• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kualitas Udara oleh PPLH Universitas Lampung

AIR 1) Sunga

STORET Status

1) Kajian Kualitas Udara oleh PPLH Universitas Lampung

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Unila yang diketuai oleh Prof. KES Manik telah melakukan kajian kualitas udara di Kota Bandar Lampung pada Oktober 2008. Berdasarkan hasil penelitian Manik dkk (2008) diketahui beberapa parameter kualitas udara di Kota Bandar Lampung yang meliputi paramater fisik dan kimia. Parameter fisik diantaranya adalah: suhu, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, arah angin, cuaca, debu, dan kebisingan, sedangkan parameter kimia yaitu : NOx,CO, SOx, plumbum, NH3, dan H2S. Hasil

pengukuran kualitas udara tersebut tertera pada Tabel 2.24.

Hasil penelitian kualitas udara di beberapa titik di Kota Bandar Lampung, sebagaimana disajikan pada Tabel 2.24 menunjukkan bahwa secara umum keadaan parameter kualitas udara di Kota Bandar Lampung, masih berada di bawah baku mutu lingkungan (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MENLH/3/1995, tentang: Baku Mutu Emisi Sumber Bergerak), kecuali kebisingan. Di hampir semua titik pengamatan, kebisingan sudah melebihi nilai ambang batas Baku Mutu Lingkugan (BML) berlaku. Kebisingan tertinggi terjadidi terminal Rajabasa. Kebisingan ini terutama disebabkan oleh kendaraan bermotor. Hasil analisis menunjukkan bahwa angka kebisingan berkorelasi positif dengan banyaknya unit kendaraan (SMP) dengan mengikuti persamaan dan grafik sebagaimana disajikan pada Gambar 2.10.

Tabel 2.24 Kandungan beberapa variabel kualitas udara di beberapa tempat di Kota Bandar Lampung pada Oktober 2008 Lokasi NO PARAMETER Satuan B M L 1 2 3 4 5 6 7 A PARAMETER FISIK 1. S u h u q C -- 32 33 34 29 32 31 31 2. Kelembaban %RH -- 57 60 59 63 58 60 68

3. Kecepatan Angin m/det -- 0,17 0,20 0,08 0,15 0,20 0,18 0,27

4. Tekanan Udara mm Hg -- 760 760 760 760 760 760 760

5. Arah Angin -- B – T B – T B – T B – T B – T T-B B-T

6. Cuaca -- Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah

7. Debu µg/Nm3 230 187 195 138 115 164 158 71 8. Kebisingan dBA 70 70–71 72–73 73–74 66–67 74–75 68– 69 46–47 B PARAMETER KIMIA 9. NOx µg/Nm3 150 40,35 52,46 51,42 22,46 55,90 42,60 8,65 10. CO µg/Nm3 10.000 1750 1900 3100 1200 2300 1500 < 1100 11. SOx µg/Nm3 365 58,42 71,28 60,90 60,35 69,80 60,35 10,20 11. Plumbum µg Nm3 2 0,015 0,025 0,017 0,006 0,017 0,010 <0,005 13. NH3 mg/L 2 0,005 0,006 0,005 <0,005 0,006 <0,005 <0,005 14. H2S mg/L 0,02 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 Sumber: Manik dkk (2008) Keterangan:

1) Jalan Laksamana Malahayati (Depan Hotel Sahid) (10.05 - 11.05) 2) Areal Pelabuhan Panjang (Pintu Masuk Pelabuhan) (11.15 – 12.15) 3) Pasar Bawah (Depan Masjid At Taqwa) (12.25 – 13-25)

4) Pintu Gerbang Unila (Jl. Pagar Alam) (09.05 – 10.05) 5) Terminal Rajabasa (Depan Penantian Utama) (10.15- 11.15)

Gambar 2.9 Lokasi pengukuran kualitas udara di Bandar Lampung pada Oktober 2008

Di antara kendaraan bermotor, jenis yang memberikan kontribusi terbesar pada kebisingan adalah kelompok angkutan perkotaan (angkot) dan pickup. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa kelompok kendaraan tersebut tersebut menimbulkan kebisingan dengan mengikuti persamaan dan koefisien determinasi seperti ditunjukkan pada Gambar 2.11. Dibandingkan dengan kelompok kendaraan lain, kelompok kendaraan tersebut menghasilkan koefisien determinasi tertinggi.

y = 35,858x0,1089 R2 = 0,6604 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Jumlah Kendaraan (unit)

Kebis

ingan

(dBA

)

Gambar 2.11 Korelasi antara jumlah (unit) kendaraan angkot dengan kebisingan (dBA)

Tingginya tingkat kebisingan yang disebabkan oleh angkot diduga selain karena umur angkot umumnya sudah tua juga mesin dan knalpotnya kurang terawat sehingga menghasilkan suara yang keras. Dengan demikian, untuk mengurangi kebisingan yang disebabkan oleh angkot maka diperlukan pengaturan atau pembatasan umur kendaraan dan penggunaan knalpot.

Selain kebisingan, kondisi fisik udara kota Bandar Lampung yang menunjukkan kecenderungan menurun adalah kelembaban dan temperatur. Kelembaban di semua titik pengamatan kurang dari 70%. Padahal, rata-rata kelembaban udara di Provinsi Lampung dari tahun 2001 sampai 2004 tidak kurang dari 75%. Artinya, secara umum di Kota Bandar Lampung mulai terjadi penurunan kelembaban udara (Lampung Dalam Angka 2006).

kotor. Tumbuhan yang daunnya tertutup oleh debu akan terganggu pertumbuhannya karena fotosintesis tidak berlangsung dengan baik. Kadar debu akan meningkat di udara, terutama pada musim kemarau. Pencemaran akan semakin berat, jika terjadi angin kencang dan lalu lintas kendaraan cukup padat. Kandungan debu udara yang relatif tinggi terjadi di Jalan Laksamana Malahayati dan di areal Pelabuhan Panjang. Kedua lokasi tersebut terletak di sekitar pantai dan lebih banyak dilalui kendaraan truk besar dibandingkan dengan lokasi lain.

Dilihat dari aspek kimia udara, seluruh titik pengamatan menunjukkan angka yang masih berada di bawah BML. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa udara Kota Bandar Lampung relatif masih baik, belum tercemar. Apabila dibandingkan antara satu tempat dengan tempat yang lain, tempat yang kandungan bahan pencemar udaranya relatif tinggi adalah Jalan Laksamana Malahayati (depan Hotel Sahid). Kecuali H2S, hampir semua gas

pencemar (NOx, CO, SOx, Plumbum, dan NH3) di lokasi ini memiliki konsentrasi yang lebih

tinggi dibandingkan dengan di tempat lain.

Di atmosfer, NOx ditemukan dalam bentuk nitrous oksida (N2O,) nitrit oksida (NO), dan

nitrogen dioksida (NO2). NOx masuk ke atmosfer melalui proses biologis, terjadinya petir

(halilintar), dan pembakaran bahan bakar fosil. Di lokasi ini, NOx diduga berasal dari

pembakaran bahan bakar fosil, karena di lokasi ini banyak terdapat kendaraan truk besar yang bongkar muat digudang-gudang.

Peningkatan kadar CO di udara terutama bersumber dari bahan bakar yang mengandung karbon dan terjadinya pembakaran yang tidak sempurna pada mesin. Konsentrasi CO2

tertinggi terjadi di Pasar Bawah. Gas ini diduga bersumber dari pembakaran bahan bakar kendaraan. Lokasi ini merupakan tempat dengan jumlah kendaraan yang melintas paling banyak, mencapai 3.430,9 SMP.

Senyawa sulfur (belerang) yang banyak sebagai bahan pencemar adalah SO2, H2S, dan

sulfat. Sumber utama SO2 di udara adalah bahan bakar batubara dan industri. Selain itu,

SO2 juga berasal dari H2S yang dihasilkan oleh aktivitas mikroorganisme dalam proses

dekomposisi bahan organik. Seperti tersirat dalam uraian di atas, di lokasi ini banyak terdapat pergudangan dan pabrik pengolahan yang menggunakan bahan bakar fosil. Selain itu, SO2 juga bersumber dari proses pembusukan sampah, baik di pantai dan muara sungai.

Timah hitam masuk ke atmosfer terutama dari asap indutri dan kendaraan bermotor. Sama halnya dengan gas-gas lainnya, Pb dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna. Pb di udara berdampak negatif terhadap kesehatan manusia melalui pernapasan sehingga terjadi akumulasi Pb di dalam darah. Gangguan kesehatan manusia oleh Pb tergantung pada konsentrasinya di dalam darah. Akumulasi Pb dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf, tekanan darah tinggi, cepat lesu, keguguran janin, dan menurunkan kecerdasan anak-anak. Di areal ini, Pb diduga berasal dari pembakaran bahan bakar kendaraan, terutama kendaraan truk besar yang keluar-masuk gudang dan

Dokumen terkait