• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan tahap awal pada proses penerimaan informasi. Persepsi

adalah proses terhadap masuknya informasi ke dalam otak manusia. Persepsi

mempengaruhi karakteristik siswa. Persepsi manusia berhubungan dengan

lingkunganya. Hubungan tersebut melalui indra yang dimiliki, yaitu indra

penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan pencium (Slameto, 2010: 102).

Moskowitz dan Orgel dalam (Walgito, 2003) menyatakan persepsi

merupakan intergrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan

demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses

pengorganisasikan, penginterpresian terhadap stimulus yang diterima oleh

organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan

aktivitas yang intergrated dalam diri individu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan jika persepsi

merupakan proses stimulus yang diterima individu melalui alat indra. Alat indra

melalui penglihatan, pendengaran, perasa, pengecap, penciuman dari adanya suatu

9 perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama

sehingga hasil persepsi satu individu dengan individu lainya belum tentu sama.

2.1.1.2 Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

Seperti telah dipaparkan di depan bahwa dalam persepsi individu.

Mengorganisasikan dan menginterprestasikan stimulus yang diterimanya, sehingga

stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan. Dengan

demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus merupakan salah satu faktor yang

berperan dalam persepsi. berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam

persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:

1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau

reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi

juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung

mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat sususnan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.

Sebagai alat untuk menagdakn respon diperlukan syaraf motoris.

3. Perhatian

Untuk menyedari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan

adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan

dalam rangka mengadakan persepsi.

10 Proses terjadinya persepsi yaitu objek menimbulkan stimulus, dan stimulus

mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa objek dan stimulus

itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya

dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga terasa

tekanan tersebut.

Porses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau

proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris

ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah

proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang

dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam

otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikiologis.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi

ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar,

atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini

merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya.

Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai

macam bentuk.

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan

dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu tidak

hanya dikenai oleh satu stimulus saja oleh keadaan sekitarnya. Namun tidak semua

stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan

dipersepsi atau mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian

11

(PBL) diharapkan siswa memiliki persepsi yang positif terhadap masalah-masalah

serta cara penyelesainnya berkenaan dengan perwujudan nilai-nilai gotong royong.

2.1.1.4 Indikator Persepsi

Menurut Hamka (2002: 101-106), indikator persepsi ada dua macam, yaitu

1. Menyerap, yaitu stimulus yang berada di luar individu diserap melalui

indera, masuk ke dalam otak, mendapat tempat. Di situ terjadi proses

analisis, diklasifikasi dan diorganisir dengan pengalaman–pengalaman individu yang telah dimiliki sebelumnya. Karena itu penyerapan itu bersifat

individual berbeda satu sama lain meskipun stimulus yang diserap sama.

2. Mengerti atau memahami, yaitu indikator adanya persepsi sebagai hasil

proses klasifikasi dan organisasi. Tahap ini terjadi dalam proses psikis.

Hasil analisis berupa pengertian atau pemahaman. Pengertian atau

pemahaman tersebut juga bersifat subjektif, berbeda -beda bagi setiap

individu.

Peneliti menggunakan indikator persepsi menurut pendapat Hamka (2002:

101-106). Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator persepsi memuat dua

macam yaitu menyerap dan mengerti. Selanjutnya indikator-indikator persepsi

tersebut sanat berguna untuk mengembangkan instrumen persepsi pembelajaran

PKn.

2.1.2 Sikap

Menurut Allport (dalam Maeinarno dan Sarwono, 2009) sikap merupakan

kesiapan mental yang mana berlangsung pada diri seseorang bersama dengan

12 berbagai objek dan situasi. Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan

seseorang untuk bertingkah laku tertentu apabila ia menghadapi rangsangan

tertentu.

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai

objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan

memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku

dalam cara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2000). Sikap adalah evaluasi terhadap

objek, isu atau orang. Sikap didasarkan pada informasi afektif, behavioral, dan

kognitif (Taylor dkk, 2009)

Berdasarkan definisi sikap di atas penelitian ini mengacu pada definisi sikap

menurut Walgito (2000) sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan sesorang

mengenai objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaan

tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau

berperilaku dalam cara yangtertenti yag dipilihnya.

2.1.2.1 Indikator Sikap

Menurut Azwar (2007) dalam sikap terdapat indikator yang

13 1. Indikator kognitif merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,

pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang

mempersepsikan terhadap objek.

2. Indikator afektif merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang

atau tidak senang terhadap objek sikap.

3. Indikator konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan

kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.

Alasan peneliti menggunakan pendapat Azwar yang membentuk struktur

sikap dengan tiga indikator yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Terkait dari

indikator tersebut terdapat sikap yang positif (favorable) dan sikap yang negatif

(unfavorable) dalam penyusunan kuesioner.

2.1.3 Problem Based Learning (PBL)

Dewey (dalam Rusmono, 2012: 74) menyatakan bahwa sekolah merupakan

laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata, karena setiap siswa

memiliki kebutuhan untuk menyelidiki mereka dan membangun secara pribadi

pengetahuanya. Melalui proses ini Sanjaya (dalam Rusmono 2012: 74) menyatakan

bahwa sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh, baik pada aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik, artinya siswa memiliki kebebasan dalam

menyelesaikan program pembelajaran. Selain itu pembelajaran berbasis masalah

menurut Arends (dalam Trianto, 2009: 92) yaitu pendekatan pembelajaran yang

dimana siswa menyelesaikan permasalahan nyata untuk dapat menyusun

pengetahuan, mengembangkan ketrampilan inquiri, berpikir tingkat tinggi,

14 Berdasarkan pengertian para ahli tentang model Pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) di atas dapat disimpulkan bahwa PBL adalah model

pembelajaran dimana siswa menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata untuk

dapat menyusun pengetahuan, mengembangkan ketrampilan inquiri berpikir

tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

1. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Ciri yang paling utama dari model pembelajaran Probolem Based Learning

(PBL) yaitu dimunculkannya masalah pada awal pembelajarannya. Berbagai

pegembangan pengajaran berdasarkaan masalah telah memberikan model

pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:

Pengajuan pertanyaan atau masalah

1. Autentik, yaitu masalah yang berakar pada kehidupan dunia nyata siswa

daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.

2. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan

masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.

3. Mudah dipahami, yaitu maslah yang diberikan harusnya mudah dipahami siswa

dan disesuaikan dnegan tingkat perkembangan siswa.

4. Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus

mencakup seluruh amteri pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu,

ruang, dan sumber yang tersedia.

5. Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecah

15 2.1.4 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) selalu ada sejak siswa duduk di bangku

Sekolah Dasar. Menurut Sumiati (2008), Pendidikan Kewarganegaraan adalah

usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar masa yang akan datng menjadi patriot

pembela bangsa dan Negara. Pendidikan memiliki beberapa misi penting, yaitu

sebagai berikut : PKn sebagai pendidikan politik, PKn sebagai pendidikan nilai,

PKn sebagai pendidikan nasionalisme, PKn sebagai pendidikan hukum, PKn

sebagai pendidikan multukultural, PKn sebagai pendidikan resolusi konflik.

Kesadaran akan nilai adalah suatu kesadaran akan nilai itu sendiri yang terkandung

dalam materi yang diajarkan, sehingga kesadaran akan norma akan mengarah pada

nilai tersebut. Menurut Wahana (2004), kesadaran akan sikap yang sesuai dengan

nilai maka tindakan tersebut yang akan mewujudkan nilai. Pkn sebagai pendidikan

nilai dimaksudkan bahwa melalui Pelajaran PKn di harapkan dapat menyadarkan

siswa akan nilai, norma yang dianggap baik oleh bangsa dan negara pada siswa,

selain itu PKn juga di harapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan nilai

kebangsaan atau nasionalisme siswa, sehingga siswa lebih mencintai dan rela

berkorban untuk bangsa dan negaranya. Siswa seharusnya menyadari pentingnya nilai sehingga tertarik untuk mewujudkan nilai – nilai yang terkandung dalam mata pelajaran PKn. Peserta didik harus mengetahui cara – cara dalam menghadapi masalah yang ada di lingkungan sekitar. PKn termasuk salah satu mata pelajaran

yang sangat penting, karena PKn di ajarkan di semua jenjang pendidikan.

Subagya, 2008 : 4 menyatakan bahwa subtansi kajian Pendidikan

16 kewajiban waraga negara, (4) bela negara, (5) dekomkasi, (6) wawasan nusantara,

(7) ketahanan nasional, (8) politik strategi nasional. Menurut Ariyani dan Susantim

(2010:18) kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada

pembentukkan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio-kultural, bahasa,

usia, dan suku bangsa, untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil,

dan berkarakter.

Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia bertujuan untuk menjadikan

siswa mampu berkembang menjadi pribadi yang cerdas, dan menggunakan

kecerdasaannya tersebut untuk memajukan diri sendiri dan lingkungan. Pendidikan

kewarganegaraan yang berhasil diterapkan akan mampu untuk mengembangkan

sikap mental yang cerdas, penuh tanggung jawab dalam diri siswa. Menurut Sumiati

(2008), mengemukakan bahwa tujuan PKn di Indonesia akan tercapai yaitu dengan

menanamkan konsep dan nilai yang sudah di anggap baik sebagai titik tolak untuk

menumbuhkan warga negara yang baik.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu pendidikan yang memfokuskan

pada pendidikan nilai dan moral serta pembentukkan jati diri dan cinta tanah air

untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter.

2.1.5 Materi Kelas II Membiasakan Hidup Bergotong Royong 2.1.5.1 Gotong Royong

Made (1996:53) mendefinisikan gotong royong sebagai bentuk kerjasama

17 ketentuan sosial dalam masyarakat. Gotong royong sebagai tindakan bekerja sama

antara banyak orang yang rukun berkumpul untuk mengerjakan suatu keperluan

yang besar yang biasanya tidak dapat dilakukan oleh satu orang

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa gotong royong adalah

kegiatan bekerjasama antara individu, untuk menyelesaikan suatu pekerjaan secara

bersama-sama.

2.1.5.2 Hidup Rukun

Adalah sikap tolong-menolong, bekerja sama dalam masyarakat dan

berbangsa dalam kehidupan setiap harinya. Sehingga terwujud kehidupan yang

berdampingan secara harmonis. Hidup rukun adalah keadaaan masyarakat yang

hidup bersama secara selaras, serasi, seimbang sehingga terjalin sikap hidup

tolong-menolong antar sesama manusia. Hidup rukun bertujuan untuk menciptakan

ketentraman dan kedamaian dalam bermasyarakat.

2.1.5.3 Saling Berbagi

Manusia tidak bisa hidup sendirian kita hidup bersama orang lain karena itu

kita harus saling berbagi juga saling bekerja sama. Perbedaan jenis kelamin suku

dan agama tidak menjadi penghalang untuk berbagi pekerjaan atau tugas dengan

berbagi bersama keluarga teman dan tetangga hidup akan terasa lebih ringan.

2.1.5.4 Tolong Menolong

Menolong artinya membantu orang yang mengalami kesulitan. Tolong

18 banyak teman. Tolong menolong dapat dilakukan di rumah juga di sekolah serta di

masyarakat.

Dokumen terkait