• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN KERIPIK

Berdasarkan analisis statistik seperti terlampir pada Lampiran 27, umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik menunjukan bahwa perbedaan pengolahan sampel memberikan pengaruh yang sangat nyata (p<0.01) terhadap jumlah kadar vitamin C nya. Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan menggunakan uji lanjut Duncan seperti terlihat pada Gambar 18. Kadar vitamin C umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik berbeda sangat nyata (p<0.01).

Kandungan vitamin C (asam askorbat) pada umbi bawang dayak segar tergolong cukup tinggi yaitu 61.5 mg/ 100 gram, artinya umbi bawang dayak dapat dijadikan salah satu sumber vitamin C yang baik bagi tubuh. Tingginya kandungan vitamin C pada umbi bawang dayak segar berarti kemampuannya untuk mereduksi radikal bebas di dalam tubuh juga semakin tinggi dan reaksi oksidatif dapat dicegah. Kebutuhan asupan vitamin C untuk tubuh berkisar 60-100 mg/hari dan kebutuhan yang paling besar hanya pada ibu menyusui yaitu berkisar 125 mg/ hari. Oleh karena itu, umbi bawang dayak segar dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan vitamin C tubuh per harinya.

Adanya proses pengeringan umbi bawang dayak menjadi simplisia dan keripik, mengakibatkan penurunan jumlah vitamin C yang terdapat pada simplisia dan keripik. Vitamin C adalah molekul yang sangat labil dan selama pengolahan bisa menurun jumlahnya. Perbedaan jumlah vitamin C yang hilang pada simplisia dan keripik disebabakan

33 penggunaan suhu dan lama pengeringan yang berbeda. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa terjadi interaksi antara suhu dan lama pemanasan terhadap penurunan jumlah kandungan vitamin C umbi bawang dayak segar.

Gambar 18. Kadar Vitamin C Umbi Bawang Dayak Segar, Simplisia dan Keripik

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda sangat nyata (p<0.01) dengan menggunakan uji lanjut Duncan.

Pengaruh pengolahan terhadap suatu bahan yang mengandung nutrisi tertentu, dipengaruhi oleh sensitifitas nutrisinya terhadap berbagai kondisi pengolahan seperti adanya panas, oksigen, pH dan cahaya (Morris et al 2004). Penurunan jumlah kandungan vitamin C selama pemanasan disebabkan terjadi oksidasi oksigen yang tinggi pada vitamin C yang terdapat dalam umbi bawang dayak segar. Apabila dibandingkan dengan umbi bawang dayak segar yang diproses tanpa adanya pemanasan, maka jumlah oksidasi oksigen pada vitamin C lebih sedikit. Semakin tinggi suhu, maka kecepatan reaksi oksidasi vitamin C semakin tinggi yang ditandai dengan penurunan jumlah vitamin C. Perhitungan kadar vitamin C umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik, dapat dilihat pada Lampiran 26.

I. UJI KUALITATIF FITOKIMIA

Analisis fitokimia dilakukan untuk mengetahui keberadaan senyawa-senyawa kimia yang bersifat spesifik seperti alkaloid, fenol, steroid, saponin, glikosida, triterpenoid, tannin dan flavonoid. Senyawa-senyawa ini merupakan hasil metabolit sekunder pada tumbuhan yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk bahan obat. Senyawa metabolit sekunder memiliki jumlah dan jenis yang bervariasi untuk setiap tumbuh-tumbuhan. Beberapa dari senyawa-senyawa tersebut telah diisolasi dan sebagian di antaranya memberikan efek fisiologis dan farmakologis yang lebih dikenal sebagai senyawa kimia aktif (Copriyadi 2005).

Pengujian fitokimia dilakukan pada umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik dengan menggunakan pelarut heksan, etilasetat, etanol, metanol dan air. Pengujian ini sebagai langkah awal untuk mengetahui jenis komponen bioaktif yang terkandung pada masing-masing ekstrak sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Hasil pengujian dinyatakan secara kualitatif untuk membuktikan keberadaan senyawa kimia aktif tertentu yang dapat dideteksi dalam ekstrak sampel. Jenis uji fitokimia untuk umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik adalah uji kandungan alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid dan glikosida.

0 20 40 60 80 Jenis Sampel 61.5c 41.0b 22.0a K ada r V it am in C (m g/ 100 gr am )

34 Berdasarkan hasil uji fitokimia, ekstrak umbi bawang dayak segar dengan pelarut metanol, etanol, etilasetat, heksan dan air, megandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, fenolik, triterpenoid, steroid dan glikosida. Ekstrak umbi bawang dayak segar dengan pelarut air dan pelarut heksan menghasilkan uji negatif untuk senyawa flavonoid. Pelarut etilasetat dan pelarut heksan pada ekstrak umbi bawang dayak segar tidak memiliki kandungan senyawa saponin dan tanin. Hasil uji fitokimia untuk ekstrak umbi bawang dayak segar dapat dilihat pada Tabel 5. Senyawa aktif yang mendukung ekstrak umbi bawang dayak segar dengan pelarut etilasteat sebagai antioksidan terbaik adalah adanya kandungan senyawa fenolik, triterpenoid dan glikosida yang sangat kuat.

Tabel 5. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Umbi Bawang Dayak Segar

Jenis Pengujian Hasil Pengujian

Air Metanol Etanol 96% Etilasetat Heksan

Alkaloid ++ + + ++ + Saponin + +++ + - - Tanin + ++ ++ - - Fenolik ++ +++ +++ ++++ +++ Flavonoid - ++ +++ + - Triterpenoid ++++ +++ ++++ +++ + Steroid + + + + + Glikosida ++ ++ +++ ++++ +++

Keterangan: - = negatif; + = positif lemah; ++ = positif; +++ = positif kuat; ++++ = positif kuat sekali

Ekstrak simplisia pada pelarut air, metanol, etanol dan etilasetat mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, tannin, saponin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid dan glikosida, kecuali untuk ekstrak simplisia dengan pelarut etilasetat menghasilkan uji negatif untuk senyawa tanin. Pengujian fitokimia pada ekstrak simplisia dengan pelarut heksan, menghasilkan uji positif untuk senyawa alkaloid, fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid dan glikosida, sedangkan untuk senyawa saponin dan tanin menghasilkan uji negatif. Hasil uji fitokimia untuk ekstrak simplisia dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan hasil uji kapasitas antioksidan dengan radikal DPPH, ekstrak simplisia dengan pelarut etanol memiliki jumlah kapasitas antioksidan yang paling tinggi. Senyawa bioaktif yang mendukung hasil ini adalah adanya kandungan senyawa fenolik, triterpenoid dan glikosida yang tinggi untuk ekstrak simplisia dengan pelarut etanol.

Tabel 6. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Simplisia Jenis Pengujian

Hasil Pengujian

Air Metanol Etanol 96% Etilasetat Heksan

Alkaloid +++ ++ ++ ++ ++ Saponin +++ + ++ + - Tanin ++ +++ + - - Fenolik +++ +++ ++++ ++++ +++ Flavonoid +++ ++ + + + Triterpenoid ++++ +++ ++++ ++++ + Steroid + + + + + Glikosida +++ ++ ++++ ++ ++++

Keterangan: - = negatif; + = positif lemah; ++ = positif; +++ = positif kuat; ++++ = positif kuat sekali

35 Uji fitokimia untuk ekstrak keripik dengan pelarut air, metanol, etanol, etilasetat menghasilkan metabolit sekunder berupa alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid , steroid dan glikosida. Akan tetapi untuk ekstrak keripik dengan pelarut heksan menghasilkan uji negatif untuk senyawa saponin. Hasil uji fitokimia untuk ekstrak keripik dapat dilihat pada Tabel 7. Ekstrak keripik dengan pelarut etanol dan etilasetat memiliki kandungan senyawa fenolik, triterpenoid dan glikosida yang tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil uji kapasitas antioksidan yang menyatakan bahwa ekstrak keripik dengan pelarut etanol dan etilasetat menghasilkan jumlah kapasitas antioksidan yang paling tinggi.

Tabel 7. Hasil Fitokimia Ekstrak Keripik

Jenis Pengujian

Hasil Pengujian

Air Metanol Etanol 96% Etilasetat Heksan

Alkaloid ++ ++ +++ + ++ Saponin ++ +++ +++ + - Tanin + ++++ +++ + + Fenolik + ++++ +++ ++++ ++ Flavonoid + ++++ + +++ + Triterpenoid +++ ++ ++ ++++ ++++ Steroid + + + + + Glikosida +++ ++++ ++++ ++++ +++

Keterangan: - = negatif; + = positif lemah; ++ = positif; +++ = positif kuat; ++++ = positif kuat sekali

J. HUBUNGAN KAPASITAS ANTIOKSIDAN, TOTAL FENOL DAN

KADAR VITAMIN C SEBAGAI RADIKAL SCAVENGER PADA

UMBI BAWANG DAYAK SEGAR, SIMPLISIA DAN KERIPIK

Pengujian kapasitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH bekerja secara kompleks terhadap semua senyawa antioksidan yang terdapat pada umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik, sedangkan pengujian total fenol hanya mengukur jumlah total fenolnya saja. Senyawa antioksidan tidak hanya terbatas pada golongan fenol saja, akan tetapi masih banyak senyawa-senyawa lain yang dapat menjadi sumber antioksidan, seperti triterpenoid, betakaroten, tokoferol dan vitamin C.

Berdasarkan uji kapasitas antioksidan menggunakan metode DPPH, diperoleh bahwa ekstrak etilasetat umbi bawang dayak segar, ekstrak etanol simplisia, ekstrak etanol keripik dan ekstrak etilasetat keripik memiliki nilai kapasitas antioksidan paling tinggi. Hal ini berarti komponen antioksidan yang terdapat pada ekstrak etilasetat umbi bawang dayak segar, ekstrak etanol simplisia, ekstrak etanol keripik dan ekstrak etilasetat keripik memiliki nilai peredaman yang tinggi terhadap radikal DPPH serta memiliki kemampuan mendonorkan atom hidrogen yang tinggi. Selain itu, diperoleh juga nilai total fenol untuk ekstrak umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik,untuk pelarut heksan, etilasetat, etanol, metanol dan air. Berdasarkan nilai total fenolnya, ekstrak metanol umbi bawang dayak segar, ekstrak etanol simplisia dan ekstrak metanol keripik memiliki nilai total fenol paling tinggi.

Terdapat korelasi negatif antara jumlah kapasitas antioksidan ekstrak umbi bawang dayak segar dan keripik terhadap jumlah nilai total fenolnya. Hal ini berarti senyawa

36 antioksidan pada ekstrak etilasetat umbi bawang dayak segar dan ekstrak etilasetat keripik tidak hanya didukung oleh adanya senyawa fenol, akan tetapi ada senyawa antioksidan lain yang terekstrak pada pelarut etilasetat untuk umbi bawang dayak segar dan keripik. Senyawa antioksidan tersebut adalah betakaroten, triterpenoid dan tokoferol, dimana senyawa-senyawa tersebut cenderung larut dalam pelarut nonpolar.

Menurut Javanmardi et al. (2003), aktivitas antioksidan dari suatu bahan tidak hanya terbatas pada senyawa fenol saja. Aktivitas antioksidan juga dapat berasal dari metabolit-metabolit sekunder antioksidan lain, seperti karotenoid dan vitamin. Senyawa lain yang bersifat antioksidan pada umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik, adalah vitamin C. Berdasarkan hasil pengukuran kadar vitamin C, umbi bawang dayak segar memiliki kandungan vitamin C yang tinggi, sehingga mampu membantu proses peredaman radikal bebas DPPH. Penurunan jumlah vitamin C pada simplisia dan keripik telah menurunkan kemampuanya untuk meredam radikal bebas sehingga nilai kapasitas antioksidannya juga ikut menurun. Berdasarkan hasil uji kualitatiffitokimia, tingginya nilai kapasitas antioksidan ekstrak etilasetat umbi bawang dayak segar, ekstrak etanol simplisia, ekstrak etanol keripik dan ekstrak etilasetat keripik didukung oleh keberadaan senyawa aktif seperti fenolik, triterpenoid dan glikosida yang sangat kuat.

37

V. SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait