kecernaan protein, lemak dan karbohidrat secara in vitro ... 31 Hasil... 31 Pembahasan ... 32 Simpulan ... 33 Tahap 2. Kajian kecernaan dan enzimatik benih ikan mas yang
diberi pakan berupa tepung biji kapuk berbeda ... 33 Hasil... 33 Pembahasan ... 35 Simpulan ... 36 Tahap 3. Kajian gambaran darah, histologi, dan kinerja
pertumbuhan benih ikan mas yang diberi pakan bertepung biji
kapuk berbeda ... 36 Hasil... 36 Pembahasan ... 53 Simpulan ... 58 Pembahasan Umum ... 58 SIMPULAN DAN SARAN... 63 Simpulan ... 63 Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA ... 65
DAFTAR TABEL
1 Kebutuhan makronutrien ikan mas, Cyprinus carpio (Webster dan
Lim 2002) ... 8 2 Daya cerna dan faktor-faktor pembatas berbagai jenis bahan baku
pakan (Hertrampf & Felicitas 2000) ... 9 3 Komposisi bahan dan proksimat pakan penelitian (% bobot
kering) ... 24 4 Komposisi bahan dan proksimat pakan penelitian (% bobot
kering) ... 26 5 Laju kecernaan protease, lipase dan amilase pada konsentrasi
DAFTAR GAMBAR
1 Struktur senyawa asam siklopropenoat (Halver dan Hardi 2002) ... 13 2 Struktur gossypol (polyphenol) (Cai et al. 2004) ... 14 3 Nilai kecernaan protein, lemak dan karbohidrat pada persentase
subtrat tepung biji kapuk berbeda secara in vitro ... 31 4 Analisis kecernaan (%) protein, lemak, karbohidrat, total dan
energi dari setiap perlakuan ... 34 5 Aktivitas enzim protease, lipase, dan amylase dalam saluran
pencernaan ikan mas pada setiap perlakuan ... 34 6 Kandungan ALS dalam hati, ginjal dan darah ikan mas yang
diberi pakan bertepung biji kapuk berbeda pada akhir penelitian
(60 hari) ... 36 7 Kandungan gossypol dalam hati, ginjal dan darah ikan mas yang
diberi pakan bertepung biji kapuk berbeda pada akhir penelitian
(selama 60 hari) ... 37 8 Rataan kandungan eritrosit dan leukosit dalam darah benih ikan
mas yang diberi pakan bertepung biji kapuk berbeda pada akhir
penelitian (selama 60 hari) ... 38 9 Rataan persentase kandungan limfosit, neurotropil dan monosit
dalam darah benih ikan mas yang diberi pakan bertepung biji
kapuk berbeda pada akhir penelitian (selama 60 hari) ... 39 10 Rataan kandungan haemotokrit dan haemoglobin dalam darah
benih ikan mas yang diberi pakan bertepung biji kapuk berbeda
selama 60 hari ... 41 11 Rataan kandungan bilirubin dalam darah benih ikan mas yang
diberi pakan bertepung biji kapuk berbeda selama 60 hari ... 42 12 Rataan kandungan glukosa darah benih ikan mas yang diberi
pakan bertepung biji kapuk berbeda selama 60 hari ... 42 13 Rataan kandungan glikogen hati dan otot benih ikan mas yang
diberi pakan bertepung biji kapuk berbeda selama 60 hari ... 43 14 Histologi hati ikan yang diberi pakan yang mengandung TBK
berbeda ... 44 15 Histologi ginjal ikan yang diberi pakan yang mengandung TBK
berbeda ... 45 16 Indeks somatik hati benih ikan mas yang diberi pakan bertepung
biji kapuk berbeda selama 60 hari ... 46 17 Indeks somatik ginjal benih ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama 60 hari... 47 18 Komposisi asam lemak tubuh (ALT) benih ikan mas yang diberi
pakan bertepung biji kapuk berbeda ... 48 19 Total pakan yang dikonsumsi ikan mas dari setiap perlakuan
pemberian pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian... 49 20 Retensi protein dan lemak pada tubuh benih ikan mas yang diberi
pakan bertepung biji kapuk berbeda ... 50 21 Laju pertumbuhan harian benih ikan mas yang diberi pakan
22 Efisiensi pakan pada benih ikan mas yang diberi pakan bertepung
biji kapuk berbeda ... 52 23 Rataan tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas yang diberi
DAFTAR LAMPIRAN
1 Prosedur analisis kecernaan protein dan karbohidrat secara in
vitro (Muchtadi 1989) ... 73 2 Prosedur percobaan pengukuran kecernaan lemak dalam biji
kapuk secara in vitro (AOAC 1995) ... 75 3 Prosedur analisis proksimat (kadar air, protein, lemak, serat kasar,
dan abu) menurut metode Takeuchi (1988) ... 75 4 Prosedur analisis gossypol (AOAC 1995) dan analisis kadar asam
lemak siklopropenoat dalam sampel (Zahirma1986) ... 78 5 Prosedur analisis kadar kromium oksida (Takeuchi 1988) ... 80 6 Prosedur pengukuran kualitas air ... 81 7 Prosedur analisis aktivitas enzim protease, amilase (Bregmeyer &
Grassi 1983) dan lipase (Tietz & Friedreck dalam Barlongan
1990) ... 85 8 Prosedur analisis gambaran darah pada ikan (morfologi sel,
haemoglobin, dan haematokrit) ... 87 9 Prosedur analisis glukosa terlarut dalam darah (Wedmeyer &
Yasutake 1977) ... 89 10 Prosedur analisis bilirubin (Jendrassik dan Gróf 2011) ... 90 11 Prosedur analisis glikogen dalam hati dan otot (Wedemeyer dan
Yasutake 1977) ... 91 12 Prosedur analisis histologi hati dan ginjal (Ligtner 1996 dalam
Hamzah 2004) ... 92 13 Prosedur analisis asam lemak dalam tubuh ikan (Watanabe 1988;
Apriyantono et al. 1989) ... 96 14 Hasil analisis proksimat, antinutrisi gossypol, asam lemak
siklopropenat, asam amino, dan asam lemak dalam tepung biji
kapuk, minyak biji kapuk, dan tepung bungkil biji kapuk ... 97 15 Hasil kecernaan protein, lemak dan karbohidrat secara in vitro
(%) ... 97 16 Bobot gram ikan mas yang diberi pakan bertepung biji kapuk
berbeda pada awal penelitian (gram) ... 98 17 Analisis ragam bobot ikan mas yang diberi pakan bertepung biji
kapuk berbeda pada awal penelitian ... 98 18 Bobot ikan mas yang diberi pakan bertepung biji kapuk berbeda
pada hari ke-30 (gram) ... 99 19 Analisis ragam bobot ikan mas yang diberi pakan bertepung biji
kapuk berbeda pada hari ke-30 ... 99 20 Bobot ikan mas yang diberi pakan bertepung biji kapuk berbeda
pada hari ke-60 (gram) ... 100 21 Analisis ragam bobot ikan mas yang diberi pakan bertepung biji
kapuk berbeda pada hari ke-60 ... 100 22 Kecernaan pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian
tahap kedua (%) ... 101 23 Analisis ragam kecernaan protein pada pakan bertepung biji
24 Analisis ragam kecernaan lemak pada pakan bertepung biji kapuk
berbeda selama penelitian... 102 25 Analisis ragam kecernaan karbohidrat pada pakan bertepung biji
kapuk berbeda selama penelitian ... 102 26 Analisis ragam kecernaan energi pada pakan bertepung biji kapuk
berbeda selama penelitian... 103 27 Analisis ragam kecernaan total pada pakan bertepung biji kapuk
berbeda selama penelitian... 103 28 Aktivitas enzim pada ikan mas yang diberi pakan bertepung biji
kapuk berbeda selama penelitian (IU/ml.menit) ... 104 29 Analisis ragam aktivitas enzim protease pada ikan mas yang
diberi pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian... 104 30 Analisis ragam aktivitas enzim lipase pada ikan mas yang diberi
pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 105 31 Analisis ragam aktivitas enzim amilase pada ikan mas yang diberi
pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 105 32 Kadar asam siklopropenat dalam hati ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian (ppm) ... 106 33 Analisis ragam asam siklopropenat dalam hati ikan mas yang
diberi pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian... 106 34 Kadar asam siklopropenat dalam ginjal ikan mas yang diberi
pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian (ppm) ... 106 35 Analisis ragam asam siklopropenat dalam ginjal ikan mas yang
diberi pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian... 107 36 Kadar asam siklopropenat dalam darah ikan mas yang diberi
pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian (ppm) ... 107 37 Analisis ragam asam siklopropenat dalam darah ikan mas yang
diberi pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian... 107 38 Kadar gossypol dalam hati ikan mas yang diberi pakan bertepung
biji kapuk berbeda selama penelitian (ppm) ... 108 39 Analisis ragam gossypol dalam hati ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 108 40 Kadar gossypol dalam ginjal ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian (ppm) ... 109 41 Analisis ragam gossypol dalam ginjal ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 109 42 Kadar gossypol dalam darah ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian (ppm) ... 109 43 Analisis ragam gossypol dalam darah ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 110 44 Gambaran darah ikan mas yang diberi pakan bertepung biji kapuk
berbeda selama penelitian... 111 45 Analisis ragam total eritrosit dalam darah ikan mas yang diberi
pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 111 46 Analisis ragam total leukosit dalam darah ikan mas yang diberi
pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 111 47 Analisis ragam limposit dalam darah ikan mas yang diberi pakan
48 Analisis ragam neurotropil dalam darah ikan mas yang diberi
pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 112 49 Analisis ragam monosit dalam darah ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 113 50 Analisis ragam hematokrit dalam darah ikan mas yang diberi
pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 113 51 Analisis ragam haemoglobin dalam darah ikan mas yang diberi
pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 114 52 Total bilirubin pada ikan mas yang diberi pakan bertepung biji
kapuk berbeda selama penelitian (mg/dL) ... 114 53 Analisis ragam total bilirubin pada ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 115 54 Kadar glukosa darah ikan mas yang diberi pakan bertepung biji
kapuk berbeda selama penelitian (mg/100mL) ... 115 55 Analisis ragam glukosa darah ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 115 56 Kadar glikogen hati ikan mas yang diberi pakan bertepung biji
kapuk berbeda selama penelitian (mg/mL) ... 116 57 Analisis ragam glikogen hati ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 116 58 Kadar glikogen otot ikan mas yang diberi pakan bertepung biji
kapuk berbeda selama penelitian (mg/mL) ... 117 59 Analisis ragam glikogen otot ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 117 60 Indeks somatik hati ikan mas yang diberi pakan bertepung biji
kapuk berbeda selama penelitian (%) ... 118 61 Analisis ragam indeks somatik hati ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 118 62 Indeks somatik ginjal ikan mas yang diberi pakan bertepung biji
kapuk berbeda selama penelitian (%) ... 119 63 Analisis ragam indeks somatik ginjal ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 119 64 Kadar asam lemak tubuh ikan mas yang diberi pakan bertepung
biji kapuk berbeda selama penelitian (mg/100 gr) ... 120 65 Analisis ragam asam lemak tubuh ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 120 66 Konsumsi pakan ikan mas yang diberi pakan bertepung biji kapuk
berbeda selama penelitian 0-30 hari (gram) ... 121 67 Analisis ragam konsumsi pakan ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian 0-30 hari ... 121 68 Konsumsi pakan ikan mas yang diberi pakan bertepung biji kapuk
berbeda selama penelitian 0-60 hari (gram) ... 121 69 Analisis ragam konsumsi pakan ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian 0-60 hari ... 122 70 Perhitungan retensi lemak dan retensi protein ikan mas yang
diberi pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian (%) ... 123 71 Analisis ragam retensi protein ikan mas yang diberi pakan
72 Analisis ragam retensi lemak ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 124 73 Laju pertumbuhan harian ikan mas yang diberi pakan bertepung
biji kapuk berbeda selama penelitian 0-30 hari (%) ... 125 74 Analisis ragam laju pertumbuhan harian ikan mas yang diberi
pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian 0-30 Hari ... 125 75 Laju pertumbuhan harian ikan mas yang diberi pakan bertepung
biji kapuk berbeda selama penelitian 0-60 hari (%) ... 126 76 Analisis ragam laju pertumbuhan harian ikan mas yang diberi
pakan bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian 0-60 hari ... 127 77 Efisiensi pakan pada ikan mas yang diberi pakan bertepung biji
kapuk berbeda selama penelitian (%) ... 128 78 Analisis ragam efisiensi pakan pada ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian ... 128 79 Kelangsungan hidup ikan mas yang diberi pakan bertepung biji
kapuk berbeda selama penelitian 0-30 hari (%) ... 129 80 Analisis ragam kelangsungan hidup ikan mas yang diberi pakan
bertepung biji kapuk berbeda selama penelitian 0-30 hari ... 130 81 Kelangsungan hidup ikan mas yang diberi pakan bertepung biji
kapuk berbeda selama penelitian 0-60 hari (%) ... 131 82 Analisis ragam kelangsungan hidup ikan mas yang diberi pakan
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pada budidaya ikan intensif pakan buatan berkontribusi sangat besar dalam struktur biaya produksi sekitar 40-89% (Suprayudi 2010). Pakan merupakan salah satu komponen input yang penting karena di samping dapat menentukan koefisien teknis budidaya seperti pertumbuhan (SGR), kelangsungan hidup (SR), konversi pakan (FCR), biomass dan waktu budidaya, pakan juga menentukan beban dalam lingkungan budidaya akibat limbah yang dihasilkan ikan baik berasal dari pakan yang tidak termakan, tidak dicerna maupun limbah metabolisme.
Saat ini hampir semua bahan baku pakan diimpor. Tepung ikan, tepung tulang dan daging, tepung ternak dan bungkil kedelai umumnya digunakan sebagai sumber protein hewani dan nabati. Bahan tersebut memiliki kadar protein yang tinggi di atas 20% dan memiliki profil asam amino dan asam lemak yang seimbang dengan yang dibutuhkan ikan dan mengandung sangat sedikit senyawa anti nutrisi (Allan et al. 2000). Namun ketersediaan tepung ikan bersifat fluktuatif dan harganya relatif mahal karena Indonesia masih mengimpor tepung ikan. Untuk tepung ikan sebagai contoh, pada tahun 2004-2009 impor tepung ikan meningkat dari 28.620,57 ton menjadi 47.518,97 ton (kenaikan sekitar 15,14%) dengan harga rata-rata per ton 916,12 U$D (KKP 2010). Demikian juga dengan tepung kedelai, penggunaannya bersaing dengan bahan pangan, dan masih diimpor, sehingga harganya pun mahal. Oleh karena itu perlu dicari sumber protein alternatif yang berbasis lokal, merupakan hasil samping, kontinuitas suplai terjamin, berkualitas dan harga yang kompetitif (Suprayudi 2010).
Tepung biji kapuk yang berasal dari buah kapuk merupakan hasil ikutan yang penting karena dua pertiga bagian berat buah kapuk adalah biji. Biji kapuk merupakan hasil sampingan pertanian yang cukup banyak di Indonesia terutama di Pulau jawa dan Sulawesi dengan potensi sekitar 114 ribu ton/tahun (BPTRO 2006). Biji kapuk mengandung protein kasar 28-34%, lemak 22-40% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen 25-35% (Lubis 1963; Parakkasi 1983; Kardivel et al.
1984; Hartutik 2000; Mazida 2007). Minyak biji kapuk mengandung asam oleat sekitar 50%, asam linoleat 30%, asam palmitat 15%, dan asam lemak linolenat
sebesar 5% (Allen et al. 1984). Berdasarkan karakteristik bahan tersebut maka biji kapuk dapat dijadikan bahan baku pakan sebagai sumber protein dan asam lemak. Namun demikian, biji kapuk juga mengandung zat anti nutrisi yakni gossypol (FG) dan asam lemak siklopropenoat (ALS). FG merupakan nama umum dari polyphenol yang terdapat dalam jaringan tanaman bergenus
Gossypium dan beberapa family Malvaceae seperti pada tanaman kapas dan kapuk. Asam-asam phenolic yang terdapat dalam gossypol dapat membentuk senyawa komplek dengan protein serta menghambat kerja enzim proteolitik seperti trypsin dan pepsin (Morgan 1989; Cai et al. 2004). ALS pada konsentrasi yang berlebih dapat menyebabkan nekrosis pada organ dan penurunan pertumbuhan (Muskita 2012; Li dan Robinson 2006; Yildirim et al. 2003; Herman 1970).
Informasi kajian ilmiah pemanfaatan biji kapuk pada hewan akuatik masih sangat jarang. Biji kapas merupakan bahan baku yang menyerupai biji kapuk baik dalam hal kandungan nutrient dan zat anti nutrisi. Pada udang putih (Lytopenaeus vannamei) dengan sistem peredaran darah terbuka, biji kapas dapat dimanfaatkan sampai 15% (Lim 1996). Muskita (2012) melaporkan bahwa bungkil biji kapuk hanya dapat dimanfaatkan sampai 5% dalam pakan. Jika dibandingkan antara hasil penelitian Lim (1996) dan Muskita (2012) terlihat bahwa zat anti nutrisi pada biji kapuk lebih berdampak negatif terhadap pertumbuhan dibanding biji kapas. Kajian ilmiah pemanafaatan biji kapas pada berbagai jenis hewan akuatik yang memiliki sistem peredaran darah tertutup, dilaporkan bahwa biji kapas dapat dimanfaatakan mulai dari 10-50% (Robinson & Brent 1989; Robinson & Lim 1994; Dabrowski et al. 2000) Selanjutnya Hertrampf & Felicitas (2000) menyatakan bahwa kecernaan biji kapas pada ikan lele (Ichtalurus sp) berkisar antar 71,2-90,6% dan pada ikan common carp (Cyprinus sp) antara 46,5-87,3%. Terlihat bahwa ikan lele lebih mampu mencerna biji kapas dibanding ikan common carp. Hal ini diduga kemampuan cerna tersebut terkait dengan perbedaan sistem pencernaan, ikan lele memiliki lambung dan common carp
hanya memiliki lambung palsu. Di Blitang Sumatra Selatan, (Suyanto 1 Oktober 2010, komunikasi pribadi) melaporkan bahwa ikan bawal tawar (Colossoma macropomum) yang memiliki lambung dapat hidup dan tumbuh dengan diberi
pakan 100% biji kapuk atau kombinasi antara biji kapuk dan pelet masing-masing sebesar 93% dan 7%, atau 72% dan 28%. Ikan dengan bobot rata-rata awal 10-12,5 g menjadi 100-125 g/ekor setelah dipelihara selama 2-3 bulan dengan konversi pakan berkisar 2,5-3,5.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dalam penelitian ini dilakukan evaluasi penggunaan tepung biji kapuk sebagai bahan baku pakan ikan yang memiliki lambung palsu. Dalam studi ini digunakan ikan mas, Cyprinus carpio L.
Perumusan Masalah
Untuk tumbuh dan berkembang ikan membutuhkan nutrien yang cukup dan berimbang. Kebutuhan nutrien tersebut disuplai melalui pakan buatan. Hingga saat ini bahan baku penyusun pakan hampir 85% diimpor. Hal itu yang menjadi salah satu sebab harga pakan meningkat drastis selama 1 dekade ini. Oleh karena itu perlu dicari alternatif bahan baku dengan persyaratan kualifikasi berbasis lokal, berkualitas, berbasis industri dan harga kompetitif. Biji kapuk merupakan salah satu kandidat yang dipilih karena memenuhi kualifikasi bahan baku pakan ikan. Pemanfaat biji kapuk pada ikan dihadapkan pada kandungan zat anti nutrisi baik berupa gossypol atau asam lemak siklopropenoat. Asam lemak siklopropenoat dapat menghambat sistem desaturasi asam lemak sehingga mempengaruhi metabolisme lipid, abnormalitas secara histologi termasuk nekrosis hepatosit. Sementara gossypol mengandung senyawa fenol yang dapat menghambat kerja enzim proteolitik seperti tripsin dan pepsin, sehingga dapat mengurangi nafsu makan, kehilangan berat badan, dan anemia. Dampak negatif ke dua zat anti nutrisi tersebut berbeda pada setiap jenis ikan terkait kelengkapan organ pencernaanya. Pada beberapa jenis ikan seperti bawal yang memiliki lambung, 100% biji kapuk dapat dimanfaatkan dengan baik, pada ikan nila penggunaan biji kapas maksimum pada level 50%. Pada ikan mas yang memiliki lambung palsu bagaimana dampak dari biji kapuk terhadap palatabilitas, kecernaan, enzimatik, histologis dan kinerja pertumbuhan perlu dikaji.
Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengkaji secara in vitro, kecernaan protein, lemak dan karbohidrat dari tepung biji kapuk sebagai bahan baku pakan ikan mas.
2. Mengkaji kecernaan dan kinerja enzimatik ikan mas yang diberi pakan bertepung biji kapuk.
3. Mengkaji gambaran darah, histologis dan kinerja pertumbuhan ikan mas yang diberi pakan dengan protein bersumber dari tepung biji kapuk.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah informasi tentang bahan baku sebagai sumber protein nabati yang mudah diperoleh, harga murah dan nutrien sesuai kebutuhan ikan, sehingga dapat meningkatkan produksi ikan mas secara efisien. Disamping itu, penelitian ini diharapkan juga dapat dijadikan model untuk pengkajian bahan baku lokal lainnya.
Perumusan Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian seperti tersebut di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah :
Jika biji kapuk dapat digunakan dalam pakan sampai tingkat tertentu tanpa mengganggu kecernaan, menimbulkan kerusakan organ, abnormalitas darah dan kinerja pertumbuhan, maka biji kapuk dapat digunakan sebagai bahan baku pakan, sehingga produksi ikan mas dan efisiensi pakan akan tinggi.
Tingkat Kebaruan (Novelty)
Kajian pemberian biji kapuk dalam pakan terhadap palatabilitas, enzimatik, kecernaan, gambaran darah, histologi, asam lemak tubuh dan kinerja pertumbuhan pada ikan berlambung palsu seperti ikan mas.
Secara in vivo Gossypol dan asam lemak siklopropenoat lebih menghambat kerja amilase dibanding protease dan lipase pada ikan berlambung palsu seperti ikan mas.
TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Nutrisi Ikan Mas
Dalam pakan ikan mas, makro dan mikro nutrien seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral harus terpenuhi agar ikan dapat tumbuh dan hidup sehat (Halver & Hardy 2002).
Protein
Protein diperlukan ikan untuk pertumbuhan, memperbaiki dan membangun jaringan tubuh, pembentukan enzim, hormon, dan antibodi dalam tubuh (Millamena et al. 2002). Protein merupakan suatu molekul kompleks yang terdiri dari asam amino esensial dan non-esensial. Asam amino esensial harus diberikan dari luar tubuh ikan melalui pakan karena tubuh ikan tidak dapat mensintesis sendiri, sedangkan asam amino non-esensial dapat disintesis oleh tubuh ikan. Kandungan kedua asam amino tersebut akan mendukung pertumbuhan ikan secara maksimal (Lovell 1989).
Kebutuhan protein setiap spesies ikan berbeda. Faktor yang menyebabkan perbedaan kebutuhan protein pakan adalah spesies ikan, ukuran ikan, umur ikan, kandungan energi pakan, kecernaan sumber protein, kualitas protein atau komposisi asam amino, tingkat pemberian pakan, suhu air, dan padat penebaran (Millamena et al. 2002; NRC 1993). Secara umum ikan membutuhkan protein sekitar 35–50% dalam pakannya (Hepher 1990). Ikan pada stadia awal membutuhkan protein yang lebih tinggi dibandingkan stadia dewasa pada jenis ikan yang sama. Kebutuhan protein optimal untuk ikan mas adalah 30-35% jika dalam pakan tersedia cukup energi yang dapat dicerna (Watanabe 1988; Webster & Lim 2002).
Lemak
Lemak merupakan salah satu makro nutrien penting bagi ikan sebagai sumber energi, juga menyediakan asam lemak essensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan. Sebagai sumber energi, lemak mendukung fungsi protein bagi pertumbuhan ikan. Asam lemak sessensial penting untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan, sumber steroid untuk menjaga sistem membran, transport lemak, dan sebagai prekusor hormon steroid. Lemak juga membantu dalam penyerapan vitamin yang larut lemak (vitamin A, D, E, K) (Millamena et al. 2002).
Lemak memegang peranan yang penting sebagai sumber energi dalam pakan ikan karnivora karena kemampuan menggunakan energi dari karbohidrat rendah. Berbeda dengan jenis ikan omnivora, seperti ikan mas mampu memanfaatkan lemak dan karbohidrat secara efektif sebagai sumber energi (Watanabe 1988). Millamena et al. (2002) menjelaskan bahwa ikan membutuhkan asam lemak ω3 dan ω6, berupa asam linolenat (18:3ω3), asam linoleat (18:2ω6), asam eicosapentaenoic (EPA, 20:5ω3), dan decosahexaenoic (DHA, 20:6ω3). Takeuchi et al. (2002) menyebutkan bahwa kebutuhan lemak dalam formulasi pakan ikan mas berkisar 5-15%, dengan kandungan asam linolenat (18:3ω3) dan asam linoleat (18:2ω6) masing-masing 1%. Pernyataan tersebut juga mendukung hasil penelitian Watanabe (1988) yang menyatakan bahwa ikan mas tumbuh dengan baik dan konversi pakan baik pada penambahan
18:3ω3 dan 18:2ω6 masing-masing 1% dalam formulasi pakan.