• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Manajemen Pemasaran a. Pengertian Pemasaran

Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Contohnya, seorang manusia membutuhkan makanan dalam memenuhi rasa laparnya. Jika ada sepiring makanan maka kebutuhannya terpenuhi. Namun manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya namun juga ingin memenuhi keinginannya yaitu misalnya semangkuk bakso yang enak. Maka manusia ini memilih bakso yang sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan keinginannya yang juga enak dan sedap. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price), pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion). Seseorang yang bekerja dibidang pemasaran disebut pemasar. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju.

William J. Stanton (1993:7) berpendapat bahwa pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan

untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Peter Drucker dalam Kotler (1992:5) mengatakan sebagai berikut : Tujuan pemasaran adalah membuat penjualan berlebihan. Tujuannya ialah mengetahui dan memahami konsumen demikian baiknya sehingga produk atau jasa cocok dan produk atau jasa itu menjualnya sendiri.

Kotler dan Keller (2009:5) Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih. Mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.

b. Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran merupakan salah satu pilar Menajemen yang sangat penting bagi perusahaan. Tugas besar dari Manajemen pemasaran ini adalah menciptakan permintaan. Maka dari itu ujung tombak sebuah perusahaan adalah Manajemen pemasaran. Strategi-strategi yang diimplementasikan sering kali berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan. Pada saat ini, kegiatan pemasaran tidak lagi sebatas penjualan dan iklan, karena itu hanya bagian dari bauran pemasaran. Dalam dunia bisnis, kegiatan pemasaran adalah untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan Kotler dan Amstrong (2008:6).

Menurut Kotler dan Keller (2009:5) Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptkan, menghantarkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.

Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa setiap perusahaan memerlukan Manajemen pemasaran dalam strategi perusahaan untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan oleh setiap perusahaan. Dalam strategi tersebut menciptkan dan mempertahankan pelanggan dan pertukaran pembeli yang bertujuaan untuk pencapaian tujuan perusahaan.

2. Kepuasan Konsumen

Definisi kepuasan menurut para ahli adalah sebagai berikut :

a. Kotler dan Keller (2009:138) menyatakan bahwa “Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk atau jasa terhadap ekspektasi mereka.”

b. Menurut Ujang Sumarwan (2011:387) mendefinisikan “Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh oleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut atau dari jasa yang dinikmati”.

c. Menurut Boone dan Kurtz (dalam skripsi Erika, 2011:20) menyatakan bahwa “customer satisfaction is the ability of goods or service to meet

or exceep buyer need and expectations”, yang bisa diartikan kepuasan

konsumen adalah kemampuan barang atau jasa yang bisa sesuai atau melebihi harapan dan ekspektasi kebutuhan pembeli.

Dari beberapa definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa kepuasan konsumen adalah perasaan senang yang dirasakan oleh konsumen, dimana rasa senang ini adalah dampak dari kesesuaian antara ekspektasi konsumen terhadap produk dengan kenyataan yang dirasakan setelah memakai barang atau jasa.

Lovelock dan Wright (2007:103) menyatakan bahwa Kepuasan pelanggan merupakan faktor yang sangat penting dalam industri yang persaingannya sangat ketat. Pada akhirnya, ada perbedaan yang besar dalam Loyalitas antara pelanggan yang sekedar puas dan yang benar-benar puas. Pelanggan yang hanya puas saja kemungkinan besar bisa direbut oleh pesaing. Namun konsumen yang bener-bener puas akan tetap loyal walaupun ada tawaran yang menarik dari pesaing.

a. Teori Kepuasan

Menurut Sumarwan (2011:387) teori ini menjelaskan bagaiman kepuasan atau ketidakpuasan terbentuk. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen dengan yang sesungguhnya diperoleh. Ketika konsumen

membeli produk, maka ia memiliki harapan tentang bagaimana produk tersebut berfungsi. Produk berfungsi sebagai berikut :

1) Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, inilah yang disebut sebagai diskonformasi positif. Jika ini terjadi, maka konsumen akan merasa puas.

2) Produk berfungsi seperti yang diharapkan/sesuai dengan harapan, keadaan ini disebut konfirmasi sederhana. Dalam keadaan ini, konsumen akan merasa netral, artinya tidak puas juga tidak kecewa.

3) Produk berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, ini disebut sebagai diskonfirmasi negatif. Dalam keadaan ini konsumen merasa tidak puas/kecewa.

Menurut Rao (2005:257) menyatakan bahwa traditional marketing

is transaction oriented and as such it is also called transaction. The changing business scenario has forced many business organization to shift their focus from transaction oriented to customer relationship oriented. Jelas dari ide Rao bahwa sekarang ini orientasi perusahaan

harus memperhatin hubungan dengan konsumen, dimana perusahaan seharusnya membuat konsumen puas, bukan hanya mengejar penjualan saja. Berikut ini merupakan karakteristik dari perusahaan yang berorientasi pada hubungan pelanggan :

1) Focus on making a costumer loyal 2) Produk benefits are focused

3) Long-term focus

4) High costomer service emphasis 5) Costomer commitment is high 6) High costomer contact

7) Quality is the concern of all and Costomer retention

b. Indikator Kepuasan Konsumen

1) Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti.

2) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.

3) Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal pakai.

4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

5) Daya tahan (durability), yaitu berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.

6) Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan.

c. Mengukur Kepuasan Konsumen

Menurut Philip Kotler (dalam Tjiptono, 2011:454) ada empat metode yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengetahui tingkat kepuasaan konsumen yaitu :

1) Sistem keluhan dan saran

Untuk mengidentifikasi masalah maka perusahaan harus mengumpulkan informasi langsung dari konsumen dengan cara menyediakan kotak saran. Informasi yang terkumpul untuk memberikan masukan bagi perusahaan.

2) Survei kepuasan konsumen

Survei kepuasan konsumen dapat dilakukan dengan cara survei melalui pos surat, telepon, maupun wawancara pribadi. Dengan metode ini perusahaan dapat menciptakan komunikasi 2 arah dan menunjukan perhatiannya kepada konsumen.

3) Ghost shopping

Metode ini digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan pesaing dan membandingkan dengan perusahaan yang bersangkutan.

4) Analisis kehilangan konsumen

Tingkat kehilangan konsumen menunjukan kegagalan perusahaan dalam memuaskan konsumennya. Perusahaan seharusnya menganalisa dan memahami mengapa konsumen tersebut berhenti mengkonsumsi produk kita.

Menurut Kotler (dalam Yamit, 2010:80) mengukur kepuasan konsumen dapat diukur dengan metode :

1) Sistem Pengaduan

Perusahaan menyediakan kotak kritik dan saran. Hal ini dimaksudkan agar konsumen dapat memberi kritik dan saran, atas pengalaman mereka memakai produk perusahaan.

2) Survei Pelanggan

Mengukur kepuasan pelanggan melalui surat pos, telepon, atau wawancara secara langsung.

3) Panel Pelanggan

Perusahaan mengundang konsumen yang sekarang ini masih memakai produk perusahaan dan yang telah berhenti membeli produk perusahaan, atau yang telah berpindah ke produk dari perusahaan lain, dari konsumen yang masih memakai produk perusahaan, akan didapat informasi mengenai tingkat kepuasan. Lalu dari konsumen yang telah berhenti memakai produk perusahaan, atau yang telah berpindah ke produk perusahaan lain, akan didapat informasi mengenai mengapa hal itu terjadi.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen

Kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan (Tjiptono, 2008:24). Dalam mengevaluasi kepuasan terhadap suatu perusahaan tertentu,

faktor-faktor penentu yang digunakan bisa berupa kombinasi dari faktor-faktor penentu kepuasan terhadap produk dan jasa.

Ciri-ciri konsumen yang puas adalah :

1) Menjadi lebih setia atau menjadi pelanggan yang loyal.

2) Membeli lebih banyak jika perusahaan memperkenalkan produk baru dan menyempurnakan produk yang ada.

3) Memberi komentar yang menguntungkan tentang produk dan perusahaan.

4) Kurang memperhatikan : produk, iklan pesaing, kurang sensitive pada harga.

5) Memberikan gagasan-gagasan atau ide kepada perusahaan.

6) Membutuhkan biaya pelayanan yang lebih kecil dari pada biaya pelanggan baru, karena transaksi menjadi rutin.

Menurut Tjiptono (2008:26) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen pada perusahaan jasa adalah sebagai berikut : 1) Bukti langsung (tangibles), yang meliputi fasilitas fisik,

perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.

2) Keandalan (reliability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.

3) Daya tanggap (responsiveness), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf : bebas dari bahaya, resiko, atau keragu-raguan.

4) Empati (emphaty), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para konsumen.

Gambar II.1

Proses Pembentukan Kepuasan Konsumen

Sumber : Tjiptono. 2008. Strategi Pemasaran Edisi III. Yogyakarta :

Nilai Produk Bagi Konsumen

PRODUK

Harapan Konsumen Terhadap Produk Kebutuhan Dan Keinginan Konsumen

Tingkat Kepuasan

Konsumen

Tujuan

Perusahaan

3. Loyalitas Konsumen

a. Pengertian Loyalitas Konsumen

Sebagaimana diketahui bahwa tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan para pelanggan merasa puas. Terciptanya kepuasaan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya menjadi harmonis sehingga memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya kesetiaan terhadap merek serta membuat suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan (Tjiptono,2000:105).

Menurut Tjiptono (2000:110) Loyalitas konsumen adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat positif dalam pembelian jangka panjang. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa kesetiaan terhadap merek diperoleh karena adanya kombinasi dari kepuasan dan keluhan. Sedangkan kepuasan pelanggan tersebut hadir dari seberapa besar kinerja perusahaan untuk menimbulkan kepuasan tersebut dengan meminimalkan keluhan sehingga diperoleh pembelian jangka panjang yang dilakukan oleh konsumen.

Loyalitas pelanggan sangat penting artinya bagi perusahaan yang menjaga kelangsungan usahanya maupun kelangsungan kegiatan usahanya. Pelanggan yang setia adalah mereka yang sangat puas dengan produk dan pelayanan tertentu, sehingga mempunyai

antusiasme untuk memperkenalkannya kepada siapapun yang mereka kenal.

Selanjutnya pada tahap berikutnya pelanggan yang loyal tersebut akan memperluas “kesetiaan” mereka pada produk-produk lain buatan produsen yang sama. Dan pada akhirnya mereka adalah konsumen yang setia pada produsen atau perusahaan tertentu untuk selamanya. b. Indikator Loyalitas

Tjiptono (2005:85) mengemukakan enam indikator yang bisa digunakan untuk mengukur loyalitas konsumen yaitu :

1) Pembelian ulang

2) Kebiasaan mengkonsumsi merek tersebut 3) Selalu menyukai merek tersebut

4) Tetap memilih merek tersebut

5) Yakin bahwa merek tersebut yang terbaik

6) Merekomendasikan merek tersebut pada orang lain. c. Tahap Loyalitas

Kotler (dalam Samuel, 2005:77) loyalitas dapat dicapai melalui dua tahap :

1) Perusahaan harus mempunyai kemampuan dalam memberikan kepuasan kepada konsumennya agar konsumen mendapatkan suatu pengalaman positif, berarti pembelian ulang diprioritaskan pada penjualan sebelumnya.

2) Perusahaan harus mempunyai cara untuk mempertahankan hubungan yang lebih jauh dengan konsumennya dengan menggunakan strategi Foerced Loyalty (kesetiaan yang dipaksa) supaya konsumen mau melakukan pembelian ulang.

d. Tingkatan Loyalitas

1) Switcher, konsumen yang selalu berpindah-pindah. Biasanya pelanggan jenis ini akan membeli produk yang memiliki harga murah.

2) Habitual Buyer, konsumen yang membeli produk karena sudah menjadi kebutuhan rutin yang harus dipenuhi.

3) Statisfied Buyer, konsumen yang menggunakan produk karena mereka puas dengan produk tersebut, walaupun mereka harus mengeluarkan biaya peralihan yang cukup besar.

4) Likes the Brand, konsumen akan menggunakan produk karena mereka fanatic terhadap merk produk tersebut.

5) Commited Buyer, konsumen yang menggunakan produk karena mereka merasa sangat cocok dengan produk tersebut, atau telah turun temurun menggunakan produk tersebut.

Untuk dapat menjadi pelanggan yang loyal, seorang pelanggan harus memulai beberapa tahapan. Proses ini berlangsung lama dengan penekanan dan perhatian yang berbeda untuk masing-masing tahap karena setiap tahap mempunyai kebutuhan yang berbeda. Dengan memperhatikan masing-masing tahapan dan memenuhi kebutuhan

dalam setiap tahap tersebut, perusahaan memiliki peluang yang lebih besar untuk membentuk calon pembeli menjadi pelanggan loyal dan klien perusahaan.

Menurut Hill (1996 ;332 dalam artikel

http://marketing-teori.blogspot.co.id/2007/04/loyalitas-pelanggan.html) menjelaskan bahwa tingkatan loyal terbagi atas 6 tingkat, yaitu :

1) Suspec, bagian ini termasuk semua pembeli produk atau jasa dalam pemasaran, jadi suspects adalah menyadari akan produk atau jasa perusahaan atau tidak mempunyai kecenderungan terhadap pembelian.

2) Prospects adalah pelanggan potensial yang mempunyai daya tarik terhadap perusahaan tetapi belum mengambil langkah untuk melakukan bisnis dengan perusahaan.

3) Customers suatu tipe pembelian produk (walaupun dalam kategori ini termasuk beberapa pembelian ulang) yang tidak memiliki loyalitas pada perusahaan.

4) Clients, pembelian ulang yang menunjukkan loyalitas pada perusahaan tetapi lebih memiliki dorongan pasif daripada aktif terhadap perusahaan.

5) Advocates, client yang memberikan dorongan yang positif pada perusahaan dengan merekomendasikannya kepada orang lain.

6) Partners adalah hubungan yang sangat erat antara konsumen dengan supplier yang keduanya saling memperlihatkan keuntungan.

Hill (1996) membagi tahapan loyalitas pelanggan menjadi 6 tahap dari tingkat suspects hingga tahap partner, untuk lebih jelasnya lagi di bawah ini digambarkan mengenai piramida tentang loyalitas pelanggan.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen

Dalam membangun dan meningkatkan loyalitas pelanggan, perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Robinette (2001:13 dalam artikel

chanwr93.blogspot.com/2012/10/loyalitas-pelanggan.html) faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan adalah perhatian (caring), kepercayaan (trust), perlindungan (length of patronage), dan kepuasan akumulatif (overall satisfaction)

1) Faktor pertama, yaitu perhatian (caring), perusahaan harus dapat melihat dan mengatasi segala kebutuhan, harapan, maupun permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan. Dengan perhatian itu, pelanggan akan menjadi puas terhadap perusahaan dan melakukan transaksi ulang dengan perusahaan, dan pada akhirnya mereka akan menjadi pelanggan perusahaan yang loyal. Semakin perusahaan

menunjukan perhatiannya, maka akan semakin besar loyalitas pelanggan itu muncul.

2) Faktor kedua, yaitu kepercayaan (trust), kepercayaan timbul dari suatu proses yang lama sampai kedua belah pihak saling mempercayai. Apabila kepercayaan sudah terjalin di antara pelanggan dan perusahaan, maka usaha untuk membinanya akan lebih mudah, hubungan perusahaan dan pelanggan tercermin dari tingkat kepercayaan (trust) para pelanggan. Apabila tingkat kepercayaan pelanggan tinggi, maka hubungan perusahaan dengan pelanggan akan menjadi kuat. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam membina hubungan dengan pelanggan, yaitu segala jenis produk yang dihasilkan perusahaan harus memilik kualitas atau kesempurnaan seperti yang seharusnya atau sebagaimana dijanjikan, sehingga pelanggan tidak merasa tertipu, yang mana hal ini dapat mengakibatkan pelanggan berpindah ke produk pesaing.

3) Faktor ketiga, yaitu perlindungan (length of patronage), perusahaan harus dapat memberikan perlindungan kepada pelanggannya, baik berupa kualitas produk, pelayanan, complain ataupun layanan pernajual. Dengan demikian, pelanggan tidak khawatir perusahaan dalam melakukan transaksi dan berhubungan dengan perusahaan, karena pelanggan merasa perusahaan memberikan perlindungan yang mereka butuhkan

4) Faktor keempat, yaitu kepuasan akumulatif (overall satisfaction), kepuasan akumulatif adalah keseluruhan penilaian berdasarkan total pembelian dan konsumsi atas barang dan jasa pada suatu periode tertentu. Kepuasan akumulatif ditentukan oleh berbagai komponen seperti kepuasan terhadap sikap agen (service provider) dan kepuasan terhadap perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat memberikan rasa puas kepada pelanggan dalam melakukan segala transaksi dengan perusahaan, sehingga dalam hal ini perusahaan harus memperhatikan dan meningkatkan fungsi dan kegunaan dari segala fasilitas dan sumber daya yang dimiliki agar pelanggan dapat memanfaatkannya kapan saja dan dimana saja.

Gambar II.2

Model Kepuasan dan Loyalitas

Sumber : Tjiptono. 2008. Strategi Pemasaran Edisi III. Yogyakarta :

Expectations

Percieved

Performanc

e

Costomer

Satisfactio

n

Switching

Barriers

Voice

LOYALITY

4. Seni Tattoo

a. Sejarah Tattoo

Orang Mentawai sudah menattoo badan sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera. Bangsa Proto Melayu ini datang dari daratan Asia (Indocina), pada Zaman Logam, 1500 SM-500 SM. Itu artinya, tattoo Mentawai-lah yang tertua di dunia. Bukan tattoo Mesir, sebagaimana disebut-sebut berbagai buku. Sebutan tattoo konon diambil dari kata Tatau dalam bahasa Tahiti. Kata ini pertama kali tercatat oleh peradaban Barat dalam ekspedisi James Cook pada 1769.

Menurut Encyclopaedia Britannica, tattoo tertua ditemukan pada mumi Mesir dari abad ke-20 SM. Tanda permanen yang dibuat dengan cara memasukkan pewarna ke dalam lapisan kulit itu, ditemui hampir di seluruh belahan dunia. Dalam catatan Ady Rosa, 48 tahun, dosen Seni Rupa, Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, tattoo Mesir baru ada pada 1300 SM. Menurut magister seni murni, Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, orang Mentawai sudah menato badan sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera. Bangsa Proto Melayu ini datang dari daratan Asia (Indocina), pada Zaman Logam, 1500 SM-500 SM. “Itu artinya, tattoo Mentawai-lah yang paling tua di dunia,” kata Ady Rosa, yang telah 10 tahun meneliti tattoo di Mentawai.

Tattoo dikenal dengan istilah Titi. Dalam penelitian Ady Rosa, selain Mentawai dan Mesir, tattoo juga terdapat di Siberia (300 SM),

Inggris (54 SM), Indian Haida di Amerika, suku-suku di Eskimo, Hawaii dan Kepulauan Marquesas. Budaya rajah ini, juga ditemukan pada suku Rapa Nui di Kepulauan Easter, suku Maori di Selandia Baru, suku Dayak di Kalimantan dan suku Sumba di Sumatera Barat. Bagi orang Mentawai, tattoo merupakan roh kehidupan. Ady, yang pada 1992 menelusuri pusat kebudayaan Mentawai di Pulau Siberut, menemukan sedikitnya empat kedudukan tattoo di sana. Salah satu kedudukan tattoo adalah untuk menunjukkan jati diri dan perbedaan status sosial atau profesi. Tattoo dukun Sikerei, misalnya, berbeda dengan tattoo ahli berburu. Ahli berburu dikenal lewat gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa, kera, burung atau buaya. b. Pengertian Tattoo Dalam Seni

Secara kebahasaan, tattoo mempunyai istilah yang nyaris sama digunakan di berbagai belahan dunia. Beberapa di antaranya adalah

Tatoage, Tatouage, Ttitowier, Tatuaggio, Tatuar, Tatuaje, Tatoos, Tattueringar, Tatuagens, Tatoveringer, dan Tatu. Tattoo yang

merupakan bagian dari Body Painting adalah suatu produk dari kegiatan menggambar pada kulit tubuh dengan menggunakan alat sejenis jarum atau benda dipertajam yang terbuat dari flora. Gambar tersebut dihias dengan pigmen berwarna-warni.

Dalam bahasa Indonesia, kata tattoo merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau lambang yang membentuk sebuah desain pada kulit tubuh. Di dalam Ensiklopedia

Indonesia dijelaskan bahwa tattoo merupakan lukisan berwarna permanen pada kulit tubuh (1984:241). Sedangkan dalam Ensiklopedia

Americana disebutkan bahwa tattoo, “tattooing is the production of pattern on the face and body by serting dye under the skin some anthropologist think the practice developed for the painting indication of status, or as mean of obtaining magical protection (1975:312)”.

Konon kata “tattoo” berasal dari bahasa Tahiti, yakni “tattau” yang berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh ditandai dengan menggunakan alat berburu yang runcing untuk memasukkan zat pewarna di bawah permukaan kulit (The American Heritage Desk

Dictionary). Anne Nicholas dalam “The Art of the New Zealand”

menjelaskan bawah kata tattoo yang berasal dari kata Tattau tersebut dibawa oleh Joseph Banks yang pertama kali bersandar di Tahiti pada 1769, dan disana dia mencatat berbagai fenomena manusia Tahiti yang tubuhnya dipenuhi oleh tattoo.

Amy Krakov mengungkapkan secara teknis bahwa tattoo adalah pewarnaan permanen pada tubuh dengan cara diresapkan dengan benda tajam ke dalam kulit (dermis). Secara literer bahasa ekspresi Belanda, tattoo berarti doe het tap toe yang berarti the signal for

closing public houses, given by continuous drum beating or rapping; this rapping or tapping was close to the sound made by early tattoers as they tapped a needle with a small hammer in the process of puncturing the skin. Proses penusukan jarum dengan tangan (manual)

seperti yang diungkapkan di atas hingga kini masih terdapat di beberapa kebudayaan dunia seperti Samoa, Maori, Mentawai, Burma, hingga Thailand. Dalam bahasa Jawa, tattoo mempunyai makna yang nyaris sama meskipun berbeda, yakni dari kata “Tatu” yang juga memiliki kesejajaran makna “luka” atau “bekas luka”, yang menjadi sebuah tanda tertentu dengan kulit lainnya baik di tubuhnya sendiri maupun perbedaan tanda dengan tubuh milik orang lain. Menurut Dion Durga, seni tattoo dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian :

1) Natural, berbagai macam gambar tattoo berupa pemandangan alam atau bentuk muka.

2) Triball, merupakan serangkaian gambar yang dibuat menggunakan blok warna. Tattoo ini banyak dipakai oleh suku Mauri.

3) Out school, tattoo yang dibuat berupa gambar-gambar zaman dulu, seperti perahu, jangkar, atau simbol love yang tertusuk pisau. 4) New school, gambarnya cenderung mengarah ke bentuk grafiti dan

carttoon.

5) Biomechanic, berupa gambar aneh yang merupakan imajinasi dari

Dokumen terkait