• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAIDAH ANALISIS TAFSIR

C. Kaidah Fungsi Hadis Dalam tafsir Al-Quran

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………91

B. Saran………...92

DAFTAR PUSTAKA CURICULUM VITAE

Bab 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Membicarakan sebuah kehidupan tak lain pula membahas makhluk hidup, manusia yang diciptkan dengan dua jenis yakni laki-laki dan perempuan. Maka dengan adanya perbedaan dari dua jenis disini maka banyak pula isu dan masalah yang mencangkup kedua nya yakni laki-laki dan perempuan. Membahas laki-laki dan perempuan tak lain pula membahas semua aspek nya dari aspek kesetaraan, aspek rumah tangga dan masih banyak lagi aspek lainya. Kesetaraan gender memang sempat menjadi isu yang sangat gempar dikalangan masyarakat ini, dengan kesetaraan yang diinginkan adanya keserasian dan persamaan antara hak-hak laki-laki dan perempuan.

Membahas sebuah kesetaraan ada beberapa yang selalu di jujung tinggikan antara kesetaraan laki-laki dan perempuan yakni salah satunya dalam kepemimpinan. Kepemimpinan dalam rumah tangga maupun kepemimpinan dalam khalayak publik dimana masih banyak perempuan disini yang masih sedikit mengambil alih sebagai pemimpin dalam segala hal.

Dalam membahas sebuah kepemimpinan antara laki-laki dan perempuan maka dalam kajian AL-Quran juga membahas beberapa ayat yang di maksud dengan kepemimpinan antara laki-laki dan perempuan, yakni saat ini sangat mempopuler dengan ayat kepemimpinan yakni pada ayat 34 surat Al-Nisa. Dimana surat Al-Nisa ini artinya perempuan maka surat ini juga terkenal sebagai

surat perempuan karena membahas seluk beluk dari seorang perempuan. Dalam surat Al-Nisa ayat 34 yang berbunyi :

ها لضف ا ب ءاس لا ىلع وم وق لجرلا

ف أا بو ضعب ىلع مُضعب

ق

م او

ا ن

وم

لُ

ْم

ف

َّلا

ل

ح

ت

ق

ت

ت

ح

ف

ض

تا

ل

غل

ْي

ب

ب

ح ا

ف

ظ

و ها

َلات

ت ى

خ

فا

و

ش

و

ه

ن

ف

ع

ظ

هو

ن

و

ْها

ج

ر

هو

ن

ف

لا ى

ض

ج ا

ع

و

ْضا

ر

ب

هو

َن

ف

ا

ْ

ا

ط

ْع

ك

ْم

ف

ل

ت ا

ْغ

ع او

لْي

ُ

ن

س

ْي

ا

ا

َ

ها

ك

ا

ع

لَي

ك ا

اًرْي

kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri. ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

Dalam ayat ini banyak pembahasan dan perbedaan para ulama mufasir yang menafsirkan ayat 34 surat An Nisa dimana dalam pemaknaan kalimat al rija>l qawwa>muna> ‘ala> nisa> dalam kalimat ini ada perbedaan pemaknaan yakni pemaknaan kaum laki-laki dan pemaknaan suami. Dalam beberapa mufasir setuju bahwa penafsiran potongan ayat tersebut ini adalah pemaknaan kaum laki laki seperti dalam tafsir Al Misbah di nyatakan bahwa kalimat al rija>l adalah bentuk jamak dari kata ra>jul yag diterjemahkan lelaki, walaupun Al-Quran tidak selalu mengunaknnya dalam arti tersebut. Banyak ulama yang mengatakan bahwa kata

ar rijal disini adalah para suami. Penulis tadinya ikut mendukung pendapat itu.

Dalam buku wawasan Al-Quran. Penulis kemukakan bahwa al ra>jul qawwa>muna> a>la> nisa> bukan berarti lelaki secara umum karena konsideran peryataan di atas,

seperti ditegaskan pada lanjutan ayat adalah “karena mereka para suami menafkahkan sebagian harta mereka” yakni untuk istri-istri mereka.1

Seandainya yang di maksud kaum lelaki adalah kaum pria secara umum maka tentu konsideranya tidak demikian. Lebih-lebih lagi lanjutan ayat tersebut dan ayat berikutnya secara mata jelas berbicara tentang para istri dan kehidupan rumah tangga. Demikian yang penulis tulis beberapa tahun yang lalu. 2

Tetapi kemudian penulis menemukan Muhammad Thahir Ibn Asyur dalam tafsirnya mengemukakan satu pendapat yang amat perlu dipertimbangkan yaitu bahwa al rija>l tidak digunakan Bahasa Arab, bahkan bahasa Al-Quran dalam arti suami. Berbeda dengan kata an nisa> atau imro’ah yang digunakan untuk makna istri. 3

Dalammenafsirkan al rija>l qawwa>muna> ‘ala> nisa> bermakna bahwa kaum pria adalah pemimpin kaum wanita yang lebih dituangkan atasnya, yang menjadi pemutus atas segala perkaranya, dan berkewajiban mendidiknya jika melenceng atau melakukan kesalahan. seorang pria berkewajiban untuk melakukan kesalahan perlindungan dan pemeliharaan atas wanita oleh karena itu jihad menjadi kewajiban atas pria, dan tidak berlaku pada wanita karena prialah yang mendapatkan beban untuk menanggung nafkah atas wanita. Secara tidak langsung tafsir ini menjelaskan bahwa kalimat al rija>l itu merujuk pada suami karena ada penjelasan di atas mengatakan secara rinci bahwa pemeliharaan atas wanita yakni pria. Berbeda dengan tafsir ibnu katsir yang menyatakan bahwa dalam tafsirnya Allah SWT berfirman bahwa kaum lelaki adalah pemimpin, penguasa, kepala dan

1

Quraish Shihab, Tafsir Al Misba,. Vol.2 (Jakarta : Lentera Hati, 2012), 424 2

Ibid 3

guru pendidik bagi kaum wanita, karena kaum laki-laki mempunyai kelebihan di atas kaum wanita yang di buktikan nya dengan di khususkan kenabian dan kerasulan hanya bagi kaum lelaki. Demikian pula kepemimpinan Negara dalam bangsa di anjurkan oleh rasulullah saw agar berada di tangan pihak lelaki.4 Rasulullah bersabda :

لفي نل

ح

ق

و

ول

او

ْم

ر

ه

ا م

رم

ا

Tidaklah beruntung suatu kaum yang menyerah kan pimpinanya kepada seorang perempuan.5

Maka ada beberapa kejelasan dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa kepemimpinan merujuk pada kaum lelaki karena dalam tafsiran nya dihubungkan dengan hadis yang dimana hadis tersebut adalah hadis kepemimpinan, yakni kepemimpinan memang harus dalam kepemimpinan lelaki.

Dalam hal menyatakan bahwa kaum pria memiliki wewenang untuk mengeluarkan perintah maupun larangan yang wajib ditaati oleh para wanita (istri-istrinya) serta memliki kewajiban untuk memberikan belanja (nafkah) dan pengarahan sebagaiamana kewajian seorag wali (penguasa) atas rakyatnya. Dalam hal ini maka ada beberapa perbedaan penafsiran dari beberapa mufasir dalam memaknai surat Al-Nisa ayat 34, maka dengan itu ada beberapa metode, pedekatan dan teori yang digunakana mufasir dalam menafsirkan ayat tersebut yang nanti akan mejadikan kejelasan dalam penafsiran ayat tersebut dengan kelemahan dan kelebihan dari beberapa teori dalam menafsirkan ayat tersebut.

4

M. Abdul Ghoffar, Terjemah Tafsir Ibnu Katsir, Vol.2,(Tp : Pustaka Imam Syafi’i 2009)

5 Ibid

Karena dalam hal ini kritik penafsiran yang berbeda dari kedua mufasir bukan hanya pendapat satu mufasir tetapi kedua mufasir pula. Maka dalam hal ini ada pembedaan pula dalam menafsirkan karena setiap mufasir pasti mempunyai metode, pendekatan dan teori masing-masing yang nanti akan membedakan dari mufasir lain.

B. Identifikasi Masalah

Untuk memberi arahan yang jelas dan ketajaman analisa dalam pembahasan, maka perlu adanya pembatasan suatu permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini hanya akan membahas tentang kritik penafsiran dalam surat Al-Nisa ayat 34.

1. Tentang ayat 34 Surat Al-Nisa dalam ilmu Al-Quran menurut mufasir seperti M. Quraish Shihab dan Sayyid Quthb.

2. Makna ayat 34 surat Al-Nisa dalam Al-Quran menurut mufasir seperti M.Quraish Shihab, dan Sayyid Quhtb.

3. Teori beberapa mufasir seperti Quraish Shihab dan Sayyid Qhutub terkait ayat 34 surat An Nisa.

C. Rumusan Masalah

Dari kerangka latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, agar lebih jelas dan memudahkan operasional penelitian, maka perlu diformulasikan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Mengapa sebagian Quraish Shihab menafsirkan lafad al rijal yakni makna laki-laki ?

2. Mengapa sebagian Sayyid Quthb menafsirkan lafad al rijal dengan makna suami ?

D. Tujuan Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah di atas, tujuan penelitian dalam tulisan ini adalah:

1. Mengetahui Quraish Shihab mengunakan pemaknaan laki-laki dalam memaknai al rijal dalam surat Al-Nisa ayat 34

2. Mengetahui Sayyid Quthb mengunakan pemaknaan suami dalam memaknai al rijal dalam surat Al-Nisa ayat 34.

3. Mengetahui tentang ayat 34 surat Al-Nisa dalam ilmu Al-Quran.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan keilmuan dalam bidang tafsir agar penelitian ini benar-benar berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan, maka perlu dikemukakan kegunaan dari penelitian ini.

Adapun kegunaan tersebut ialah sebagai berikut :

1. Menambah wawasan dalam perkembangan tafsir yakni khusus pada ayat 34 surat Al-Nisa.

2. Memberikan kontribusi yang praktis mengenai perbedaan tafsiran dalam memaknai ayat yang berbeda.

3. Melengkapi kaidah-kaidah yang belum pernah ada dalam penelitian sebelumnya.

F. Kajian Pustaka

Dalam penelusuran yang awal bahwa belum menemukan adanya pembahasan yang membahas kritik penafsiran yang terjadi pada masalah ayat ini, hanya ada beberapa ayat ini di bahas dalam konteks lain.

1. Skripsi yang berjudul Studi Perbandingan Penafsiran M.Qurais Shihab Dan

Hamka Dalam Surat An Nisa 34. Karya Rina Maitasari. Jurusan Tafsir Hadis

Fakultas Ushuluddin Institute Agama Islam Negeri Tahun 2010. Dalam penelitianya meneliti beberapa kalimat dalam Surat An-Nisa ayat 34 yang dilihat dari asbabul nuzul dan kepemimpinan yag hanya mencangkup dua mufasir Indonesia yakni perbadingan penafsiran Quraish Shihab dan Hamka. Perbedaan dengan judul penulis adalah jika skripsi ini membahas tentang perbadingan kedua mufasir nya, tapi tak pernah membahas lafadz ar rijal dari segi makna yang berbeda. Karena dalam kedua tafsir ini memaknai lafadz ar

rizal sama.

2. Skripsi yang berjudul Kepemimpinan Laki-Laki Atas Perempuan Dalam Al-Quran : Studi Komparatif Penasiran Quraish Shihab Dan Tengku Muhammad

Hasbi Ash Shiddieqy Telaah Surat An Nisa Ayat 34. Karya Muhammad.

Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Institute Agama Islam Negeri 2010. Dalam hal ini membahas kepemimpina laki-laki atas perempuan yang cangkupan hanya pada surat An-Nisa ayat 34 dan studi perbadingan antara

Quraish Shihab dan Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. Dan kekurangan dalam tafsir ini hanya membadingkan kedua penafsiran mufasir tersbut yang nanti akan memberikan penafsiran baru.

3. Artikel, Kepemimpinan Pria Dan Wanita : Tinjuan Terhadap Surat An Nisa

Ayat 34. Oleh Lilik Andar Yuni. Yang membahas kepemimpinan pria dan

wanita akankah sama atau ada perbedaan dalam kepemimpinan. Dalam artikel ini berfokus pembahasan kepemimpinan yang di tinjau dari surat an-Nisa.

Dengan demikian belum ada yang membahas penafsiran dalam surat An-Nisa Ayat 34 karena masalah dalam hal adalah perbedaan pemaknaan dari beberapa mufasir dengan mufasir lainya dan bukan hanya salah satu mufasir.

G. Metode Penelitian

Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan dengan teknik serta alat-alat tertentu. Harus diketahui bahwa jumblah dan jenis metodologi penelitan memang banyak, sebanyak jenis masalah yang dihadapi, tujuan dan situasi penelitian.6

Kata metode berasal dari bahasa yunani methodos, yang berarti cara atau jalan. Dalam bahasa inggris kata ini di tulis dengan method, dan bahasa arab menterjemahkan dengan al-thariqah dan al manhaj, dalam bahasa Indonesia kata tersebut mengadung arti, “cara yang teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai

6

Muhammad, Kepemimpinan Laki Laki Atas Perempuan Dalam Alquan”Studi Komparatif Penafsiran Qurais Shihab Dan Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieq ,(2010, Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya) hal 13

maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya), 7 sedangkan menurut Poerwadaminta, metode ialah “ cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai suatu kegiatan”.8

Penelitian ilmiah banyak bergantung pada cara penelitian mengumpulkan fakta. Dalam batas-batas tertentu metode dan rancangan penelitian menentukan validitasi penelitian.

1. Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustkaan (library research). Kepustakaan yakni metode pengumpulan data membaca serta mencatat dan mengelola bahan penelitian tertentu.9 Dalam penelitian ini data dikumpulkan awalnya di susun, dijelaskan setelah itu dianalisa.10

Sumber data yag akan dijadikan dalam penelitian ini bersifat kepustakaan, diambil dari dokumen kepustakaan buku-buku, majalah, kitab-kitab dan berbagai literature lainya yang sesuai dengan penelitian ini, agar mendapat data yang konkret serta ada kaitanya dengan masalah di atas meliputi sumber data primer dan sekunder.

a. Sumber primer

Sumber yang menjadi rujukan utama dalam penelitian. Adapun sumber primer dalam penelitian ini adalah kitab-kitab tafsir yakni Al Misbah, tafsir fi dzilalil Qur’an dan masih banyak lagi.

7

Muhammad, Kepemimpinan Laki Laki Atas Perempuan Dalam Alquan “Studi Komparatif Penafsiran Qurais Shihab Dan Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddie”, (2010, Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya)

8Ibid,…14 9Ibid,…14 10

Winarto Surakhmat, Pengantar Penelitian Ilmiyah, Dasar-Dasar Metode Dan Tekhnik, (Bandung : Tarsito, 1982), 40

Dalam penafsiran ini mengunakan beberapa kaidah analisis tafsir yakni dari kaidah kebahasaan mengapa memilih kaidah kebahasaan karena dalam surat an nisa ayat 34 ini kemungkinan ada perbedaan penafsiran ini salah satunya mengunkan bahasa dalam pemaknaanya. Selain itu mengunakan munasabah ayat karena dari beberapa mufasir menafsirkan dari surat An Nisa ayat 1-33 mengunakan permasalahan rumah tangga. Dan dengan pula asbabul nuzul karena dalam surat An-Nisa ayat 34 ini mempunyai asbabul nuzul yang dimana nanti nya apakah asbabul nuzul ini menjadi penafsiran yang berbeda juga. Dan tak lain pula ada kaidah analisis fungsi hadis dalam al-quran karena data yang dipilih dari peneliti ada yang berlandasan dan menjadi penguat ayat dari hadis tersebut.

b. Sumber sekunder

Yaitu sebagai acuan yang terkait langsung dalam pokok permasalahan yakni karya-karya yang berhubungan dengan Ilmu Tafsir Dan Al Quran karya Abdul Mustaqin dan Wawasan Baru Ilmu Tafsir Karya Nasruddin Baidan serta kitab Tafsir Manna Al Khatan. Serta kitab tafsir-tafsir lainya.

2. Teknik pengumpulan data

Adapun pengumpulan data disini mengunakan library research yakni mencari data dari berbagai macam buku, kitab dan lain-lain. Untuk di

klasifikasikan menurut materi yang di bahas.11 Dengan cara megunakan metode dokumentasi dengan begitu laporan penelitian akan berisi dengan kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Metode dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun data dan menganalisis dokumen, baik dokumen tertulis gambar maupun elektroik.12

3. Teknik analisis data

Penelitian ini menguanakan metode deskriptif dan komparatif analitis, metode deskriptif yang mengadakan penyelidikan mengemukakan beberapa data yang diperoleh kemudian menganalisis dan mengklasifikasikan.13 Dan dianalisis sesuai dengan sub bahasa masing-masing. Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek penelitian dengan mengunakan analisi isi, yakni suatu teknik sistematik utuk menganalisis isi pesan dan mengolahnya dengan tujuan menangkap pesan yang tersirat dari beberapa pertayaan. Selain itu, analisis isi juga berarti mengkaji bahan dengan tujuan spesifik yang ada dalam benak peneliti.

11

Muhammad, Kepemimpinan Laki Laki Atas Perempuan Dalam Alquan (Studi Komparatif Penafsiran Qurais Shihab Dan Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieq, 2010, Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya 15

12

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005) 60

13

Muhammad, Kepemimpinan Laki Laki Atas Perempuan Dalam Alquan (Studi Komparatif Penafsiran Qurais Shihab Dan Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieq, 2010, Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya 16

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan laporan ini tersusun menjadi empat bagian. Masing-masing bagian akan menjelaskna deskripsi singkat mengenai isi tulisan. Dengan demikian diharapka dapat mempermudah dalam penyajian dan pembahasan serta pemahaman terhadapa apa yang akan di teliti. Berikut merupakan sistematika laporan penelitian :

BAB I Yang merupakan pendahuluan dari laporan akan dibahas megenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II Akan di bahas secara fokus tentang kaidah analisis yang digunakan dalam menganalisis tafsir surat An Nisa ayat 34 yakni dari kaidah kebahasaan, kaidah munasabah ayat, kaidah asbabul nuzul dan fungsi hadis dalam tafsir Al-Quran.

BAB III Data tentang penafsiran tafsir surat An-Nisa ayat 34 yang di lihat dari dua mufasir yang menafsiri ar rijal dalam kaum laki-laki dan mufasir menafsiri ar rijal dalam suami. Yakni tafsir al Misbah dan tafsir Fi Dzilalil Qur’an.

BAB IV berisi dengan analisa dari kaidah-kaidah yang digunakan peneliti untuk meneliti data yang diperolah dari beberapa penafsiran yakni Al Misbah, dan tafsir Fi Dzilalil Qur’an.

BAB V Merupakan bagian akhir dari laporan penelitian yang berisi penutup, bab ini mengemukakan kesimpulan sebagai jawaban atas pertayaan-pertayaan yang diajukan dalam pokok permasalahan jawaban atas pertayaang-pertayaan yang diajukan dalam pokok permasalahan dan saran-saran.

Bab 2

KAIDAH ANALISIS TAFSIR A. Kaidah Kebahasaan

kata linguistik (berpadanan dengan linguitik dalam bahasa Inggris,

linguistique dalam bahasa Prancis, dan linguistik dalam bahasa Belanda)

diturunkan dari kata bahasa latin ligua yang berarti bahasa di dalam bahasa-bahasa “Roman” yaitu bahasa bahasa yang berasal dari bahasa latin, terdapat kata yang serupa atau mirip dengan kata latin lingua itu, antara lain, lingua dalam bahasa Italia, lengeu dalam bahasa Spayol, langue (dan langage) dalam bahasa Prancis mengunakan bentuk language, tidak diketahui apakah kata bahasa arab

lunghotun masih berkaitan dengan kata kata di atas.1

Disini perlu diperhatikan bahwa bahasa Prancis mempunyai dua istilah, yaitu langue dan lanage dengan makna yang berbeda. Langue berarti sutu bahasa tertentu seperti bahasa Inggris, bahasa Jawa, tau bahas Prancis. Sedangkan

langage berarti bahasa secara umum, seperti tampak dalam ungkapan “manusia

punya bahasa sedangkan binatang tidak” di samping istilah langue dan langage bahasa Prancis masih punya istilah lain mengenai bahasa yaitu parale. Yang di maksud dengan parale adalah bahasa dalam wujudnya yang nyata, yang konkret, yaitu yang berupa ujaran. Karena itu bisa dikatakan ujaran atau parale itu adalah wujud bahasa yang konkret, yang diucapkan anggota masyarakat dalam kegiatan sehari-hari, langue mengacu pada suatu sistem bahasa tertentu. Jadi, sifatnya lebih

1

asbtrak sedangkan langage adalah sistem bahasa manusia secara umum jadi sifatnya paling abstrak.2

Ilmu lingusitik sering juga sering juga disebut linguistic umum (general

linguistics) artinya ilmu linguistic itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja,

seperti bahasa jawa atau bahasa arab, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umunya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia, yang dalam perselisihan Prancis disebut sebagai langange.3

Selain linguistic ada juga ilmu semantik yakni, semantik nama disiplin ilmu yang membahas tentang makna. Kata semantik dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa inggris semantic yang mempunyai arti “tanda” dengan alasan ini semantik dipakai oleh para ahli bahasa untuk menyebut bagian dari ilmu bahasa yang fokus pada mempelajari makna. Bagian lain yang juga termasuk kepada bagian ilmu bahasa fonologi, dan sintaksis.

Dalam arti luas semantik dapat mencakup bidang yang lebih luas dari sekedar struktur dan fungsi bahasa, tetapi dalam arti sempit, semantik mempunyai ruang lingkup saja : kata fase, klausa, kalimat dan wacana, atau dalam istilah ilmunya di sebut dengan fonologi, morfologi, sintaksis dan wacana bahkan teks.

Makna menjadi perhatian khusus dalam semantik karena makna menjadi penghubung antara bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakianya sehingga dapat saling mengerti.

2

Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta, PT Renika Cipta, 2003) 02 3

Mempelajari semantik pada dasarnya adalah mempelajari kondisi saling mengerti diantara para pemakai bahasa, baik dalam pemilihan kata, pemilihan struktur bahasa.

Dalam semantik ada empat aspek makna yang tidak bisa di abaikan dalam menentukan makna suatu bahasa keempat aspek itu adalah :

1. Aspek pengertian (sense) 2. Aspek perasaan (feeling) 3. Aspek nada (tone) 4. Aspek tujuan (intension)4

Pada ahli balaghah (stilistika) telah mengenal adanya pertentangan makna dalam pengkajian bahasa. Menurutnya, pertetangan makna dapat diwujudkan dalam suatu kalimat dua acara yang di sebut al tibaq dan al

muqabalah, menurut Ali Hasyimi (1960-1966) yang di maksud dengan al tibaq

adalah dua kata berlawanan makna yang berada (berkumpul) dalam suatu kalimat, seperti dalam ayat watahsabuhum ayqadan wahum ruqud “dan kamu mengira bahwa mereka itu bangun, padahal mereka tidur ( QS. Al Kahfi : 18) bila diperhatikan contoh itu, kata aiqadan/ bangun dan ruqud tidur berlawanan makna.

Al jarim dan Amin (1998-4023) membagi dua macam al itibaq al ijab yaitu kedua kata yang berlawanan tidak berbeda positif dan negatifnya, al tibaq al

salab yaitu kedua katanya yang berlawanan berbeda positif dan negatifnya, yang

dimaksud dengan berbeda positif dan negatif yakni salah satu kata yang

4

Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 Pengatar Ke Arah Ilmu Makna,( Bandung : Refika Aditama, 1999) 82

berlawanan berbentuk dari akar kata yang sama dan menambahkan berbentuk dari akar kata yang sama dan menambahkan afiks negatif berupa ia tidak contoh :

1) al tibaq al ijab.

2) Al tibaq al salab

Sementara itu, yang di maksud dengan muqabalah adalah dua kata yang berlawanan atau lebih terletak di awal kalimat lalu secara berurut kata pembandingnya terdapat pada akhir kalimat (Al jarim dan Amin, 1998: 409).

Yuhillu lahum al tayyibat wa yuharrimu alaihim al habais / menghalalkan bagi

mereka segala apa yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk (QS. Al A’raf 157), pada ayat itu yuhilu menghalalkan dan al tayyibat yang baik

Dokumen terkait