• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN MANAJEMEN BERBASIS TQM  Latar Belakang TQM

Di era kontemporer dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya model pengelelolaan pendidikan berbasis industri. Pengelolaan ini mengandaikan adanya

upaya pihak pengelola atau manajemen institusi pendidkan untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan yang populer dengan sebutan Total Quality Education. Manajemen lembaga pendidikan ini menerapkan Total Quality Management  (TQM) yang pada awalnya hanya diterapkan di dunia bisnis.

TQM merupakan hal yang baru dalam bidang pendidikan, karena TQM biasa diterapkan dalam bidang industri. Hanya sedikit literatur yang memuat referensi asal mula TQM di bidang pendidikan sebelum tahun 1980an. Beberapa upaya reorganisasi praktek pendidikan berkonsep TQM telah dilaksanakan di beberapa universitas di Amerika dan beberapa lainnya di Inggris. Inisiatif ini bermula di Amerika baru kemudian di Inggris. Dalam hal ini institusi-institusi yang menggunakan indikator prestasi pun telah mulai menunjukkan keseriusannya terhadap TQM sebagai upaya untuk meningkatkan standar pelayanannya.

TQM berasal dari kata manajemen, kualitas, dan total. Manajemen di dalam TQM berarti pengelolaan setiap orang yang berada di dalam organisasi, apapun status, posisi atau perannya. Kualitas (quality) sering disama artikan dengan mutu; dan total yang dalam TQM adalah melibatkan semua komponen organisasi yang berlangsung secara terus-menerus. Sehingga TQM merupakan suatu bentuk teknik manajemen dari semua komponen yang berfokus kepada kualitas/mutu.

Beberapa tahun ke belakang TQM mendapatkan perhatian lebih, khususnya di bidang pendidikan guna meningkatkan mutu pendidikan tersebut. Peningkatan mutu ini menjadi semakin penting di era kompetisi yang serba tidak   jelas, sehingga mutu menjadi faktor pembeda institusi pendidikan yang satu dan

yang lain. Sekolah-sekolah dan universitas pun menerapkan berbagai strategi kompetitif untuk memperlihatkan mutu institusinya dan mampu bertahan menghadapi kompetisi global (Sallis, 2012).

 Konsep TQM 

Secara filosofis konsep ini menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Institusi atau lembaga pendidikan memposisikan diri sebagai institusi  jasa yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang dibutuhkan pelanggan (costumer ). Prinsip dasar TQM adalah bahwa pelanggan dan kepentingannya harus diutamakan. Jasa yang diberikan tentulah harus bermutu dan memberikan kepuasan kepada pelanggan. Sehingga dibutuhkan manajemen yang dapat memberdayakan lembaga pendidikan agar lebih bermutu (Sallis, 2011).

TQM berlandaskan pada kepuasan pelanggan sebagai sasaran utama. Dalam penerapaan TQM di bidang pendidikan pelanggan dapat dibedakan menjadi 2 kategori yaitu:

1. Pelanggan internal

Dalam dunia pendidikan yang dimaksud pelanggan internal adalah orang-orang yang berperan dalam manajemen institusi yang termasuk di dalamnya juga para pengelola institusi seperti kepala sekolah, guru, staf, dan lain-lain.

2. Pelanggan eksternal

Pelanggan eksternal adalah masyarakat, pemerintah, dan dunia industri. Pelanggan Pendidikan dari Sistem TQM

Pendidikan

(nilai tambah yang diberikan)

: Jasa

Pelajar : Pelanggan atau klien eksternal utama

Orangtua/ kepala daerah/ sponsor : Pelanggan eksternal kedua Pemeritah/ masyarakat/bursa kerja : Pelanggan eksternal ketiga

 Mutu dalam TQM 

Suatu institusi pendidikan dapat dikatakan bermutu jika dapat memenuhi kepuasan pelanggan, baik internal dan eksternal atas jasa dan pelayanan yang diberikan.

Selain dari segi pelanggan, institusi disebut bermutu dalam TQM jika memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Mutu ini ditentukan dari 2 faktor yaitu terpenuhinya spesifikasi sebelumnya dan terpenuhinya spesifikasi yang diharapkan sesuai tuntutan dan kebutuhan pengguna jasa. Dalam hal kualitas juga harus memenuhi (Sallis, 2011):

1. Quality in fact 

Standar mutu dan pelayanan diukur dengan kriteria sesuai dengan spesifikasi. Dalam penyelenggaraan di pendidikan hal ini dapat dilihat dari profil lulusan yang sesuai dengan kualifikasi tujuan pendidikan, yang berbentuk standar kemampuan dasar berupa kualifikasi akademik minimal yang dikuasai peserta didik.

2. Quality in perception

Diukur dari kepuasan pengguna, meningkatnya minat, harapan, dan kepuasan pelanggan. Dalam penyelenggaraan di pendidikan dapat dilihat dari kepuasan dan bertambahnya minat pelanggan eksternal (masyarakat, pemerintah, dan industri) terhadap lulusan institusi pendidikan

 Pokok-pokok Penerapan TQM 

Dalam penerapan TQM dalam bidang pendidikan ada beberapa pokok-pokok yang harus diperhatikan dan menjadi fokus dalam institusi pendidikan (Sallis, 2012):

1. Perbaikan terus menerus (continuous improvement )

Pihak pengelola akan terus menerus melakukan perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus untuk menjamin semua komponen mencapai standar mutu yang ditetapkan. Hal ini berarti lembaga senantiasan memperbaharui proses berdasarkan pada kebutuhan dan tuntutan pelanggan.

Hal ini digunakan untuk menetapkan standar mutu dari semua komponen yang bekerja. Standar mutu ini dapat berupa kepemilikan atau akuisisi kemampuan dasar pada masing-masing bidang dan sesuai dengan jenjang yang ditempuh. Selain itu manajemen juga harus menentukan standar mutu untuk  semua materi, kurikulum, dan standar evaluasi yang akan dijadikan alat untuk  mencapai standar kemampuan dasar.

Standar mutu pada penilaian hasil pembelajaran diarahkan pada dua aspek  yaitu instructional effect  yaitu hasil yang kasat mata dan nurturant effect  yang merupakan hasil laten proses pembelajaran seperi terbentuknya kebiasaan membaca, kebiasaan memecahkan masalah.

3. Perubahan kultur (culture change)

Konsep ini bertujuan membentuk budaya organisasi yang menghargai mutu dan menjadikan mutu sebagai orientasi semua komponen organisasi. Jika TQM ditetapkan dan diterapkan maka semua pihak harus membangun kesadaran diri akan pentingnya mempertahankan dan meningkatkan mutu pembelajaran.

Perubahan kultur kepada kultur mutu ini dapat dilakukan dengan cara: perumusan keyakinan bersama, intervensi nilai-nilai agama, yang dilanjutkan pada perumusan visi misi organisasi.

4. Perubahan organisasi (upside down organization)

Perubahan organisasi akan sangat mungkin terjadi jika terdapat perubahan visi misi, serta tujuan organisasi berubah atau mengalami perkembangan. Perubahan ini akan terjadi pada sistem atau struktur organisasi, yang juga berpengaruh pada perubahan kewenangan, tugas-tugas, dan tanggung jawab.

5. Mempertahankan hubungan dengan pelanggan (keeping close to the costumer )

Karena olembaga menginginkan kepuasan pelanggan, maka perlunya mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan. Dan inilah yang dikembangkan dalam unit public relations.

Berbagai informasi antara lembanga dan pelanggan harus terus menerus dipertukarkan, agar lembaga dapat terus melakukan perubahan-perubahan atau

improvisasi yang diperlukan terutama yang berdasarkan pada perubahan sifat dan pola tuntutan serta kebutuhan pelanggan.

Pelanggan juga diperkenankan untuk melakukan kunjungan, pengamatan, dan penilaian dan memberikan masukan kepada institusi. Semua hal ini selanjutnya akan diolah dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu proses dan hasil.

 Kelebihan TQM bagi lembaga pendidikan antara lain :

1. TQM dapat membantu sekolah dalam meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik kepada siswa, orang tua dan lembaga terkait.

2. Sebagai upaya mereformasi pendidikan, peningkatan mutu melalui TQM merupakan cara mendasar untuk memenuhi persyaratan pelanggan (akuntabilitas public )

3. Meningkatkan kegairahan dan tantangan bagi guru dan siswa dalam lingkungan belajar mengajar yang tidak puas dengan se kedar nilai “ cukup  baik “

Standar Mutu Institusi Pendidikan di Indonesia (Soerjaningsih, 2004)

Akreditasi Perguruan Tinggi oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) Sistem akreditasi atas Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia yang dilaksanakan oleh BAN dikembangkan dengan melihat bahwa hakikat PT adalah sebagai tempat pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualifikasi dan kemampuannya siap diaplikasikan di pasaran tenaga kerja.

Sistem akreditasi ditujukan kepada dua sasaran, yaitu akreditasi program studi yang mempertimbangkan tentang relevansi, keterkaitan, dan mutu; serta akreditasi kelembagaan yang mempertimbangkan aspek kesepadanan dan efisiensi, meskipun pada saat awal ini baru akreditasi program studi yang dilakukan.

Model Sistem Akreditasi BAN mendefinisikan dimensi yang diamati adalah mutu, relevansi, dan efisiensi sedangkan komponen yang diakreditasi,

meliputi faktor masukan dengan indikator berupa mahasiswa, tenaga akademis, sarana/prasarana, dan kurikulum; Faktor proses dengan indikator pengelolaan lembaga, pengelolaan program, pengelolaan pembelajaran, evaluasi program, evaluasi proses, dan evaluasi produk; Kemudian faktor luaran dengan indikator hasil kinerja. Model Sistem Akreditasi BAN dapat digambarkan sebagai berikut.

Dari penilaian tersebut, setiap PT dituntut untuk mengembangkan dirinya dengan memperbaiki bagian yang dirasakan masih lemah agar harapan pemerintah yang digambarkan di dalam ukuran bakuan mutu yang digambarkan dalam borang akreditasi tersebut secara bertahap dapat dipenuhi oleh PT.

Fungsi BAN:

1. Mengawasi mutu dan efisiensi pendidikan tinggi melalui proses akreditasi pada semua program studi dalam institusi pendidikan tinggi di Indonesia; 2. Menyebarluaskan informasi pada publik mengenai status akreditasi dari

program studi dalam institusi pendidikan tinggi, sehinggga publik dalam meyakini mutu pendidikan yang ditawarkan, dan mutu program-program tersebut dapat dipertahankan dan ditingkatkan;

3. Memberikan saran pembinaan mengenai peningkatan mutu program-program studi.

Sistem Mutu ISO 9000

Dalam menghadapi era globalisasi saat ini dan persaingan yang makin meningkat sehingga mau atau tidak PT Indonesia akan dituntut untuk  meningkatkan mutu agar dapat bersaing dengan PT asing.

Salah satu badan akreditasi internasional yang berhak melakukan pengecekan dan penilaian serta memutuskan apakah proses suatu lembaga telah memenuhi standar adalah International Organization for Standardization atau Badan Standar Internasional, yaitu Sistem Manajemen Mutu (Quality  Management System) ISO yang merupakan konsesus internasional untuk

praktek-praktek manajemen yang baik yang dikoordinasikan.

Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System) ISO merupakan salah satu proses yang masih menjadi bagian dari proses TQM. Proses pengembangan secara terus menerus dalam TQM akan berhasil jika terdapat proses yang komprehensif untuk melakukan pengujian, pencermatan, analisis, dan pelaporan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan proses dalam upaya untuk  merelisasikan produk. Manajemen mutu pendidikan pada dasarnya bertujuan mencari perubahan fokus sekolah, dari kelayakan jangka pendek ke arah perbaikan mutu jangka panjang, serta dampak pada nilai-nilai skeolah. (Rochaety & dkk, 2010)

ISO yang saat ini telah diadopsi dalam bidang pendidikan adalah ISO 9000. ISO 9000 adalah salah satu standar yang dihasilkan di Jenewa, Swiss oleh Organization for Standarization. ISO merupakan kepanjangan dari International Standar Organization yakni sekumpulan standar sistem kualitas universal yang memberikan rerangka yang sama bagi jaminan kualitas yang dapat dipergunakan diseluruh dunia.

ISO 9000 menguraikan filosofi umum dari standar sistem mutu, karakteristik, jenis-jenis, dan dimana serta kapan standar ini tepat digunakan, serta mendiskripsikan unsur-unsur yang harus dimasukkan dalam model penjaminan mutu ini. Jika suatu lembaga pendidikan mempunyai Sertifikat ISO 9000 ini,

maka lembaga tersebut telah lolos pengecekan dan penilaian serta telah memenuhi standar ISO 9000 yang diharapkan dan juga secara patuh memegang dan memenuhi kualifikasi mutu dalam proses.

Tujuan ISO 9000 (Tjiptono, 2002) adalah:

1. Lembaga harus dapat mencapai dan mempertahankan kualitas produk atau  jasa yang dihasilkan, sehingga secara berkesinambungan dapat memenuhi

kebutuhan para pengguna (costumer ).

2. Harus dapat memberikan keyakinan kepada pihak manajemennya sendiri bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah dicapai dan dapat dipertahankan.

3. Harus memberikan keyakinan kepada pihak costumer bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah atau akan dicapai dalam produk atau jasa yang dijua.

Manfaat yang didapatkan oleh suatu organisasi/institusi (baik itu lembaga pendidikan) yang telah memperoleh sertifikasi ISO 9000:

suatu organisasi (termasuk didalamnya institusi pendidikan) yang memiliki sertifikat ISO 9000 tersebut kualitasnya diakui oleh dunia internasional dan dapat memperoleh akses yang lebih besar untuk  memasuki pasar luar negeri, terutama dalam hal membuka cabang institusi dan “peng-eksporan” tenaga jasa pendidikan diluar negeri terutama negara yang mensyaratkan dipenuhinya ISO 9000 dan memiliki kesesuaian (compatibility) dengan pemasok dari luar negeri

sebuah institusi atau lembaga pendidikan yang telah mendapatkan sertifikasi ISO 9000 tersebut cenderung untuk meningkatkan kualitas dan keragaman pekerjaan yang secara bersamaan juga meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan pula daya saing institusi atau lembaga pendidikannya untuk menghadapi persaingan globalisasi.

Menurut Edward Sallis (Sallis, 2011) ada beberapa syarat sebuah organisasi/institusi pendidikan agar bisa mendapatkan sertifikasi ISO 9000, yaitu:

1. Komitmen Manajemen terhadap Mutu 2. Sistem Mutu

3. Kontrak dengan Pelanggan Internal & Eksternal (Hak Pelajar dan Hal Pelanggan Eksternal, seperti orang tua)

4. Kontrol Dokumen

5. Kebijakan Seleksi & Ujian Masuk 

6. Layanan Pendukung Pelajar, yang mencakup Kesejahteraan, Konseling dan Pengarahan Tutorial

7. Catatan Kemajuan Pelajar

8. Pengembangan, Desain dan Penyampaian Kurikulum~Strategi-strategi Pengajaran dan Pembelajaran

9. Penilaian Tes

10. Konsistensi Metode Penelitian

11. Prosedur dan Catatan Penilaian yang mencakup Catatan Prestasi

12. Metode dan Prosedur Diagnostik untuk Mengidentifikasikan Kegagalan dan Kesalahan

13. Tindakan Perbaikan terhadap Kegagalan Pelajar, Sistem untuk  Menghadapi Komplain dan Tuntutan

14. Fasilitas & Lingkungan Fisik, Bentuk Tawaran Lain, seperti Fasilitas Olah Raga, Kelompok-kelompok dan Perkumpulan Ekstra Kurikuler, Persatuan Pelajar, Fasilitas Pembelajaran, dan lain-lain

15. Catatan Mutu

16. Prosedur-prosedur Pengesahan & Audit Mutu Internal

17. Pelatihan dan Pengembangan Staf, mencakup Prosedur-prosedur untuk  Menilai Kebutuhan-kebutuhan Pelatihan dan Evaluasi Efektifitas Pelatihan 18. Metode-metode Review, Monitoring dan Evaluasi

BAB III KESIMPULAN

Manajemen pendidikan berorientasi tujuan menitik beratkan tujuan pendidikan pada setiap fungsi-fungsi manajemen yang diterapakan.

Manajemen pendidikan berorientasi proses manajemen pendidikan yang berlandaskan kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk mencapai pelaksanaan proses belajar mengajar yang baik.

Manajemen pendidikan berorientasi hasil mengacu pada prestasi akademik  dan non akademik yang kemudian dipertimbangkan dalam monitoring kebijakan yang ada.

Penerapan TQM berfokus pada mutu dari pendidikan. TQM memang tidak  mudah, diperlukan komitmen dan kerja sama yang baik antar departemen terkait, oleh karena itu perlu ada kejelasan secara sistemik dalam memberikan kewenangan antar institusi terkait. Jika manajemen ini diterapkan sesuai dengan ketentuan yang ada dengan segala dinamika dan fleksibilitasnya, maka akan menjadi perubahan yang cukup efektif bagi pengembangan dan peningkatan mutu dan mutu pendidikan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang. 2012. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya

Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya

Makmuri, Sri. 2016. Implementasi TQM pada CBE dalam Filosofi Teori OBE . https://www.academia.edu/24213874/Implementasi_TQM_pada_CBE_dal am_Filosofi_Teori_OBE. Diakses 10 Nopember 2016.

Martin. (2013). Perencanaan Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nurdin, D. (2007). Manajemen Pendidikan. In T. P. UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian II: Ilmu Pendidikan Praktis (pp. 221-246). Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Rochaety, E., & dkk. (2010). Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Rohiat. (2008). Manajemen Sekolah. Bandung: PT Reflika Aditama.

Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik Dilengkapi dengan Contoh Rencana Strategi dan Rencana Operasional. Bengkulu: Refika Aditama.

Dokumen terkait