• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Jurnalistik

Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata Journ. Dslam bahasa Prancis, Journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari. Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers, bukan pula media massa. Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik.

Dalam kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah, atau berkala lainnya (Assegaf, 1983 : 9). Menurut Ensiklopedia Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran, dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada (Suhandang, 2004 : 22). Dalam Leksikon Komunikasi dirumuskan Jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting, dan menyebarkan berita dan karangan untuk surat kabar, majalah dan mediamassa lainnya seperti radio dan televisi (Kridalaksana, 1977 : 44).

Sedangkan menurut ilmu publisistik, jurnalistik merupakan suatu cara menyampaikan isi pernyataan untuk massa (khalayak) dengan menggunakan media massa (Kertapati, 1981). Namun demikian, saat ini pemahamannya tentunya harus diperluas lagi, bukan hanya surat kabar, tabloid, majalah dan berita berkala lainnya, tetapi juga media elektronik sehingga bila dinyatakan secara umum bahwa jurnalistik merupakan kegiatan menyiapkan, menulis, mengedit, serta memberitakan bagi media cetak dan elektronik.

Mac Dougal menyebutkan bahwa journalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting dimana pun, dan kapan pun. Jurnalisme sangat diperlukan dalam suatu negara demokratis. Tak peduli apapun perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan baik sosial, ekonomi, politik maupun yang lain-lainnya.

2.1.2 Elemen-Elemen Dalam Jurnalistik

Bill Kovach dan Tom Rosensitel Element of Journalism : What News People

Should Know And The Public Should Expect (Santana, 2005:6) merumuskan 9 elemen jurnalisme. Berbagai elemen ini merupakan dasar jurnalisme agar bisa dipercaya masyarakat Kovach dan Rosensitel, “The purpose of journalism, is to provide people with the information they need to be free and self-governing”. Kebijakan utama jurnalisme adalah menyampaikan informasi yang dibutuhkan

masyarakat hingga leluasa dan mampu mengatur dirinya. Beberapa elemen jurnalisme yaitu:

a. Menyampaikan kebenaran, kebenaran yang dimaksudkan adalah

kebenaran fungsional, bukan kebenaran yang dicari oleh orang-orang filsafat, bukanlah kebenaran mutlak apalagi kebenaran Tuhan. Kebenaran fungsional berarti kebenaran yang terus menerus dicari. Kebenaran mengenai misalnya : harga-harga pokok saat ini, nilai kurs mata uang atau hasil pertandingan olah raga. Pada intinya, kebenaran dalam jurnalisme bukan kebenaran yang bersifat religius, ideologis, ataupun filsafat. Juga tidak menyangkut kebenaran berdasar pandangan seseorang, sebab pemberitaan seorang wartawan bisa memiliki bias atau ambigu dan tidak objektif. Latar belakang sosial, pendidikan, kewarganegaraan, kelompok etnik atau agama yang dianut wartawan mempengaruhi laporan berita yang dibuatnya. Wartawan berkemungkinan menafsirkan “kebenaran” sebuah fakta secara berbeda-beda satu sama lainnya.

b. Memiliki loyalitas kepada masyarakat, ini memaknakan kemandirian jurnalisme. Ini berarti membuat resensi film yang jujur (bukan pesanan), mengulas liputan tempat rekreasi yang tidak dipengaruhi para pemasang iklan atau membuat liputan yang tidak didasari kepentingan pribadi atau kepentingan relasi tertentu. Selain itu, pemberitaan disampaikan juga tidak dibayang-bayangi kepentingan bisnis dari pemilik media. Para jurnalis bekerja atas komitmen,

keberanian,nilai yang diyakini, sikap, wewenang dan profesionalisme yang telah diakui publik.

c. Memiliki disiplin untuk melakukan verifikasi, ini berarti kegiatan menelusuri sekian saksi untuk sebuah peristiwa, mencari sekian banyak narasumber dan mengungkap sekian byk komentar. Verifikasi juga berarti memilah jurnalisme dari hiburan, propaganda, fiksi dan seni. Hiburan dan Infotainment tertuju pada hal-hal yang menyenangkan semata. Propaganda mengkerangka fakta (persuasi dan manipulasi) demi kepentingan tertentu. Jurnalisme adalah melaporkan segala apa yang terjadi setepat mungkin.

d. Memiliki kemandirian terhadap apa yang diliputnya, ini berarti tidak menjadi konsultan diam-diam, penulis pidato atau mendapat uang dari pihak-pihak yang diliput. Artinya lainnya lagi, menunjukkan kredibilitas kepada berbagai pihak melalui dedikasi terhadap akurasi, verifikasi dan kepentingan publik. Atau kemandirian melakukan kegiatan jurnalisme dengan ketaatan dan penghormatan yang tinggi pada prinsip kejujuran, kesetiaan pada rakyat serta kewajiban memberi informasi dan bukan manipulasi. Bekerja atas dasar kesetiaan yang tinggi terhadap jurnalisme.

e. Memiliki kemandirian untuk memantau kekuasaan, elemen ini bukan berarti pekerjaan wartawan itu menggangu orang yang tengah berbahagia dengan berita-berita buruk. Bukan menunggangi keburukan masyarakat, juga bukan

memerankan watchdog dengan tujuan melaporkan sesuatu yang sensasional

daripada melayani masyarakat. Apalagi mengatasnamakan watchdog untuk

kepentingan bisnis media.

f. Memiliki jurnalisme sebagai forum bagi kritik dan kesepakatan publik. Elemen ini merupakan upaya media menyediakan ruang kritik dan kompromi kepada publik. Ketika sebuah berita dilaporkan, media berarti mengingatkan masyarakat akan terjadi sesuatu. Selain berita, media juga menyediakan ruang analisis untuk membahas peristiwa tersebut melalui konteks, perbandingan atau perspektif tertentu. Ditambah pula, ruang opini dan editorial untuk mengevaluasi segala hal yang berkaitan dengan peristiwa tersebut, baik yang disampaikan oleh redaksi media maupun artikel atau komentar atau surat pembaca yang berisikan opini pribadi dari masyarakat.

g. Jurnalisme harus dapat menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik. Elemen ini mewajibkan media untuk melaporkan berita dengan cara yang menyenangkan, mengasikkan dan menyentuh sensasi masyarakat. Ditambah pula yang dilaporkan itu mesti merupakan sesuatu yang paling penting dan bermanfaat bagi masyarakat, dengan kata lain media harus mampu menggabungkan kemampuan mendongeng dalam jurnalistik mempunyai tujuan. Tujuan utamanya memberi informasi yang dibutuhkan masyarakat tentang lingkungannya. Maka itulah, media menugaskan para awak redaksinya untuk mencari, menemukan, mencatat informasi yang benar-benar dibutuhkan

masyarakat pada saat itu agar dapat mengembangkan kehidupan bermasyarakat dengan baik. Setelah itu adalah melaporkan menjadi materi informasi yang bermakna, relevan, dan menarik untuk diikuti.

h. Jurnalisme mempunyai kewajiban membuat berita secara komprehensif dan proporsional. Mutu jurnalisme amat tergantung kepada kelengkapan dan proporsionalitas pemberitaan yang dikerjakan media, dalam elemen ini mengingatkan media agar tidak jor-joran meliputi sensasi acara pengadilan atau skandal selebritis secara jor-joran berlebihan, hanya untuk bertujuan menaikkan ratting, oplah atau iklan, apalagi melaporkan dengan tidak melakukan verifikasi, pengecekan silang atau wawancara ke berbagai pihak terkait. Pemberitaan semacam ini akan menyesatkan pembaca.

i. Memberikan keleluasaan wartawan untuk mengikuti nurani mereka. Ini terkait dengan sistem dan manajemen media yang memiliki keterbukaan. Keterbukaan ini berguna untuk mengatasi kesulitan dan tekanan wartawan dalam membuat berita secara akurat, adil, imbang, independent, berani dan tanggung jawab kepada masyarakat. Media harus memberi ruang bagi wartawan untuk merasa bebas berfikir dan bermanfaatan.

Majalah adalah kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya yang yang dicetak dalam gambaran kertas kuarto atau folio dijilid dalam bentuk buku. Majalah biasanya terbit teratur seminggu sekali, dua minggu sekali, atau satu bulan sekali. (Djuroto, 2002 : 11). Menurut Junaedhie (1991 : 154) penerbitan pers berkala yang menggunakan kertas sampul, memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam dua jenis, yaitu:

a. Majalah Umum

Majalah yang memuat karangan pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibur, gambar-gambar, olah raga, film, seni, dan termasuk di dalamnya adalah majalah Tempo.

b. Majalah Khusus

Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang khusus seperti majalah wanita, politik, budaya, cerita pendek, dan sebagainya.

Format majalah setengah dari ukuran tabloid atau seperempat ukuran broadsheet. Menurut Mario R. Garcia (Newspaper Design, 1986), (Abdullah, 2002 : 12) selain umumnya berukuran seperempat halaman broadsheet, pengertian majalah ini adalah, halaman demi halaman diikat dengan kawat serta menggunakan sampul yang jenis kertasnya lebih tebal atau mengkilat dibanding kertas halaman depan.

2.1.4 Majalah Sebagai Media Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Media massa secara universal memiliki fungsi memberi informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi (Effendy, 2003 : 93). Karakteristik komunikasi massa menurut rivers, Jensen dan Peterson (2004) menyebutkan bahwa :

a. Komunikasi massa sifatnya satu arah.

b. Selalu ada proses seleksi karena setiap media memilih khalayaknya.

c. Mampu menjangkau khalayak secara luas.

d. Media massa mampu berusaha membidik sasaran tertentu.

e. Komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang peka terhadap kondisi lingkungannya.

Bentuk – bentuk komunikasi massa ada 2 yaitu komunikasi media massa cetak atau pers meliputi surat kabar dan majalah serta komunikasi media massa elektronik yang meliputi radio, televisi, film, dan lain – lain (Effendy, 2003 : 54).

Majalah sebagai media komunikasi massa cetak merupakan bahan bacaan. Sebagai bahan bacaan harus memenuhi suatu fungsi yaitu untuk memberi jawaban kepada rasa ingin tahu pembacanya. Majalah – majalha diciptakan untuk membawa berita aktual secara cepat, maka ia juga harus dipersiapkan dalam waktu yang singkat. Namun isinya harus cukup banyak, bervariasi dan penyajiannya harus menarik.

Sebagai terbitan berkala majalah selain sebagai penyampai dan penafsir pesan juga berfungsi sebagai ajang diskusi berkelanjutan. Dalam membahas suatu majalah, majalah bisa melakukannya dalam waktu lama, bahkan nyaris tak terbatas selama masih ada peminatnya (Rivers, Jensen, Peterson, 2004 : 212).

2.1.5 Pengertian Berita

Assegaff (1983) menuliskan, Charles A. Dana mengungkap pameo terkenal tentang berita, dia mengatakan, bila orang digigit anjing, itu bukan berita, tetapi bila orang menggigit anjing, itu baru berita. Berita haruslah kejadian luar biasa sehinggaa menarik perhatian orang. Definisi lain yang dikumpulkan Assegaff (1983 : 23- 24), diharapkan bisa memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih luas mengenai berita yaitu :

a. M. Lyle Spencer, dalam buku News Writing and Editing menyebutkan, berita

merupakan kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca.

b. Willard C. Bleyer, dalam buku Newspaper Writing and Editing

mengemukakan, berita adalah sesuatu yang termasa dipilih oleh wartawan untuk dimuat di surat kabar karena ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar.

c. William S. Maulsby, dalam buku Getting in News menulis, berita dapat didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari

fakta – fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang menarik perhatian para pembaca yang memuat berita tersebut.

d. Eric C. Hepwood menulis, berita adalah laporan utama dari kejadian yang penting dan dapat menarik perhatian umum.

Berita (news) di kalangan wartawan yang memberi pengertian news sebagai singkatan dari north (utara), east (timur), west (barat), south (selatan). Jadi berita sebagian laporan yang berasal dari empat penjuru angin. Laporan yang berasal dari berbagai trmpat di dunia ini, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, “berita” berarti surat kabar atau warta, sedangkan Kamus Besar Indonesia terbitan Balai Pustaka diperjelas menjadi “Laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat”. Jadi berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi (Djuroto,2000:46).

Definisi berita yang paling tepat dikemukakan oleh Prof. Mitchel V. Charnley dalam Gunadi dan Herfan (1998:17) sebagai berikut :

“News the timely report of the fact or opinion of either interest or importance, or bath, to a considerable member of people. (Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik atau hal yang penting, atau keduanya untuk sejumlah besar penduduk).”

Berita dapat pula diartikan sebagai informasi yang ada di surat kabar yang disajikan dalam bentuk tekstual maupun visual (still-picture). Sajian informasi

tekstual ini berupa berbagai berita aktual yang merupakan hasil liputan dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam lingkup nasional maupun internasional. Masih dalam bukunya: “Reporting”, Mitchell V. Charnley mendefinisikan berita sebagai informasi yang memberikan kepuasan atau membangkitkan semangat bagi masyarakat luas (Wahyudi,1991:119). Sementara itu, De Fleur dan Dennis dalam bukunya “Introduction of Mass Commmunication” menyatakan bahwa berita merupakan suatu laporan yang menyajikan rincian data tentang suatu isu, peristiwa, atau proses yang dapat menarik minat khalayak (De Fleur, 1989:604), sehingga informasi yang disajikan dalam sebuah berita harus memiliki suatu nilai yang lebih (aktual, significant, akurat, dan lainnya) yang dapat menambah dan mempertegas pengetahuan khalayak.

Menurut Deutchmann, berita dapat dikategorisasikan berdasarkan aspek geografisnya yaitu lokal, nasional, maupun internasional (Flournoy, 1989:48), sehingga kondisi ini turut mempengaruhi jangkauan peliputan berita dari suatu surat kabar. Bahkan beberapa surat kabar banyak yang mengkhususkan atau membatasi diri pada peliputan berita tentang berita-berita lokal demi mempertahankan unsur “Proksimitas” dengan khalayak pembacanya. Salah satu lingkup berita nasional ini adalah berita dari rubrik Laporan Utama majalah Tempo yang terdapat dalam penelitian ini yang memuat berbagai macam berita.

Maka dari itu, bisa disimpulkan bahwa berita adalah informasi atau laporan yang menarik perhatian masyarakat konsumen, berdasarkan fakta, berupa kejadian

dan atau ide, disusun sedemikian rupa dan disebarkan media massa dalam waktu secepatnya.

2.1.6 Laporan Utama Pada Majalah Tempo

Menurut Bapak Agus selaku redaktur majalah Tempo dalam situsnya, Laporan Utama adalah suatu laporan yang menjadi headline pada satu terbitan yang ditandai dengan foto atau tulisan yang dicetak dengan ukuran besar. Laporan Utama biasanya merupakan berita yang sedang terjadi dan mempunyai pengaruh yang besar bagi publik.

Rubrik itu sendiri merupakan suatu berita yang dispesifikkan dan dikelompokkan dalam satu kolom, seperti rubrik ekonomi, politik, olahraga, dan hukum.

2.1.7 Kategorisasi

Kategorisasi yang sudah biasa dipakai sebagai pedoman penelitian para peneliti, stempel dalam (Flournoy, 1989 : 186) mencatat sebagai berikut :

Sungguh banyak manfaatnya menggunakan sistem penggolongan yang pernah dipakai dalam studi-studi lainnya. Pertama, anda akan tahu bahwa sistem penggolongan demikian sudah terbukti dapat dipakai. Dengan mengamati hasil studi

lainnya yang pernah memakai sistem yang bersangkutan, anda akan memperoleh beberapa pengertian tentang berbagai hasil yang mungkin diperoleh.

Namun demikian, beberapa perubahan dalam kategori – kategori yang sudah digunakan oleh peneliti tersebut dianggap perlu untuk mencapai sasaran penelitian ini. Menurut stempel dalam (Flournoy, 1989 : 26) untuk menciptakan seperangkat kategori – kategori ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain:

a. Kategori-kategori harus relevan dengan tujuan-tujuan studi.

b. Kategori-kategori hendaknya fungsional.

c. Sistem kategori-kategorinya harus dapat dikendalikan.

Relevan berarti bahwa kategori – kategori itu dapat dipakai dalam menjawab hipotesa. Fungsional berarti bahwa kategori – kategori itu dapat menunjukkan suatu proses dalam media massa, dan dapat dikendalikan berarti bahwa orang yang melakukan penelitian ini tidak perlu banyak kategori.

Sedangkan cendekiawan lain, Ole.R.Holsty (Flournoy, 1989 : 72) memberikan saran tentang pembentukkan seperangkat kategori seyogyanya : mencerminkan maksud dan tujuan penelitian, lengkap, terinci, eksklusif secara timbal balik, Independent dan diambil dari penggolongan tunggal.

Selain itu, dalam pembentukkan kategori ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut: pengukuran dalam analisis isi menggunakan

pengamatan terstruktur, sistematik, pengamatan yang seksama berdasarkan aturan tertulis. Dalam aturan tersebut menjelaskan bagaimana membuat kategori fan penggolongan pengamatan. Seperti halnya pengukuran lain, kategori seharusnya mutual eksklusif dan tuntas. Dalam aturan tertulis menunjukkan bahwa kategori dapat diterima dan terbukti reabilitasnya.

Mutual eksklusif berarti bahwa semua kategori jelas pemisahannya antara bagian satu dengan bagian yang lain, dan tidak saling tumpah tindih. Tuntas berarti semua kategori harus tergolong dalam kategori secara keseluruhan, jadi tidak ada kategori yang tidak tergolongkan.

Kategorisasi yang digunakan peneliti mengadaptasi pada kategorisasi Deutschmann. Kategori ini digunakan pertama kali pada waktu melakukan analisis isi berita – berita surat kabar di Indonesia tahun 1980-an (Flournoy, 1989 : 25) yaitu :

a. Perang, Pertahanan dan Diplomasi

Dalam kelompok ini termasuk isi yang berhubungan dengan pertikaian bersenjata antara dua negara atau lebih. Isi yang berhubungan dengan masalah–masalah dan kegiatan–kegiatan angkatan bersenjata nasiional, serta pertahanan negara juga termasuk di dalamnya. Kegiatan–kegiatan resmi dari para duta besar dan pejabat diplomatic lainnya juga dimasukkan ke dalam kelompok ini. Berita-berita mengenai perserikatan bangsa– bangsa dan permasalahannya juga dimasukkan ke dalam kategori ini.

b. Politik dan Pemerintahan

Setiap persoalan yang berhubungan dengan kegiatan dari berbagai badan – badan pemerintahan. Apakah pada tingkat daerah atau nasional dimasukkan dalam kelompok ini. Pembahasan perundang–undangan yang disiarkan

melalui surat kabar, walaupun menyangkut pokok persoalan dalam kategori ini dianggap sebagai hal pemerintah dan dari sebab itu dikelompokkan demikian, hal-hal yang menyangkut persoalan-persoalan politik atau pengangkatan calon atau pejabat untuk suatu kedudukan penting, masuk dalam kategori ini pembahasan konsep-konsep pemerintah seperti kebebasan politik atau kebebasan berbicara dimasukkan dalam kategori ini juga.

c. Kegiatan Ekonomi

Dalam kategori ini termasuk cerita-cerita yang ada dasar ekonominya kecuali belanja pemerintah, seperti perdagangan, keuangan, dan perbankan. Pembahasan soal–soal perpajakan juga dimasukkan disini. Kegiatan-kegiatan usaha swasta seperti perluasan sarana- sarana yang telah ada, masalah– masalah pertanian, perindustrian, manajemen tenaga kerja dimasukkan dalam kelompok ini.

d. Kejahatan

Kelompok berita ini menyangkut masalah pelanggaran hukum dan penerapan hukum yang bersangkutan. Hal–hal seperti kenakalan remaja dan peningkatan tindak kejahatan dimasukkan ke dalam kategori ini.

e. Masalah – Masalah Moral Manusia

Berita–berita yang menyangkut persoalan yang dihadapi oleh masyarakat tentang hak–hak asasi dan tanggung jawab etik perorangan, pergerakan hak-hak sipil bila dianggap sebagsai masalah moral masyarakat. Cerita atau tajuk rencana yang menyangkut tanggung jawab organisasi keagamaan kepada masyarakat dimasukkan ke dalam kategori ini.

f. Kesehatan dan Kesejahteraan

Berita–berita yang menyangkut masalah tentang penyakit tertentu yang mempunyai dampak umum. Isi yang menyangkut kegiatan–kegiatan badan kesehatan, berita–berita tentang terobosan-terobosan di bidang ilmu dan kedokteran. Berita tentang keluarga berencana juga dimasukkan ke dalam kategori ini.

g. Kecelakaan dan Bencana

Kelompok ini terdiri dari hal-hal yang menyangkut pemusnahan secara alamiah atau tidak alamiah dari hidup atau harta manusia seperti banjir topan atau konstruksi bangunan yang salah, dan kecelakaan angkutan. Kategori ini dibedakan dari kesehatan masyarakat karena hilangnnya nyawa atau terganggunya kesehatan berdasarkan syarat–syarat ini, bukanlah sebagai akibat dari penyakit tetapi dari tindakan fisik manusia atau unsur–unsurnya.

h. Ilmu dan Penemuan

Jenis ini menyangkut perkembangan teknologi mutakhir di bidang ilmu dan perindustrian. Berita–berita tentang penemuan baru di lain bidang seperti kesehatan, ekonomi, pertahanan dan pencegahan kecelakaan dimasukkan ke dalam kategori ini bilamana efek keseluruhannys merupakan penemuan yang bersangkutan dan bukan sekedar penerapannya di bidang tersebut.

i. Pendidikan dan Seni Klasik

Kelompok berita ini menyangkut masalah–masalah yang berkaitan dengan sistem pendidikan umum baik negeri maupun swasta atau dengan seni klasik seperti drama, sastra atau seni lukis. Kelompok ini dibedakan dari kesenian yang semata–mata merupakan sarana hiburan. Akan tetapi semua berita tentang kebijaksanaan dan sistem pendidikan yang menyangkut pemerintahan tidak dimasukkan disini tetapi dalam kategori politik dan pemerintahan.

j. Hiburan Rakyat

Yang dimasukkan dalam kategori ini ialah hal–hal yang menyangkut cara– cara rakyat menghibur diri, kecuali melalui seni klasik seperti bioskop, televisi atau olah raga.

k. Human Interest

Dalam kategori ini termasuk berita-berita tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional dari kehidupan setiap berita kecil

yang menyenangkan tentang kegamjilan perilaku manusia, cerita dengan percakapan dan tingkah laku tetapi memuat berita langsung.

2.1.8 Analisis Isi

Menurut pakar PR Jim Macnamara, meningkatnya penggunaan Media

Content Analisys (MCA). Di perusahan-perusahaan didorong oleh setidaknya dua peran kunci media yaitu media sebagai saluran komunikasi yang paling ampuh (powerfull) dan media massa sebagai database terbesar di dunia.

Menurut Wazaer dan Wiener (1978) analisis isi dalam Bulaeng (2004) adalah suatu prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam. Sedangkan menurut Krippendorf (1980) mendefinisikan analisis isi suatu penelitian untuk membuat referensi-referensi dari data ke konteks. Sedangkan definisi Kerlinger (1986) agak khas, yaitu analisis komunikasi secara sistematis, obyektif, dan secara kuantitatif untuk mengukur variabel.

Dalam definisi kerlinger ada tiga konsep yang tercakup didalamnya. Pertama, analisis ini bersifat sistematis. Hal ini berarti isi yang akan di analisa dipilih menurut aturan-aturan yang ditetapkan secara implisit misalnya : cara penentuan sample. Kedua, analisis bersifat obyektif. Ketiga, analisis isi bersifat kuantitatif (Bulaeng, 2004 : 171).

Peneliti melakukan analisis isi untuk mengidentifikasi banyaknya berita seputar rubrik Laporan Utama dalam majalah Tempo. Metode analisis ini merupakan teknik penelitian yang obyektif, sistematis dan terperinci tentang isi media massa (Flournoy dalam Lenon, 2007).

Pada definisi Kerlinger mempunyai kesamaan dengan pengertian analisis isi seperti yang diungkapkan Berelson (1952) yaitu analisis isi sebagai suatu teknik penelitian yang obyektif, sistematik, dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Dan Berelson juga menambahkan bahwa analisis isi yang tidak lebih baik daripada kategori-kategorinya.

Analisis isi (Content Analisys) dilaksanakan dengan melakukan kuantifikasi terhadap sifat-sifat yang terkandung dalam isi media massa. Analisis isi telah sering dipakai dalam mengkaji pesan-pesan media. Karena metode ini pada dasarnya

Dokumen terkait