• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Kadar Vitamin Larut Lemak pada Tepung Campuran Pisang

Berdasarkan hasil analisis laboratorium diperoleh kadar vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K yang terdapat di dalam 100 gram bahan dasar MP-ASI tepung campuran pisang awak dengan tepung beras.

5.1.1. Kadar Vitamin A pada Tepung Campuran Pisang Awak dengan Tepung Beras

Menurut pedoman MP-ASI bubuk instan untuk anak usia 6-12 bulan kadar vitamin A yang dianjurkan dalam produk MP-ASI adalah sebesar 250-350 mcg/100 g bahan. Dan menurut WNPG 2004 kebutuhan vitamin A untuk anak usia 7-24 bulan yang dianjurkan adalah 350 RE atau setara dengan 350 mcg/hari.

Berdasarkan hasil analisis pada produk bahan dasar MP-ASI tepung campuran pisang awak dengan tepung beras diperoleh kadar vitamin A sebesar 32,1 mcg/100 g bahan. Dari hasil yang diperoleh tersebut maka dapat dikatakan kadar vitamin pada bahan dasar MP-ASI tepung campuran pisang awak dengan tepung beras belum memenuhi standar MP-ASI bubuk instan dan belum mencukupi kebutuhan vitamin A anak usia 7-24 bulan setiap harinya.

Jika dalam sehari hari anak diberikan MP-ASI dari bahan dasar tepung campuran pisang awak dengan tepung beras sebesar 50 gram dengan sekali pemberian sebanyak 25 gram, maka sumbangan vitamin A yang diberikan dari MP-ASI berbahan dasar tepung campuran pisang awak dengan tepung beras terhadap AKG anak usia 7-24 bulan sebesar 4,58 %.

40

Kadar vitamin A yang belum memenuhi ketentuan pada standar MP-ASI bubuk dan juga belum memenuhi sumbangan terhadap angka kecukupan vitamin A pada anak usia 7-24 bulan dapat diatasi dengan pemberian makanan tambahan lain baik yang kaya akan kandungan vitamin A ataupun dengan pemberian kapsul vitamin A yang telah menjadi program pemerintah, karena kebutuhan vitamin A bagi anak cukup tinggi. Sumber vitamin A pada bahan makanan lain diantaranya terdapat pada hati sapi, kuning telur, akan sardin, minyak ikan hiu, wortel, bayam, dll.

Menurut Sediaoetama (2000), perkiraan kecukupan asupan makanan yang dianjurkan untuk mempertahankan kesehatan yang baik bagi anak balita di Indonesia meliputi kebutuhan energi yang diperkirakan sekitar 1210 kalori/hari, protein 23 gr/hari, zat besi 10 mg/hari dan vitamin A sebanyak 1500 IU/hari.

Menurut Depkes RI (2002), salah satu indikator penting dalam menentukan gizi balita adalah konsumsi vitamin A. Meskipun sejak tahun 1992 Indonesia dinyatakan bebas xeropthalmia, akan tetapi masih dijumpai 50% dari balita mempunyai serum retinol <20 mcg/100 ml. Tingginya proporsi balita dengan serum retinol <20 mcg/100 ml ini menyebabkan anak balita di Indonesia berisiko tinggi untuk terjadi xerolpthalmia dan menurunnya tingkat kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit infeksi.

Menurut Depkes RI (2005), hasil kajian berbagai studi menyatakan vitamin A merupakan zat gizi yang esensial bagi manusia, karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan anak cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari makanan lain. Sedangkan sumber vitamin A selain dari bahan

5.1.2. Kadar Vitamin D pada Tepung Campuran Pisang Awak dengan Tepung Beras

Dari hasil penelitian laboratorium pada vitamin larut lemak untuk vitamin D yang terdapat pada tepung campuran pisang awak dengan tepung beras dihasilkan kadar sebesar 2,4 mcg/100 g. Kadar vitamin D yang ditentukan untuk produk MP-ASI bubuk sesuai SK Menkes no. 224 tahun 2007 yaitu sebesar 7-10 mcg, maka dapat dilihat bahwa vitamin D yang terkandung di dalam bahan dasar MP-ASI tepung campuran pisang awak dengan tepung beras belum memenuhi kadar yang ditentukan sesuai standar MP-ASI.

Menurut WNPG (2004), kebutuhan vitamin D untuk anak balita usia 7-24 bulan adalah sebesar 5 ug (5 mcg/ hari). Jika dalam sehari anak diberi MP-ASI sebesar 50 gram dengan sekali pemberian sebanyak 25 gram maka dapat dihitung sumbangan vitamin D dari tepung campuran pisang awak dengan tepung beras per harinya sebesar 24 %, maka dapat dikatakan bahwa sumbangan untuk vitamin D belum mencukupi kebutuhan anak usia 7-26 bulan per harinya.

Menurut Almatsier (2004), vitamin D berperan mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit di mana tulang tidak mampu melakukan kalsifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapat cukup sinar matahari konsumsi vitamin D melalui makanan tidak dibutuhkan karena dapat disintesis di dalam tubuh, vitamin D dapat dikatakan bukan vitamin, tetapi suatu prohormon. Bila tubuh tidak mendapat cukup matahari, vitamin D perlu dipenuhi dari makanan. Bayi dan anak-anak dianjurkan berada di bawah sinar matahari beberapa waktu tiap hari.

42

Kekurangan vitamin D ini merupakan faktor risiko penyakit riketsia yakni penyakit yang terjadi pada bayi dan anak-anak yang dapat menyebabkan terganggunya metabolisme tulang sehingga berimplikasi pada pertumbuhan tulangnya yang abnormal. Indonesia merupakan negara tropis yang selalu mendapatkan sinar matahari, itu membuat masyarakat dapat memanfaatkan sinar matahari khususnya untuk dapat membantu pembentukan vitamin D di dalam tubuh. Dalam sehari kulit dianjurkan mendapat paparan matahari selama 10 menit jika cuaca sedang cerah dan apabila pada musim hujan dianjurkan mendapat paparan matahari selama 2 jam. Karena kulit balita masih tipis dan lebih sensitif dari kulit orang dewasa maka dianjurkan jam yang terbaik untuk mendapat paparan matahari adalah pukul 08.00 pagi.

Kandungan vitamin D yang terdapat di dalam bahan dasar MP-ASI tepung campuran pisang awak dengan tepung beras belum mencukupi kebutuhan anak usia 7-24 per harinya. Vitamin D relatif lebih stabil dan tidak mudah rusak bila makanan dipanaskan atau disimpan untuk jangka waktu lama. Hal ini membuat produk makanan MP-ASI bubuk untuk kandungan vitamin D cukup aman dari kerusakan. 5.1.3. Kadar Vitamin E pada Tepung Campuran Pisang Awak dengan Tepung

Beras

Kandungan vitamin E dari tepung campuran pisang awak matang dengan tepung beras dari hasil analisis didapat hasil kadar vitamin E sebesar 0,0036 mg/100g. Dibandingkan dengan standar MP-ASI bubuk sesuai SK Menkes no. 224 tahun 2007 kandungan vitamin E yang dianjurkan adalah sebesar 4-6 mg, maka dapat

dikatakan untuk kadar vitamin E dari tepung campuran pisang awak matang dengan tepung beras belum memenuhi standar ketentuan pedoman MP-ASI.

Angka kecukupan vitamin E anak usia 7-24 bulan per harinya dibutuhkan sebesar 5-6 mg. Jika dalam sehari diberikan MP-ASI tepung campuran pisang awak dengan tepung beras sebesar 50 gram maka sumbangan vitamin E yang diperoleh sebesar 0,036 %. Kadar vitamin E yang dihasilkan dari tepung campuran pisang awak matang dengan tepung beras sebesar 0,0036 mg/100 g maka dapat disimpulkan untuk kandungan vitamin E belum mencukupi kebutuhan balita 7-24 bulan per harinya.

Kandungan vitamin E yang rendah pada hasil analisis tehadap bahan dasar MP-ASI tepung campuran pisang awak dengan tepung beras disebabkan karena beberapa faktor diantaranya adalah kandungan vitamin E pada pisang maupun tepung beras yang menjadi bahan dasar juga rendah dan juga karena vitamin E adalah jenis vitamin yang mudah rusak. Sehingga untuk mencukupi kebutuhan vitamin E bagi anak usia 7-24 bulan dianjurkan untuk memperkaya bahan makanan pendamping ASI yang diberikan seperti bahan makanan kacang-kacangan, biji-bijian, telur, susu, dll.

Menurut Almatsier (2004), vitamin E mudah rusak pada pemasakan (seperti terjadi pada proses penggorengan) dan oksidasi. Jadi, sebagai sumber vitamin E diutamakan bahan makanan bentuk segar atau yang tidak terlalu banyak mengalami pemrosesan. Karena vitamin E tidak larut air, vitamin E tidak hilang selama dimasak dengan air. Pembekuan dan penggorengan dalam minyak banyak merusak sebagian besar vitamin E.

Penyakit akibat kekurangan vitamin E jarang terjadi, karena vitamin E terdapat luas di dalam bahan makanan. Kekurangan biasanya terjadi karena adanya

44

gangguan absorbsi lemak seperti pada cytic fibrosis dan gangguan transport lipida. Kekurangan vitamin E pada manusia menyebabkan hemolisis eritrosit yang dapat diperbaiki dengan tambahan vitamin E.

5.1.4. Kadar Vitamin K pada Tepung Campuran Pisang Awak dengan Tepung Beras

Hasil analisis vitamin K dari tepung campuran pisang awak dengan tepung beras dihasilkan kadar vitamin K sebesar 23393,6 mcg/100 g. Kandungan vitamin K pada tepung pisang awak matang dengan tepung beras cukup tinggi dan untuk standar MP-ASI sesuai SK Menkes no. 224 tahun 2007 dalam produk MP-ASI bubuk instan hanya 7-10 mcg untuk vitamin K, maka kadar vitamin yang dihasilkan dari tepung pisang sudah melebihi standar yang ditetapkan.

Menutut WNPG (2004), kebutuhan vitamin K bagi anak usia 7-24 bulan adalah sebesar 10-15 ug (10-15 mcg per hari). Jika dalam sehari anak usia 7-24 diberikan MP-ASI tepung pisang awak sebanyak 50 gram maka sumbangan vitamin K yang diperoleh sebesar 116968 %, sehingga kadar vitamin sudah melebihi kebutuhan AKG anak usia 7-24 bulan.

Kandungan vitamin K yang cukup tinggi pada bahan dasar MP-ASI tepung campuran pisang awak dengan tepung beras dipengaruhi juga karena vitamin K adalah jenis vitamin yang cukup tahan terhadap panas. Vitamin ini tidak rusak oleh cara memasak yang biasa, termasuk memasak dengan air. Akan tetapi vitamin K tidak tahan terhadap alkali dan cahaya. Pada proses pembuatan tepung campuran pisang awak dengan tepung beras tidak diberikan penambahan zat kimia lain dan

terhindar dari cahaya langsung, serta dalam memasak menggunakan suhu yang tidak terlalu tinggi.

Menurut Dahlia (2008), defisiensi vitamin K menyebabkan pembekuan darah berlangsung lebih lama, sehingga mudah terkena homonorrhage, yakni keluarnya darah dari pembuluhnya. Angka kecukupan vitamin K untuk bayi usia 0-6 bulan adalah 5 mg/ hari. Terjadi perdarahan pada bekas pengambilan darah sampai lebih dari enam menit, padahal bagian tersebut sudah ditekan. Jika perdarahan tersebut terjadi di otak, bayi tampak pucat, menangis melengking, muntah-muntah, demam, kadang tampak kuning dan akhirnya diikuti kejang. Fungsi vitamin K pada bayi baru lahir adalah mencegah terjadinya perdarahan pada otak, selain itu merupakan bahan pembentuk faktor pembekuan darah pada kulit, selaput otak, selain itu merupakan bahan pembentuk faktor darah pada kulit, selaput lender, dan organ lain dalam tubuh bayi.

Menurut Kemenkes RI (2011), bayi baru lahir cenderung memiliki kadar vitamin K dan cadangan vitamin K dalam hati yang relatif rendah dibanding bayi yang lebih besar. Sementara itu asupan vitamin K dari ASI belum mencukupi (0,5 ug/l), sedangkan vitamin K dari makanan dan sayuran belum dimulai. Hal ini menyebabkan bayi baru lahir cenderung mengalami defisiensi vitamin K sehingga berisiko tinggi untuk mengalami Penyakit Defisiensi Vitamin K (PDVK).

46

5.2. Kadar Vitamin Larut Air pada Tepung Campuran Pisang Awak dengan

Dokumen terkait