• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pustaka

Penulis [1] melakukan penelitian mengenai analisis handover pada heterogeneous

network menggunakan Received Signal Strength Indicator (RSSI) dan access rate

sebagai handover trigger. Penelitian tersebut fokus pada pembahasan handover antar platform jaringan yang berbeda. Membandingkan nilai RSSI dan access rate pada proses handover disetiap masing-masing jaringan yang ada sehingga didapatkan nilai-nilai pembanding dan nilai throughtput, Latency, Delay untuk mengetahui kapan proses terjadinya handover. Hasil analisis yang didapat pada penelitian tersebut, yaitu yang pertama nilai RSSI terendah pada jaringan WIFI yaitu dengan nilai 76.9 dBm dan tertinggi pada jaringan GSM dengan nilai -44.08 dBm. Kedua nilai access rate terendah pada jaringan GSM dengan nilai 0.39 Mbps dan tertinggi pada jaringan LTE dengan nilai 18.06 Mbps. Throughput terbaik terdapat pada jaringan LTE dengan nilai 76.1%, Delay terbaik terjadi pada jaringan target GSM dengan nilai 5.3 ms dan Latency terbaik tejadi pada jaringan GSM dengan nilai 41 ms.

Penulis [2] melakukan penelitian mengenai analisis perpindahan kanal komunikasi dalam satu BSC pada sistem GSM berdasarkan data Drive Test

7

menggunakan TEMS Investigation 4.1.1. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui proses, penyebab, tingkat keberhasilan dan hal-hal yang berkaitan dengan kegagalan pada algoritma serah-terima pada sistem GSM. MS akan melakukan pengukuran daya terima oleh sel-sel GSM yang ada disekitarnya, dan apabila MS bergerak menjauhi sel layanan dan mendekati sel lain. Pada penelitian tersebut pemilihan alokasi tiga waktu sangat berpengaruh pada HOSR dengan nilai tertinggi yaitu pada malam hari. Saat malam hari traffic penggunaan jaringan telekomunikasi cukup padat, mengakibatkan banyak proses handover yang dilakukan. Banyak dari pengguna yang akhirnya diputuskan jaringannya karena padatnya proses handover disetiap sel.

Penulis [3] melakukan penelitian mengenai analisa metode handover pada jaringan WiMAX. Penelitian ini penulis melakukan analisis handover dengan mensimulasikan menggunakan optimized engineering tools, yang dilakukan dengan pengujian tiga skenario yang berbeda interval waktu antara pengiriman paket dan penerimaan paket dengan besarnya trafik kiriman 64 Kpbs (low

bandwidth) metode hard handover dan soft handover. Mekanisme handover pada

layanan VoIP bekerja ideal dan efektif pada jaringan WiMAX karena didapat rata-rata nilai pada jitter 0.001 ms – 0.02 ms pada metode hard handover dan 0.0011 ms – 0.31 ms dengan metode soft handover. Saat penambahan beban dilakukan, terjadi kenaikan Delay secara signifikan. Rata-rata untuk masing-masing nilai yang didapat 10.5 ms – 35 ms metode hard handover dan 10.5 ms – 39 ms soft

handover. Sehingga membuktikan bahwa aplikasi voice over internet protocol

8

2.2 Handover

Mobile station (MS) yang sedang melakukan komunikasi akan selalu mencari

hubungan dengan Base Transceiver Station (BTS) terdekat. Ketika MS menjauhi BTS awal yang sedang tersambung, MS akan melakukan pengalihan hubungan kanal traffic secara otomatis pada BTS yang terdekat. Proses ini disebut dengan

handover. Pada proses ini perlunya perangkat tambahan untuk mendeteksi sebagai

perubah status dedicated node (persiapan handover) dan perangkat switch komunikasi dari suatu sel ke sel lain.

2.2.1 Jenis-Jenis handover 1) Hard handover

Hard handover merupakan proses pengalihan panggilan terhadap sel asal

pada pengguna yang bergerak dengan pemutusan hubungan komunikasi ke sel baru yang tersambung. Proses ini sering disebut “break-before-make”. Perubahan frekuensi sering menyebabkan proses ini terjadi, mengakibatkan pengguna harus menggunakan kanal frekuensi yang baru, karena kanal frekuensi lama harus dalam kondisi terputus (inter-frequency hard handover). Proses pengalihan ini membutuhkan waktu jeda dalam berkomunikasi.

2) Soft Handover

Soft handover merupakan kebalikan dari hard handover, pada proses

pengalihan panggilan tanpa adanya proses pemutusan terlebih dahulu. Biasanya proses ini dilakukan pada sistem Code Division Multiple Access (CDMA) pada karakter Universal Mobile Telephone System (UMTS), yang artinya kanal frekunsinya selalu sama walaupun melewati sel yang berbeda

9

(intra-frequency soft handover). Sinyal komunikasi yang melemah karena BTS yang semakin jauh saat sambungan awal merupakan penyebab utama proses ini terjadi. Sehingga dalam beberapa saat pengguna yang sedang dalam kondisi tersebut mendapatkan layanan paralel yang diterima secara bersamaan oleh kedua BTS.

3) Softer handover

Softer handover merupakan proses pengalihan yang menggunakan kanal

frekuensi yang sama dan BTS yang sama, namun proses pengalihan ini menggunakan beberapa sektor yang dibagi di dalam suatu sel. Hal ini dilakukan karena faktor kepadatan lalu lintas komunikasi pada suatu sel. Dengan demikian, pengguna akan mendapatkan pelayanan komunikasi dengan sinyal komunikasi lebih kuat pada sektor-sektor tertentu. Layanan yang menggunakan sistem ini adalah CDMA 2000 [4].

10

2.2.2 Kelebihan dan kekurangan dari jenis Handover 1) Hard Handover

Kelebihan handover jenis ini adalah bisa dipakai pada sistem satu panggilan per kanal frekuensi. Perangkat yang menggunakan proses ini tidak memerlukan kemampuan untuk menerima dua atau lebih sinyal secara paralel, sehingga dapat dikatakan lebih murah. Proses handover yang sedang melakukan pemutusan terhadap kanal frekuensi sebelumnya apabila terjadi kegagalan, maka jaringan komunikasi yang sedang berlangsung akan terjadi pemutusan. Sering kali terjadinya panggilan berakhir secara tidak normal. Teknologi yang menggunakan hard handover ini biasanya memiliki kemampuan untuk melakukan re-establish (membangun kembali) koneksi ke sel asal jika terjadi kegagalan saat menyambungkan ke sel tujuan.

2) Soft Handover

Kelebihan soft handover adalah ketika terjadinya pemindahan koneksi dari sel awal ke sel tujuan, jaringan yang terhubung sudah benar-benar baik dan siap untuk digunakan. Terjadinya kegagalan pengalihan akan lebih diminimalisir. Selain itu, kualitas dan kestabilan kanal pada soft handover lebih terpelihara dibandingkan hard handover, maka apabila terjadi kegagalan pengalihan faktor penyebabnya bukan dari soft handover itu sendiri, melainkan adanya gangguan atau interferensi pada jaringan [5].

Dokumen terkait