• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

Dalam dokumen WARIH BUDIYONO SETYAWAN (Halaman 51-58)

BAB II KAJIAN LITERATUR EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN

2.2 Kajian Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

2.2.1 Latar Belakang (Petunjuk Teknis Operasional PPK 1999/2000)

Penanggulangan kemiskinan dengan menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat melalui sebuah program yang diberi nama Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Hal tersebut adalah merupakan wujud nyata kebijakan pemerintah dalam upaya mengurangi angka kemiskinan di Indonesia.

PPK merupakan media pembelajaran dan pengembangan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan melalui asas PPK yaitu Dari Oleh dan Untuk Masyarakat (DOUM), karena masyarakat terlibat secara langsung dalam kegiatan pembangunan tersebut mulai dari usulan kegiatan, pelaksanaan kegiatan sampai akhirnya pada pelestarian kegiatan tersebut.

PPK merupakan program kelanjutan dari Program Inpres Desa Tertinggal dan Program P3DT. PPK Fase I dimulai tahun anggaran 1998/1999 dan berakhir pada tahun 2001, meliputi kegiatan fisik dan ekonomi. Sedangkan pelaksanaan PPK Fase II pada prinsipnya masih sama

dengan PPK Fase I hanya cakupan kegiatannya lebih luas dengan bertambahnya kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan serta untuk pendidikan dan kesehatan.

2.2.2 Tujuan (Petunjuk Teknis Operasional PPK 1999/2000)

Pelaksanaan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) bertujuan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dengan mengembangkan kemandirian masyarakat melalui peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan yang ada dalam penyelenggaraan pembangunan dengan meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

2.2.3 Sasaran (Petunjuk Teknis Operasional PPK 1999/2000)

Sasaran utama Program Pengembangan Kecamatan (PPK) adalah kelompok penduduk miskin.

2.2.4Prinsip-Prinsip Program Pengembangan Kecamatan (PPK) (Petunjuk Teknis Operasional PPK 1999/2000)

Desentralisasi, dalam rangka mewujudkan desentralisasi PPK, maka pemerintah menyerahkan wewenang penuh kepada masyarakat untuk mengelola dana PPK dan merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang dibiayai oleh dana PPK serta mepertanggungjawabkan pengelolaan dana PPK.

Transparansi (keterbukaan), pengelolaan seluruh kegiatan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dilakukan secara transparan (terbuka) dan diketahui oleh masyarakat luas. Segala sesuatu yang dilakukan oleh semua pelaku Program Pengembangan Kecamatan (PPK) harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

Partisipasi, pengertian partisipasi dalam PPK adalah adanya keterlibatan masyarakat secara aktif dalam setiap tahap kegiatan PPK. Salah satu wujud partisipasi adalah keterlibatan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dana PPK di kecamatan melalui forum UDKP setelah sebelumnya dibahas dalam forum musyawarah desa.

Keterlibatan Orang Miskin, PPK mengharuskan keterlibatan orang miskin mulai dari pengambilan keputusan, penentuan kegiatan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil kegiatan. Masyarakat miskin harus terwakili dalam setiap proses pengambilan keputusan termasuk dalam perencanaan melalui pertemuan kelompok, dusun dan musyawarah desa serta forum UDKP

Keterlibatan Perempuan, PPK mengharuskan adanya keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan pada semua tahap perencanaan dan pelaksanaan program, agar kegiatan dan hasil-hasilnya tidak memarjinalkan komunitas perempuan. Perempuan harus terwakili secara memadai dalam setiap proses pengembilan keputusan, termasuk dalam perencanaan melalui kelompok pertemuan dan keikutsertaan wakil-wakil perempuan dalam berbagai forum penngambilan keputusan.

Kompetisi Sehat, Usulan-usulan kegiatan masyarakat harus dikompetisikan secara sehat sesuai dengan kriteria kegiatan untuk mendapatkan dukungan dana PPK. Setiap desa berhak mengajukan usulan kegiatan. walaupun yang mengajukan usulan tidak otomatis akan mendapatkan dana bantuan. Kompetisi dimulai dari pemilihan gagasan unggulan di tingkat kelompok/dusun, penentuan usulan kegiatan melalui keputusan desa dalam musyawarah desa dan penentuan kegiatan terpilih melalui keputusan dalam forum UDKP

Swadaya, adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang disumbangkan secara sukarela sebagai bagian dari rasa ikut memliki terhadap PPK. Swadaya bisa diwujudkan

dengan menyumbangkan tenaga, dana maupun materiil untuk pelaksanaan serta pemeliharaan kegiatan yang diusulkan

Hibah dan Perguliran, dana PPK adalah hibah dari pemerintah pusat kepada masyarakat di seluruh kecamatan. Untuk kegiatan pembangunan sarana dan prasarana bagi kepentingan umum, dana yang disalurkan tidak wajib dikembalikan dengan syarat masyarakat yang bersangkutan melakukan pengoperasian dan pemeliharaan. Untuk kegiatan penyediaan modal usaha, dana yang disalurkan kepada kelompok adalah pinjaman yang harus dikembalikan.

Sanksi adalah hukum terhadap pelanggaran kesepakatan dan peraturan yang dibuat dalam PPK. Sanksi bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kegiatan PPK, sehingga warga masyarakat yang seharusnya bisa merasakan manfaat program tidak dirugikan dan program dapat berjalan dengan baik serta berkelanjutan. Sanksi dapat ditetapkan oleeh masyarakat sendiri dan ditentukan harus diputuskan dalam forum UDKP

Pelestarian, Masyarakat bertanggung jawab terhadap kesinambungan setiap usulan kegiatan yang disulkan dan ditetapkan oleh forum UDKP untuk mendapatkan dana PPK. Seluruh hasil kegiatan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan oleh masyarakat wajib dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat sendiri. Segala keputusan yang menyangkut pengembangan atau pelestarian kegiatan harus disepakati dalam musyawarah desa dan atau musyawsarah antar desa.

Jenis–jenis kegiatan yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) adalah :

1. Penyediaan prasarana sosial ekonomi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan penekanan bahwa prasarana yang akan dibangun:

a. Dapat menunjang pembangunan pedesaan dan mendorong pengembangan aktifitas ekonomi produktif.

b. Dapat meningkatkan efisiensi usaha dan memperkuat akses terhadap sentra produksi dan pasar.

2. Perluasan kesempatan berusaha dan peluang pengembangan usaha bagi masyarakat miskin, meliputi :

a. Kegiatan UEP (Usaha Ekonomi Produktif)

b. Kegiatan SP (Simpan Pinjam) khusus Kelompok Perempuan

3. Peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin melalui bidang pendidikan, kesehatan termasuk kegiatan pelatihan pengembangan kemampuan masyarakat dan bantuan manajemen usaha.

Jenis kegiatan yang dilarang dalam PPK terdiri dari :

1. Pembangunan/Rehabilitasi bangunan kantor dan tempat ibadah 2. Pembiayaan gaji pegawai negeri

3. Pembelian kapal ikan yang berbobot di atas 10 ton dan perlengkapannya

4. Pembelian Chainshaw, senjata, bahan peledak, asbes dan bahan-bahan lain yang merusak lingkungan

5. Pembiayaan kegiatan yang memperkerjakan anak-anak di bawah usia kerja 6. Pembiayaan kegiatan politik praktis/partai politik

7. Pembiayaan apa saja yang berkaitan dengan militer atau angkatan bersenjata. 8. Pembelian pupuk kimiawi, obat pertanian kimiawi (insektisida, pestisida, herbisida

dan sebagainya)

2.2.6 Bantuan Pendampingan dan Bantuan Teknis (Petunjuk Teknis Operasional PPK 1999/2000)

Untuk dapat membantu perencanaan dan pelaksanaan agar hasil kegiatan bermutu baik serta guna mendukung fasilitas masyarakat, PPK menyediakan bantuan pendampingan dan bantuan teknis yang terdiri dari :

a. 2 orang Fasilitator Kecamatan di setiap kecamatan b. 1 orang Pendamping Lokal di setiap kecamatan

c. 2 orang Fasilitator Desa di setiap desa yang dipilih melalui musyawarah desa.

2.2.7 Sumber dan alokasi Dana PPK

(Petunjuk Teknis Operasional PPK 1999/2000) a. Sumber dan Alokasi Dana PPK

Sumber dana berasal dari Pemerintah (APBN, APBD), pinjaman luar negeri/Bank Dunia dan masyarakat. Untuk Kecamatan Karangmojo alokasi dana selama 3 tahun pelaksanaan sebesar Rp 3 Milyar.

b. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Dana

Mekanisme pencairan dan penyaluran dana mengikuti ketentuan yang diatur dalam SE DJA Departemen Keuangan. Sedangkan penyaluran dana kepada

masyarakat disesuaikan dengan kebutuhan waktu tertentu serta diserahkan langsung kepada Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) oleh Unit Pengelola Keuangan c. Sumber dan alokasi dana TPK, UPK dan Proses PPK

Dana untuk opereasional TPK sebesar maksimum 3 % alokasi dana di desa, sedangkan untuk operasional UPK maksimum 2 % alokasi dana di kecamatan

2.2.8 Cara Kerja PPK (Petunjuk Teknis Operasional PPK 1999/2000)

PPK bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui berbagai tahapan kegiatan sebagai berikut :

Diseminasi Informasi dan Sosialisasi tentang PPK dilakukan dalam beberapa cara. Lokakarya yang dilakukan pada tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa untuk menyebarkan informasi dan mempopulerkan program. Di setiap desa dilengkapi Papan Informasi sebagai salah satu media informasi bagi masyarakat. Kerjasama dengan berbagai pihak terkait penyebaran informasi (media massa, NGO, akademisi, anggota dewan) menjadi bagian dalam kegiatan ini.

Proses perencanaan partisipatif di tingkat dusun, desa dan kecamatan. Masyarakat memilih fasilitator desa (FD) untuk mendampingi dalam proses sosialisasi dan perencanaan. FD mengatur pertemuan kelompok, termasuk pertemuan khusus perempuan, untuk membahas kebutuhan dan prioritas pembangunan di desa. Masyarakat kemudian menentukan pilihan terhadap jenis kegiatan pembangunan yang ingin didanai. PPK menyediakan tenaga konsultan sosial dan teknis di tingkat kecamatan dan kabupaten untuk membantu sosialisasi, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.

desa dan kecamatan untuk memutuskan usulan yang akan didanai. Musyawarah terbuka bagi segenap anggota masyarakat untuk menghadiri dan memutuskan jenis kegiatan. Forum antar desa terdiri dari wakil-wakil dari desa yang akan membuat keputusan akhir mengenai proyek yang akan didanai. Pilihan proyek adalah open menu untuk semua investasi produktif, kecuali yang tercantum dalam daftar larangan.

Masyarakat melaksanakan proyek mereka. Dalam pertemuan masyarakat memilih anggotanya untuk menjadi Tim Pengelola Kegiatan (TPK) di desa-desa yang terdanani. Fasilitator Teknis PPK mendampingi TPK dalam mendesain prasarana, penganggaran kegiatan, verifikasi mutu dan supervisi. Para pekerja umumnya berasal dari desa penerima manfaat.

Akuntabilitas dan laporan perkembangan. Selama pelaksanaan kegiatan, TPK harus memberikan laporan perkembangan kegiatan dua kali dalam pertemuan terbuka di desa, yakni sebelum proyek mencairkan dana tahap berikutnya. Pada pertemuan akhir, TPK akan melakukan serah terima proyek kepada masyarakat, desa, dan Tim Pemelihara kegiatan.

2.3 Pemberdayaan Masyarakat

Dalam dokumen WARIH BUDIYONO SETYAWAN (Halaman 51-58)

Dokumen terkait