• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Penger tian Komunikasi Inter per sonal

Menurut Muhamad (1995:158), komunikasi interpersonal merupakan komunikasi didalam diri. Di dalam diri manusia terdapat komponen-komponen komunikasi seperti sumber, pesan, saluran penerima dan balikan. Dalam komunikasi interpersonal hanya seorang yang terlibat. Pesan mulai dan berakhir dalam diri individu masing-masing. Komunikasi interpersonal mempengaruhi komunikasi hubungan orang lain. Suatu pesan yang dikomunikasikan, bermula dari diri orang.

Setelah melalui proses interpersonal tersebut, maka pesan-pesan disampaikan kepada orang lain. Menurut Muhamad (1995:159), Komunikasi interpersonal merupakan proses pertukaran informasi antara individu dengan individu lainnya, atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan bertambahnya orang-orang yang terlibat dlam berkomunikasi, menjadi bertambah komplekslah komunikasi tersebut.

Komunkasi Antarpribadi didefinisikan oleh Joshep A. DeVito dalam bukunya”The Inter-personal Communication Book” (DeVito 1989:4) sebagai ‘proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan umpan balik seketika”.

Berdasarkan definisi DeVito itu, komunikasi interpersonal dapat berlangsung antara dua orang yang sedang berdua-dua seperti suami istri yang sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang dalam satu pertemuan, misalnya anatara penyaji makalah dengan peserta seminar dan ketika seorang memberikan nasehat kepada anaknya yang nakal, seseorang instruktur yang memberikan petunjuk tentang cara mengoprasikan sebuah mesin, dan sebagainya. Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk komunikasi antar pribadi yang menunjukan adanya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi dalam bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya pergantian bersama (mutual understanding) dan empati. Disitu terjadi rasa saling menghormati bukan disebabkan status sosial, melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing-masing adalah manusia yang wajib, berhak, pantas dan wajar dihargai dan dihormati sebagai manusia.

Dibanding dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi ini berlangsung tatap muka, oleh karena itu terjadi kontak pribadi (personal contact) yaitu pribadi komunikator menyetir pribadi komunikan. Ketika menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika (immediat feedback) mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan, pada ekspresi wajah, dan gaya bicara. Apabila umpan balik positif, artinya tanggapan itu menyenangkan,

kita akan terus mepertahankan gaya komunikasi, sebaliknya jika tanggapan komunikasi negatif, maka harus mengubah gaya komunikasi sampai komunikasi berhasil.

Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan itulah, maka bentuk komunikasi antarpribadi acapkali dipergunakan untuk melontarkan komunikasi persuasif (persuasive communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan dan rayuan. Dengan demikian maka setiap pelaku komunikasi akan melakukan empat tindakan, yaitu membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan dan mengolah pesan dan keempat tindakan tersebut lazimnya berlangsung secara berurutan, oleh karena itu membentuk pesan diartikan sebagai menciptakan ide atau gagasan dengan tujuan tertentu.

2.1.2 Efek tivitas Komunikasi Inter per sonal

Menurut Joseph A. DeVito dalam bukunya The Interpersonal Comunication Book yang dikutip oleh Soemiati ada beberapa hal yang mendukung terciptanya efektivitas dalam komunikasi interpersonal yaitu :

1. Keterbukaan

Yakni adanya kemauan untuk membuka diri dalam menyatakan tentang keadaan dirinya sendiri yang tadinya tepat disembunyikan yang berhubungan dengan komunikasi pada saat itu serta keterbukaan dalam member tanggapan

secara spontan dan tanpa dalih terhadap komunikasi dan umpan balik orang lain.

2. Empati

Sebagai suatu perasaan individu yang merasa sama seperti yang dirasakan orang lain (menempatkan diri pada posisi orang lain).

3. Dukungan

Yakni suatu dukungan situasi terhadap kritik maupun caci maki. 4. Rasa positif

Dimana komunikasi akan positif bila dirasakan situasi yang positif sehingga mau aktif dan membuka diri.

5. Kesamaan

Kesamaan baik dalam bidang pengalaman seperti sikap, perilaku, nilai, dan sebagainya.

2.2 Penger tian Pola Komunikasi

Pola Komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya (Tarmudji, 1998:27). Sedang komunikasi adalah peristiwa sosial yaitu peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Ilmu komunikasi apabila dipublikasikan secara benar akan mampu mencegah dan menghilangkan konflik antar pribadi, antar kelompok, antar suku, antar bangsa dan ras, membina persatuan dan kesatuan umat manusia penghuni bumi. (Effendy 1993:27)

Dari pengertian-pengertian di atas maka suatu pola komunikasi mengaitkan dua komponen yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas, dengan komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan antar organisasi ataupun juga manusia.

Menurut Yusuf (2001:51-52) terdapat tiga pola komunikasi hubungan orang tua dengan anak, yaitu :

a. Authoritarium (cenderung bersikap musuhan)

Dalam pola hubungan ini sikap acceptance orang tua rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengkomando (mengharuskan / memerintah anak untuk melakukan dan bersikap menolak. b. Permissive (cenderung berperilaku bebas)

Dalam hal ini sikap acceptance orang tua tinggi, namun kontrolnya rendah, memberi kebebasan pada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya. Sedang anak bersikap implusif serta agresif, kurang memiliki rasa percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya dan prestasinya rendah.

c. Authoritatif (cenderung terhindar dari kegelisahan, kekacauan)

Dalam hal ini sikap acceptance orang tua dan anaknya kontrol tinggi, bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan yang buruk.

Sedangkan anak bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri (self control), bersikap sopan, mau bekerja sama, memiliki

rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai tujuan/arah hidup yang jelas, dan berorientasi terhadap prestasi.

Menurut Hardy (1998:132) terdapat empat pola komunikasi, yaitu pola komunikasi otoriter, demokratis, permisif, laissez faire. Bila pembinaan anak dilakukan dengan menggunakan komunikasi otoriter, maka anak akan berubah menjadi agresif terhadap sesamanya, atau bahkan bersiap tak acuh kepada yang dihadapinya. Dalam hal ini terdapat kepura-puraan, anak merasa jengkel terhadap suatu masalah, saling menyalahkan dan bukan bekerja sama memecahkan masalah. Sedangkan pola komunikasi demokratis menciptakan hubungan antar anak lebih baik daripada otoriter. Dalam hal ini sifat agresif anak jauh lebih sedikit dan anak tersebut saling menyayangi teman, dimana anak tersebut saling melakukan kerja sama untuk memecahkan permasalahan.

Pada pola komunikaso permisif orangtua memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk berbuat dan keleluasaan mengambil keputusan. Pola komunikasi laissez faire bersifat tidak teratur karena hubungan antar anak bersifat agresif sehingga sangat sedikit pekerjaan yang dapat dilaksanakan. Dalam pola komunikasi jenis ini hampir tidak terdapatb pekerjaan yang dapat dikerjakan. Effendy (1993:27) menyatakan bahwa komunikasi adalah pernyataan manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyatunya.

Komunikasi pada dasarnya dapat terjadi pada berbagai konteks kehidupan. Kejadian-kejadian komunikasi yang diamati dalam ilmu komunikasi sangat luas dan kompleks karena menyangkut berbagai aspek sosial, budaya, ekonomi dan

politik dari kehidupan manusia. Menurut Bandura (Rakhmat, 1998:25) dalam Teori Belajar secara Sosial (social learning) yang mempersalahkan peranan ganjaran dan hukum dalam proses belajar. Bila anak selalu diganjar (dihargai) karena mengungkapkan perasaannya, ia akan menahan diri untuk berbicara walaupun ia memiliki kemampuan untuk melakukannya. Melakukan satu perilaku ditentukan oleh peneguhan, sedangkan kemampuan potensial untuk melakukan oleh peniruan (imitation).

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi terjadi antara satu orang dengan lainnya, mempunyai tujuan untuk mengubah atau membentuk perilaku orang yang menjadi sasaran komunikasi. Disamping itu komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlihan, sedang cara penyampaiannya mengguanakan simbol-simbol dan kata-kata, gambar-gambar, dan angka-angka. Pengertian komunikasi secara etimologis bersala dari perkataan latin “communication” yang bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa komunikasi memiliki pengertian yang luas dan beragam walaupun secara singkat komunikasi merupakan suati proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa komunikasilah yang berhubungan dengan manusia itu, diaman tidak mungkin bisa hidup tanpa

berkomunikasi. Semakin manusia berada di suatu tempat, maka semakin banyak jaringan dan jalur komunikasi di tempat itu.

2.3 Keluar ga

2.3.1 Penger tian Keluar ga

Menurut Sigelman dan Shaffer (dalam Yusuf, 2001:36), bahwa keluarga merupakan unti terkecil yang bersifat universal atau sistem sosial yang terbentuk dalam sistem sosial yang lebih besar. Ada dua macam keluarga, yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar (extended family). Keluarga ini adalah keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum dewasa atau belum kawin. Sedangkan keluarga luas adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan satu lingkungan keluarga yang lebih luas dari pada ayah, ibu dan anak-anak.

2.3.2 Fungsi Keluarga

Yusuf (2001:39) menyebutkan fungsi keluarga dari sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga di klasifikasikan ke dalam fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi Biologis

Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalitas, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi kebutuhan

(b) hubungan seksual suami istri dan (c) reproduksi atau pengembangan keturunan.

2. Fungsi Ekonomis

Keluarga merupakan unit ekonomi dasar dalam sebagian besar masyarakat primitif. Para anggota keluarga bekerja sama sebagai tim untuk menghasilkan sesuatu.

3. Fungsi Pendidikan (edukatif)

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan dan utama bagi anak. Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budaya atau mediator” sosial budaya bagi anak. Fungsi keluarga dalam pendidikan adalah menyangkut penanaman, pembibingan atau pembahasan nila-nilai agama, budaya, dan ketrampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak.

4. Fungsi Sosialisasi

Lingkungan keluarga berfungsi merupakan faktor penentu (determinant factor) yang mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang . Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang mensosialisasikan nilai-nilai atau peran hidup dalam masyarakat yang harus dilaksanakan oleh anggotanya. Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi perkembangan kemampuan anak untuk menaati peraturan (disiplin, mau bekerja sama dengan orang lain, bersikap toleransi, menghargai pendapat orang lain, mau bertanggung jawab dan bersikap matang dalam kehidupan yang heterogen (etnis, ras, agama dan budaya).

5. Fungsi Perlindungan

Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota keluarganya dari gangguan ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik psikologis) bagi para anggotanya.

6. Fungsi Rekreatif

Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi para anggotanya. Maka dari itu , keluarga harus ditata sedemikian rupa seperti menyangkut aspek dekorasi interior rumah, komunikasi yang tidak kaku, makan bersama, bercengkrama dengan penuh suasana humor dan sebagainya.

7. Fungsi Agama (religius)

Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai-nilai agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Keluarga berkewajiban mengajar, membimbing atau membiasakan anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2.3.3 Kualitas Komunikasi Inter per sonal dalam Keluar ga

Dalam komunikasi dikenal mdengan istilah Interpersonal Communication atau komunikasi interpersonal adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan anatara dua orang atau kelompok kecil dengan beberapa efek dan umpan balik seketika. Komunikasi ini dianggap efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat atau perilaku seorang karena sifatnya dialogis, berlangsung secara tatap muka (face to face) dan menunjukan suatu interaksi sehingga terjadi kontak

pribadi atau personal contact (Effendy, 2002:8). Dengan demikian mereka yang terlibat dalam komunikasi ini masing-masing menjadi pembicara dan pendengar. Namapaknya adanya upaya untuk terjadinya pengertian bersama dan empati. Terjadi rasa saling menghormati berdasarkan anggapan bahwa masing-masing adalah manusia utuh yang wajib, berhak dan pantas untuk dihargai dan dihormati sebagai manusia.

Dalam komunikasi interpersonal , ketika pesan disampaikan, umpan balik pun disampaikan saat itu juga (immediate feedback) sehingga komunikator tahu bagaimana reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikan (Effendy, 2003:15). Umpan balik itu sendiri memainkan peran dalam proses komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan komunikator. Selain itu umpan balik dapat memberikan komunikasi bahan informasi bahwa sumbangan-sumbangan pesan mereka yang disampaikan menarik atau tidak bagi komunikan (Effendy, 2003:14). Umpan balik dapat bersifat positif dan dapat pula bersifa negatif. Umpan balik dikatakan bersifat positif ketika respon dari komunikan menyenangkan komunikator sehingga komunikasi berjalan dengan lancar. Sebaliknya umpan balik dikatakan negatif ketika respon komunikan tidak menyenangkan komunikan enggan melanjutkan komunikasi tersebut.

Selain pengelompokan diatas, umpan balik dapat pula dinyatakan secara verbal maupun non verbal seperti halnya penyampaian pesan umpan balik. Bentuk khusus dari komunikasi interpersonal adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yaitu komunikasi antara dua orang yang keduanya saling

berhubungan dan komunikasi ini bertujuan untuk belajar, mengadakan relasi, mempengaruhi dan mebantu antar individu (DeVito,1989). Oleh karena itu komunikasi merupakan hal yang sangat paling penting dalam kehidupan manusia. Demikian dalam keluarga, perlu dibina dan dikembangkan perkembangan dan remaja (Furhan, 1990:23).

Menurut Irwanto (dalam Yatim dan Irwanto, 1991:79) keluarga memberikan dan menggeneralisasika nilai, norma, pengetahuan, sikap, dan harapan terhadap anak-anak. Dengan komunikasi yang efektif , maka beberapa hal tersebut dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh remaja. Hal tersebut senada dengan peryataan Tubbs dan Moss (dalam Rahmat, 2002:12) yaitu bahwa komunikasi yang efektif akan menimbulkan pengertian dan hubungan yang makin baik diantara kedua belah pihak.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dibahas komunikasi paling tidak bersifat dialog bukan monolog. Menurut Kudera (dalam Kartono,1994:53) komunikasi yang monolog tidak memunculkan tantangan dalam diri anak untuk mengembangkan pikiran, kemampuan bertanggung jawab dan anak tidak disertai pendapat bila ada masalah keluarga.

2.3.4 Aspek - Aspek Kualitas Komunikasi Inter per sonal dalam Keluar ga Komunikasi yang efektif perlu dibangun dan dikembangkan dalam keluarga. Beberapa faktor prnting untuk menentukan jelas atau tidaknya informasi yang dikomunikasikan didalam keluarga sehingga dapat mengarahkan komunikasi yang efektif yaitu :

1. Konsistensi

Informasi yang disampaikan secara konsisten akan dapat dipercaya dan relatif lebih jelas dibanding dengan informasi yang selalu berubah. Ketidak konsistenan yang membuat remaja bingung dalam menafsirkan informasi tersebut (Irwanto Yatim dan Irwanto, 1991:85)

2. Ketegasan (Assertivennes)

Ketegasan tidak berarti otoriter. Ketegasan membantu meyakinkan remaja atau anggota keluarga lain bahwa otoriter benar-benar meyakini nilai atau sikapnya. Bila perilaku ingin ditiru oleh anak, maka ketegasan akan memberikan jaminan bahwa mengharapkan anak-anak berperilaku seperti yang diharapkan (Irwanto Yatim dan Irwanto, 1991:85-86).

3. Percaya (Trust)

Faktor percaya adalah yang paling penting karena percaya menentukan efektifitas komunikasi, meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikasi untuk mencapai maksudnya, hilangnya keyakinan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang akrab (Rahmat,2002:130).

Ada tiga faktor yang berhubunngan dengan sikap percaya (Rahmat,2002 :131-133). Yaitu:

a. Menerima

Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan, sikap yang melihat orang lain

sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai, tetapi tidak berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya.

b. Empati

Empati dianggap sebagi memahami orang lain dan membayangkan diri pada kejadian, yang menimpa orang lain, melihat seperti orang lain lihat, merasakan seperti orang lain rasakan.

c. Kejujuran

Manusia tidak menaruh kepercayaan orang yang tidak jujur atau sering menyembunyikan pikiran dan pendapatnya. Kejujuran dapat menyebabkan perilaku seseorang dapat diduga. Ini mendorong untuk percaya antara satu dengan yang lain.

4. Sikap Sportif

Sikap sportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Sikap defensif akan menyebabkan komunikasi interpersonal akan gagal, karena lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikan dari pada pesan orang lain (Rahmat, 2002:133).

Perilaku yang menimbulkan iklim defensif dan sportif, antara lain: a. Deskripsi

Deskripsi artinya penyampaian perasaan atau persepsi tanpa menilai. Hubungan antara orang tua dengan anak bersifat horisontal dan sama.

b. Orientasi Masalah

Orientasi masalah artinya mengkomunikasikan untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah dengan tidak mendikte pemecahan, melainkan mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memuaskan cara mencapainya.

c. Spontanitas

Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak meliputi motif yang terpendam.

d. Persamaan

Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horisontal dan demokratis. Artinya tidak mempertegas perbedaan, tidak menggurui tapi berbincang pada tingkat yang sama dan mengkomunikasikan penghargaan serta rasa hormat pada perbedaan dan keyakinan.

e. Provosionalisme

Provosionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat seseorang (Rahmat,2002: 134-135)

5. Sikap Terbuka

Sikap terbuka mendorong terbukanya saling pengertian, saling menghargai, saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal (Rahmat, 2002:136) 6. Bersikap Positif

Bersikap positif mencakup adanya perhatian atau pandangan positif terhadap diri seseorang, perasaan positif untuk berkomunikasi dan “menyerang” seseorang yang diajak berinteraksi. Perilaku ‘menyerang” dapat dilakukan

secara verbal seperti kata-kata “aku suka kamu” atau “kamu nakal”. Sedangkan perilaku “menyerang” yang bersifat nonverbal berupa senyuman, pelukan bahkan pukulan. Perilaku “menyerang” dapat bersifat positif yang merupakan bentuk penghormatan atau pujian dan mengandung perilaku yang diharapkan dan dihargai, ‘”Menyerang” negatif bersifat menentang atau menghukum seperti mengeluarkan perbuatan kasar yang dapat menyakiti seseorang baik fisik maupun psikologis (DeVito,1989). Pentingnya “menyerang” dinyatakan oleh Kristina dalam (Kartono,1994:153) bahwa “menyerang” positif perlu diberikan kepada anak jika memang pantas menerimanya. “Menyerang” secara negatif juga diperlukan asal dalam batas yang wajar seperti menegur atau memarahi anak bila memang perlu dan orang tua tetap memberikan penjelasan alasan bersikap demikian.

Suatu proses komunikasi dapat berjalan dengan baik jika antara komunikator dan komunikan ada rasa percaya, terbuka dan sportif untuk saling menerima satu sama lain (Rahmat, 2002:129). Ada pun sikap yang dapat mendukung kelancaran komunikasi dengan anak-anak adalah :

a. Mau mendengarkan anak-anak sehingga anak-anak lebih berani membagi perasaan sesering mungkin sampai perasaan dan permasalahn yang mendalam dan mendasar.

b. Menggunakan empati untuk pandangan-pandangan yang berbeda dengan menunjukan perhatian melaui isyarat-isyarat verbal dan nonverbal saat komunikasi berlangsung.

c. Memberikan kebebasan dan dorongan sepenuhnya pada anak untuk mengutarakan pikiran atau perasaanya dan kebebasan untuk menunjukan reaksi atau tingkah laku tertentu sehingga anak dapat menanggapi positif tanpa adanya unsur keterpaksaan.

Menurut Hustato (dalam 1994:154) akibat dari pola komunikasi adalah : a. Pikiran anak berkembang karena anak dapat mengutarakan isi hatinya atau

pikirannya dan dapat memberikan usul-usul serta berpendapat berdasarkan penalarannya.

b. Orang tua atau anggota keluarga lainnya akan mengetahui dan mengikuti perkembangan jalan pikiran anak dan perasaan anak selanjutnya.

2.4 Rokok

2.4.1 Penger tian Rokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nikotin Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Rokok)

Selanjutnya Irianto (1996:25) menyebutkan bahwa rokok mengandung ± 400 senyawa kimia, diantaranya terdapat tiga racun yang paling berbahaya yaitu: Nikotin, Tar dan Karbon Monoksida.

1. Nikotin

Nikotin merupaqkan racun yang mempunyai sionida dalam kecepatan kerja, dan dapat diserap pada semua organ tubuh termasuk kulit. Nikotin ini juga yang menyebabkan ketergantungan psikis atau ketagihan, selain itu juga dapat

mengurangi nafsu makan dan meningkatkan tekanan darah serta kenaikan denyut jantung.

2. Tar

Merupakan bentuk dari berbagai campuran bahan kimia dan gas yang membentuk cairan dan berubah menjadi massa lengket berwarna kecoklatan. (Soedoko, 1993:19) Bahan tersebut tergolong korsinogen dan dapat menyebabkan perokok sukar bernafas.

3. Karbon Monoksida (CO)

Karbon Monoksida adalah gas beracun yang tidak berwarna dan tidak berasa dan gejala racunnya yaitu: sakit kepala, koma, depresi dan shock.

Pada saat asap tembakau dihisap karbon monoksida dan nikotin mengalir ke dalam aliran darah dengan cara yang sama seperti oksigen dan segera dialirkan keseluruh tubuh. Unsur-unsur asap tembakau yang tidak dihisap membentuk tar, yang akan berkumpul didalam alur udara, paru-paru dan gigi.

2.4.2 Per ilaku Merokok

Notoatmojo (1993) menjelaskan perilaku manusia merupakan hasil dari berbagai pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya yang berwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan kongkrit. Perilaku biasa terjadi apabila ada rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu pula. Oleh karena itu, dapat dijelaskan perilaku adalah merupakan respon individu terhadap stimulus yang bersal dari luar maupun dalam individu.

Lawrence green dalam Notoatmojo (1993) menyebutkan bahwa perilaku merokok terbentuk dari tiga faktor:

a) Faktor Predisposisi

Faktor Predisposisi antara lain: pengetahuan (pengetahuan rokok dan bahayanya, penyakit akibat-akibat rokok, jenis-jenis rokok, dan batasan perokok pasif), sikap terhadap orang yang merokok, kepercayaan (berhubungan dengan agama dan pandangan tentang rokok). Dan keyakinan

Dokumen terkait