• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Harun Al Rasyid (2013) jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Trunojoyo Madura, Bangkalan

dengan judul “Analisis Standar Kualifikasi Akademik Guru SD di Kecamatan Kras Kabupaten Kediri”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 174 guru SD (77%) di Kecamatan Kras Kabupaten Kediri yang telah memenuhi kualifikasi akademik guru dari 226 jumlah keseluruhan guru, sebanyak 52 orang guru (23%) yang masih belum mencapai kualifikasi akademik sebagaimana yang dipersyaratkan. Jumlah 23% tersebut didominasi oleh guru yang masih memiliki kualifikasi akademik Diploma II (DII) yakni sebanyak 17 orang (7,5%).

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Syaikhul Alim (2013) Manajemen Sekolah IAIN Walisongo dengan judul “Pengaruh Kualifikasi Pendidikan, Keikutsertaan Diklat dan Sikap Pada Profesi Terhadap Kompetensi Guru PAI SD di Kabupaten Pekalongan”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari kualifikasi pendidikan terhadap kompetensi guru PAI SD di Kab. Pekalongan dengan koefisien korelasi 0,388 dan sumbangan efektif sebesar 15,05%.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Iriyana Rahwi Narni (2012) dari Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul “Kontribusi Intensitas Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG), Pelatihan-Pelatihan, dan Kualifikasi Akademik terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar” menunjukkan bahwa (1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara intensitas kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) terhadap kinerja guru sebesar 0,324 dan kontribusi sebesar 10,5%; (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelatihan-pelatihan dengan kinerja guru sebesar 0,322 dan kontribusi sebesar 10,4%; (3) terdapat hubungan yang positif

dan signifikan antara kualifikasi akademik terhadap kinerja guru sebesar 0,303 dan kontribusi sebesar 9,2%; (4) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara intensitas kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG), pelatihan- pelatihan, dan kualifikasi akademik secara bersama-sama terhadap kinerja guru sebesar 0,482 dan kontribusi bersama-sama sebesar 23,2%.

Penelitian yang dilakukan oleh Meliaty Simbolon (2012) dengan judul “Pengaruh Akademik Guru dan Kompetensi Profesional terhadap Kinerja Guru Atas Dasar Penilaian Kepala Sekolah (Sensus Pada Guru Mata Pelajaran Kesesuaian Tingkat Sekolah Menengah Atas di Kota Binjai Sumatra Barat)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualifikasi akademik dan kompetensi profesional mempunyai pengaruh secara bersana-sama terhadap Kinerja Guru Seni atas dasar penilaian Kepala Sekolah di SMA Negeri dan Swasta Kota Binjai.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Neng Siti Marjan Syakirah (2013) Pendidikan Manajemen Perkantoran Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul “Pengaruh Kualifikasi Akademik terhadap Kompetensi Profesional Guru Produktif Program Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung dan SMK Pasundan 1 Bandung”. Hasil penelitian ini yaitu kualifikasi akademik berpengaruh cukup kuat terhadap kompetensi profesional guru.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Safrudin (2011) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia dengan judul “Analisis Hubungan Supervisi Kepala Sekolah Dan Kualifikasi Akademik Guru Terhadap Kompetensi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Di SMP Satu Atap Se-Kabupaten Indramayu”. Hasil penelitian ini yaitu tidak terdapat hubungan antara variabel

kualifikasi akademik terhadap variabel kompetensi guru dalam proses belajar mengajar disebabkan karena sebanyak 40% guru di SMPN Satu Atap di Kabupaten Indramayu mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

Thomas O. Abe (2014) dengan judul “The effect of theachers’

qualifications on performance in mathematics”. “Pengaruh Kualifikasi Guru

Dalam Kinerja Pembelajaran Matematika”. The result showed that a significant difference existed in the performance of students taught by professional teachers and non professional teachers, between students taught by NCE teachers and B.Sc and Sc.Ed. Teachers and also between B. Sc teachers and . Sc Ed. teachers at P < 0.05. The study recommended that, only qualified mathematics teachers should be allowed to teach mathematics at the secondary school level

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi siswa yang diajar oleh guru profesional dengan guru non profesional, diantara siswa yang diajarkan guru B. Sc (S. Si) dengan Sc. Ed (S. Pd) pada P < 0.05. Penelitian menyarankan bahwa hanya guru matematika berkualifikasi yang diijinkan untuk mengajar matematika pada tingkat sekolah menengah.

Lalu Olabode Thomas Owolabi (2012) Departement of Curriculum Studies, Ekiti State University, Ado-Ekiti, Nigeria yang berjudul “Effect of

Teacher’s Qualification on Performance of Senior Secondary School Physics Students: Implication on Technology in Nigeria”. “Pengaruh Kualifikasi Guru

Terhadap Prestasi Siswa Fisika Sekolah Menengah: Keterlibatan Teknologi di Nigeria”. The results revealed that students taught by teacher with higher

qualifications performed better than those taught by teachers with lower

qualifications. The result also showed that teacher’s gender has no effect on their

ability to impact knowledge students, much as he/she is a skilled teacher in that field of study. Hasil menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan oleh guru dengan kualifikasi tinggi lebih baik daripada mereka yang diajarkan oleh guru dengan kualifikasi rendah. Hasil juga memperlihatkan bahwa jenis kelamin guru tidak berpengaruh pada kemampuannya untuk memberikan pelajaran pada siswa selama dia menjadi guru yang handal di dalam pelajaran.

Esuh Ossai-Igwe Lucky (PhD) & Nurahimah Bt Mohd Yusoff (PhD) (2013) dengan judul “A Conceptual Framework On Teaching Qualifications, Characteristics, Competence And Lecturer Performance For Higher Education Institutions In Nigeria”. “Sebuah Kerangka Konseptual Kualifikasi Mengajar,

Karakteristik, Kompetensi dan Performa Pengajar untuk Lembaga Pendidikan Tinggi di Nigeria”. This theoretical paper examines the relationship between the teaching qualification, lecturer’s characteristic, lecturer’s competence and lecturer’s performance. As posited by the competency-based education theory (CBET) and personality theory, teacher’s characteristics and competence affect lecturer’s performance. Thus, within the context of these theories, it is argued here that lecturer’s activities and their characteristics would effectively affect lecturer’s performance. Tulisan teori ini menguji hubungan antara kualifikasi mengajar, karakteristik pengajar, kemampuan pengajar dan performa pengajar. Telah diungkapkan dalam teori pendidikan berbasis kompetensi dan teori kepribadian, karakteristik dan kemampuan pengajar berpengaruh pada performa

pengajar itu sendiri. Jadi, dengan konteks teori tersebut, dituliskan disini bahwa aktifitas pengajar dan karakteristik mereka berpengaruh efektif pada performa pengajar.

Berdasarkan kajian sebelumnya, penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Perbedaannya terdapat pada lokasi penelitian, jumlah populasi, jumlah sampel dan jumlah variabel penelitian. Persamaan dari penelitian ini yakni sama-sama menggunakan variabel kualifikasi akademik sebagai variabel yang akan digunakan.

2.3

Kerangka Berpikir

Guru merupakan kedudukan yang sangat penting dalam pembelajaran. Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik dalam sistem pendidikan, maka perlu dikembangkan guru yang profesional dengan memiliki syarat tertentu, di antaranya adalah harus memiliki kualifikasi dan kompetensi. Kualifikasi berhubungan erat terhadap kinerja guru dalam menjalankan tugasnya. Kualifikasi dapat menunjukkan kredibilitas dalam melaksanakan tugas yang dimilikinya. Dengan demikian, kualifikasi seorang guru yang tinggi tentu dianggap memiliki kinerja guru yang tinggi pula.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Keterangan:

Variabel Bebas (X) adalah Kualifikasi Akademik, dengan indikator meliputi: 1) Kualifikasi Akademik minimum DIV/S 1

2) Latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan 3) Sertifikasi profesi guru

Variabel Terikat (Y) adalah Kinerja Guru, dengan indikator meliputi: 1) Perencanaan Pembelajaran

2) Pelaksanaan Pembelajaran 3) Evaluasi Pembelajaran

2.4

Hipotesis Penelitian

Riduwan (2013:9), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan

Kualifikasi Akademik (X) - Kualifikasi Akademik minimum

DIV/S 1

- Latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan

- Sertifikasi profesi guru

Kinerja Guru ( Y ) - Perencanaan Pembelajaran - Pelaksanaan Pembelajaran - Evaluasi Pembelajaran

dari landasan teori atau kajian teori dan masih harus diuji kebenarannya. Dalam penelitian ini dikemukakan:

H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kualifikasi akademik terhadap kinerja guru SD Dabin I dan IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara kualifikasi akademik terhadap kinerja guru SD Dabin I dan IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

41

BAB 3

METODE PENELITIAN

Bagian metodologi penelitian berisi penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Hal-hal tersebut antara lain : desain penelitian; variabel penelitian; populasi dan sampel; definisi operasional; teknik pengumpulan data; instrumen penelitian; dan analisis data. Berikut uraian selengkapnya:

3.1

Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ex post facto. Sugiyono (1997) dalam Riduwan (2013:50) mengatakan “penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut”.

Kerlinger (1973) dalam Emzir (2012:119) menyatakan “penelitian kausal komparatif (causal comparative research) yang disebut juga sebagai penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis dimana ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi”. Sedang Gay dalam Emzir (2012: 119) mengatakan ”penelitian ex post facto adalah penelitian dimana peneliti berusaha menentukan penyebab atau

alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu”.

Berdasarkan pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian ex post facto merupakan penelitian yang dilakukan umtuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui penyebab atau alasan kejadian tersebut, sehingga variabel tersebut tidak dapat dimanipulasi.

Gambar 3.1 Gambar Desain Penelitian

3.2

Variabel Penelitian

“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”, (Sugiyono, 2014:3). Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu:

3.2.1 Variabel Bebas (Independen)

Sugiyono (2014: 4) menerangkan bahwa, “variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah kualifikasi akademik guru (X).

3.2.2 Variabel Terikat (Dependen)

Sugiyono (2014: 4) menjelaskan bahwa “variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kinerja guru SD daerah binaan I dan IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

Dokumen terkait