin besar . Hal ini disebabkan karena adanya ukuran

bahan yang semakin halus dan seragam dengan jumlah konsentrasi perekat yang sedikit dari jumlah arang disertai tekanan pengempaan merapatkan dan memadatkan partikel-partikel arang, saling mengisi ruang-ruang kosong dan berikatan satu sama lainnya sehingga menciptakan ikatan antar partikel arang lebih maksimal.

Dokumen terkait