• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KEGIATAN PADA SATUAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL

D. Kajian Peraturan Daerah

Sistem Peraturan Perundang-undangan di Indonesia mengenal adanya hierarki yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Hierarki sebagaimana dimaksud meletakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada puncak hierarki demikian seterusnya hingga Peraturan Daerah Kabupaten / Kota didasar hierarki. Adanya penerapan system hierarki sebagaimana dimaksud, secara otomatis berimplikasi pada penerapan prinsip “lex superior derogate legi inferiori” bahwa peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan yang lebih rendah. Dengan demikian, dalam pembentukan produk hukum jenis apapun ditingkat manapun, prinsip tersebut menjadi hal penting yang harus dicermati. Dalam pemaknaan prinsip sebagaimana dimaksud maka kajian terhadap Peraturan Daerah menjadi penting guna melihat apakah Peraturan Daerah yang ada telah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang secara hierarkis berada diatasnya ataukah belum sehingga dapat berimplikasi kepada terjadinya konflik hukum dalam masyarakat yang kemudian bermuara pada ketidakpastian hukum. Disamping itu juga pengkajjian terhadap Peraturan Daerah menjadi penting untuk mencermati Peraturan Daerah dari berbagai sudut pandang guna melihat mengenai implementasi Peraturan Daerah dimaksud.

2. Tujuan

Kegiatan Kajian Peraturan Daerah yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sulawesi Utara bertujuan :

a. Untuk mengetahui kesesuaian baik secara teknis maupun substantif dari suatu Peraturan Daerah yang ada ditingkat Provinsi, Kabupaten / Kota dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi secara hierarkis.

b. Untuk mengetahui aspek implementasi dari suatu Peraturan Daerah (Provinsi, Kabupaten/ Kota) di dalam masyarakat.

3. Hasil Kegiatan

1) Kegiatan Kajian Peraturan Daerah Tahun 2017 yaitu mengkaji tentang Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman beralkohol di Provinsi Sulawesi Utara. Adapun kajian yang di berikan meliputi Kajian Komprehensif dan Kajian dari Berbagai Aspek. • Kajian Komprehensif

Setelah tim Kajian Peraturan Daerah melakukan pengumpulan data dan mengkaji Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol di Provinsi Sulawesi Utara didapati bahwa minuman beralkohol merupakan salah satu produk yang bernilai ekonomis serta berkaitan erat dengan aspek kesehatan, kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat, moral, sikap mental dan sikap sosial masyarakat, yang dewasa ini peredarannya semakin meningkat dan meluas bahkan sampai merambah kepada semua tingkat kehidupan masyarakat. Dalam upaya meminimalkan dampak negative

akibat mengkonsumsi minuman beralkohol dimaksud, perlu diadakan pengendalian, pengawasan dan penanggulangan peredaran minuman beralkohol.

• Kajian dari Berbagai Aspek

Pasal-pasal KUHP tentang Kejahatan yang berhubungan dengan akibat Penyalahgunaan Alkohol (Minuman Keras)

- Pasal 492 KUHP, Pasal 285 KUHP, Pasal 289 KUHP, Pasal 338 KUHP, Pasal 351 KUHP, Pasal 362 dan 363 KUHP.

Penjelasan atas Pasal-Pasal dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol di Provinsi Sulawesi Utara

- Pasal 2

a. Asas Kemanfaatan, yang mengandung bahwa Peraturan Daerah ini harus bermanfaat dalam upaya meminimalisir terjadinya gangguan keamanan, ketertiban, dan tindak criminal berlatar belakang mengkonsumsi minuman beralkohol.

b. Asas Kepastian Hukum, bahwa demi tegaknya Peraturan Daerah ini sebagai norma yang berfungsi untuk mengatur pola kehidupan masyarakat dapat ditaati dan dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat serta apparat penegak hukum

c. Asas Keadilan, bahwa unsur keadilan harus dilaksanakan dalam rangka penegakan hukum terhadap perilaku menyimpang setiap individu yang telah melakukan penyalahgunaan konsumsi minuman beralkohol.

- Pasal 22

b. Ayat (2) Cukup jelas c. Ayat (3) Cukup jelas d. Ayat (4)

Yang dimaksud dengan harus dijadikan bahan baku pada pabrik minuman beralkohol adalah bahwa hasil produksi petani dalam bentuk bahan baku minuman beralkohol yang berasal dari pohon aren/seho tidak boleh disalurkan atau diedarkan ketempat lain.

- Pasal 36

Yang dimaksud dengan :

a. Preventif adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk mencegah dampak yang dapat diakibatkan oleh mabuk akibat mengkonsumsi minuman beralkohol dengan melakukan kegiatan antara lain sosialisasi, pemajangan spanduk / pamphlet yang berisi ajakan untuk tidak mengkonsumsi atau bahaya minuman beralkohol, atau kegiatan yang bersifat pencegahan lainnya.

b. Represif adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan/atau apparat penegak hukum untuk menindak semua pelanggaran terhadap Peraturan Daerahh

c. Rehabilitasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka untuk melakukan upaya penyembuhan bagi peminum minuman beralkohol yang telah kecanduan/ketergantungan minuman beralkohol, melalui pusat-pusat pelayanan kesehatan di daerah.

2) Kegiatan Kajian Peraturan Daerah Tahun 2018 yaitu mengkaji tentang Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perdagangan Manusia di Provinsi Sulawesi Utara. Adapun

kajian yang di berikan meliputi Kajian Komprehensif dan Kajian dari Berbagai Aspek.

• Kajian Komprehensif

Trafficking merupakan suatu permasalahan lama yang kurang mendapatkan perhatian sehingga keberadaannya tidak begitu nampak di permukaan padahal dalam prakteknya sudah merupakan permasalahan sosial yang berangsur angsur menjadi suatu kejahatan masyarakat dimana kedudukan manusia sebagai obyek sekaligus sebagai subyek dari trafficking. Selain masalah utama kurangnya upaya hukum pencegahan yang kuat bagi para pelaku, masalah ini juga didasari oleh lemahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mengerti dan paham akan adanya bahaya yang ditimbulkan dari praktek trafficking.

Perdagangan manusia merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari tindak kekerasan yang dialami orang terutama perempuan dan anak termasuk kejahatan dan pelanggaran hak asasi manusia. Human trafficking merupakan bentuk kejahatan yang paling tidak disadari oleh korban. Modusnya seringkali bersembunyi di balik kondisi kesulitan ekonomi dan finansial dengan menawarkan pekerjaan yang dibutuhkan dan membuat korban tidak berkesempatan bersikap kritis terhadap pekerjaan yang ditawarkan karena terdesak untuk hanya berpikir tentang bagaimana melanjutkan hidup.

• Kajian dari Berbagai Aspek

- Undang-Undang tentang Trafficking

Berikut ini beberapa peraturan perundang-undangan :

a. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Pasal 285, 287-298; Pasal 506

b. UU RI No. 7 tahun 1984 (Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan/CEDAW; pasal 2,6,9,11,12,14,15,16)

c. UU RI No. 20 tahun 1999 (Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 tentang Usia Minimum yang Diperbolehkan Bekerja)

d. UU RI No. 1/2000 (Ratifikasi Konvensi ILO No. 182 tentang Bentuk-Bentuk PekerjaanTerburuk untuk Anak)

e. UU RI no. 29/1999 (Ratifikasi Konvensi untuk Mengeliminasi Diskriminasi Rasial)

f. Keppres No 36/1990 (Ratifikasi Konvensi Hak Anak)

- Perdagangan Manusia ditinjau dari Aspek Hak Asasi Manusia (HAM)

Perdagangan manusia juga mendapat perhatian dari sudut pandang Hak Asasi Manusia (HAM) Pasal 20 ayat (1) dan (2) undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang HAM menyatakan bahwa perbudakan dan penghambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita dan segala perbuatan berupa apapun yang tujuannya serupa dilarang.

Di Indonesia sendiri pemberian perlindungan kepada korban perdagangan manusia ini di atur dalam BAB tersendiri. Pasal 44 Uundang nomor 21 Tahun 2007 tentang tindak pidana perdagangan orang. yakni “ketentuan mengenai perlindungan saksi dan korban dalam perkara tindak pidana perdagangan orang dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini.

Dalam pasal 54 jelas memuat adanya kewajiban bagi negara melindungi korban berada di luar negeri yang memerlukan perlindungan hukum akibat tindak

pidana perdagangan orang. Pemberian perlindungan inilah yang kadangkala menimbulkan masalah sendiri dikarenakan para korban perdagangan manusia ini biasanya memasuki wilayah suatu negara itu dengan cara illegal dan tidak memiliki dokumen resmi. Pada kasus-kasus tertentu para korban bukannya mendapatkan perlindungan dari negara penerima tetapi malah mendapatkan masalah dikarenakan kehadiran mereka sendiri sudah melanggar aturan sebagaimana mestinya.

3) Kegiatan Kajian Peraturan Daerah Tahun 2019 yaitu mengkaji tentang Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Utara Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perangkat Desa. Adapun kajian yang di berikan meliputi Kajian Umum dan Kajian Khusus. • Kajian Umum

Pengaturan mengenai Pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa dalam suatu Peraturan Daerah pada prinsipnya merupakan delegasi dari ketentuan dalam Pasal 50 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyatakan bahwa : “ Ketentuan lebih lanjut mengenai perangkat desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50 ayat (1) diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten / Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah”. Dengan adanya delegasi sebagaimana dimaksud, secara otomatis pemerintah daerah Kabupaten/Kota termasuk Kabupaten Minahasa Utara memiliki kewajiban untuk menetapkan Peraturan Daerah yang mengatur hal sebagaimana dimaksud. Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Utara mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Utara Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perangkat Desa. Hal tersebut juga sejalan dengan aspek kewenangan yang dimiliki Pemerintah Daerah jika ditinjau berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Pasal 12 ayat (2) huruf d diatur bahwa pemberdayaan masyarakat dan desa merupakan salah satu bidang urusan

yang dibagi antar tingkatan pemerintahan dimana Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota juga merupakan salah satu subyek yang diberi kewenangan untuk menyelenggarakan bidang urusan sebagaimana dimaksud. Sehingga pembentukan Peraturan Daerah yang mengatur mengenai perangkat desa juga merupakan salah satu upaya Pemerintah Daerah untuk mengoptimalisasi kewenangan yang dimiliki.

• Kajian Khusus

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Utara Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perangkat Desa ini terdapat beberapa hal dari aspek teknis maupun substantif yang perlu menjadi kajian diantaranya :

a. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perangkat Desa ini merupakan peraturan daerah delegasi sehingga berdasarkan ketentuan dalam angka 27 Lampiran II Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, cukup memuat satu pertimbangan yang berisi uraian ringkas mengenai perlunya melaksanakan ketentuan pasal atau beberapa pasal dari Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang memerintahkan pembentukan Peraturan Daerah tersebut dengan menunjuk pasal atau beberapa pasal dari Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang memerintahkan pembentukannya.

b. Dalam dasar hukum mengingat Peraturan Daerah ini, sesuai dengan ketentuan angka 28 Lampiran II Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, hanya perlu memuat dasar kewenangan pembentukan Peraturan

Perundang-undangan, dan Peraturan Perundang-undangan yang memerintahkan pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

c. Dalam Peraturan Daerah ini terdapat beberapa Pasal yang memuat tentang pengertian yang perlu mengacu pada peraturan yang lebih tinggi atau Peraturan Perundang-undangan yang memerintahkan pembentukan Peraturan Daerah ini.

d. Dalam penyusunan pasal demi pasal Peraturan Daerah ini perlu mengacu pada Lampiran II Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

E. Mediasi dan Konsultasi Peraturan Daerah