• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

5. Kaidah-Kaidah dalam Menghafal Al Qur’an

Usaha itu harus berlandaskan cara dan perencanaan yang jelas, supaya membuahkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan hal tersebut Ahmad Baduwailan menyebutkan dalam bukunya ( Menjadi Hafizh Tips Dan

Motivasi Menghafal Al-Qur‟an, 2017:54) ia menyebutkan beberapa kaidah dalam menghafal al-Qur‟an, yaitu :

1. Ikhlas

Ikhlas merupakan salah satu persyaratan dari segala ibadah. Ia pun merupakan salah satu dari dua pilar dasar diterima ibadah oleh Allah.

Jadi, barangsiapa yang ingin dimuliakan oleh Allah dengan menghafal al-Qur‟an, maka hendaklah dia meniatkan amalannya hanya karena Allah, tanpa maksud untuk mendapatkan keuntungan materi atau non-materi di balik semua itu.

2. Menghafal dengan bacaan yang betul sesuai sunnah

Aspek ini adalah pilar kedua di antara dua pilar diterimanya suatu amalan. Ia merupakan pilar yang berkenaan dengan kebenaran suatu amalan dan kesesuaiannya dengan As-Sunnah. Barangsiapa yang bermaksud menghafal al-Qur‟an dari orang yang benar-benar ahli dalam bidang tersebut tidak bisa hanya bersandar pada dirinya sendiri. Hal ini dikarenakan keistimewaan al-Qur‟an hanya dapat diambil dengan metode belajar langsung (talaqqi) dari ahlinya.

Ini ditunjukkan oleh Rasulullah yang mempelajarinya dari Jibril, dan para sahabat mengambilnya dari Rasulullah. Demikian seterusnya hingga al-Qur‟an sampai kepada kita dalam kondisi terjaga dari perubahan, penggantian, ataupun kekurangan.

3. Menentukan presentase hafalan harian

Sikap komitmen pada kaidah ini termasuk salah satu perkara yang memudahkan untuk menghafal al-Qur‟an. Sebab ia memberikan semacam komitmen harian bagi orang yag ingin menghafal. Maka, hendaknya ia menentukan sejumlah ayat, atau satu halaman, atau dua halaman, yang ingin dihafal setiap harinya.

4. Menguatkan hafalan sebelum beralih ke hafalan baru

Salah satu hal yang dapat membantu menguatkan hafalan ini adalah terus mengulang-ulang apa yang telah dihafal setiap kali ia memiliki waktu luang.

5. Menggunakan satu mushaf saja untuk menghafal

Letak ayat-ayat di dalam mushaf akan terekam di dalam ingatan dengan banyaknya membaca dan melihat mushaf yang sama.

6. Menyertai hafalan dengan pemahaman

Perkara terbesar yang dapat membantu seorang hafizh dalam mrnghafal adalah memahami ayat-ayat yang dihafal, dan mengetahui hubungan ayat yang satu dengan yang lainnya. Yang harus diperhatikan di sini ialah menggabungkan hafalan dan pemahaman secara bersama-sama, karna keduanya saling menyempurnakan, mendukung, dan menguatkan. Satu sama lain saling membutuhkan. 7. Mengaitkan awal dan akhir surat

Setelah menghafal satu surat dengan sempurna, akan lebih baik jika orang yang sedang menghafal tidak berpindah ke surat berikutnya

kecuali setelah dia selesai mengaitkan awal surat yang telah dihafal dengan akhir suratnya. Dengan demikian, hafalan setiap surat akan terbentuk dalam satu ikatan kuat yang tak terpisahkan.

8. Menjaga hafalan dengan murajaah dan mudarasah

Lebih baik jika murajaah itu dilakukan bersama-sama dengan hafizh yang lainnya. Sebab, hal itu mengandung banyak kebaikan. Satu sisi dapat membantunya dalam menguatkan hafalan, dan sisi lain dapat membantunya membetulkan hafalan yang salah.

9. Menjauhkan maksiat dan dosa

Maksiat dan dosa ialah kegelapan yang menimpa seorang hamba. Rasulullah Saw. menggambarkan jika anak Adam melakukan dosa, akan ada noda hitam pada hatinya. Apabila ia beristigfar hatinya akan kembali bersih. Namun sebaliknya, jika ia terus-menerus melakukan dosa, nisacaya akan tertutup hatinya.

Imam Syafi‟i yang terkenal dengan kecepatan menghafal, pada suatu hari ia mengadu kepada gurunya, Waqi, bahwa hafalan al- Qur‟annya melambat. Maka gurunya memberikan terapi mujarab, agar ia meninggalkan maksiat. Imam Syafi‟i berkata: “Aku mengadu kepada Waqi tentang buruknya hafalanku. Ia pun menasehatiku agar meninggalkan maksiat. Dan ia mengabarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya. Dan cahaya Allah Swt. tidak diberikan kepada pelaku maksiat.” (Anshari, 2017:140).

10.Berdoa agar diberi kemudahan

Seorang hamba tidak akan lepas selama-lamanya dari Allah Swt. pencipta seluruh alam semesta, apa pun aktifitasnya kebaikan yang dilakukan olehnya, pastilah ia membutuhkan bimbingan dari Allah Swt. Petunjuk-Nya agar bisa sampai kepada apa yang menjadi tujuannya.

Salah satu senjata seorang muslim adalah doa. Dengan senantiasa berdoa Allah Swt. pasti segera menyukseskan kegiatan yang sedang ia lakukan (Anshari, 2017:153).

6. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Menghafal Al- Qur’an

1. Faktor pendukung a. Faktor psikologi

Kesehatan yang diperlukan orang yang sedang menghafal al-Qur‟an bukan hanya kesehatan secara lahir saja, maupun kesehatan secara bathin juga sangat diperlukan. orang yang sedang menghafalkan al-Qur‟an perlu ketenangan dalam jiwanya. Apabila mengalami gangguan psikologis sebaiknya diperbanyak ber dzikir atau mengingat Allah.

b. Faktor kecerdasan

Kecerdasan merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang dan keberhasilan dan menghafal al-Qur‟an. Kecerdasan ini adalah kemampuan psikis untuk mereaksi dengan rangsangan

atau menyesuaikan melalui cara yang tepat. Dengan kecerdasan ini mereka yang menghafal al-Qur‟an akan merasakan diri sendiri bahwa kecerdasan akan terpengaruh dalam keberhasilan dalam menghafal al-Qur‟an. Setiap individu mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda, sehingga cukup mempengaruhi hafalan yang sedang dijalani.

c. Faktor motivasi

Yang dimaksud dengan motivasi disini adalah keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Siswa yang menghafalkan kitab suci ini pasti termotivasi oleh sesuatu yang berkaitan dengan al-Qur‟an. Motivasi ini bisa karena kesenangan pada al-Qur‟an atau bisa karena keutamaan yang dimiliki oleh para penghafal al-Qur‟an. Dalam menghafal al- Qur‟an dituntut kesungguhan tanpa mengenal bosan dan putus asa. Untuk itulah motivasi berasal dari diri sendiri sangat penting dalam merangkai keberhasilan, yaitu mampu menghafal 30 juz dalam waktu tertentu.

d. Faktor usia

Penelitian membuktikan bahwa ingatan pada usia anak- anak lebih kuat dibandingkan dengan usia dewasa. Pada usia muda, otak manusia masih segar dan jernih, sehingga hati lebih fokus tidak banyak kesibukan, serta masih belum memiliki banyak problem hidup. Untuk itulah usia yang cocok dalam upaya

menghafal al-Qur‟an ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilannya dalam menghafal. Adapun usia yang cocok untuk menghafal al-Qur‟an ialah usia 5 tahun hingga 23 tahun.

e. Faktor kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi orang yang menghafal al-Qur‟an. Jika tubuh sehat maka proses menghafal al-Qur‟an akan menjadi lebih mudah dan cepat tanpa adanya penghambat, dan batas waktu menghafal pun menjadi relatif cepat. Namun, bila tubuh tidak sehat maka akan sangat menghambat ketika menjalani proses hafalan.

f. Nutrisi yang dapat membantu proses menghafal

Menurut Ahmad Baduwailan dalam bukunya (Menjadi Hafizh Tips Dan Motivasi Menghafal Al-Qur‟an, 2017:177-180) beliau memaparkan makanan yang seharusnya dikonsumsi oleh para penghafal al-Qur‟an untuk dapat meningkatkan daya ingat mereka. Diantaranya, yaitu :

1) Madu

Az-Zatshuri berkata, “Hendaklah kamu mengonsumsi madu, sebab ia baik untuk menghafal, dan madu adalah obat bagi manusia berdasarkan dalil al-Qur‟an. Allah befirman (An- Nahl: 69)





















































“ Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan

dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang Telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan)

bagi orang-orang yang memikirkan”. (Kementrian Agama

Republik Indonesia, 2014:278). 2) Kismis

Al-Hasyimi berkata, “Barangsiapa yang ingin menghafalkan hadist dendaknya ia mengonsumsi kismis. Guru kami, Syeikh Nayif bin Al-Abbas, biasa memakan 21 butir kismis bersih pada pagi hari. Beliau adalah teladan dalam hal hafalan. Beliau pun menyarankan kami dalam hal itu. Al- Wahdi berkata kepadaku, mengkonsumsi kismis sebelum sarapan dapat menguatkan daya ingat, terutama yang berwarna merah kekuning-kuningan.” (Baduwailan, 2017:178).

3) Ikan segar

Di antara makanan yang juga bermanfaat adalah ikan segar. Dr. Hayyan Syamsi Pasya pernah berkata, “Bahwasanya di dalam ikan terkandung banyak vitamin yang dapat menguatkan otak.” Beliau telah melihat penelitian ilmiah dalam hal ini (Baduwailan, 2017:180).

Secara umum, banyak mengonsumsi makanan dan kekenyangan dapat menyebabkan lemahnya daya ingat dan menurunkan daya pikir. Hal ini tentu tidak sesuai dengan siapapun yang ingin memiliki ingatan yang tajam serta hafalan yang kuat. Di masa lalu kita mendengar para Syeikh mengatakan, “Kekenyangan itu dapat menghilangkan kecerdasan.” (Baduwailan, 2017:180).

4) Cokelat

Selain itu, coklat juga meningkatkan daya ingat. Penelitian menunjukkan bahwasanya orang yang memakan cokelat akan meningkatkan endhorphin, yaitu zat yang meningkatkan mood menjadi lebih baik dan merangsang memori. Cokelat juga mengandung banyak jumlah kafein yang dapat meningkatkan dan merangsang suasana hati seseorang.

5) Meminum air putih

Seorang penghafal al-Qur‟an harus meminum air putih secara cukup setiap harinya untuk menstabilkan energi yang ada pada tubuh dan otak. Otak manusia terdiri dari 78% cairan. Oleh karenanya, minum air putih dengan cukup merupakan faktor utama penunjang kesehatn pada sel-sel otak. Dan kesehatan sel-sel tersebut merupakan faktor yang paling penting untuk ingatan, belajar serta kekuatan menghafal.

Tubuh manusia kehilangan sekitar 2,5 liter cairan perhari untuk melakukan aktivitas fisik biasa, sehingga membutuhkan cairan pengganti. Tetapi, seringkali tubuh memberikan rasa haus untuk rasa lapar. Ketika merasa lapar, dengan minum segelas air putih akan dapat menghilangkan rasa lapar tersebut. Sebab, pada dasarnya air putih memberikan energi alami pada tubuh (Ubaid, 2017:200).

2. Faktor penghambat

Ada sebagian sebab yang mencegah penghafalan dan membantu melupakan al-Qur‟an. Orang yang ingin manghafal al-Qur‟an harus menyadari hal itu dan menjauhinya (Badwilan, 2010:203 ; Chairani dan Subandi, 2010:43-44). Berikut adalah hambatan-hambatan yang menonjol :

a. Banyak dosa dan maksiat. Karena, hal itu membuat seorang hamba lupa pada al-Qur‟an dan melupakan dirinya pula, serta membutakan hatinya dari ingat kepada Allah dan juga membaca dan menghafal al-Qur‟an.

b. Tidak senantiasa mengikuti, mengulang-ulang, dan memperdengarkan hafalan al-Qur‟an-nya.

c. Perhatian yang lebih pada urusan-urusan dunia menjadikan hati terikat dengannya, dan pada gilirannya hati menjadi keras, sehingga tidak bisa menghafal dengan mudah.

d. Menghafal banyak ayat pada waktu yang singkat dan pindah ke selainnya sebelum menguasainya dengan baik.

e. Semangat yang tinggi untuk menghafal banyak ayat tanpa menguasainya dengan baik, kemudian ketika ia merasakan dirinya tidak menguasainya dengan baik, ia pun malas menghafal dan meninggalkannya.

f. Keinginan untuk menambah hafalan tanpa memperhatikan hafalan sebelumnya. Metode yang biasanya diterapkan untuk menghafal sangatlah beragam, bahkan penentuan batas hafalan juga beragam. Hafizh yang memiliki semangat tinggi untuk menghafal tanpa menggunakan strategi tertentu dalam menghafal justru akan mengalami kesulitan jika tidak melakukan pengulangan dari ayat yang sebelumnya telah dihafalkannya.

g. Adanya rasa jemu dan bosan karena rutinitas. Perasaan ini muncul karena hafizh dituntut untuk selalu disiplin dalam hal membagi waktu dan melakukan rutinitas dalam rangka meningkatkan dan menjaga hafalan yang telah diperoleh. Aktifitas yang monoton terutama bagi hafizh yang tinggal dalam satu lembaga dengan pengaturan waktu dan terget hafalan yang ketat seperti pondok pesantren juga menjadi alasannya. Bagi hafizh yang di luar pondok tentu inilah yang dirasakan lebih berat karena harus berhadapan dengan lingkungan sosial yang menuntut hafidz dengan beberapa peran.

h. Sukar menghafal, hal ini bisa disebabkan oleh tingkat IQ yang sangat rendah. Pengaruh tinggi atau rendahnya tingkat kecerdasan seorang hafizh memang belum banyak dibuktikan melalui penelitian terutama penentuan kecerdasan yang dilakukan sebelum seseorang yang memutuskan jadi hafizh.

i. Gangguan asmara, muncul karena adanya ketertarikan asmara. Kendala ini sering muncul seiring dengan pertambahan usia hafizh yang mulai menekuni al-Qur‟an sejak usia dini. Memasuki masa pubertas perubahan hormonal yang dialami seringkali menimbulkan emosi negatif tertentu yang mengganggu suasana hati untuk meneruskan hafalan. Munculnya keinginan untuk hidup seperti remaja lain dan bergaul dengan lawan jenis sebanyak mungkin.

Berdasarkan uraian mengenai hambatan-hambatan di atas, maka hambatan dan bencana besar bagi penghafal al-Qur‟an adalah lupa atau kelupaan, melupakan apa yang telah dihafalkan. Oleh karena itu menjaga hafalan yang telah dikusai adalah kewajiban.

Dokumen terkait