• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Kajian Pustaka

Dalam Buku H.M Idris Ramulyo yang berjudulPerbandingan Hukum

Kewarisan Islam Dengan Kewarisan KUHperdata membahas terkait pengertian

Wasiat Perspektif hukum positif dan hukum islam.

Dalam Buku M. Wijaya, “Tinjauan Hukum Surat Wasiat Menurut Hukum Perdata”, membahas secara terperinci terkait Gagasan Utama Hukum perdata tentang Surat wasiat, Batasan dan Syarat-syarat Wasiat.

Dalam buku Nurhendropurtanto mengenai “Panduan praktis : Fungsi dan tugas pokoknya balai harta peninggalan” Menjelaskan segala ruang lingkup , tugas pokok dan fungsi serta batasan Balai Harta Peninggalan secara eksplisit membahas Pendaftaran dan Pembukaan Wasiat.

Dalam Buku M.J. Widijatmoko berjudul “Reposisi dan Rekonstruksi Balai Harta Peninggalan dalam Sistim Hukum Indonesia Menghadapi Globalisasi”

menjelaskan posisi secara nomena dan landasan hukum peran Balai Harta Peninggalan dalam menangani eksistensinya sebagai lembaga Pemerintahan untuk menjalankan tugasnya.

Dalam Buku Dominikus Rato, Hukum Perkawinan dan Waris Adat (sistem Kekerabatan, Bentuk Perkawinan, dan Pola Pewarisan Adat di Indonesia,dalam buku ini menjelaskan ketentuan umum hukum waris dan wasiat yang akan membantu penulis mengurai persoalan wasiat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Balai Harta Peninggalan

Balai Harta Peninggalan (disingkat BHP) merupakan Unit Pelaksana Teknis instansi pemerintah yang secara struktural berada dibawah Direktorat Perdata, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Pada hakekatnya tugas Balai Harta Peninggalan yaitu :

"mewakili dan mengurus kepentingan orang-orang (badan hukum) yang karena hukum atau putusan hakim tidak dapat menjalankan sendiri kepentingannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku".3

Sejarah dan pembentukan Balai Harta Peninggalan dimulai dengan masuknya bangsa Belanda ke Indonesia pada tahun 1596, yang pada mulanya mereka datang sebagai pedagang. Dalam dunia perdagangan di Indonesia mereka bersaing dengan pedagang-pedagang asing lainnya, seperti Cina, Inggris, dan Portugis yang memiliki armada-armada besar. Untuk menghadapi persaingan tersebut orang-orang Belanda kemudian pada tahun 1602 mendirikan suatu perkumpulan dagang yang diberi nama ''Vereenigde Oost Indische Companie'' disingkat VOC, yang oleh bangsa kita disebut ''Kompeni''.

Lama kelamaan kekuasaan VOC di Indonesia semakin meluas, maka akhirnya timbullah kebutuhan bagi para anggotanya khusus dalam mengurus harta

3 Staatblat 1872 No. 166 tentang Instruksi Untuk Balai Harta Peninggalan di Indonesia

kekayaan yang ditinggalkan oleh mereka bagi kepentingan para ahli waris yang berada di Nederland, anak-anak yatim piatu dan sebagainya. Untuk menanggulangi kebutuhan itulah oleh Pemerintah Belanda dibentuk suatu lembaga yang diberi nama ''Wees-en Boedelkamer'' atau ''Weskamer'' (Balai Harta Peninggalan) pada tanggal 1 Oktober 1624 berkedudukan di Jakarta. Sedangkan pendirian Balai Harta Peninggalan didaerah lain sejalan pula dengan kemajuan territorial yang dikuasai VOC, untuk memenuhi kebutuhan orang-orang VOC.

Secara lengkap data-data mengenai pendirian Balai Harta Peninggalan ditempat-tempat lain tidak dapat diketemukan lagi, tetapi dapat dicatat bahwa Balai Harta Peninggalan di Banda pada tahun 1678 sudah ada, di Ambon tahun 1694, di Ternate tahun 1695, di Ujung Pandang tahun 1696, di Semarang dapat diketahui didirikan tanggal 17 Mei 1763, di Padang tahun 1739, dan di Surabaya tahun 1809. Mengenai Perwakilan-Perwakilan Balai Harta Peninggalan diketahui sudah ada di Palembang tahun 1691, di Jepara tahun 1727, di Banten tahun 1725, di Cirebon tahun 1739, di Timor tahun 1764 dan di Bengkulu tahun 1827.

1. Dasar Hukum Balai Harta Peninggalan

Landasan hukum pendirian Balai Harta Peninggalan Sebagai penuntun dalam menjalankan tugasnya sehari-hari diberikan dalam suatu Instruksi.

Sepanjang sejarahnya Weeskamer / Balai Harta Peninggalan mengenal 4 macam Instruksi yaitu : 1. Tanggal 16 Juli 1625 terdiri dari 49 pasal yang mengatur organisasi dan tugas-tugas Weeskamer (Balai Harta Peninggalan). 2.

Tahun 1642, pada perlakuan kodifikasi pertama hukum Indonesia, yang isinya

kira-kira sama dengan yang pertama. 3. Stbl. 1818 No.72, yang dibuat setelah pemulihan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia sesudah Pemerintahan tentara Inggris, juga dalam hal ini tidak banyak perbedaan dengan yang terdahulu. 4. Stbl. 1872 No.166 yang didasarkan pada berlakunya perundang-undangan baru di Indonesia pada tahun 1848 dan masih berlaku sampai sekarang.

Dalam KUHPerdata diatur mengenai harta peninggalan yang tidak terurus, ketentuan hal tersebut diatur pada Pasal-Pasal berikut ini

Pasal 1126 KUHPerdata, Harta peninggalan tidak terurus bilmana:

Tidak ada yang tampil sebagai ahli waris; atau Semua ahli waris menolak.

Pasal 1127 KUHPerdata

Demi hukum Balai Harta Peninggalan (BHP) wajib mengurus harta tersebut dan pada saat awal pengurusannya harus memberitahu kejaksaan.

Pasal 1128 KUHPerdata menyatakan,

„‟Bilamana dalam jangka waktu lewat dari 3 (tiga) tahun terhitung mulai terbukanya warisan, tidak ada ahli waris yang tampil, maka Balai Harta Peninggalan harus membuat perhitungan penutup pada Negara, ”Negara berhak menguasai harta peninggalan”.

Maka istilah harta tak terurus memberikan pengertian “Jika suatu warisan terbuka, tiada seorangpun menuntutnya ataupun semua ahli waris yang terkenal menolaknya, maka dianggaplah warisan itu sebagai tak terurus”

Balai Harta Peninggalan (BHP) merupakan Unit Pelaksana Teknis instansi pemerintah yang secara struktural berada dibawah Direktorat Perdata, Direktorat

Jenderal Administrasi Hukum Umum, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Pada hakekatnya tugas Balai Harta Peninggalan yaitu

: "mewakili dan mengurus kepentingan orang-orang (badan hukum) yang karena hukum atau putusan hakim tidak dapat menjalankan sendiri kepentingannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku".

Sebagai penuntun dalam menjalankan tugasnya sehari-hari diberikan dalam suatu Instruksi. Sepanjang sejarahnya Weeskamer / Balai Harta Peninggalan mengenal 4 macam Instruksi yaitu :

1. Tanggal 16 Juli 1625 terdiri dari 49 pasal yang mengatur organisasi dan tugas-tugas Weeskamer (Balai Harta Peninggalan).

2. Tahun 1642, pada perlakuan kodifikasi pertama hukum Indonesia, yang isinya kira-kira sama dengan yang pertama.

3. Stbl. 1818 No.72, yang dibuat setelah pemulihan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia sesudah Pemerintahan tentara Inggris, juga dalam hal ini tidak banyak perbedaan dengan yang terdahulu.

4. Stbl. 1872 No.166 yang didasarkan pada berlakunya perundang-undangan baru di Indonesia pada tahun 1848 dan masih berlaku sampai sekarang.

2. Tugas Pokok Balai Harta Peninggalan

Mengenai tugas-tugas Balai Harta Peninggalan dapat diperinci sebagai berikut :4

4 http://www.kajianpustaka.com/2014/01/ pengertian-indikator faktormempengaruhi-kinerja.html, dilihat tanggal 6 Januari 2020.

a. Pengampu atas anak yang masih dalam kandungan (Pasal 348 KUH Perdata).

b. Pengurus atas diri pribadi dan harta kekayaan anak-anak yang masih belum dewasa, selama bagi mereka belum diangkat seorang wali (Pasal 359 ayat terakhir KUH Perdata).

c. Sebagai wali pengawas (Pasal 366 KUH Perdata).

d. Mewakili kepentingan anak-anak belum dewasa dalam hal adanya pertentangan dengan kepentingan wali (Pasal 370 KUH Perdata).

e. Mengurus harta kekayaan anak-anak belum dewasa dalam hal pengurusan itu dicabut dari wali mereka (Pasal 338 KUH Perdata).

f. Pengurusan harta peninggalan yang tak ada kuasanya / onbeheerde nalatenschappen (pasal 1126, 1127 dan 1128 KUH Perdata).

g. Pengurusan budel-budel dari orang-orang yang tidak hadir / boedels van afwezigen (Pasal 463 KUH Perdata).

h. Pengurusan budel-budel dari orang-yang berada dibawah pengampuan karena sakit jiwa atau pemboros. Dalam hal ini B.H.P. bertugas selaku pengampu pengawas (pasal 449 KUH Perdata), akan tetapi bila pengurusan dicabut dari pengampunya, langsung menjadi pengurus harta kekayaan orang yang berada dibawah pengampuan (pasal 452 jo. pasal 338 KUH Perdata).

i. Menyelesaikan boedel kepailitan (Pasal 70 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004).

j. Mendaftar dan membuka surat-surat wasiat (Pasal 41, 42 OV dan Pasal 937, 942 KUH Perdata).

k. Membuat surat keterangan waris bagi golongan Timur Asing selain Cina (Pasal 14 ayat 1 Instructie voor de Gouvernements Landmeters Stbl. 1916 No. 517).

l. Melakukan pemecahan dan pembagian waris (Pasal 1071 KUH Perdata) ;

m. Melakukan pengelolaan dan pengembangan Uang Pihak Ketiga berdasarkan Keputusan Menteri Hukum & HAM ;

n. Melakukan penerimaan dan pengelolaan hasil Transfer Dana dari Bank (Pasal 37 ayat (3) UU No. 3 Tahun 2011 jo. Pasal 17 ayat (4) dan (5), Pasal 18 Peraturan Bank Indonesia No. 14/23/PBI/2012) ; o. Melakukan penerimaan dan pengelolaan dana Program Janiman

Sosial Tenaga Kerja (Pasal 22 ayat (3a) dan Pasal 26 ayat (5) PP No.

53 Tahun 2012 jo. Peraturan Menkumham No. 13 Tahun 2013).

Tugas Balai Harta Peninggalan Mengenai Pengurusan Harta Peninggalan Tak Terurus Dari pengertian harta peninggalan tak terurus dapat dianalisa dengan cermat maka dapat diketahui beberapa unsur yang membentuk pengetian harta tak terurus, yaitu :5

a. Adanya orang yang meninggal dunia

b. Adanya harta yang ditinggalkan oleh almarhum

c. Tidak ada ahli waris, atau jika ada, para ahli waris menolalk warisan tersebut

5Nurhendropurtanto,Panduan praktis : Fungsi dan tugas pokoknya balai harta peninggalan, Jakarta: BHP Kanwil Kementrian Hukum dan Ham . Jurnal.2017

d. Tidak terdapat bukti otentik yang berisikan pengurusan harta peninggalan

Apabila dalam pemeriksaan terdapat unsur seperti tersebut diatas, maka demi hukum Balai Harta Peninggalan berkewajiban untuk mengurus harta tersebut antara lain dengan melakukan pendaftaran budel. Bila dirasakan perlu, maka Balai Harta Peninggalan dapat melakukan penyegelan atas harta tersebut.

Pada prosesnya pengurusan harta peninggalan tak terurus tidak jauh berbeda dengan pengurusan harta orang yang dinyatakan hadir. Kalau pengurusan harta orang yang dinyatakan tidak hadir berawal dari penetapan pengadilan negeri tentang ketidakhadiran orang tersebut, maka pengurusan harta peninggalan tak terurus bertolak dari proses pemerikasaan harta peninggalan seseorang yang telah meninggal dunia yang akte kematianya diperoleh dari kantor Catatan Sipil yang dilaporkan kepada Balai Harta Peninggalan. Setelah menerima laporan kematian tersebut, Balai Harta Peninggalan wajib mengurus harta tersebutdengan malakukan langkah- langkah antara lain:

1. Pendaftaran budel bila dirasakan perlu

2. Melakukan penyegelan terhadap budel tersebut 3. Memberitahukan kepada Kejaksaan Negeri setempat 4. Memberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan

5. Mengumumkan dalam Berita Negara dan sedikitnya 2 (dua) surat kabar dengan ikhtisar pengumuman mengenai pemanggilan para

ahli waris atau pihak yang berkepentingan.

Adapun teknis pelaksanaan yang dilakukan oleh Balai Harta Peninggalan adalah :6

a. Setelah BHP menerima laporan resmi dari Lurah/Camat setempat tentang adanya orang yang meninggal tanpa ahli waris, atau adanya putusan pengadilan, atau adanya penolakan warisan dari ahli waris, maka BHP segera memberitahukan kepada masyarakat dengan iklan pengumuman di 2 surat kabar lokal dan nasional serta Berita Negara RI.

b. Setelah jangka waktu 14 hari sejak iklan pengumuman ternyata tidak ada masyarakat atau pihak ketiga yang berkeberatan, maka BHP segera memberitahukan hal itu kepada instansi-instansi pemerintah terkait yang ada hubungannya dengan diri atau harta kekayaan orang tidak hadir yaitu Pengadilan Negeri, Kantor Pertanahan, Kejaksaan, BPK, dan lain-lain.

c. Melakukan inventarisasi atas harta kekayaan orang tidak hadir dan membuat perjanjian sewa menyewa dengan pemohon penetapan/yang berkepentingan.

d. Mewakili diri dan membela hak-hak orang yang tidak hadir itu baik di dalam maupun diluar pengadilan.

e. Apabila kepentingan boedel (harta warisan) menghendaki, Balai Harta Peninggalan dapat melakukan penjualan atas harta kekayaan

6Nurhendropurtanto,Panduan praktis : Fungsi dan tugas pokoknya balai harta peninggalan, Jakarta: BHP Kanwil Kementrian Hukum dan Ham . Jurnal 2017

orang yang tidak hadir itu setelah terlebih dahulu mendapat ijin dari Pengadilan Negeri setempat dan Menteri Hukum dan HAM RI.

f. Apabila dalam tenggang waktu 30 tahun orang yang dinyatakan tidak hadir tidak muncul juga, maka hasil penjualan harta kekayaan itu diserahkan/disetor ke Kas Negara, setelah terlebih dahulu diperoleh persetujuan dari Badan Pemeriksa Keuangan.

Jadi sebenarnya untuk Harta Tak Terurus proses pengurusan oleh BHP hampir sama dengan Ketidakhadiran, hanya berbeda kedudukan hukumnya.

Adapun Peran, Tugas dan Fungsi Balai Harta Peninggalan sehubungan dengan kewarisan berdasarkan beberapa Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut:7

1. Guna sebagai Pengurusan harta peninggalan yang tak ada kuasanya / onbeheerde nalatenschappen , Bila pada waktu terbukanya suatu warisan tidak ada orang yang muncul menuntut haknya atas warisan itu, atau bila ahli waris yang dikenal menolak warisan itu, maka harta peninggalan itu dianggap tidak terurus. Balai Harta Peninggalan, menurut hukum wajib mengurus setiap harta peninggalan tak terurus yang terbuka dalam daerahnya, tanpa memperhatikan apakah harta itu cukup atau tidak untuk melunasi utang pewarisnya. Balai itu, pada waktu mulai melaksanakan

7M.J. Widijatmoko, Reposisi dan Rekonstruksi Balai Harta Peninggalan dalam Sistim Hukum Indonesia Menghadapi Globalisasi. Direktorat Jenderal Hukum Umum Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,Jurnal 2015.

pengurusan, wajib memberitahukan hal itu kepada jawatan Kejaksaan pada Pengadilan Negeri. Dalam hal ada perselisihan tentang terurus tidaknya suatu harta peninggalan. Pengadilan itu atas permohonan orang yang berkepentingan atau atas saran jawatan Kejaksaan, setelah minta nasihat, Balai Harta Peninggalan akan mengambil keputusan tanpa persidangan. . Balai Harta Peninggalan setelah mengadakan penyegelan yang dianggap perlu, wajib untuk mengadakan pemerincian harta peninggalan itu, dan mengurusnya serta membereskannya. Balai itu wajib untuk melacak para ahli waris, dengan cara memasang panggilan melalui surat kabar resmi, atau dengan cara lain yang lebih tepat. Balai itu harus bertindak dalam Pengadilan mengenai tuntutan-tuntutan hukum yang telah diajukan terhadap harta peninggalan itu, dan menjalankan serta melanjutkan hak-hak dari orang yang telah meninggal itu, dan memberikan perhitungan mengenai pengurusannya kepada orang yang seharusnya melakukan perhitungan itu.

2. Membuat surat keterangan waris, Balai Harta Peninggalan (BHP) mempunyai tugas bagi golongan Timur Asing selain Cina, (Surat Mahkamah Agung No. MA/kumdil/171/V/K/1991)

3. Membuka Surat wasiat olografis yang tertutup ,Setelah pewaris meninggal dunia, Notaris harus menyampaikan wasiat rahasia atau tertutup itu kepada Balai Harta Peninggalan yang dalam daerahnya warisan itu terbuka; balai ini harus membuka wasiat itu dan membuat berita acara tentang penyampaian dan pembukaan wasiat

itu serta tentang keadaannya, dan kemudian menyampailkannya kembali kepada Notaris yang telah memberikannya.

4. Membuka Surat Wasiat Yang tertutup, Setelah pewaris meninggal dunia, Notaris harus menyampaikan wasiat rahasia atau tertutup itu kepada Balai Harta Peninggalan yang dalam daerahnya warisan itu terbuka; balai ini harus membuka wasiat itu dan membuat berita acara tentang penyampaian dan pembukaan wasiat itu serta tentang keadaannya, dan kemudian menyampailkannya kembali kepada Notaris yang telah memberikannya.

Perlaksanaan Tugas Pokok dan Fungsinya, Balai Harta Peninggalan berpedoman pada Pasal 2 dan 3 Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 19 Juni 1980 Nomor M.01.PR.07.01-80 Tahun 1980 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Harta Peninggalan.

Dalam Pasal 2 dan 3 Surat Keputusan Menteri Kehakiman tersebut memuat Tugas Pokok dan Fungsi Balai Harta Peninggalan sebagai berikut :

Pasal 2 :

Tugas Balai Harta Peninggalan ialah mewakili dan mengurus kepentingan orang- orang yang karena hukum atau keputusan Hakim tidak dapat menjalankan sendiri kepentingannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 3 :

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut pada pasal 2, Balai Harta Peninggalan mempunyai fungsi :

1. Melaksanakan penyelesaian masalah Perwalian, Pengampunan, Ketidak Hadiran dan Harta Peninggalan yang tidak ada kuasanya dan lain- lain masalah yang diatur dalam Peraturan Perundang- undangan.

2. Melaksanakan Pembukuan dan Pendaftaran surat Wasiat sesuai dengan Peraturan Perundang- undangan.

3. Melaksanakan penyelesaian masalah Kepailitan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

Dari ketentuan yang termuat dalam pasal 2 dan 3 Surat Keputusan Menteri Kehakiman tersebut, dapat dikemukakan bahwa Tugas Pokok dan Fungsi Balai Harta Peninggalan adalah sebagai berikut :

1. Selaku Wali Pengawas dan Wali Sementara (pasal 366 K.U.H.Perdata, pasal 359 ayat terakhir K.U.H.Perdata);

2. Pengampu Pengawas dalam Pengampuan dan Pengampu Anak dalam

4. Pembukaan Surat Wasiat Tertutup/ Rahasia dan Pendaftaran Surat Wasiat Umum (pasal 937 dan 942 K.U.H.Perdata);

5. Pengurus atas Harta Peninggalan Tak Terurus (tidak ada kuasanya) pasal 1126 s/d pasal 1130 K.U.H.Perdata, jo. pasal 64 s/d pasal 69 Instruksi untuk Balai Harta Peninggalan di Indonesia;

6. Mewakili dan mengurus Ketidak harta kekayaan orang yang dinyatakan

tidak hadir (pasal 463 K.U.H.Perdata, jo. pasal 61 Instruksi untuk Balai Harta Peninggalan di Indonesia);

7. Kurator dalam Kepailitan (pasal 70 ayat 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU);

Dalam RUU Balai Harta Peninggalan juga ditentukan mengenai Tugas dari BHP ini, yaitu berdasarkan Pasal 3 huruf b dan c, ditentukan bahwa Tugas dari BHP adalah:

1. melaksanakan penyelesaian pembukaan dan pendaftaran surat wasiat sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

2. membuat surat keterangan waris; dan

Berdasarkan informasi-informasi yang beredar di Internet RUU mengenai Balai Harta Peninggalan akan disahkan Desember 2014 lalu, sehingga hal ini sangat penting dalam perkembangan Hukum Kewarisan di Indonesia.

B. Ruang Lingkup Wasiat 1. Pengertian Wasiat

Menurut KUH Perdata ada dua cara untuk mendapatkan warisan, yaitu:

a.

Sebagai ahli waris menurut ketentuan undang-undang

b.

Karena ditunjuk dalam surat wasiat (testament)

Cara yang pertama disebut ahli waris ab intestate sedangkan cara yang

kedua disebut ahli waris testamentair.8 Wasiat atau testament adalah suatu pernyataan dari seseorang tentang apa yang dikehendaki setelah ia meninggal dunia.9 Sehubungan dengan pewaris, yang penting dipersoalkan ialah perbuatan pewaris pada masa hidupnya mengenai harta kekayaanya apabila ia meninggal dunia.

Perbuatan pewaris ini disebut wasiat, sebelum pewaris meninggal dunia apakah ada wasiat yang ditinggalkanya kepada seseorang mengenai harta kekayaanya, apabila pewaris meninggalkan wasiat, maka menurut undang-undang, wasiat tersebut harus tertulis dan berisi pernyataan mengenai apa yang dikehendaki pewaris setelah meninggal dunia.10

Pasal 875 KUHperdata yang menyatakan bahwa testament adalah suatu akta yang memuat pernyataan seorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah ia meninggal dunia, dan yang olehnya dapat dicabut kembali.

wasiat merupakan perbuatan hukum yang pelaksanaannya diwadahi atas ketentuan hukum yang bersumber pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kompilasi Hukum Islam, dan telah menjadi kebiasaan dimasyarakat atau dikenal dengan perbuatan hukum adat. Dijelaskan lebih lanjut bahwa wasiat dalam bahasa daerah masing-masing seperti dijawa dikenal welingan atau wekasan.

welingan adalah berupa kemauan terakhir dari si peninggal warsan agar dapat segera menentukan bagaimana nanti harta kekayaannya dapat dibagikan kelak kepada anak-anaknya. Perbuatan itu ditujukan dengan maksud :

8Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, ( Jakarta: Intermasa, 1994), hal.95.

9H.M Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam Dengan Kewarisan KUHperdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal.111.

10 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hal.271.

1. Mewajibkan pada ahli warisnya membagi-bagi harta peninggalan dengan cara yang layak menurut anggapannya.

2. Mencegah perselisihan, keributan, dan cekcok dalam membagi harta peninggalannya di kemudian hari diantara para ahli waris.

3. Selain itu welingan ini menjadi alat yang mengikat bagi si peninggal wasiat terhadap barang harta warisan agar terikat di welingan yang dibuat.

4. Mewajibkan para ahli waris untuk menghormati penetapan pesan terakhir walaupun itu dapat menyimpang dari ketentuan hukum waris maupun hukum waris adat.11

5. Sebagai penyeimbang terhadap ketentuan hukum waris yang dipandang tidak adil atau tidak memuaskan si pewaris.12

Secara garis besar Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sendiri menjelaskan wasiat dalam 4 tahapan pembahasan. Keempat tahapan pembahasan antara lain yaitu pembahasan:

1. Ketentuan umum wasiat, ketentuan umum ini berbicara tentang pengaturan secara umum terhadap surat wasiat. Hal ini dapat dilihat pada pasal 874 hingga pasal 894. Pokok bahasannya adalah penjelasan umum tentang surat wasiat, isi pernyataan wasiat, kehendak dari si pewasiat, wasiat dibuat secara umum atau secara khusus, hubungan wasiat dengan keluarga-keluarga dari pewasiat, wasiat untuk kepentingan orang miskin, pelaksanaan wasiat tidak

11 Dominikus Rato, Hukum Perkawinan dan Waris Adat (sistem Kekerabatan, Bentuk Perkawinan, dan Pola Pewarisan Adat di Indonesia, Surabaya: Lasbang Yustisia, 2011, hlm. 213.

12Mulyadi, Hukum Waris Tanpa Wasiat, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2008, hlm. 24.

membeda-bedakan agama;

2. Kecakapan dalam wasiat, yaitu kecapakan yang dimaksud lebih kepada kemampuan bernalar dalam membedakan keuntungan dan rugi ketika seseorang itu hendak membuat wasiat. Seseorang yang belum berusia 21 tahun tidak dapat membuat wasiat;

3. Batasan dalam wasiat (legitieme portie), ini merupakan penjelasan bahwa ada bagian-bagian dari ahli waris yang harus diberikan kepada ahli waris dalam garis lurus berdasarkan undang-undang yang tidak boleh dihalangi oleh sebuah ketetapan (hibah atau wasiat). Bahkan terhadap sebuah ketetapan yang sengaja dibuat untuk menguntungkan salah satu keluarga baik itu keluarga sedarah dekat ataupun tidak tanpa adanya sebuah penjelasan dapat dianggap sebagai legitieme portie. Legitieme portie ini hendaknya memperhatikan ahli waris, bila ahli waris tidak ada baik itu ahli waris garis keatas, kebawah, dan anak luar kawin yang diakui menurut undang-undang maka harta waris dihibahkan; dan

4. Bentuk wasiat, yaitu bentuk pembuatan surat wasiat yang pada pelaksanaannya dibuat secara akta tulisan tangan sendiri (olografis).

Itu semua dilakukan baik dengan akta umum/terbuka (openbaar),akta rahasia(geheim) atau akta tertutup.13

2. Syarat-syarat Wasiat a. Orang yang berwasiat

13M. Wijaya, “Tinjauan Hukum Surat Wasiat Menurut Hukum Perdata”, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Edisi 5, Volume 2 Tahun 2014, hlm. 108-110.

Mengenai kecakapan orang yang membuat surat wasiat atau testament adalah bahwa orang tersebut mampu berpikir secara normal atau berakal sehat. Sesuai dengan pasal 895 KuHperdata yang menyebutkan untuk dapat membuat atau mencabut suatu surat wasiat seseorang harus mempunyai akal budinya.Sehingga seseorang yang kurang memiliki akal sehat ketika membuat surat wasiat, maka wasiatnya tersebut tidak dapat diberikan akibat hukum atau dinyatakan batal. Pasal 895 KUHperdata tersebut tidak memberikan wewenang kepada orang yang tidak memiliki akal sehat untuk melakukan perbuatan kepemilikan dengan surat wasiat.14

Pada pasal 897 KUHperdata disebutkan bahwa para belum dewasa yang belum mencapai umur genap delapan belas tahun tidak diperbolehkan membuat surat wasiat. Hal ini berarti seseorang dikatakan

Pada pasal 897 KUHperdata disebutkan bahwa para belum dewasa yang belum mencapai umur genap delapan belas tahun tidak diperbolehkan membuat surat wasiat. Hal ini berarti seseorang dikatakan

Dokumen terkait