• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Literatur Arsitektur dengan JudulKelangsungan Bentuk Tradisional Dari Rumah Batak Di Pulau Samosir

2.3.1. Dr.-Ing. Himasari Hanan (2013), Kelangsungan Bentuk Tradisional Dari Rumah Batak Di Pulau Samosir, Jurnal Sains.

Metodologi Penelitian

Penelitian lapangan telah dilakukan dalam empat perkampungan tradisional (huta) yang memperlihatkan karakter yang berbeda dari rumah tradisional dan usaha yang dilakukan dalam melestarikan warisan dan menjaga lingkungan rumah tertata dengan baik. Semua perkampungan yang dipilih ini dihuni oleh kelaurga kerabat dan sebagian rumah adalah dalam kondisi yang baik untuk ditempati. Sebagian kecil perkampungan ini ditargetkan sebagai tujuan

wisatawan tetapi sisanya adalah merupakan rumah tinggal keluarga. Huta Siallagan diambil sebagai objek inti dan referensi dari penelitian untuk sejumlah alasan, : a) perkampungan ini masih dihuni oleh anggota kerabat,

b) perkampungan ini secara fisik adalah dalam keadaan baik seperti bentuk aslinya, c) pemukiman ini telah dikembangkan sebagai tujuan wisatawan yang penting, d) perkampungan ini adalah perkampungan tradisional khusus dari Batak Toba.

Huta lainnya diteliti adalah daerah sekitar huta Sillagan dengan jarak yang mendekati 20 km (1,2,3). Semua huta yang dipilih memenuhi kriteria yang sama sebagai objek inti, kecuali salah satus ebagai tujuan wisatawan, sehingga perbandingan antara konteks yang berbeda yang telah diuraikan. Rumah yang dipilih adalah sampel dari penelitian yang representatif dari perubahan fisik yang dilakukan dalam perkampungan dimaksud.

Survey lapangan dilakukan untuk mengidentifikasikan dan menganalisa bentuk asli dari rumah dan perubahn fisik yang berlangsung di rumah, yang secara signifikan mempengaruhi citra dan desain keseluruhan dari arsitektur tradisional. Fokus analisis ini adalah untuk mengidentifikasikan kecenderungan dan pola perluaan bangunan dan termasuk komposisi atap yang dapat mengatasi kelangsungan citra budaya dari rumah Batak. Penelitian ini terbatas pada analisis visual dari penampilan bangunan dan susunan unsur bangunan, yaitu sub struktur, dinding, atap dan bahan bangunan.

Tipologi perluasan bangunan

Gambar 2.21 Tipe 1 Huta Siallagan Sumber: Field study, 2010

Rumah asli dikembangkan di bagian belakang dengan meniru gaya bangunan aslinya. Komposisi yang harmonis dalam bagian muka bangunan adalah tetap dipertahankan meskipun posisinya yang tidak tepat pada tingkat yang sama pada bangunan baru dan lama. Bahan yang sama digunakan untuk substruktur, lampiran bangunan dan atap. Berbagai bukaan dinding digunakan tanpa menganggu krakter rumah yang lama. Atap baru merupakan versi yang paling sederhana dari versi yang lama. Orientasi bangunan baru adalah tegak lurus pada bangunan lama dan jenis struktur jembatan yang ada antara bangunan baru dan lama. Pemisahan bangunn baru dari bangunan lama adalah ditunjukan pada warna yang berbeda dan sistem struktur jembatan tetapi penampilan ritme ditetapkan dengan penempatan tangga atau tumpuan batu di pintu masuk rumah.

Gambar 2.22 Tipe 2 Huta Siallagan Sumber: Field study, 2010

Rumah asli dikembangkan dibagian belakang dengan membangun sistem bangunan yang berbeda: bangunan pertukangan,tanpa merujuk pada rumah yang lama. Bagunan baru adalah ditetapkan sebagai bagian yang menempel pada bangunan yang asli, dengan ekspresi yang berbeda. Demikian juga, ini dinyatakan sebagai subordinasi banguan utama. Struktur bangunan utama tidak ditonjolkan, tetapi inklinasi atapnya tetap dipertahankan. Atap baru adalah dinyatakansebagai perluasan bangunan utama. Massa dari bangunan baru adalah tegak lurus pada bangunan lama, tetapi tidak ada struktur tradisional diantaranya. Struktur batu dan kayu adalah ditempelkan satu sama lain tanpa melihat posisi dan sistemnya. Konfigurasi ruang baru diciptakan di bagian depan dari bangunan baru dengan menempatkan garis untuk menggantung pakaian. Dinding bata akan menghhasilkan ruang sosial dari dua rumah yang bertetangga yang tidak umum dalam pola spasial dari perkampungan tradisional. Ritme repetitif yang ada dari

rumah tradisional adalah mengacupada kontrast dari unsur dan aktivitas bangunan yang baru.

Gambar 2.23 Tipe 3 Huta Siallagan Sumber: Field study, 2010

Rumah asli dikembangkan di bagian belakang dengan konstruksi dua lantai. Meskipun bahan yang sama dapat diterapkan untuk ekstensi, tetapi warna kontrast dan skala yang berbeda dari bangunan baru yang menganggu komposisi yang harmonis dari rumah yang lama. Perluasan ini tidak berarti dipadukan ke dalam rumah asli sebagai bagian yang lebih yang berlawanan dengan rumah yang lama. Substruktur dan bentuk arsitektural dari bangunan utama tidak dihargai dan oleh karena itu, bangunan baru didefinisikan sebagai sistem yang lain di rumah. Konsekuensinya, dua bentuk arsitektural terpisah dan ekspresi yang digabungkan tanpa mengacu kepada semuanya. Massa utama dari bangunan baru secara aksial berhubungan dengan rumah yang lama, tetapi tidak ada kesatuan diantaranya.

Ukuran yang lebih besar dari bangunan baru tidak menghargai rumah lama dan bahkan menganggu karakter dan gaya pemukimannya.

Gambar 2.24 Tipe 4 Huta Siallagan Sumber: Field study, 2010

Rumah asli diperluas di bagian belakang dengan membangun rumah batu secara aksial segaris dengan rumah yang lama. Meskipun ruang bangunan ini memiliki sistem yang berbeda namun dinding yang terbuka ini mengadopsi pola rumah tradisional : pintu yang terbuka di bagian depan dan jendela yang membuka ke arah samping. Sistem pembukaan ini adalah menyatakan kembali seni tradisional dalam menempatkan satu bagian yang terbuka untuk setiap sisi bangunan. Struktur atap dan gaya arsitekturalnya tidak berhubungandengan rumah tradisional, dan sistem atap yang digunakan adalah merupakan bangunan perkotaan modern dengan ukuran kecil. Pembukaan jendela dan pintu juga tipikal dari gaya modern dari rumah perkotaan. Bangunan baru tidak menunjukkan perbedaan dari tingkat rumah tradisional yang paling bawah dan paling atas, oleh

karena itu tidak ada kesatuan diantara bangunan baru dan bangunan lama. Ini adalah murni dua rumah yang berbeda dengan dua ekspresi yang berbeda yang termasuk pada kepemilikan dan keluarga yang ssama.

Gambar 2.25 Tipe 5 Huta Siallagan Sumber: Field study, 2010

Rumah asli dikembangkan di bagian belakang dengan meniru sistem pembangunannya. Komposisi yang harmonis diciptakan dengan bahan dan ekspresi bangunan yang sama. Garis horizontal di bagian depan bangunan adalah tetap dipertahankan meskipun posisinya tidak tepat pada level yang sama dalam bangunan baru dan lama. Variasi pembukaan dinding berlaku tanpa merusak karakter rumah yang lama. Atap baru adalah versi yang paling sederhana dari rumah yang lama. Orientasi dari bangunan baru itu adalah tegak lurus dengan rumah lama dan jenis bagian atap tengah yang telah ditempatkan diantara bangunan baru dan lama. Pemisahan bangunan baru dan lama adalah digaris bawahi oleh sistem atap yang berbeda dan massa bangunan tetapi tangga kayu meniru versi rumah yang lama.

Gambar 2.26 Tipe 6 Huta Siallagan Sumber: Field study, 2010

Rumah asli dikembangkan di bagian belakang dengan rumah kayu satu lantai yang secara aksial segaris dengan bangunan aslinya. Ruang bangunan memiliki sistem yang bereda yang mengikuti sistem konstruksi atap. Struktur atap dan gaya arsitekturalnya tidak berkaitan dengan rumah tradisional. Sistem atap yang digunakan adalah tipikal untuk struktur bangunan berukuran kecil dibandingkan dengan bangunan secara inkremental. Pembukaan jendela dan pintu adalah disusun secara acak tanpa korespondensi pada semua dengan pola pembukaan di rumah yang lama. Bangunan baru tidak menunjukkan perbedaan tingkat yang rendah dan atas dari rumah tradisional, olah karena itu tidak ada kesatuan antara bangunan baru dan bangunan lama. Penggunaan bahan yang sama untuk dinding dan atap akan membantu menunjukkan proses pertumbuhan dari rumah.

Analisis dan Pembahasan

Pengembangan rumah asli diidentifiksikan dan dianalisa dengan melakukan perbandingan terhadap sistem tradisional menurut sistem bangunannya dan gaya arsitektural. Sistem bangunan adalah dibagi ke dalam tiga bagian: substruktur, bangunan utama dan atap, mengikutiklasifikasi sistem bangunan dalam arsitektur tradisional : kepala, tubuh, kaki. Disini, perubahan penampilan fisik terhadap rumah asli dapat diidentifikasikan dengan jelas dan harus dijelaskan.

Tabel 1. Perbandingan bangunan baru dengan sistem bangunan tradisional.

Sistem bangunan

Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5 Tipe 6

SUBSTRUK TUR

Sistem struktur

Sama Tidak Tidak Tidak Sama Tidak

Bahan Sama Tidak Tidak Tidak Sama Tidak

Pemanfaatan Sama Tidak Tidak Tidak Sama Tidak

BANGUNAN UTAMA Sistem struktur Tiang-pintu Dinding penahan Tiang-pintu Dinding penahan Tiang-pintu Dinding penahan

Bahan Kayu Batu Kayu Batu Kayu Batu

Pemanfaatan Dapur Dapur Dapur Dapur Dapur Dapur

Ekspresi arsitektural Selaras Tidak Selaras Tidak Selaras Tidak Selaras Selaras Selaras ATAP

Sistem struktur

Bergelo mbang

Tidak Tidak Tidak Bergelom

bang

Bergelom

bang

Bahan Sama Sma Sama Sama` Sama Sama

Kemiringan Tidak Sasma Tidak Tidak Tidak Tidak

Sisi Atap Tegak Aksial Aksial Aksial Tegak Aksial

Dua tipe rumah secara konsisten akan mengadopsi struktur dan ruang bangunan dari rumah yang asli ke rumah yang baru. Kedua jenis ini membentuk massa bangunan dalam konfigurasi yang tegak lurus terhadap rumah yang lama, sementara ini menetapkan pemahaman baru dari tata letak rumah yang membedakan representatif bagian depan dan belakang yang suportif dari rumah. komposisi rumah pada sudut yang tepat meningkatkan keunikan nobilitas dari aslinya dan menyatakan potensinya sesuai dengan perkembangan dan tantangan baru. Ketidaksamaan dari inklinasi atap mendasari hirarkhi komposisi dan pemanfaatan ruang, dan lebih lanjut membantu memepertahankan nilai tradisional dari rumah asli. Kurangnya substruktur dalam rumah tipe 6, bahkan melalui komponen lain yang terkait dalam kesesuaian, mengilustrasikan bahwa diskontinuitas dalam sistem bangunan tidak dapat dibantah tidak terkonstruktif untuk kelangsungan. Tipologi perluasan rumah Batak Toba mengecualikan berbagai respon orang terhadap tradisi lokal dan nilai tradisional.

Proses pertumbuhan dari rumah tradisional Batak Toba adalah dilakukan di belakang rumah yang menunjukkan kesadaran dan penghormatan manusia untuk mempertahankan ekspresi simbolik dan keunikan tradisional. Namun demikian, kebutuhan baru dan cara hidup baru dari orang-orang tersebut adalah diakomodasikan dengan menciptakan mekanisme adaptasi yang berbeda dengan sensitivitas dan kesadrannya atas nilai budaya dan juga cara perolehan sumber keuangan mereka.

Dalam kenyataannya, alasan naluri dan fungsional dari ruang ini telah memperkenalkan klasifikasi baru dari mekanisme zona di area perumahan. Bagian depan rumah adalah diidedentifikasikan sebagai milik komunal yang dilestarikan untuk kelangsungan tradisi dan bagian belakang rumah dirancang sebagai zona privat yang merupakan otonomi dieksplorasi menurut kebutuhan dan potensi individu. Kelangsungan, dalam pengertian ini didefinisikan dan dikomprehensifkan sebagai ruang yang tersedia untuk penentuan dalam tradisi budaya dan kehidupan pribadi para penghuninya.

Bentuk arsitektur baru juga akan merespon perubahan baru melalui proses adaptasi dan transformasi sepanjang waktu. Penghuni memiliki otoritas untuk menerima dan mengeksplorsikan perbedaan tradisi untuk memecahkan masalah praktis atau menekankan identitas dan originalitas. Sebagai substruktur rumah menyatakan pentingnya kelanjutan yang ditetapkan untuk komposisi rumah yang sebagian modern dan sebagian adalah tradisional. Lebih lanjut perubahan inovatif dapat dilaksanakan melalui bahan yang berbeda dan susunan spasial.

Kesimpulan

Kelangsungan arsitektur tradisional adalah diatur oleh motivasi pragmatik dan pertimbangan fungsional dari orang yang menghuni rumah. Alasan tentang fakta, keputusan, keyakinan dan nilai terhadap perluasan atau renovasi rumah tradisional adalah tidak dipertimbangkan didasarkan atas otoritas tradisi budaya, tetapi dikaitkan dengan ambisi pribadi, sumber keuangan dan motivasi pragmatik. Juga perlu untuk memfasilitasi arsitektur tradisional dari Batak Toba untuk memiliki hubungan dialektikal dengan penghuni yang memiliki kebutuhan dan otoritas untuk mengungkapkan dan mengekspresikan alasan mereka.

Transformasi dari substruktur ke dalam jenis struktur yang tidak terganggu dari rumah yang diperluas adalah faktor utama dalam mempertahankan karakter trdisional dari rumah asli. Berbagai arsitektur atap tidak mempengaruhi keberadaan asrsitektur tradisional, sejauh menyangkut atap tambahan yang berada di bawah kondisi rumah asli baik dalam skala maupun kemiringan. Secara arsitektural, ruang bangunan dari rumah Batak adalah sangat akomodatif untuk pemahaman baru dan tantangan baru. Kombinasi yang berbeda dari bahan dan metode konstruksi dapat dikembangkan pada solusi yang berbeda terhadap kebutuhan baru, penggunaan baru dan penghuni baru.

Dokumen terkait