• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN…….………………………………………….. 1-45

D. Kajian Pustaka

Terdapat beberapa kitab yang di dalamnya membahas mengenai al-s}idq antara lain Ima>m al-Gaza>li dalam bukunya Ihya>’ ‘Ulu>m al-Di>n menguraikan masalah al-s}idq di dalam satu pokok bahasan tersendiri yang berjudul kita>b al-s}idq. Di dalam kitabnya itu hanya menguraikan beberapa hal yang berkenaan dengan

al-s}idq seperti keutamaan al-al-s}idq, hakikat-hakikat, serta tingkatan-tingkatannya.53

Aspek-aspek al-s}idq yang dikemukakannya tidak diuraikan secara meluas dan tidak mencerminkan sebagai kajian tafsir al-Qur’an. Kajian al-s}idq dalam kitab tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Al-s}idq yang diuraikan oleh al-Gaz|a>li lebih pada keutamaannya untuk memotivasi agar setiap orang dapat bersifat al-s}idq. Uraiannya dengan pendekatan akhlak tasawuf, bukan pendekatan tafsir. Pendekatan akhlak tasawuf lebih didominasi oleh kajian tentang budi pekerti, baik yang bersumber dari teks-teks agama maupun sosial. Sedangkan pendekatan tafsir

53Ima>m Abu> H{a>mid Muh{ammad bin Muh{ammad al-Gaza>li, Ihya>’ ‘Ulu>m al-Di>n, h. 408-415.

mencoba mengeksplorasi interpretasi para mufassir secara tekstual maupun kontekstual.

Demikian pula S}afwah ‘Abd al-Fatta>h Mahmu>d bahkan membahas dalam satu buku yang berjudul al-Al-s}idq wa Asa|ruhu fi> Haya>t al-Fard wa al-Ummah juga menguraikan al-s}idq dalam beberapa hal seperti keutamaan al-s}idq, anjuran untuk mengaplikasikannya, serta pembagian-pembagiannya54yang merujuk kepada ayat-ayat suci al-Qur’an dan hadis Nabi, namun uraiannya hanya menekankan pada pengertian pokok yang dikandung oleh satu atau sejumlah ayat al-Qur’an dan hadis Nabi.

Kitab lain yang ditulis oleh Ahmad Khali>l Jum’ah dengan judul s}idq wa

al-s}a>d}iqu>n yang juga membahas dalam satu kitab, juga memaparkan beberapa hal

mengenai s}idq. Pembahasannya dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama

al-s}idq dalam al-Qur’an meliputi pentingnya al-al-s}idq, kisah tentang orang-orang yang al-s}idq dan motivasi al-s}idq namun pembahasannya tidak mendalam dan tidak semua

uraiannya disertakan ayat al-Qur’an. Di sisi lain terkadang pula dalam pembahasannya hanya menampilkan sejumlah ayat tanpa ada uraian ataupun penjelasan mengiringinya. Bagian kedua dari kitab ini yaitu al-s}idq dalam hadis yang hanya meliputi kisah orang-orang al-s}idq dari para sahabat dan kedua istri Nabi yaitu Khadijah dan Aisyah. Kendatipun dibahas dalam satu kitab, tetapi uraiannya sangat terbatas sehingga tidak mencerminkan kajian tafsir maud}u>’i>.

Al-s}idq dalam pandangan Ahmad Khali>l Jum’ah, tidak hanya dituntut dalam

ucapan, melainkan juga dalam tindakan yang di dalamnya termasuk amal shaleh,

54S{afwah ‘Abd Fatta>h Mah{mu>d, Al-S}idq wa As\aruhu fi> Haya>t Fard wa

bahkan menurutnya juga diperlukan pada saat memberi isyarat dan menganggukkan kepala atau pada saat diam tidak berbicara dan tidak berbuat.55

Sementara Toshihico Izutsu dalam bukunya Ethico Religious Concepts in the Quran menguraikan al-s}idq di bawah satu bab yang diberi judul The Islamization of

Old Arab Virtues. Toshihico dalam bukunya ini membahas beberapa nilai lama bagi

bangsa Arab yang mengalami Islamisasi seperti generosity, courage, loyalty,

veracity dan patience.56Menurutnya, Islam tidak menolak semua pandangan moral Arabia pra Islam sebagai sesuatu yang bertentangan dengan kepercayaan monoteistik khususnya dalam bidang kualitas etik.

Namun dalam hal ini Toshihico menekankan bahwa kendatipun Islam datang dengan tidak membangun kembali kebajikan-kebajikan orang Badui. Islam justru memurnikannya dalam penerapannya serta menyesuaikannya ke dalam sistem ajaran moral. Lebih lanjut dikatakan bahwa ajaran al-Qur’an tentang muru>’ah diubah ke dalam bentuk yang lebih berperadaban.57

Dalam uraiannya mengenai al-s}idq dia memaparkan hakikat dari al-s}idq, menurutnya untuk bisa dikatakan al-s}idq maka belumlah cukup kata-kata tersebut sesuai dengan realitas, namun kata-kata tersebut juga harus sesuai dengan gagasan tentang realitas pada pikiran pembicara.58

55Ah{mad Khali>l Jum’ah, Al-S}idq wa S{a>diqu>n fi> Qur’a>n Kari>m wa Sunnah

al-Nabawiyyah (Cet. I; Beirut: Da>r al-Kalim al-Tayyib, 1415 H./1995 M.), h. 10.

56Toshihico Izutsu, Ethico-Religious Concepts in the Qur’a>n (Cet. I; Montreal: Mc. Gill University Press, 1966), h. 74-101.

57Toshihico Izutsu, Ethico-Religious Concepts in the Qur’a>n, h. 75.

Penjelasan yang diberikan Toshihico dalam kajiannya tersebut berdasarkan antara lain pada pengertian semantik dan latar belakang kehidupan bangsa Arab pra Islam. Hanya saja pembahasan mengenai al-s}idq justru dibahas pada sub bagian

loyality59 sementara pada sub bagian veracity yang menjadi perhatian utamanya adalah antitesis dari al-s}idq yaitu mengenai kaz|ib. Kendatipun al-s}idq diuraikan dalam dua sub bagian, namun pembahasannya masih sangat terbatas. Olehnya itu, kajian mengenai al-s}idq masih perlu pengembangan lebih jauh.

Sebuah tesis berbahasa Arab yang ditulis oleh Muzakkir Muhammad Arif sebenarnya mengkaji al-s}idq dalam pandangan al-Qur’an, tetapi tentu saja akan berbeda, mengingat tesis tersebut diolah di Arab Saudi yang menggunakan metodologi penulisan yang berbeda. Demikian pula dari segi content, di antara pembahasannya ada yang berbeda dengan kajian penelitian ini. Tesis tersebut diawali dengan memaparkan pendahuluan yang berisi pengertian-pengertian al-s}idq dari segi bahasa dan istilah. Pada bab pertama pasal satu membahas tentang perintah dan anjuran al-s}idq, larangan berdusta, dan al-s}idq dalam sumpah. Pada pasal dua membahas tentang jenis-jenis al-s}idq, yang telah membagi ke dalam beberapa jenis. Pada jenis al-s}idq dalam ibadah khususnya, tampaknya penulis tesis ini mengacu kepada maqa>m-maqa>m yang dikenal dalam tasawuf kemudian menyesuaikannya dengan ayat-ayat al-Qur’an yang terkait dengan masing-masing maqa>m tersebut. Jenis ini jika dirujuk ke dalam kitab Ima>m Gaz|a>li pembahasannya ada pada

al-s}idq dalam mewujudkan perintah agama. Pada dasarnya penulis juga membahas

59Boleh jadi hal ini disebabkan dengan adanya di antara definisi kebenaran yang diartikan dengan kesetiaan putusan-putusan dan ide-ide pada fakta pengalaman atau pada alam sebagaimana apa adanya.

jenis-jenis al-s}idq, namun hanya meninjau beberapa sisi saja dari jenis al-s}idq berdasarkan redaksi yang terdapat dalam al-Qur’an.

Dari beberapa kitab terdahulu hanya satu kitab yang merupakan tesis yang membahas al-s}idq dalam kerangka al-Qur’an namun di antara pembahasannya berbeda dengan kajian penelitian ini. Adapun perbedaan yang signifikan dengan karya-karya sebelumnya yang membahas tentang al-s}idq antara lain:

1. Bahwa kajian penelitian penulis ini lebih menekankan pada eksplorasi interpretasi para mufassir secara tekstual dan kontekstual. Hal ini dilakukan agar hasil dari penelitian ini nantinya memiliki nilai yang dapat diimplementasikan dalam berbagai dimensi kehidupan.

2. Perbedaan lainnya bahwa kajian penelitian ini tidak hanya mengungkap makna-makna literal dari al-s}idq, tetapi juga mengurai makna-makna realitas dalam kehidupan, sehingga penelitian ini dapat dikatakan up to date dengan kenyataan sosial dan faktual dengan kondisi realitas dalam masyarakat. Oleh karena itu, interpretasi yang dikemukakan oleh para mufassir berkenaan al-s}idq yang disinggung al-Qur’an, maka penulis menganalisisnya lebih jauh agar lebih konkrit ditemukan dalam berbagai ranah aktivitas manusia.

3. Penelitian ini tidak hanya membahas sifat al-s}idq secara individual, tetapi penulis menganalisisnya bahwa al-s}idq tidak hanya berkisar pada individu namun juga memiliki aspek sosial yang sangat luas. Hal ini dilakukan penulis, agar al-s}idq ini tidak hanya dilihat sebagai nilai individu saja, tetapi lebih dari itu al-s}idq memiliki nilai sosial yang sangat signifikan bagi peradaban manusia, kini dan akan datang.

4. Selain itu, penelitian ini juga mengungkap al-s}idq tidak hanya sebagai norma esoterik, tetapi juga sebagai norma eksoterik yang dapat diekspresikan dalam pergaulan sosial. Karya-karya sebelumnya cenderung mengurai al-s}idq hanya sebagai norma batin yang dimiliki secara individualistik, sementara penelitian ini mengungkap al-s}idq itu juga dapat direalisasikan sebagai norma institusional dan konstitusional.

Dokumen terkait