• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan 11- Perspektif Pedagogik Manajemen Pendidikan.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pertemuan 11- Perspektif Pedagogik Manajemen Pendidikan.pdf"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MAKALAH

PERSPEKTIF PEDAGOGIK TENTANG LANDASAN

PERSPEKTIF PEDAGOGIK TENTANG LANDASAN

MANAJEMEN PENDIDIKAN

MANAJEMEN PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi sebagaian dari syarat memperoleh nilai Diajukan untuk memenuhi sebagaian dari syarat memperoleh nilai

dari Mata Kuliah Landasan Pedagogik dari Mata Kuliah Landasan Pedagogik

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Juntika Nurihsan. H. MPd. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Juntika Nurihsan. H. MPd.

Dis

Disusuusunn OleOleh :h :

1

1.. FFeevvii RRaahhmmaaddeennii 11660022997733 2

2.. HHaassaannaahh 11660044777755 3

3.. IInnddrriiaanna a SSuussaannttii 11660033226600 4

4.. MMeelliissa a WWiirrmmaass 11660022889911

MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA

MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2016

2016

(2)
(3)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayat- Nya,

 Nya, sehingga sehingga kami kami dapat dapat menyelesaikan menyelesaikan makalah makalah yang yang berjudul berjudul ““Perspektif Perspektif  Pedagogik Tentang Landasan Manajemen Pendidikan

Pedagogik Tentang Landasan Manajemen Pendidikan”.”. MakaMakalahlah ini ini merumerupakapakann salah sa

salah satutu komponenkomponen tugas mattugas mata kuliah La kuliah Landasan Peandasan Pedagogik ydagogik yang dibimang dibimbing olebing olehh Prof. Dr. Juntika, M.Pd.

Prof. Dr. Juntika, M.Pd. Topik yang

Topik yang dibahas dibahas di dalam di dalam makalamakalah ini merh ini merupakan supakan salah satalah satuu topik topik  b

baahhaassaann ddaallaamm mmaattaa peperrkkuulliiaahhaann LLaannddaassaan n PePeddaaggooggiikk yyaang bng beerrffookkuuss ppaaddaa manajemen pendidikan berorientasi tujuan, manajemen pendidikan berorientasi manajemen pendidikan berorientasi tujuan, manajemen pendidikan berorientasi proses, manajemen pendidikan berorientasi hasil dan manajemen pendidikan proses, manajemen pendidikan berorientasi hasil dan manajemen pendidikan berbasis

berbasis Total Quality ManagemenTotal Quality Managemen (TQM).(TQM).

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah pengeta

pengetahuan baru terkait dengan landahuan baru terkait dengan landasan pedagogik, khusussan pedagogik, khususnya dalamnya dalam PerspektiPerspektif f  Pedagogik Tentang Landasan Manajemen Pendidikan.

Pedagogik Tentang Landasan Manajemen Pendidikan.

Sebagai penutup, tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Prof. Dr. Sebagai penutup, tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Prof. Dr. Juntika,

Juntika, M.Pd. aM.Pd. atas bimtas bimbingan bingan dandan arahannya arahannya serta serta kepadakepada teman-teteman-teman sekman sekalianalian yang membantu proses penulisan makalah ini hingga selesai.

yang membantu proses penulisan makalah ini hingga selesai.

Ba

Bandundung,ng, NopNopememberber 20120166

Penulis Penulis

(4)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR...................................................... ii DAFTAR ISI DAFTAR ISI................................................................. iiii BAB

BAB II PENDPENDAHULUAHULUANAN................................................... 11 BAB II PEMBAHASAN

BAB II PEMBAHASAN..................................................... 22

A.

A. MaManajnajememen Penen Pendiddidikaikan Berorn Berorieientantasi Tujsi Tujuanuan ... 22 B.

B. MaManajnajememen Penen Pendiddidikaikan Berorn Berorieientantasi Prosi Prosesses ... 33 C.

C. MaManajnajememen Penen Pendiddidikaikan n BeBerorrorieientantasi Hassi Hasilil ... 2020 D.

D. ManaManajemjemen Peen Pendidndidikan ikan BerBerbasibasiss Total Quality ManagemenTotal Quality Managemen ((TTQQMM))... 2222

BAB

BAB III PEIII PENUTNUTUPUP......................................................... 3232

A.

A. KesiKesimpumpulanlan ... 3232

DAFTAR PUSTAKA

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

Manajemen merupakan proses perencanaan pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk  mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Sehingga manajemen pendidikan adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan penilaian usaha-usaha pendidikan supaya dapat mencapai tujuan pendidikan.

Manajemen pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor yang amat penting dalam menangani masalah-masalah yang ada dan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dari berbagai pihak dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Manajemen dipandang sebagai proses kegiatan kerja sama manusia untuk  mencapai tujuan tertentu. Urutan yang dimulai dari planning, organizing, actualiting, dan cotrolling (Nurdin, 2007).

Fungsi manajemen pendidikan 1. Membuat keputusan 2. Merencanakan 3. Mengorganisasikan 4. Mengkomunikasikan 5. Mengkoordinasikan 6. Mengawasi 7. Menilai

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. KAJIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN BERORIENTASI PADA TUJUAN Manajemen pendidikan adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan penilaian usaha-usaha pendidikan supaya dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan pendidikan secara umum dapat didefinisikan sebagai salah satu unsur dari pendidikan yang berupa rumusan tentang apa yang harus dicapai oleh peserta didik. Gambaran tentang tujuan pendidikan memuat tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas dan benar dalam kehidupan. Tujuan pendidikan ditanamkan sejak  manusia dilahirkan hingga dewasa sesuai dengan perkembangan dirinya.

Manajemen pendidikan yang berorientasi pada tujuan dapat dikatakan dengan perencanaan, pengarahan, pengawasan dan penilaian usaha-usaha pendidikan dengan merumuskan apa yang harus dicapai oleh peserta didik. Dengan menetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai peserta didik dalam mempelajari pelajaran.

Menurut Matin (2013) mengemukakan bahwa Rencana pendidikan dimulai dengan merumuskan output atau tujuan rencana yang akan dicapai dan diputuskan. Sehingga, tujuan pendidikan harus dirancang berdasarkan kebutuhan pendidikan.

Pencapaian tujuan pendidikan pada setiap lembaga pendidikan ditentukan oleh keberhasilan manajemen komponen-komponen kegiatan pendidikan seperti kurikulum, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan, tenaga pelaksana, sarana prasarana, dan hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat. Komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan pada setiap satuan pendidikan.

(7)

Merumuskan tujuan sekolah menurut Rohiat (2008) sekolah menentukan atau merumuskan tujuan pendek. Rumusan tujuan tersebut merupakan penjabaran lebih rinci, operasioanal dan terukur. Tujuan pendidikan Nasional tersurat dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 3 yaitu, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk  berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung  jawab. Sehingga, manajemen yang diterapkan haruslah berlandaskan pada tujuan pendidikan ini. Semua fungsi-fungsi manajemen yang terdiri atas perencanaan, pelaksaan, pengelolaan dan evaluasi sebaiknya mengacu kepada nilai-nilai Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

B. KAJIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN BERBASIS PADA PROSES

Sistem pendidikan adalah suatu kesatuan dari berbagai unsur yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan bergantung di dalam mengemban tugas untuk mencapai tujuan pendidikan (Hamalik, 2010: 79). Manajemen pendidikan berbasis proses merupakan kegiatan-kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk mencapai keterlaksanaan proses belajar mengajar yang baik. Manajemen pendidikan berbasis proses menurut Hamalik  (2010 : 78) mencakup beberapa hal, yaitu:

1) Program Kurikulum yang meliputi adminstrasi kurikulum dan sistem evaluasi

2) Program ketenagaan

3) Program pengadaan sarana dan prasarana pendidikan 4) Program pembiayaan

(8)

Berikut ini akan dijelaslan secara rinci kelima hal yang berkaitan dengan manajemen pendidikan berbasis proses di atas.

1) Program kurikulum

Kurikulum merupakan rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari, dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat aturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu (Hamalik, 2010: 91). Ada 2 program kurikulum yang berkaitan dengan manajemen pendidikan berbasis proses (Hamalik, 2010: 78), yaitu:

A. Administrasi kurikulum

I. Kegiatan-kegiatan Dalam Administrasi Kurikulum

Administrasi pelaksanaan kurikulum ini berkenaan dengan semua perilaku yang berkaitan dengan semua tugas yang memungkinkan terlaksananya kurikulum. Pokok-pokok kegiatan administrasi kurikulum dapat dikelompokkan menjadi 9 pokok kegiatan (Hamalik, 2010: 172), yakni:

 Kegiatan yang berhubungan dengan tugas kepala sekolah

Dalam pelaksanaan kurikulum, kegiatan kepala sekolah sesuai dengan perannya sebagai pemimpin sekolah menitikberatkan pada menyusun perencanaan untuk melaksanakan kurikulum dalam sistem sekolah yang dipimpinnya, melakukan koordinasi kegiatan guru-guru, menata dan membina organisasi guru dan organisasi pembelajaran siswa, membina sistem komunikasi yang efektif di lingkungan sekolah, antara sekolah dan masyarakat serta lembaga-lembaga lainnya, melakukan supervisi bagi guru-guru bidang studi dan menilai kegiatan guru-guru serta melaksanakan penilaian secara keseluruhannya.

(9)

Tugas guru menyusun perencanaan kegiatan tahunan, triwulanan, bulanan dan mingguan yang terkait dalam pelaksanaan instruksional dalam bidang studi atau kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

 Kegiatan yang berhubungan dengan murid

Kegiatan yang berkenaan dengan murid, di samping bidang pembelajaran juga dalam bidang ekstra dan kemasyrakatan.

 Kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar

Kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran menyangkut bidang kegiatan guru, kepala sekolah, dan murid sendiri.

 Kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler berkenaan dengan penyusunan program penyediaan peralatan dan pembiayaan dan keterkaitannya dengan kegiatan intrakurikuler.

 Kegiatan pelaksanaan evaluasi belajar

Kegiatan dalam evaluasi menjadi tanggung jawab guru dan kepala sekolah namun terkait siswa dan orang tua murid keseluruhan.

 Kegiatan pelaksanaan pengaturan alat perlengkapan sekolah

 Kegiatan dalam bimbingan dan penyuluhan

 Kegiatan yang berkenaan dengan usaha peningkatan mutu profesional guru

II. Pelaksanaan Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum menurut Hamalik (2010: 173) dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas.

a. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Sekolah

Pada pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, kepala sekolah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kurikulum di lingkungan sekolah (Hamalik, 2010: 173), dikarenakan:

i. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin

Tanggung jawab kepala sekolah adalah memimpin sekolah melaksanakan dan membina serta mengembangkan kurikulum. Pada

(10)

umumnya seorang pemimpin (termasuk kepala sekolah) harus memiliki sikap:

1. Mampu mengelola sekolah (magerial skills)

Kemampuan ini ditandai dengan pengetahuan dan keterampilannya dalam pelaksanaan kurikulum, mislanya organisasi guru bidang studi, pembentukan regu-regu guru dan koordinator bidang studi, pemberian tugas pada guru, mendorong, mengawasi dan menilai kegiatan guru dalam pelaksanaan program sekolah sesuai dengan tuntutan kurikulum yang ada.

2. Kemampuan profesional atau keahlian dalam jabatannya

Keahlian ini memungkinkannya kepala sekolah tersebut untuk  melaksanakan fungsi-fungsi dan tugas-tugas administrasi yang dibebankan kepadanya. Sebagai kepala sekolah dia juga sebagai guru, yang harus memiliki kemampuan profesional kependidikan, termasuk penguasaan dalam bidang program pendidikan keguruan.

3. Bersikap rendah hati dan sederhana

Sikap rendah hati berarti tidak pernah menyombongkan diri tentang kemampuan, pengetahuan dan kelebihannya dalam bidang pendidikan. Sikap ini menuntut kepala sekolah untuk  lebih banyak mendengarkan, memikirkan, dan bertanya/mencari informasi, bukan memerintah atau menyuruh, kendatipun bertindak demikian dalam situasi tertentu tidak dilarang sepenuhnya.

4. Selain dari sikap-sikap tersebut, maka kepala sekolah sebaiknya memiliki ciri- cirri kepribadian, antara lain :

o Bersikap suka menolong

o Sabar dan memiliki kestabilan emosi o Percaya pada diri sendiri

(11)

ii. Kepala Sekolah Sebagai Seorang Administrator

Kepala sekolah adalah seorang administrator dalam pelaksanaan kurikulum yang berperan dalam perencanaan program, pengorganisasian staf pergerakan semua pihak yang perlu dilibatkan dalam pelaksanaan supervisi, dan penilaian terhadap personal sekolah.

iii. Kepala Sekolah Sebagai Penyusun Rencana Tahunan

Kepala sekolah sebagai penyusun rencana tahunan di bidang kemuridan, personal/tenaga kependidikan, sarana pendidikan, ketatausahaan sekolah, pembiayaan/anggaran pendidikan, pembinaan organisasi sekolah, dan hubungan kemasyarakatan/komunikasi pendidikan

iv. Kepala Sekolah Sebagai Pembina Organisasi Sekolah

Pelaksanaan kurikulum membutuhkan dukungan organisasi sekolah yang kuat. Sekolah-sekolah yang tergolong mapan, umumnya pelaksanaan kurikulum ditunjang oleh:

Sekolah-sekolah yang tergolong mapan, umumnya pelaksanaan kurikulum ditunjang oleh :

o Guru bidang studi yang memadai baik jumlah maupun

kualitasnya.

o Staf karyawan tata usaha yang cakap dan terampil. o Bagian pengadaan alat bantu mengajar.

o Bagian perpustakaan dimana sumber bacaan disediakan dan

dioperasikan sesuai dengan tuntutan kurikulum.

o Pengelolaan laboratorium tempat diadakannya percobaan dan

praktek.

o Usaha kesehatan sekolah (UKS), yang dibian oleh dokter,

perawat, tenaga psikiater.

o Bagian bimbingan dan penyuluhan (BP) yang dibina oleh

(12)

o Bagiaan yang bertugas membina kegiatan-kegiatan

ekstrakurikuler, kepramukaan, latihan keterampilan.

o Organisasi Siswa (OSIS) o Organisasi orang tua murid

o Bagian kerohanian dan pembinaan masjid disekolah.

Organisasi yang lengkap seperti diatas menuntut kemampuan organisasi yang memadai dari seorang kepala sekolah agar mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Semua organisasi harus bekerja secara terpadu dibawah koordinasi yang baik, senantiasa terarah ke pencapaian tujuan instruksionakl dan kurikuler disekolah bersangkutan.

v. Kepala Sekolah Sebagai Koordinator Pelaksanaan Kurikulum

Koordinasi bertujuan agar terdapat kesatuan sikap, pikiran dan tindakan para personal dan staf pada suborganisasi dalam organisasi sekolah untuk melaksanakan kurikulumnya. Pelaksanaan koordinasi sejalan dengan pelaksanaan fungsi administrasi, yakni :

o Koordinasi dalam perencanaan o Koordinasi dalam pengorganisasian o Koordinasi pergerakan motivasi personal o Koordinasi dalam pengawasan dan supervise o Koordinasi dalam anggaran biaya pendidikan o Koordinasi dalam program evaluasi

vi. Kepala Sekolah Sebagai Pemimimpin Rapat Kurikuler

Rapat guru adalah media yang paling tepat untuk memusyawarahkan penyelenggaraan, hasil hasil dan berbagai masalah kurikuler disekolah. Rapat dapat diselenggarakan pada awal tahun akademik, pertengahan tahun/semester, akhir tahun akademik, atau dilaksanakan secara incidental menurut kebutuhan yang ada disekolah bersangkutan. Penyelenggaraan rapat mungkin oleh Kepala sekolah atau kepala sub organisasi, atau ketua bidang studi tergantung pada permasalahan yang dihadapi.

(13)

vii. Kepala Sekolah Sebagai Pengelola Sistem Komunikasi dalam Pembinaan Kurikulum

Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan baik dengan semua pihak yang terlibat dalam proses administrasi,baik dalam organisasi maupun luar organisasi. Melalui komunikasi akan terjadi hubungan yang interaktif dari semua pihak yang pada akhirnya mengembangkan proses kerjasama yang baik daam upaya mencapai tujuan-tujuan administrasi kurikulum. Dengan demikian pengertian komunikasi dapat dirumuskan sebagai serangkaian kegiatan dalam proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang/ pihak lain dalam rangka proses kerjasama untuk mencapai tujuan

b. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Kelas

Menurut Hamalik (2010: 180) pada pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang berperan besar adalah guru yang meliputi tiga jenis kegiatan administrasi yaitu:

I. Kegiatan dalam Bidang Proses Belajar Mengajar

Kegiatan ini erat sekali kaitannya dengan tugas-tugas seorang guru sebagaimana yang telah diuraikan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:

 Menyusun rencana pelaksanaan program/unit.

 Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelajaran.

 Pengisian daftar penilaian kemajuan belajar dan perkembangan siswa

 Pengisian buku laporan pribadi siswa. II. Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar ketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapi bersifat paedagogis dan menunjang pendidikan dalam menunjang ketercapaian tujuan sekolah. Kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler ini sesungguhnya merupakan

(14)

bagian integral dari kurikulum yang bersangkutan, dimana guru terlibat didalamnya. Karena itu kegiatan ini perlu deprogram secara baik dan didukung oleh semua guru. Untuk itu perlu disediakan guru penanggung jawab, jumlah biaya dan perlengkapan yang dibutuhkan. III. Kegiatan Bimbingan Belajar

Guru memegang peranan utama dan bertanggung jawab membimbing para siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dan membatu memecahkan masalah dan kesulitan para siswa yang dibimbingnya, dengan maksud agar siswa tersebut mampu secara mandiri membimbing dirinya sendiri.

Tujuan utama bimbingan yang diberikan guru adalah untuk  mengembangkan semua kemampuan siswa agar mereka berhasil mengembangkan huidupnya pada tingkat atau keadaan yang lebih layak dibandingkan dengan sebelumnya. Bimbingan berupa bantuan untuk menyelesaikan masalahnya sehingga dia mandiri dalam menyelesaikan masalahnya, bantuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya seperti keluarga, sekolah dan Masyrakat.

B. Evaluasi Kurikulum

Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui dan memutuskan apakah program yang telah di tentukan sesuai dengan tujuan semula (Hamalik, 2008: 253). Evaluasi kurikulum terdiri atas berbagai aspek yang saling berhubungan, yaitu:

I. Jenis-Jenis Strategi Evaluasi

Menurut Oemar Hamalik (2008: 258) terdapat empat jenis strategi evaluasi, yaitu;

 Strategi pertama terdiri atas penentuan lingkungan tempat terjadinya perubahan, terdapat berbagai kebutuhan yang tidak  atau belum terpenuhi, dan juga berbagai masalah yang mendasari timbulnya kebutuhan serta kesempatan untuk terjadinya perubahan;

(15)

 Strategi kedua terdiri atas pengenalan dan penilaian terhadap berbagai kemampuan (capabilities) yang relevan. Strategi ini sangat besar gunanya dalam pencapaian tujuan program dan desain yang berguna untuk mencapai tujuan-tujuan khusus;

 Strategi ketiga terdiri atas pendekatan dan prediksi hambatan yang mungkin terjadi dalam desain prosedural atau implementasi sepanjang tahap pelaksanaan program; dan

 Strategi keempat terdiri atas penentuan keefektifan proyek yang telah dilaksanakan, melalui pengukuran dan penafsiran hasil-hasil yang telah dicapai sehingga seorang evaluator dapat memilih strategi yang tepat.

II. Prosedur Strategi Evaluasi

a) Evaluasi Kebutuhan dan Feasibility

Menurut Oemar Hamalik (2008: 258) Evaluasi ini dapat dilaksanakan oleh organisasi atau administrator tingkat pelaksana. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:

o Merumuskan tipe dan jenis mata pelajaran atau program yang

sekarang sedang disampaikan;

o Menetapkan program yang dibutuhkan;

o Menilai (assess) data setempat berdasarkan tes baku, tes

intelegensi dan tes sikap yang ada;

o Menilai riset yang telah ada, baik riset setempat maupun riset

tingkat nasional yang sama atau berhubungan;

o Menetapkan  feasibility pelaksanaan program sesuai dengan

sumber-sumber yang ada (manusiawi dan materil);

o Mengenali masalah-masalah yang mendasari kebutuhan; dan o Menentukan bagaimana proyek akan dikembangkan guna

berkontribusi pada sistem sekolah atau sekolah setempat. b) Evaluasi Masukan (Input)

Evaluasi masukan melibatkan para supervisor, konsultan, dan ahli mata pelajaran yang dapat merumuskan pemecahan masalah ini harus

(16)

dilihat dalam hubungannya dengan hambatan (misalnya penerimaan pemecahan masalah tersebut oleh guru dan siswa), kecakapan kerja (pelaksanaan pemecahan masalah dalam kelas atau sekolah), keampuhan (sejauh mana usaha pemecahan masalah tersebut), dan biaya ekonomi (kaitan antara biaya pemecahan masalah dengan hasil yang diharapkan) (Oemar Hamalik, 2008: 259).

Jadi, evaluasi masukan menuju kearah pengembanagan berbagai strategi dan prosedur, yang dalam pembuatan keputusannya sangat dibutuhkan informasi yang akurat. Selain itu, masukan juga berusaha mengenali daerah permasalahan tersebut agar dapat diawasi selama berlangsungnya implementasi

c) Evaluasi Proses

Evaluasi proses adalah sistem pengelolaan informasi dalam upaya membuat keputusan yang berkenaan dengan ekspansi, kontraksi, modifikasi, dan klarifikasi strategi pemecahan atau penyelesaian masalah. Dalam hal ini, staf perpustakaan memainkan peran yang sangat penting, karena mereka secara langsung melakukan monitoring terhadap desain dan prosedur pelaksanaan program, serta memberikan informasi tentang kegiatan-kegiatan program. (Hamalik, 2008: 259). d) Evaluasi Produk 

Evaluasi ini berkenaan dengan pengukuran terhadap hasil-hasil program dalam kaitannya dengan tercapainya tujuan. Berbagai variabel yang diuji bergantung pada tujuan, perubahan sikap, perbaikan kemampuan dan perbaikan tingkat kehadiran (Hamalik, 2008: 259-260).

Evaluasi yang seksama sebaiknya meliputi semua komponen evaluasi tersebut. Namun, sering kali karena keadaan yang tidak  memungkinkan, tidak semua komponen mendapat perhatian sepenuhnya. Administrator program harus pandai memilih aspek yang paling penting mendapatkan perhatian intensif. Berdasarkan evaluasi tersebut, akan diperoleh data dan informasi yang cukup valid serta

(17)

dapat dipercaya dalam upaya pembuatan keputusan dan program perbaikan (Hamalik, 2008: 260).

III. Komponen Desain Evaluasi

Setelah seorang evaluator memilih satu atau semua strategi tersebut, ia selanjutnya perlu membuat rencana rincian atau desain yang lengkap dalam upaya implementasi evaluasi (Hamalik, 2008:260-261). Rencana tersebut terdiri atas beberapa komponen berikut:

a. Penentuan garis besar evaluasi

o Identifikasi tingkat pembuatan keputusan ; dan

o Proyek situasi keputusan bagi setiap tingkat pembuatan

keputusan dengan menetapkan lokasi, fokus, waktu, dan komposisi alternatifnya.

b. Pengumpulan Informasi

o Spesifikasi sumber-sumber informasi yang akan dikumpulkan; o Spesifikasi instrumen dan metode pengumpulan informasi

yang diperlukan;

o Spesifikasi prosedur sampling yang akan digunakan; dan o Spesifikasi kondisi dan skedul informasi untuk dikumpulkan.

c. Organisasi Informasi

o Spesifikasi format informasi yang dikumpulkan;dan

o Spesifikasi alat pengkodean, pengorganisasian, dan

penyimpanan informasi. d. Analisis Infromasi

Spesifikasi prosedur analisis yang akan dilaksanakan dan spesifikasi alat untuk melaksanakan anaalisis.

e. Pelaporan Informasi

o Penentuan pihak penerima (audience) laporan evaluasi;

o Spesifikasi alat penyedia informasi pada penerima informasi; o Spesifikasi format laporan informasi; dan

o Jadwal pelaporan informasi.

(18)

Rangkuman jadwal evaluasi;

o Penentuan staf dan berbagai tuntutan sumber, serta

perencanaan pemenuhan tuntutan tersebut;

o Spesifikasi alat untuk memenuhi tuntutan kebijakan dalam

melaksanakan evaluasi; dan

o Penilaian keampuhan desain evaluasi guna menyediakan

informasi yang valid, reliable, credible, dan sesuai dengan waktu yang tersedia.

IV. Proses Evaluasi Kurikulum

Berbagai model desain kurikulum memerlukan berbagai cara evaluasi yang berbeda pula. Salah satu contoh model yang sering digunakan adalah desain tujuan. Evaluasi ini terdri atas langkah-langkah sebagai berikut:

Pelaksanaan evaluasi internal → Rancangan revisi → Pendapat ahli → Komentar yang dapat dipercaya → Model kurikulum.

Menurut Hamalik (2008: 262) Evaluasi berupa evaluasi internal dan ekseternal. Evaluasi internal dilaksanakan oleh pengembang kurikulum yang bertujuan untuk memperbaiki proses pengembangan kurikulum. Tugasnya, terutama untuk menegaskan apakah tujuan awal telah tercapai atau belum. Adapun evaluasi eksternal dilaksanakan oleh pihak selain pengembang kurikulum, dengan cara tes dan observasi.

Apabila dikategorikan secara sifat, terdapat dua macam evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan sumatif (Hamalik, 2008: 262). Evaluasi formatif adalah proses ketika pengembang kurikulum memperoleh data untuk memperbaiki dan merevisi kurikulum agar menjadi lebih efektif. Evaluasi dituntut dilaksanakan sejak awal dan sepanjang proses pengembangan kurikulum. Adapun evaluasi sumatif bertujuan untuk memeriksa kurikulum, dan diadakan setelah pelaksanaan kurikulum untuk memeriksa efesiensi secara keseluruhan. Evaluasi sumatif menggunakan teknik secara numerik, dan menghasilkan

(19)

kesimpulan berupa data yang diperlukan guru dan administrasi pendidikan.

V. Evaluator Kurikulum

Evaluator adalah tenaga yang mendapat tugas melaksanakan penilaian terhadap program. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab, evaluator perlu memiliki/menguasai kemampuan-kemampuan tertentu yang memadai dalam bidang evaluasi/penialain (Hamalik, 2010: 250), yaitu:

a. Pengetahuan tentang inovasi b. Hubungan masyarakat

c. Kemampuan memproses data

d. Kemampuan dalam bidang pengukuran e. Administrasi penilaian

f. Komunikasi

g. Analisis desain penelitian

2) Program Ketenagaan

Keberhasilan proses pendidikan sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Manajemen tenaga pendidikan menurut Mulyasa (2004: 42) sbertujuan untuk  mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. (Mulyasa, 2004: 42) mengemukakan bahwa manajemen tenaga pendidikan (guru dan personil) mencakup:

a. Perencanaan pegawai

Perencanaan pegawai merupakan kegiatan untuk menentukan kebutuhan pegawai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk sekarang dan masa depan. Sebelum penyusunan perencanaan tersebut, diperlukan analisis pekerjaan (job analisis) dan analisis jabatan untuk memperoleh deskripsi pekerjaan (gambaran tentang tugas-tugas dan pekerjaan yang harus dilaksanakan). Informasi tersebut diperlukan untuk menentukan

(20)

 jumlah pegawai yang diperlukan, dan speksifikasi pekerjaan ( job spefication). Tujuan spesifikasi jabatab ini adalah memberikan gambaran tentang kualitas minimum pegawai yang dapat diterima dan yang perlu untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana mestinya.

b. Pengadaan pegawai

Pengadaan pegawai dilakukan melalui kegiatan rekruitment, yaitu usaha untuk mencari dan mendapatkan calon-calon pegawai yang memenuhi syarat sebanyak mungkin untuk dipilih yang terbaik dan tercakap melalui proses seleksi.

c. Pembinaan dan pengembangan pegawai

Fungsi pembinaan dan pengembangan pegawai merupakan fungsi pengelolaan personil yang mutlak perlu, untuk memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kinerja pegawai. Fungsi pembinaan dan pengembangan pegawai melalui on the job training dan in service training. Kegiatan pembinaan dan pengembangan pegawai ini juga meyang-kut untuk karier pegawai.

d. Promosi dan mutasi

Adakalanya pada suatu organisasi, pengadaan pegawai dapat didatangkan secara intern atau dari dalam organisasi saja, apakah melalui promosi atau mutasi. Hal tersebut dilakukan apabila formasi yang kosong sedikit, sementara pada bagian lain ada kelebihan pegawai atau memang sudah dipersiapkan,

e. Pemberhentian pegawai

Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang menyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan kewajiban sebagai lembaga tempat bekerja dan sebagai pegawai serta masing-masing pihak  terikat perjanjian sebagai bekas pegawai dan lembaga tempat bekerja. Sebab pemberhentian tenaga kependidikan, khususnya pegawai negeri sipil, dikelompokkan ke dalam tiga jenis 1) pemberhentian atas permohonan sendiri; 2) pemberhentian oleh dinas atau pemerintah; dan 3)

(21)

pemberhentian sebab lain-lain. Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah bisa dilakukan dengan beberapa alasan:

o pegawai yang bersangkutan tidak cakap dan tidak memiliki

kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik;

o perampingan atau penyederhanaan organisasi;

o peremajaan, biasanya pegawai yang telah berusia 50 tahun dan

berhak pensiun harus diberhentikan dalam jangka waktu satu tahun;

o tidak sehat jasmani dan rohani sehingga tidak dapat melaksanakan

tugas dengan baik;

o melakukan pelanggaran tindak pidana sehingga dihukum penjara

atau kurungan;

o melanggar sumpah atau janji pegawai negeri sipil.

f. Kompensasi

Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada pegawai, yang dapat dinilai dengan uang (tunjangan, fasilitas perumahan, kendaraan, dan lain-lain) dan mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap.

g. Penilaian pegawai.

Penilaian tenaga kependidikan ini difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah.

3) Program pengadaan sarana dan prasaran pendidikan

Sarana pendidikan merupakan peralatan yang secara langsung digunakan dalam menunjang proses pendidikan, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Sedangkan prasarana pendidikan merupakan fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi  jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sekaligus sebagai lapangan

(22)

olahraga, komponen tersebut merupakan prasarana pendidikan (Mulyasa, 2004: 49).

Mulyasa (2004: 49) mengemukakan bahwa manajemen sarana dan prasaran pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada  jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan serta penataan.

4) Program Pembiayaan Pendidikan

Biaya pendidikan adalah nilai rupiah yang digunakan untuk kegiatan pendidikan yang terdiri dari seluruh sumber daya. Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar menurut Mulyasa (2004: 48) dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu: (1) pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah, maupun kedua-duanya yang bersifat umum atau khusus diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan; (2) orang tua dan peserta didik; (3) masyarakat baik  mengikat maupun tidak mengikat.

Menurut permendiknas No. 69 Tahun 2009, yang termasuk dalam biaya pendidikan, antara lain:

o Biaya Alat Tulis Sekolah (ATS)

o biaya Bahan dan Alat Habis Pakai (BAHP)

Merupakan biaya untuk pengadaan alat-alat dan bahan praktikum Ipa, IPS, Bahasa, Komputer, keterampilan, alat-alat dan bahan Olahraga, alat-alat dan bahan kebersihan, alat-alat dan bahan kesehatan dan keselamatan, tinta stempel, tinta printer dan lain-lain yang habis dipakai dalam waktu satu tahun atau kurang.

o Biaya pemeliharaan dan perbaikan ringan

Merupakan biaya untuk memelihara dan memperbaiki sarana dan prasarana sekolah untuk mempertahankan kualitas sarana dan prasarana sekolah agar layak digunakan sebagai tempat belajar dan mengajar.

(23)

Merupakan biaya untuk membayar langganan daya dan jasa yang mendukung kegiatan belajar mengajar seperti listrik, telepon, air, dan lain-lain.

o Biaya transportasi/perjalanan dinas

Merupakan biaya untuk berbagai keperluan perjalanan dinas pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik baik di dalam kota maupun ke luar kota.

o Biaya konsumsi

Merupakan biaya untuk penyediaan konsumsi dalam kegiatan sekolah yang layak disediakan konsumsi, seperti rapat-rapat sekolah, perlombaan di sekolah, dan lain-lain.

o Biaya Asuransi

Merupakan biaya premi asuransi untuk keamanan dan keselamatan sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik seperti asuransi kebakaran, bencana alam, dan lain-lain.

o Biaya pembinaan siswa/ekstrakurikuler

Komponen utama manajemen keuangan menurut Mulyasa (2004: 49) meliputi, (1) prosedur anggaran; (2) prosedur akuntasi keuangan; (3) pembelajaran; (4) prosedur investasi; (5) prosedur pemeriksaan. Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan ini menganut asas pemisahan tugas antara fungsi otorisator, ordonator, dan bendaharawan Mulyasa (2004: 49). Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan. Adapun bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.

Kepala sekolah sebagai manajer, berfungsi sebagai otorisator, dan dilimpahi fungsi ordinator untuk memerintahkan pembayaran, namun tidak dibenarkan melaksanakan fungsi bendaharawan (Mulyasa, 2004: 49).

(24)

5) Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Hubungan antara sekolah dengan orang tua/wali murid serta masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu sarana sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi murid di sekolah. Sekolah dan orang tua/wali murid memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Mulyasa (2004: 50) menyatakan, bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain:

 memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan murid;

 memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; dan

 menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. Hubungan yang harmonis membuat masyarakat memiliki tanggung jawab untuk  memajukan sekolah. Penciptaan hubungan dan kerja sama yang harmonis, apabila masyarakat mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah. Gambaran yang jelas dapat diinformasikan kepada masyarakat melalui laporan kepada orang tua wali murid, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah murid, penjelasan dari staf sekolah, dan laporan tahunan sekolah. Manfaat hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat menururt Mulyasa (2004: 51) akan membentuk:

1. saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja;

2. saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peran masing-masing;

3. kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada di masyarakat dan merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah.

C. KAJIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN BERORIENTASI HASIL

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai manajemen pendidikan berorientasi proses yang menyangkut aspek belajar dan mengajar, sementara untuk manajemen pendidikan berorientasi hasil yaitu menyangkut hasil

(25)

dari prestasi. Penilaiannya bisa bersifat subjektif karena lebih berdasarkan pendapat guru dan persepsi orang tua. Akan tetapi, bisa objektif apabila fokus pada pelayanan dan skor nilai ujian. Indikator hasil ini lebih pada outcome, tetapi istilah tersebut bisa juga menyangkut komponen lain (input dan proses). Indikator hasil juga menyangkut tingkat kehadiran, penskoran nilai atau kenaikan kelas yang menggambarkan secara umum “kesehatan: dari sekolah”.

Indikator tersebut dapat dijadikan dasar pertimbangan dari aspek program, keseluruhan program sekolah, kebijakan yang telah dilaksanakan dan atau pengembangan rencana karena kelompok pembuatan kebijakan, dan memastikan bahwa indikator yang telah disebutkan memenuhi aspek akuntabilitas. Oleh karena itu, indikator harus mudah dipahami, valid, dan mudah dikomunikasikan kepada yang lainnya (Nanang, 2012: 120).

Selain itu, sekolah memiliki output yang diharapkan yaitu berupa prestasi sekolah yang dihasilkan melalui proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada umumnya, output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik dan output berupa prestasi non-akademik. Output prestasi akademik misalnya lomba karya ilmiah remaja, lomba (bahasa Inggris, matematika, fisika, dsb), cara berpikir (kritis, kreatif divergen, nalar, rasional, induktif, deduktif, dan ilmiah). Output nonakademik, misalnya akhlak/budi pekerti, dan perilaku sosial yang baik seperti bebas narkoba, kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi kedisiplinan, kerajinan, prestasi olahraga, kesenian dan kepramukaan (Rohiat, 2008: 58).

Sementara itu, untuk memonitoring hasil kebijakan, kita harus membedakan antara dua jenis akibat yait keluaran ( ouput ) dan dampak (impact ). Keluaran kebijakan adalah barang-barang, jasa, atau sumber daya yang diterima oleh kelompok sasaran dan kelompok penerima ( beneficiaries). Sebaliknya, dampak kebijakan merupakan perubahan nyata pada tingkah laku atau sikap yang dihasilkan oleh keluaran kebijkan tersebut (Nanang, 2012: 206).

Di sisi lain manajemen pendidikan juga berkaitan dengan Outcomes-Based   Education. Dalam hal ini, Spady (dalam Makmuri, 2016: 14) menjelaskan bahwa

(26)

V  sebagai pendekatan yang komprehensif dalam mengatur operasional sistem pendidikan dengan penekanan pada kemampuan siswa mengimplementasikan keterampilan yang di dapat dari proses pembelajaran. Adapun keunggulan dari Outcomes-Based Education yaitu:

1. Clarity: fokus pada hasil menciptakan harapan yang jelas tentang apa yang harus dicapai pada akhir pembelajaran. siswa akan memahami apa yang diharapkan dari mereka dan guru akan mengetahui bahwa mereka dibutuhkan untuk mengajar.

2. Flexibility: mengenai kejelasan tentang apa yang perlu dilakukan, pengajar dapat menyusun strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu, Outcomes-Based Education tidak menentukan strategi pembelajaran yang spesifik, namun memberikan kebebasan kepada guru untuk menggunakan strategi pembelajaran apa saja.

3. Comparison: dimana Outcomes-Based Education memberikan kemungkinan perbandingan antar lembaga dan institusi. Pada tingkat individu, lembaga pendidikan dapat mengukur apakah hasil pencapaian siswanya telah mencukupi jika ditempatkan atau berada pada lembaga pendidikan atau institusi lain. Pada tingkat lembaga, setiap lembaga/institusi dapat saling memeriksa dan menemukan persamaan serta celah yang perlu diperbaiki.

4. Involvement: dimana Outcomes-Based Education membutuhkan keterlibatan siswa di kelas. Siswa juga diharapkan untuk belajar dan memperkaya pengetahuan dan keterampilan mereka secara mandiri sehingga memperoleh pemahaman yang utuh. Peningkatan keterlibatan siswa memungkinkan siswa untuk merasa bertanggung jawab terhadap masa depan mereka, termasuk  dengan melibatkan orang tua dan masyarakat.

D. KAJIAN MANAJEMEN BERBASIS TQM  Latar Belakang TQM 

Di era kontemporer dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya model pengelelolaan pendidikan berbasis industri. Pengelolaan ini mengandaikan adanya

(27)

upaya pihak pengelola atau manajemen institusi pendidkan untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan yang populer dengan sebutan Total Quality Education. Manajemen lembaga pendidikan ini menerapkan Total Quality Management  (TQM) yang pada awalnya hanya diterapkan di dunia bisnis.

TQM merupakan hal yang baru dalam bidang pendidikan, karena TQM biasa diterapkan dalam bidang industri. Hanya sedikit literatur yang memuat referensi asal mula TQM di bidang pendidikan sebelum tahun 1980an. Beberapa upaya reorganisasi praktek pendidikan berkonsep TQM telah dilaksanakan di beberapa universitas di Amerika dan beberapa lainnya di Inggris. Inisiatif ini bermula di Amerika baru kemudian di Inggris. Dalam hal ini institusi-institusi yang menggunakan indikator prestasi pun telah mulai menunjukkan keseriusannya terhadap TQM sebagai upaya untuk meningkatkan standar pelayanannya.

TQM berasal dari kata manajemen, kualitas, dan total. Manajemen di dalam TQM berarti pengelolaan setiap orang yang berada di dalam organisasi, apapun status, posisi atau perannya. Kualitas (quality) sering disama artikan dengan mutu; dan total yang dalam TQM adalah melibatkan semua komponen organisasi yang berlangsung secara terus-menerus. Sehingga TQM merupakan suatu bentuk teknik manajemen dari semua komponen yang berfokus kepada kualitas/mutu.

Beberapa tahun ke belakang TQM mendapatkan perhatian lebih, khususnya di bidang pendidikan guna meningkatkan mutu pendidikan tersebut. Peningkatan mutu ini menjadi semakin penting di era kompetisi yang serba tidak   jelas, sehingga mutu menjadi faktor pembeda institusi pendidikan yang satu dan

yang lain. Sekolah-sekolah dan universitas pun menerapkan berbagai strategi kompetitif untuk memperlihatkan mutu institusinya dan mampu bertahan menghadapi kompetisi global (Sallis, 2012).

(28)

 Konsep TQM 

Secara filosofis konsep ini menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Institusi atau lembaga pendidikan memposisikan diri sebagai institusi  jasa yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang dibutuhkan pelanggan (costumer ). Prinsip dasar TQM adalah bahwa pelanggan dan kepentingannya harus diutamakan. Jasa yang diberikan tentulah harus bermutu dan memberikan kepuasan kepada pelanggan. Sehingga dibutuhkan manajemen yang dapat memberdayakan lembaga pendidikan agar lebih bermutu (Sallis, 2011).

TQM berlandaskan pada kepuasan pelanggan sebagai sasaran utama. Dalam penerapaan TQM di bidang pendidikan pelanggan dapat dibedakan menjadi 2 kategori yaitu:

1. Pelanggan internal

Dalam dunia pendidikan yang dimaksud pelanggan internal adalah orang-orang yang berperan dalam manajemen institusi yang termasuk di dalamnya juga para pengelola institusi seperti kepala sekolah, guru, staf, dan lain-lain.

2. Pelanggan eksternal

Pelanggan eksternal adalah masyarakat, pemerintah, dan dunia industri. Pelanggan Pendidikan dari Sistem TQM

Pendidikan

(nilai tambah yang diberikan)

: Jasa

Pelajar : Pelanggan atau klien eksternal utama

Orangtua/ kepala daerah/ sponsor : Pelanggan eksternal kedua Pemeritah/ masyarakat/bursa kerja : Pelanggan eksternal ketiga

(29)

 Mutu dalam TQM 

Suatu institusi pendidikan dapat dikatakan bermutu jika dapat memenuhi kepuasan pelanggan, baik internal dan eksternal atas jasa dan pelayanan yang diberikan.

Selain dari segi pelanggan, institusi disebut bermutu dalam TQM jika memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Mutu ini ditentukan dari 2 faktor yaitu terpenuhinya spesifikasi sebelumnya dan terpenuhinya spesifikasi yang diharapkan sesuai tuntutan dan kebutuhan pengguna jasa. Dalam hal kualitas juga harus memenuhi (Sallis, 2011):

1. Quality in fact 

Standar mutu dan pelayanan diukur dengan kriteria sesuai dengan spesifikasi. Dalam penyelenggaraan di pendidikan hal ini dapat dilihat dari profil lulusan yang sesuai dengan kualifikasi tujuan pendidikan, yang berbentuk standar kemampuan dasar berupa kualifikasi akademik minimal yang dikuasai peserta didik.

2. Quality in perception

Diukur dari kepuasan pengguna, meningkatnya minat, harapan, dan kepuasan pelanggan. Dalam penyelenggaraan di pendidikan dapat dilihat dari kepuasan dan bertambahnya minat pelanggan eksternal (masyarakat, pemerintah, dan industri) terhadap lulusan institusi pendidikan

 Pokok-pokok Penerapan TQM 

Dalam penerapan TQM dalam bidang pendidikan ada beberapa pokok-pokok yang harus diperhatikan dan menjadi fokus dalam institusi pendidikan (Sallis, 2012):

1. Perbaikan terus menerus (continuous improvement )

Pihak pengelola akan terus menerus melakukan perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus untuk menjamin semua komponen mencapai standar mutu yang ditetapkan. Hal ini berarti lembaga senantiasan memperbaharui proses berdasarkan pada kebutuhan dan tuntutan pelanggan.

(30)

Hal ini digunakan untuk menetapkan standar mutu dari semua komponen yang bekerja. Standar mutu ini dapat berupa kepemilikan atau akuisisi kemampuan dasar pada masing-masing bidang dan sesuai dengan jenjang yang ditempuh. Selain itu manajemen juga harus menentukan standar mutu untuk  semua materi, kurikulum, dan standar evaluasi yang akan dijadikan alat untuk  mencapai standar kemampuan dasar.

Standar mutu pada penilaian hasil pembelajaran diarahkan pada dua aspek  yaitu instructional effect  yaitu hasil yang kasat mata dan nurturant effect  yang merupakan hasil laten proses pembelajaran seperi terbentuknya kebiasaan membaca, kebiasaan memecahkan masalah.

3. Perubahan kultur (culture change)

Konsep ini bertujuan membentuk budaya organisasi yang menghargai mutu dan menjadikan mutu sebagai orientasi semua komponen organisasi. Jika TQM ditetapkan dan diterapkan maka semua pihak harus membangun kesadaran diri akan pentingnya mempertahankan dan meningkatkan mutu pembelajaran.

Perubahan kultur kepada kultur mutu ini dapat dilakukan dengan cara: perumusan keyakinan bersama, intervensi nilai-nilai agama, yang dilanjutkan pada perumusan visi misi organisasi.

4. Perubahan organisasi (upside down organization)

Perubahan organisasi akan sangat mungkin terjadi jika terdapat perubahan visi misi, serta tujuan organisasi berubah atau mengalami perkembangan. Perubahan ini akan terjadi pada sistem atau struktur organisasi, yang juga berpengaruh pada perubahan kewenangan, tugas-tugas, dan tanggung jawab.

5. Mempertahankan hubungan dengan pelanggan (keeping close to the costumer )

Karena olembaga menginginkan kepuasan pelanggan, maka perlunya mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan. Dan inilah yang dikembangkan dalam unit public relations.

Berbagai informasi antara lembanga dan pelanggan harus terus menerus dipertukarkan, agar lembaga dapat terus melakukan perubahan-perubahan atau

(31)

improvisasi yang diperlukan terutama yang berdasarkan pada perubahan sifat dan pola tuntutan serta kebutuhan pelanggan.

Pelanggan juga diperkenankan untuk melakukan kunjungan, pengamatan, dan penilaian dan memberikan masukan kepada institusi. Semua hal ini selanjutnya akan diolah dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu proses dan hasil.

 Kelebihan TQM bagi lembaga pendidikan antara lain :

1. TQM dapat membantu sekolah dalam meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik kepada siswa, orang tua dan lembaga terkait.

2. Sebagai upaya mereformasi pendidikan, peningkatan mutu melalui TQM merupakan cara mendasar untuk memenuhi persyaratan pelanggan (akuntabilitas public )

3. Meningkatkan kegairahan dan tantangan bagi guru dan siswa dalam lingkungan belajar mengajar yang tidak puas dengan se kedar nilai “ cukup  baik “

Standar Mutu Institusi Pendidikan di Indonesia (Soerjaningsih, 2004)

• Akreditasi Perguruan Tinggi oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN)

Sistem akreditasi atas Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia yang dilaksanakan oleh BAN dikembangkan dengan melihat bahwa hakikat PT adalah sebagai tempat pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualifikasi dan kemampuannya siap diaplikasikan di pasaran tenaga kerja.

Sistem akreditasi ditujukan kepada dua sasaran, yaitu akreditasi program studi yang mempertimbangkan tentang relevansi, keterkaitan, dan mutu; serta akreditasi kelembagaan yang mempertimbangkan aspek kesepadanan dan efisiensi, meskipun pada saat awal ini baru akreditasi program studi yang dilakukan.

Model Sistem Akreditasi BAN mendefinisikan dimensi yang diamati adalah mutu, relevansi, dan efisiensi sedangkan komponen yang diakreditasi,

(32)

meliputi faktor masukan dengan indikator berupa mahasiswa, tenaga akademis, sarana/prasarana, dan kurikulum; Faktor proses dengan indikator pengelolaan lembaga, pengelolaan program, pengelolaan pembelajaran, evaluasi program, evaluasi proses, dan evaluasi produk; Kemudian faktor luaran dengan indikator hasil kinerja. Model Sistem Akreditasi BAN dapat digambarkan sebagai berikut.

Dari penilaian tersebut, setiap PT dituntut untuk mengembangkan dirinya dengan memperbaiki bagian yang dirasakan masih lemah agar harapan pemerintah yang digambarkan di dalam ukuran bakuan mutu yang digambarkan dalam borang akreditasi tersebut secara bertahap dapat dipenuhi oleh PT.

Fungsi BAN:

1. Mengawasi mutu dan efisiensi pendidikan tinggi melalui proses akreditasi pada semua program studi dalam institusi pendidikan tinggi di Indonesia; 2. Menyebarluaskan informasi pada publik mengenai status akreditasi dari

program studi dalam institusi pendidikan tinggi, sehinggga publik dalam meyakini mutu pendidikan yang ditawarkan, dan mutu program-program tersebut dapat dipertahankan dan ditingkatkan;

3. Memberikan saran pembinaan mengenai peningkatan mutu program-program studi.

(33)

• Sistem Mutu ISO 9000

Dalam menghadapi era globalisasi saat ini dan persaingan yang makin meningkat sehingga mau atau tidak PT Indonesia akan dituntut untuk  meningkatkan mutu agar dapat bersaing dengan PT asing.

Salah satu badan akreditasi internasional yang berhak melakukan pengecekan dan penilaian serta memutuskan apakah proses suatu lembaga telah memenuhi standar adalah International Organization for Standardization atau Badan Standar Internasional, yaitu Sistem Manajemen Mutu (Quality  Management System) ISO yang merupakan konsesus internasional untuk

praktek-praktek manajemen yang baik yang dikoordinasikan.

Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System) ISO merupakan salah satu proses yang masih menjadi bagian dari proses TQM. Proses pengembangan secara terus menerus dalam TQM akan berhasil jika terdapat proses yang komprehensif untuk melakukan pengujian, pencermatan, analisis, dan pelaporan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan proses dalam upaya untuk  merelisasikan produk. Manajemen mutu pendidikan pada dasarnya bertujuan mencari perubahan fokus sekolah, dari kelayakan jangka pendek ke arah perbaikan mutu jangka panjang, serta dampak pada nilai-nilai skeolah. (Rochaety & dkk, 2010)

ISO yang saat ini telah diadopsi dalam bidang pendidikan adalah ISO 9000. ISO 9000 adalah salah satu standar yang dihasilkan di Jenewa, Swiss oleh Organization for Standarization. ISO merupakan kepanjangan dari International Standar Organization yakni sekumpulan standar sistem kualitas universal yang memberikan rerangka yang sama bagi jaminan kualitas yang dapat dipergunakan diseluruh dunia.

ISO 9000 menguraikan filosofi umum dari standar sistem mutu, karakteristik, jenis-jenis, dan dimana serta kapan standar ini tepat digunakan, serta mendiskripsikan unsur-unsur yang harus dimasukkan dalam model penjaminan mutu ini. Jika suatu lembaga pendidikan mempunyai Sertifikat ISO 9000 ini,

(34)

maka lembaga tersebut telah lolos pengecekan dan penilaian serta telah memenuhi standar ISO 9000 yang diharapkan dan juga secara patuh memegang dan memenuhi kualifikasi mutu dalam proses.

Tujuan ISO 9000 (Tjiptono, 2002) adalah:

1. Lembaga harus dapat mencapai dan mempertahankan kualitas produk atau  jasa yang dihasilkan, sehingga secara berkesinambungan dapat memenuhi

kebutuhan para pengguna (costumer ).

2. Harus dapat memberikan keyakinan kepada pihak manajemennya sendiri bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah dicapai dan dapat dipertahankan.

3. Harus memberikan keyakinan kepada pihak costumer bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah atau akan dicapai dalam produk atau jasa yang dijua.

Manfaat yang didapatkan oleh suatu organisasi/institusi (baik itu lembaga pendidikan) yang telah memperoleh sertifikasi ISO 9000:

• suatu organisasi (termasuk didalamnya institusi pendidikan) yang

memiliki sertifikat ISO 9000 tersebut kualitasnya diakui oleh dunia internasional dan dapat memperoleh akses yang lebih besar untuk  memasuki pasar luar negeri, terutama dalam hal membuka cabang institusi dan “peng-eksporan” tenaga jasa pendidikan diluar negeri terutama negara yang mensyaratkan dipenuhinya ISO 9000 dan memiliki kesesuaian (compatibility) dengan pemasok dari luar negeri

• sebuah institusi atau lembaga pendidikan yang telah mendapatkan

sertifikasi ISO 9000 tersebut cenderung untuk meningkatkan kualitas dan keragaman pekerjaan yang secara bersamaan juga meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan pula daya saing institusi atau lembaga pendidikannya untuk menghadapi persaingan globalisasi.

(35)

Menurut Edward Sallis (Sallis, 2011) ada beberapa syarat sebuah organisasi/institusi pendidikan agar bisa mendapatkan sertifikasi ISO 9000, yaitu:

1. Komitmen Manajemen terhadap Mutu 2. Sistem Mutu

3. Kontrak dengan Pelanggan Internal & Eksternal (Hak Pelajar dan Hal Pelanggan Eksternal, seperti orang tua)

4. Kontrol Dokumen

5. Kebijakan Seleksi & Ujian Masuk 

6. Layanan Pendukung Pelajar, yang mencakup Kesejahteraan, Konseling dan Pengarahan Tutorial

7. Catatan Kemajuan Pelajar

8. Pengembangan, Desain dan Penyampaian Kurikulum~Strategi-strategi Pengajaran dan Pembelajaran

9. Penilaian Tes

10. Konsistensi Metode Penelitian

11. Prosedur dan Catatan Penilaian yang mencakup Catatan Prestasi

12. Metode dan Prosedur Diagnostik untuk Mengidentifikasikan Kegagalan dan Kesalahan

13. Tindakan Perbaikan terhadap Kegagalan Pelajar, Sistem untuk  Menghadapi Komplain dan Tuntutan

14. Fasilitas & Lingkungan Fisik, Bentuk Tawaran Lain, seperti Fasilitas Olah Raga, Kelompok-kelompok dan Perkumpulan Ekstra Kurikuler, Persatuan Pelajar, Fasilitas Pembelajaran, dan lain-lain

15. Catatan Mutu

16. Prosedur-prosedur Pengesahan & Audit Mutu Internal

17. Pelatihan dan Pengembangan Staf, mencakup Prosedur-prosedur untuk  Menilai Kebutuhan-kebutuhan Pelatihan dan Evaluasi Efektifitas Pelatihan 18. Metode-metode Review, Monitoring dan Evaluasi

(36)

BAB III KESIMPULAN

Manajemen pendidikan berorientasi tujuan menitik beratkan tujuan pendidikan pada setiap fungsi-fungsi manajemen yang diterapakan.

Manajemen pendidikan berorientasi proses manajemen pendidikan yang berlandaskan kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk mencapai pelaksanaan proses belajar mengajar yang baik.

Manajemen pendidikan berorientasi hasil mengacu pada prestasi akademik  dan non akademik yang kemudian dipertimbangkan dalam monitoring kebijakan yang ada.

Penerapan TQM berfokus pada mutu dari pendidikan. TQM memang tidak  mudah, diperlukan komitmen dan kerja sama yang baik antar departemen terkait, oleh karena itu perlu ada kejelasan secara sistemik dalam memberikan kewenangan antar institusi terkait. Jika manajemen ini diterapkan sesuai dengan ketentuan yang ada dengan segala dinamika dan fleksibilitasnya, maka akan menjadi perubahan yang cukup efektif bagi pengembangan dan peningkatan mutu dan mutu pendidikan nasional.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang. 2012. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya

Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya

Makmuri, Sri. 2016. Implementasi TQM pada CBE dalam Filosofi Teori OBE . https://www.academia.edu/24213874/Implementasi_TQM_pada_CBE_dal am_Filosofi_Teori_OBE. Diakses 10 Nopember 2016.

Martin. (2013). Perencanaan Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nurdin, D. (2007). Manajemen Pendidikan. In T. P. UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian II: Ilmu Pendidikan Praktis (pp. 221-246). Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Rochaety, E., & dkk. (2010). Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Rohiat. (2008). Manajemen Sekolah. Bandung: PT Reflika Aditama.

Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik Dilengkapi dengan Contoh Rencana Strategi dan Rencana Operasional. Bengkulu: Refika Aditama.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini didapatkan hasil analisis yang menunjukkan bahwa rata-rata morfologi spermatozoa wistar jantan ( Rattus norvegicus ) setelah diberi perlakuan dengan

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa pengalaman petani responden dalam menjalankan usahatani jagung untuk Kecamatan Labangka (lahan kering) lebih tinggi dibandingkan

Hal ini karena mahasiswa sudah mempunyai kesadaran dalam dirinya sendiri untuk menerapkan alat pelindung diri yaitu sebanyak 31 mahasiswa (66.0%) sering

Perencanaan Keperawatan Keluarga Dosen: Ifa Nofalia, M.Kep. Perencanaan keperawatan keluarga merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan. Setelah perawat merumuskan

Untuk mengembangkan wakaf produktif, setidaknya diperlukan pengurus Badan Wakaf yang memiliki potensi untuk mengembangkan sumber daya naz}ir, sehingga memiliki kemampuan di

Jika batas atas dan bawah irisan berubah untuk sembarang irisan di D maka daerah D harus dibagi dua atau lebih... Luas D dihampiri oleh jumlah luas

Semakin tinggi risiko bisnis yang dipilihnya, semakin besar capital yang harus disediakan oleh banka. Semakin tinggi risiko bisnis yang dipilihnya, bank harus

Skripsi berjudul Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling SMK Berdikari Jember Dalam Mengatasi Siswa Yang Membolos telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Ilmu Sosial