• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Filologis Terhadap Shafwah al-Tafasir

Reverensi utama kajian ini adalah Safwat al-Tafâsîr karya al-Sâbûnî. Pada awalnya kitab ini dicetak oleh tiga penerbit yaitu; Bairut, Dar al-Qur’an al- Karim dan Dar al-Qalam, dan juga Jeddah, Maktabah Jeddah. Ketiga penerbit tersebut mencetak sebanyak lima kali cetakan, dan yang pertama kali dicetak oleh Dar al-Qur’an al-Karim Bairut tahun 1400 H.

Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya kitab ini dicetak pula di Indonesia oleh Dar al-Kutub al-Islamiyah, yang pertama kali dicetak pada tahun 1420 H/ 1999 M. Dalam mengkaji kajian filologi kitab ini, peneliti mengambilnya dari terbitan Indonesia yang dicetak oleh Dar al-Kutub al-lslamiyah, Cetakan edisi pertama ini dapat diidentifikasi kondisi fisiknya sebagaimana berikut:

Desain sampul : Sampul berwama hitam bertuliskan nama kitab, nama pengarang, dan nama penerbit.

Sampul Dalam: Terdapat satu lembar yang bertuliskan judul buku, sumber penafsiran peneliti. nama peneliti, dan nama penerbit,

Lembar pertama : Setelah satu lembar sampul dalam, terdapat surat yang ditulis langsung oleh al-Sabuni untuk penerbit Dar al-Kutub al-Islamiyah dengan tulisan tangan.

Lembar ke dua sampai tujuh : kitab ini menyertakan pula beberapa sambutan dari para ulama.

Badruzzaman M. Yunus & Sofyana Jamil

Dalam lembaran-lembaran ini terdapat sambutan dari guru besar al-Azhar Abdul Halim Mahmud, Ketua Majlis Qadha di Masjid al-Haram Abdullah bi Hamid, Ketua Perkumpulan Ulama India Ali al-Hasan, Rektor Universitas Malk Abdul Aziz Abdullah Umar Nashif, Dekan Fakultas Syariah dan Dirasat Rasyid bin Rajih. Khatib Masjid al-Haram Abdullah Khayyat, dan yang terakhir sambutan dari Ketua Jurusan Dakwah dan Ushuluddin Muhammad al-Ghazali

Lembaran ke delapan: setelah menyertakan beberapa sambutan, kemudian barulah Muqaddimah atau sambutan yang di sampaikan al-Sabuni yang ditulis pada 1399 H. Layout Konten : Pada juz I, diawali dengan surah al-Fatihah dan diteruskan dengan surat-surat selanjutnya sesuai dengan susunan mushaf .. Buku ini ditulis dengan kertas berukuran A5, Font arab ditulis dengan Traditional Arabic. Dan pada akhir setiap jilidnya al-Sabuni mencantumkan daftar tema dan daftar hadis-hadis Nabi saw yang terdapat pada jilid tersebut.

Motivasi Penelitian Shafwah al-Tafasir

Setiap penafsir dalam menulis kitab tafsir pasti mempunyai motivasi atau latar belakang. Berdasarkan motivasi tersebut seorang penafsir mempunyai dorongan untuk menyelesaikan karyanya. Al-Shabuni termotivasi untuk menulis tafsir yang sangat ringkas karena realitasnya banyak muslim yang waktunya habis untuk mengejar kehidupan dunia, sehingga tidak mempunyai waktu untuk mengkaji tafsir-tafsir yang sudah disusun oleh ulama-ulama tafsir terdahulu. Mereka telah menjelaskan Al-Qur’an dan

Badruzzaman M. Yunus & Sofyana Jamil

memperincinya baik dari segi balagah, kemukjizatan, gramatika, syari’ah, akhlaq dan hukum-hukumnya.

Tidak bisa dipungkiri banyak tafsir-tafsir terdahulu yang fokus dengan kecenderungan keilmuannya sehingga bagi muslim yang ingin mentadaburi Al-Qur’an tidak akan mendapatkan petunjuk (hudan) seperti tujuan diturunkannya. Malahan terkesan seperti kajian ilmu retorika, gramatika, fiqih dan teologi. Seperti yang dikemukakan Gamma al-Banna para penafsir klasik melihat Al-Qur’an bagaikan samudra yang tidak mungkin diarungi dan diukur kedalamannya sehingga usaha mereka hanya mendapatkan sekedarnya saja, sesuai dengan kemampuan yang mereka kuasai. Sementara itu sebagian lagi menyombongkan diri dan mengklaim atau membuat-buat komentar dari riwayat yang mereka ketahui dengan sekehendak mereka.210

Para mufasir terdahulu sangatlah berjasa pada perkembangan tafsir selanjutnya. Namun tidak menutup kemungkinan sebagai penerus tongkat estafet, untuk meninjau kembali faktor yang melatar belakangi penafsiran mereka. Misalnya asumsi yang mereka anut sebelum menafsirkan Al-Qur’an. Seperti halnya para ahli gramatika yang masuk pada medan tafsir menggunakan kaidah-kaidah gramatika yang mereka pahami. Padahal dalam Al-Qur’an ada sisi-sisi yang mengabaikan kaidah-kaidah mereka. Para fanatik mazhab memaksakan interpretasi mereka terhadap ayat Al-Qur’an yang tidak sejalan dengan madzhab mereka.

210 Gamma Al-Banna, Evolusi Tafsir, Terj. Novriantoni Kahar (Jakarta: Qisthi Pres, 2004). hlm. 36.

Badruzzaman M. Yunus & Sofyana Jamil

Maka ada sebagian dari mereka yang menginterpretasikan Al-Qur’an secara serampangan. Sementara itu para ahli sejarawan yang tidak mempunyai metodologi cenderung menjadi tawanan pemalsu hadits dan sanad-sanad.211

Kekeliruan para penafsir tersebut adalah keasyikan mereka berkecimpung dengan kecenderungannya masing-masing dan obsesi berlebih untuk melegitimasi pemahaman mereka, sehingga mereka lupa untuk menunjukan spirit yang ada dalam Al-Qur’an. Semangat yang ada dalam Al-Qur’an adalah keseluruhan rangkaian ayat yang tersusun dan terjalin menjadi kitab yang utuh yang mengandung semangat menghidupkan, membangkitkan, dan memberikan tuntunan kepada jalan pencerahan umat manusia. 212

Terlepas dari alasan tersebut, Al-Shabuni menyadari bahwa yang berkewajiban untuk memberikan pemahaman tentang Al-Qur’an kepada manusia adalah para ulama, ulama sekarang mempunyai kewajiban meneruskan tongkat estafet peranan ulama terdahulu. Dengan memudahkan manusia untuk menyelami makna Al-Qur’an dengan penjelasan yang murni, memahami Al-Qur’an dengan uslub-uslub yang jelas, tidak ada penjelasan yang panjang, tidak hanya menjelaskan dari sisi aqidah dan syari’ah tetapi memunculkan juga dari

211 Gamma Al-Banna, Evolusi Tafsir, Terj. Novriantoni Kahar (Jakarta: Qisthi Pres, 2004). hlm. 38.

212 Gamma Al-Banna, Evolusi Tafsir, Terj. Novriantoni Kahar (Jakarta: Qisthi Pres, 2004). hlm. 38.

Badruzzaman M. Yunus & Sofyana Jamil

sisi kemukjizatan, serta dari sisi retorika Al-Qur’an, Sistematika dan Metode.213

Al-Shabuni merasa belum menemukan kitab-kitab tafsir terdahulu yang mempunyai kriteria seperti yang dijelaskannya, sehingga ia tergerak untuk menyusun Shafwah al-Tafasir. Dengan harapan bisa mempermudah pengkaji Al-Qur’an untuk memahami pesan-pesan yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan menambah keyakinan dan keimanannya.

Lebih jauh lagi, Al-Shabuni memberi nama kitabnya berdasarkan motivasi tersebut, dengan nama “Shafwah al-Tafasir: Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Jami Bayan Al-Ma’tsur Wa Al-Ma’qul Mustamidda Min Awtsaq Kutub Al- Tafasir, Al-Thabari, al-Kasyaf, Al-Alusi, Ibnu Katsir, Bahr Muhit Wa Ghairuha Bi Uslubi Muyassar Wa Tandimu Al-Hadits Ma’al Inayah Bil Wujuhi Al-Bayanah Wa Al-Lughawiyyah” penamaan tersebut dikarenakan dalam penyususnannya kitab ini mengambil penafsiran dari kitab-kitab besar dengan mengkomparasikannya secara rinci, ringkas, kronologis dan sistematis.

Penamaan tersebut diharapkan bisa menjadi support bagi umat Islam untuk terus mengkaji Al-Qur’an. Shafwah al-Tafasir menurut penelitianya, telah mewakili seluruh tafsir yang ada, karena telah mengkomparasikan antara tafsir ma’tsur dan ma’qul dari tafsir-tafsir yang besar. Menurut pengarangnya, Shafwah al-Tafasir dianggap telah mewakili

213 Muẖammad Ali Al-Shâbûnî, Shafwah al-Tafâsîr Op.Cit. hlm 14

Badruzzaman M. Yunus & Sofyana Jamil

pemikiran tafsir pada zamannya bahkan melewati zamannya.214