• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KEPRAGMATISAN WACANA

Bagan 16: A LANGUAGE EVENT

3.2.1.3.2 Kaidah Konversasi

Kaidah konversasi adalah aturan-aturan yang harus dituruti dalam percakapan sehingga berguna bagi pemakai bahasa agar tindak tuturnya komunikatif. Karena itu, kaidah konversasi akan membentuk ranah kompetensi linguistik para penuturnya. kaidah konversasi berupa aturan-aturan wacana secara fungsional seperti (1) cara menarik perhatian pesapa, (2) cara memilih topik, (3) cara mengembangkan topik, dan (4) cara menyudahi topik.

a. Cara Penarik Perhatian Pesapa

Agar konversasi dapat menarik perhatian pesapa, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

(1) harus tahu cara dan kapan waktu yang tepat untuk memotong pembicaraan orang;

(2) tahu cara menyampaikan ketidaksetujuan; (3) jangan bicara berlebihan;

(4) berbicara jang diborong sendiri;

(5) mencegah hal-hal yang tidak mengenakan;

(6) jangan berbisik-bisik di tengah-tengah pembicaraan; (7) jika orang lain berbicara, kita harus memperhatikannya;

(9) hindari pokok pembicaraan yang bersifat pribadi (10) atur kualitas suara dengan tepat;

(11) jangan bertengkar karena persoalan sepele;

(12) jangan mengacuhkan orang lain yang baru datang; dan (13) pembicaraan tidak boleh menyakitkan orang lain.

b. Cara memilih dan mengembangkan Topik (1) Jenis-jenis Topik

Topik (bahasa Yunani: topoi = „tempat berlangsungnya kejadian‟). Topik merupakan pokok pembicaraan. Di dalam wacana topik itu merupakan pokok pembicaraan. Di dalam wacana topik itu merupakan proposisi yang berwujud frasa atau klausa, lazimnya berisi inti topik. Sebetulnya, wacana serta bagian-bagiannya tidak mempunyai topik karena yang mempunyai topik adalah penyapa. Topik dapat dibedakan atas topik tunggal, topik kompleks, dan topik sambung-loncat.

Topik tunggal adalah topik yang disampaikan oleh penyapa dalam sebuah wacana

secara berbarengan. Misalnya: .

(20) BODOH

Maman : Ah, boleh minta rokoknya? Ayah : Anak kecil tidak boleh

merokok. Nanti bodoh.

Maman : Kalau begitu, buatkan mobil- mobilan.

Ayah : Ayah ini, tidak bisa membuat mobil-mobilan.

Maman : Kalau begitu, ayah pun jangan merokok, agar tidak bodoh.

Dalam contoh (17) baik Maman maupun Ayah sama-sama menceritakan topik “merokok” menunjukkan bahwa „merokok itu membuat orang menjadi bodoh”.

Topik kompleks adalah topik wacana yang disampaikan oleh penyapa secara

sendiri-sendiri, tetapi tetap berkaitan karena sebelumnya telah ada bagan tuturan. Misalnya:

(21) ANAK RENTENIR

Dedi : Ketika kemalaman, ayahku ditodong dua penjahat. tapi sebentar saja, penjahat itu keduanya jatuh. Doni: Juga ayahku. ketika beliau tidur,

datang pencuri. Tapi disentuh puh,

hanya mengucapkan siapa, sudah pada kabur. Wendi: Tapi, saya heran, ketika ayah Dedi

dan Doni bertemu ayahku, juga tidak diapaapakan, hanya ditanya mana, diam saja ketakutan

Topik sambung-loncat adalah topik wacana yang berbeda-beda. Para penyapa

sibuk menceritakan masing-masing topiknya. Contoh:

(22) MATI

Dokter I: Pasienku tiap hari banyak terus, rata- rata 20 sampai 30 orang. Karena itu, baru dua tahun saja, sudah dua kali ganti mobil.

Dokter II: Apalagi pasien saya, sering ngantri,

bahkan sering pulang lagi, ditang-guhkan untuk jadwal besoknya. Tampaknya harus sudah mulai menggaji satpam. Dokter III: Kalau pasien saya sedikit sekali, satu

hari paling dua sampai tiga orang. Dokter I + II: Kasihan, ya. Tapi, mengapa

demikian?

Dokter III: Saya kan dokter jitu. Sekali datang, para pasien itu sudah sembuh.

Sewaktu komunikasi bahasa berlangsung, sering terjadi para penutur itu berpindah topik, dari satu topik ke topik yang lain. Alih topik itu kadangkala tidak dirasakan oleh penuturnya. Meskipun begitu, terdapat pemarkah alih-topik seperti kata-kata ah, oh, apa ya, ngomong-ngomong, nanti dulu ya, dsb.

Dalam kenyataannya topik itu tidak selmanya tersedia, melainkan datang kemudian sesuai dengan situasi yang berkembang. Keadaan itu bergantung pada proses „tawar-menawar‟ antara kedua pembicara atau lebih. Dari proses „tawar menwar‟ itu kemudian berangsur muncul topik yang disetujui antara pembicara yang pada saat itu menjadi meklum apa yang diinginkan oleh yang lain. Tawar-menawar antara para pembicara dapat berlangsung dengan cepat, tetapi dapat pula memakan waktu, betgantung pada cepat tidaknya didapatkan „tempat berpijak yang sama‟ antara para pembicara.

Antara para pembicara sering terjadi perbedaan „persepsi‟, teurama jika pembicara menyampaikan masalah kontroversial yang kurang dipahami oleh kawan bicara atau para pembicara berbeda pendapat. Akibatnya, tanggapan para pembicara itu bermacam-macam.

(2) Cara Memilih Topik

Topik atau pokok pembicaraan dapat dipilih berdasarkan pengalaman, imajinasi, atau pendapat orang lain. topik itu kadang-kadang masih terlalu luas. Karena itu, topik perlu dibatasi, agar lebih spesipik sehingga terbentuk tema. cara membatasi topik menjadi tema dapat disingkat PUSAT B, yakni:

(P) dibahas peranannya saja;

(V) dibahas untung rugi, baik-buruk, enak tidaknya;

(S) dibahas sejarah, latar belakang, sebab-sebabnya, atau sikap orang terhadapnya;

(A) dibahas keadaan, fakta, data, kerja, caranya; (T) dibahas tipe, corak, jenis, atau macamnya; dan (B) dibahas benar tidaknya suatu pernyataan.

(3) Cara Mengembangkan Topik

Topik dapat dikembangkan dengan berbagai cara. Ada tiga hal penting yang berkenaan dengan pengembangan topik, yakni: (1) penentuan tujuan, macam, dan bentuk konversasi; (2) penentuan pendekatan; dan (3) penentuan kerangka pengembangan. Tujuan dari percakapan bisa: (a) memberikan informasi dengan pendekatan faktual, dan (b) menggugah perasaan dengan pendekatan imajinatif. Bentuk wacana yang dipilih dapat berupa narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.

Dalam mengembangkan topik terdapat berbagai kerangka sebagai berikut. (1) Bagan DAN-D: duduk perkara, alasan, misal, dan duduk perkara lagi; (2) Bagan masa D-S-N: dahulu, sekarang, dan nanti;

(3) Bagan PM Hatta: perhatian, minat, hasrat, tindakan; (4) Bagan 5 W + 1 H: what, who, when, where, why, how; (5) Bagan T-A-S: tesis, antitesis, sintesis; dan

(6) Bagan P-I-S: pendahluan, isi, simpulan.

(4) Topik, Tema, dan Judul

Topik, tema, dan judul erat kaitannya. Topik merupakan pokok persoalan „yang disampaikan‟. Tema merupakan manat utama yang ingin disampaikan oleh pembicara dalam wacana sebagai rumusan dari topik dan menjadi dasar untuk mencapai tujuan. Tema lebih sempit dan abstrak daripada topik meskipun pada suatu tema dan topik dapat berhimpitan. Tema merupkan topik yang dibatasi. Sebagimana dikemukakan terdahulu, topik dapat dibatasi menjadi tema dengan bagan PUSAT B. Misalnya, topiknya ialah “bahaya narkoba”, sedangkan temanya ialah “cara menanggulangi bahaya narkoba”.

Judul atau titel merupakan etiket, label, merek, atau nama yang dikenakan pada sebuah wacana. Judul berguna untuk menarik kepenasaran pesapa terhadap persoalan yang dibicarakan. Judul merupakan slogan yang menuangkan topik dalam bentuk yang lebih menarik. Karena itu, judul harus sesuai dan dapat mewakili keseluruhan isis wacana, jelas, dan singkat. Judul dapat dibuat sebelum maupun sesudah wacana selesai. Judul dapat juga bersifat simbolis. Judul besar sekali manfaatnya. Wacana yang sama

segala-galanya, jika diberi judul berbeda, akan dibayangkan atau ditafsirkan berbeda pula. Misalnya :

Dokumen terkait