• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pendidikan Agama Dalam Keluarga 1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan memberikan peluang kepada seseorang untuk memiliki ilmu pengetahuan, karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa mencapai kemajuan bagi kehidupannya, a. Pengertian Pendidikan menurut bahasa

penyempurnaan akhlak budi pekerti. Istilah pendidikan dinisbatkan dengan at-tarbiyah karena kata itu mencakup empat unsur yaitu : memelihara pertumbuhan fitrah manusia, mengembangkan potensi dan kelengkapan manusia yang beraneka macam (terutama akal budinya), mengarahkan fitrah dan potensi manusia menuju kesempurnaannya, dan melaksanakan secara bertahap sesuai dengan perkembangan anak. (Achmadi, 1992:14)

b. Pengertian Pendidikan menurut pendapat para ahli atau secara istilah adalah sebagai berikut:

• Pendidikan menurut UU RI No. 20 tahun 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (UU RI, 2003:4)

• Menurut Ahmad Tafsir

Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Definisi ini mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatka guru (pendidik) mencakup pendidikan formal, maupun non formal serta informal. (1992: 6) Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha atau tindakan yang dilakukan baik oleh pendidik maupun bukan pendidik secara bertahap untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia agar lebih optimal sehingga kelak akan berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Melalui pendidikan seseorang akan belajar untuk berpikir dan belajar mengembangkan seluruh potensi dirinya sehingga ia dapat mandiri, berperilaku yang baik dan berguna bagi masyarakat dan negara.

Menurut Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama islam bahwa Pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian muslim. (1982:27)

Menurut Armai Arief bahwa pendidikan Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensnya sebagai khalifah Allahdi muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran Al- Qur’an dan sunnah. (2002: 16)

Menurut M. Arifin bahwa pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita - cita islam, karena nilai - nilai Islam telah menjwai dan mewarnai corak kepribadiannya. (1994: 10)

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, dapat dirumuskan bahwa pendidikan Islam adalah proses penyampaian pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan dan pengembangan potensinya untuk mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.

al-Qur’an dan kajian secara sosiologi maupun antropologi, fungsi pendidikan Islam ialah:

a. Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri manusia, alam sekitarnya dan mengenai kebesaran Ilahi, sehingga tumbuh kreativitas yang benar.

b. Menyucikan diri manusia dari syirik dan berbagai sikap hidup dan perilaku yang dapat mencemari fitrah kemanusiaannya.

c. Mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan kehidupan baik individual maupun sosial. (Achmadi, 1992: 20)

Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan yang bisa mengarahkan usaha vang akan dikerjakan dan dapat menjadi titik pangkal

a. Sifat yang bercorak agama dan akhlak

b. Sifat kemenyeluruhnya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat.

c. Sifat keseimbangan, kejelasan tidak adanya pertentangan antara unsur- unsur dan cara pelaksanaan.

d. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan. (Achmadi, 1992:60) Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji.

Jadi pendidikan agama dalam keluarga adalah bimbingan orang tua melalui pengajaran, pembiasaan, pengasuhan dan pengembangan potensinya untuk mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. 5. Peran orang tua dalam mendidik anak

a. Orang tua sebagai pendidik

Anak adalah anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada kita untuk diterima dan dididik semaksimal. Ia memerlukan pemeliharaan dengan sebaik-baiknya, pemeliharaan sekarang akan dapat kita petik di kemudian hari. Dengan demikian pula pemeliharaan dengan anak-anak kita tergantung bagaimana cara mendidiknya. Sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam surat Al-Hasyr ayat 18:

L a i l ! o ! a u!

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Sebagai pendidik, orang tua tidak hanya memberikan bekal pendidikan ilmu pengetahuan tetapi juga harus membekali anak dengan pendidikan dan bimbingan keagamaan sebagai dasar kepribadian mereka.

Anak adalah bunga hidup, anak adalah pewangi rumah tangga kepadanya tergantung harapan keluarga dikemudian hari dan dialah ujung cita-cita di dalam setiap kepayahan dalam pergaulan suami istri.

Diantara cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah dengan cara berikut:

1) Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman kepada Allah dan berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam bentuknya yang sempurna dalam waktu tertentu.

2) Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah

5) Menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama, dan lain-lain lagi cara-cara lain. (Hasan Langgulung, 1989: 372) b. Orang tua sebagai pelindung dan pemelihara

Orang tua selain memiliki kekuasaan pendidikan mereka juga memiliki tugas kekeluargaan yaitu memelihara keselamatan kehidupan keluarganya baik moril maupun materiil. Orang tua memiliki kewajiban untuk memberi nafkah kepada anggota keluarganya dengan rejeki yang halal. Menjaga kesehatan anggota keluarganya dan menjaga serta memelihara keselamatan keluarganya baik di dunia maupun di akherat. Sebagaimana firman Allah dalam surat At Tahrim ayat 6:

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

menjadi manusia dewasa yang mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab. Sebagai seorang pemimpin orang tua hendaknya dapat membimbing dan membiasakan anak untuk senantiasa taat dan patuh kepada Sang pencipta, Allah SWT. Membimbing ke jalan yang benar dan di ridhoi Allah SWT.

6. Tugas dan tanggungjawab orang tua

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan. Anak tempat ia belajar menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Pendidikan yang ada dalam keluarga mencerminkan latar belakang keluarga itu sendiri. Dari latar belakang itulah, orang tua harus memikirkan dan memperhatikan tugas dan tanggungjawabnya sebagai kepala rumah tangga dan juga sebagai seorang pendidik yang utama dan pertama.

Tugas dan tanggungjawab orang tua selain mendidik anak-anaknya juga berkewajiban menafkahi (memenuhi kebuutuhan) keluarganya berupa kebutuhan ekonomi sehari-hari. Oleh karena itu, dari terpenuhinya kebutuhan yang diperlukan setiap hari, maka pendidikan anak-anak akan teroenuhi, baik itu pendidikan fisik maupun psikis. Sebagaimana yang telah

anak-anak tumbuh seiring dengan baik pertumbuhan fisiknya, badan sehat dan bersemangat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al- Baqarah ayat 233:

C r P jj ^

Artinya : Dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.

Berikut ini adalah beberapa tanggungjawab orang tua dalam mendidik anak dalam menafkahi keluarganya dan anak-anaknya sebagaimana yang diungkapkan Abdullah Nashih Ulwan:

1) Kewajiban menafkahi keluarga dan anak

2) Mengikuti aturan yang sehat ketika makan, minum dan tidur agar semua itu menjadi kebiasaan bagi akhlak anak-anak.

3) Menghindari penyakit menular 4) Kewajiban mengobati penyakit.

5) Menerapkan prinsip “tidak boleh membahayakan (diri sendiri) dan tidak boleh membahavakan forane laini

b. Tanggungjawab intelektual

Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan tanggungjawab intlektual adalah membentuk pemikiran anak dengan sesuatu yang bermanfaat seperti ilmu-ilmu syariat, kebudayaan ilmiah dan modem, kesadaran intelektual dan peradaban sehingga anak matang dalam pemikiran dan sikap ilmiahnya.

Tanggungjawab ini tidak kalah pentingnya dari tanggungjawab iman, fisik dan moral. Sebagai persiapan pendidikan moral untuk membentuk akhlak dan kebiasaan. Sedangkan pendidikan intelektual untuk penyadaran dan pembudayaan. (1990: 54)

c. Tanggungjawab psikis

Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan bahwasanya pendidikan psikis adalah sejak anak-anak mulai bisa berpikir, seorang anak hams

untuk itu kewajiban orang tua adalah menjadi suri teladan yang baik dalam kehidupan anaknya, karena pendidikan pertama kali sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap jalan kehidupan seseorang.

7. Pentingnya pendidikan agama dalam keluarga

Pendidikan agama merupakan masalah yang sangat penting dalam mendidik anak. Semakin banyak pengalaman beragama semakin banyak pola unsur agama dalam pribadi anak. Pada umumnya pendidikan dalam keluarga bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik melainkan karena secara kodrati suasana dan stuktumya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu tewujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. (Zakiah Daradjat, 1995: 35)

Mendidik anak tidak bisa hanya dilaksanakan oleh satu orang aspek saja. Mendidik harus menyeluruh meliputi jasmaniah, rohaniah, akal, kasih sayang dan ilmu pengetahuan. Sebagaimana Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa “ apabila pendidikan agama itu tidak diberikan pada anak sejak kecil maka sukarlah baginya untuk menerimanya nanti kalau ia dewasa karena dalam kepribadiannya yang terbentuk sejak kecil itu tidak terdapat unsur-unsur agama. (1991 : 128)

rohani anak didik agar menjadi manusia yang berkepribadian utama dan sempurna serta mengamalkan ajaran agama sebagai pandangan hidup, adapun yang dimaksud dengan kepribadian utama adalah kepribadian yang tumbuh dalam diri yang membentuk anak didik menjadi insan kamil dengan pola takwa sehingga diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berguna bagi diri, masyarakat, bangsa dan Negara, mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam Islam penyemaian rasa agama dimulai sejak anak dalam kandungan, ketika anak lahir dibisikkan kalimah adzan dan iqomah, orang tua memenuhi kebutuhan makan dan minum dengan rezeki yang halal, ketika anak mulai tumbuh besar ia akan menyerap apa yang dilihatnya, apa yang didengarnya, segala tingkah laku keluarganya akan keliru. Pengalaman agama anak ketika kecil merupakan pendidikan agama yang paling mendasar pada jiw a anak.

Nabi Muhammad mengajarkan bahwa penanaman keagamaan yang berinti pada keimanan pada dasarnya dilakukan orang tua dengan pembiasaan dan peneladanan. Orang tua menjadi panutan bagi anak- anaknya. Anak yang sejak kecil sudah dibiasakan dilatih dengan pendidikan agama akan tumbuh keimanan dalam dirinya, sebaliknya jika anak tidak mendapatkan pendidikan, latihan dan pembiasaan keagamaan waktu kecil ia akan besar dengan sikap tidak acuh atau anti agama. Kualitas hubungan antara orang tua dan anak di kemudian hari. Bila anak merasa disayang dan

yang dianut orang tuanya tetapi sebaliknya jika anak hidup tanpa kasih sayang, maka ia akan jauh dari apa yang diharapkan orang tua. Rasa keagamaan yang ditanamkan dan dibiasakan sejak kecil pada diri anak akan menjadi fondasi untuk pendidikan selanjutnya, selain itu keimanan sangat diperlukan oleh anak untuk menjadi landasan dalam pembentukan akhlak mulia. Keimanan diperlukan agar akhlak anak terutama anak remaja tidak merosot, keberimanan diperlukan agar anak-anak mampu hidup mandiri, tenteram dan konstruktif pada zaman global nanti. Jadi pendidikan agama didalam keluarga sangat perlu, karena keluarga merupakan satu-satunya institusi pendidikan yang mampu melakukan pendidikan keberimanan bagi anak-anaknya. Melakukan pendidikan agama dalam keluarga berarti ikut menyelamatkan masa depan generasi muda yang akan menjadi tulang punggung bangsa dan Negara.

B. Ketaatan anak dalam beribadah

1. Pengertian ketaatan anak dalam beribadah

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ketaatan berasal dari kata taat yang artinya senantiasa tunduk (kepada Tuhan, pemerintah). (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 1042) Taat berarti juga patuh kepada ajaran Islam, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan- Nya.

Ibadah adalah perubahan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Sedangkan menurut ahli fiqh, ibadah adalah apa yang dikerjakan untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT dan mengharapkan pahala di akhirat. (Zakiah Daradjat, 1995:3)

Pembinaan ketaatan beribadah pada anak dimulai dari dalam keluarga, anak dilatih, dididik untuk menjalankan ibadah dengan pola pembiasaan dan peneladanan.

2. Faktor - faktor yang mempengaruhi ketaatan beribadah anak.

Anak adalah karunia dan amanat yang diberikan Allah SWT kepada hambaNya. Sebagai sebuah karunia, kedatangan anak sebagai buah hati harus disyukuri. Orang tua yang mendapat amanat memiliki keharusan untuk menjaga amanat itu dengan penuh tanggung jawab dengan cara mengantarkan buah hatinya untuk mengenal Allah, karena semua amanat yang diberikan itu akan dimintai pertanggungjawaban. Selain itu orang tua juga memiliki kewajiban untuk mendidik dan mengantarkan anaknya

menjadi insan yang saleh, berilmu, beriman, berakhlak dan bertaqwa. Faktor yang mempengaruhi ketaatan anak dalam beribadah ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada pada diri anak dan sudah melekat pada sanubari anak. Faktor intern yang ada dalam diri anak misalnya selektivitas diri, daya pilih diri, minat dan perhatian anak.

Menurut Jalaludin rahmat faktor intern ada dua yaitu : o Faktor t)io!o^is

Adanya warisan biologis sampai muncul aliran baru memandang segala kegiatan termasuk agama, budaya, moral dari struktur biologis, b. Faktor sosio psikologis

Komponen-komponen yang ada dalam sosio psikologis antara lain : 1) Bakat, merupakan suatu kemampuan pembawaan yang potensial

mengacu pada perkembangan kemampuan akademis, ilmiah dan keahlian dalam berbagai bidang kehidupan.

2) Insting, adalah suatu kemampuan berbuat atau bertingkah laku dengan tanpa melalui proses belajar. Kemampuan insting ini termasuk kapabilitas yaitu kemampuan berbuat sesuatu tanpa belajar.

3) Nafsu dan dorongan (drives)

Dalam tasawuf dikenal adanya nafsu lawwamah yang mendorong kea rah perbuatan tercela dan merendahkan orang lain (egosentris), nafsu amarah (polemis) yang mendorong kearah perbuatan merusak, nafsu birahi yang mendorong kea rah perbuatan seksual dan nafsu mutmainnah (religius) yang mendorong kearah ketaatan kepada Allah.

4) Karakter /watak manusia

Karakter merupakan kemampuan psikologis yang terbawa dan terbentuk sejak lahir.

5) Hereditas merupakan faktor dasar yang mengandung ciri psikologis dan fisiologis yang diturunkan orang tua. (1995:34)

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi ketaatan seseorang yang berasal dari luar dirinya. Yang termasuk faktor ekstern adalah keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat,

a. Faktor keluarga

Keluarga merupakan kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang punya tempat tinggal dan ditandai oleh keija sama ekonomi, berkembang, mendidik, merawat, melindungi dan sebagainya. Keluarga adalah institusi terkecil dan peletak dasar pendidikan bagi anak. Dimulai dari keluargalah seorang anak mengenal Allah dan agamaNya. Orang tua dalam hal ini berperan sebagai pendidik, harus mengajarkan kebenaran yang tidak menyimpang dari ajaran agama. Keluarga terutama orang tua adalah pendidik yang utama dan pertama dalam hal penanaman keimanan. Disebut sebagai pendidik pertama karena merekalah yang pertama mendidik anaknya.

Orang tua merupakan bagi anak-anaknya dalam segala aspek kehidupan. Dalam hal keagamaan pun peran orang tua dan keteladanan orang tua dapat mempengaruhi perilaku dan keagamaan anak. Perilaku seseorang akan menjadi tolok ukur sebagai diri seseorang bila perilakunya baik sehingga akan mencerminkan pribadi yang baik begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini peran serta keluarga sangat penting, karena keluarga merupakan lembaga pertama yang mengajarkan

salat, menjalankan puasa, membayar zakat, menghormati orang lain dan berperilaku yang baik, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi muslim yang diharapkan, mau melaksanakan ibadah dengan kesadaran dirinya bukan karena perasaan takut kepada orang tua.

b. Faktor sekolah dan lingkungan

Sekolah adalah lembaga yang secara khusus mengenai kegiatan pendidikan. Pada dasarnya tanggung jawab yang dipikulnya merupakan limpahan dari orang tua dan masyarakat. Sekolah merupakan lemgaba pendidikan yang melaksanakan pembianaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana. (Zakiah Daradjat, 1995: 77)

Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan wahana yang benar-benar memenuhi elemen-elemen institusi secara sempurna yang tidak terjadi pada lembaga-lembaga pendidikan yang lain. Ketaatan anak dalam beribadah yang telah terbina dalam keluarga, dilanjutkan lagi dalam pendidikan agam yang diberikan di sekolah. Guru yang merupakan pengganti orang tua memikul tanggungjawab untuk memberikan pendidikan keagamaan. Guru masuk ke dalam kelas membawa seluruh unsur kepribadiannya, agamanya, akhlak, pemikiran, sikap dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Guru yang professional mampu mentransfer ilmu pengetahuan baik umum maupun agama. Di

c. Faktor masyarakat

Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Masyarakat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pendidikan anak terutama para pemimpin masyarakat yang ada di dalamnya. Seorang pemimpin tentu menghendaki setiap anak dididik menjadi anggota yang taat dan patuh menjalankan agamanya, menjadi warga yang baik dan berakhlak mulia. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan masyarakat agamis secara tidak langsung akan tumbuh menjadi anak yang patuh dan taat menjalankan agama, mematuhi peraturan dan berbudi pekerti yang baik. Sebaliknya lingkungan yang tidak kondusif dapat merusak kepribadian anak.

3. Aspek - aspek dalam ketaatan beribadah.

Penulis membagi dua aspek yang berkaitan dengan ketaatan dalam menjalankan ibadah yaitu aspek ibadah dan aspek akhlak,

a. Aspek ibadah

Aspek ibadah adalah semua yang dilakukan untuk mencapai keridloan Allah SWT dan mengharapkan imbalan pahala di akhirat kelak. Dalam pembahasan ini ibadah dibagi menjadi dua yaitu:

a) Salat

Salat menurut bahasa berarti doa, sedangkan menurut istilah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam. (Rahmat R dan Zainuddin, 1997 : 87) Menjalankan ibadah salat berarti mengadakan hubungan langsung dengan sang pencipta sehingga dengan menjalankan salat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Hal ini bisa diperoleh bila salatnya diresapi benar - benar dan melekat dalam perbuatan sebagaimana firman Allah dalam surat Al ankabut ayat 45:

Artinya : dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar, b) Puasa

Menurut bahasa arab berarti menahan (imsak). Sedangkan menurut istilah suatu ibadah yang dierintankan Allah yang dilaksanakan dengan cara menahan makan dan minum dan hubungan seksual dari pagi (terbit fajar) sampai sore (terbenam matahari). (Rahmat R dan Zainuddin, 1997: 151) menjalankan puasa merupakan kewajiban atas muslim yang sudah baligh dan berakal. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah

LlS* A . ^oU « .^ssa.Jp \j Xj»\c ^)djjl Llibj

{@5 by & p ^ =»I 3 ^ ^ y,ajl J i -Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

c) Zakat

Menurut bahasa zakat berarti pengembangan. Sedangkan mmenurut istilah bagian tertentu dari harta kekayaan yang diwajibkan Allah SWT untuk sejumlah orang yang berhak menerimanya. (Rahmat R dan Zainuddin, 1997: 171) Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 110.

C*J Ij jUj 3j i yO 11 ij-Ck-Jlj

■*' ' ^ ' * * 5 » r ’ "

L*j 4iJl £)i 4)31 d j Jj s

-Artinya : dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu keijakan.

2) Ibadah ghairu mahdloh

Adalah ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut hubungan dengan Allah tetapi juga berkaitan dengan hubungan dengan sesama

a) Tadarus Al Qur’an

Al quran adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada nabi sebagai petunjuk dan rahmat bagi manusia dalam hidupnya. Al quran merupakan pedoman hidup bagi umat Islam sehingga sangat dianjurkan untuk membaca agar mereka mengetahui apa yang terkandung didalamnya. Hikmah membaca al-qur’an adalah menghibur perasaan sedih dan sebagai penawar kegelisahan.

b) Berdoa

Kata-kata doa mempunyai makna tertentu. Berdoa kepada Allah ialah menyatakan bahwa ia sangat berhajat kepadaya dan berharap memperoleh sesuatu yang kita kehendaki.

b. Aspek akhlak

Al-Ghazali memberikan pengertian tentang akhlak “Al Khuluq” ( jamak dari akhlak) ibarat (sifat/keadaan) dari perilaku yang konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa, dari padanya tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa memerllukan pikiran dan pertimbangan. (Zainuddin, 1991: 102) Membahas tentang akhalk tidak lepas dari perilaku manusia. Sebab akhlak akan berhubungan dengan tingkah laku manusia yang tidak lepas dari kecenderungan dari jiwa agama.

Dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilaksanakan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah sebagai khaliknya.

2) Akhlak terhadap orang tua

Seorang anak wajib untuk taat dan patuh kepada kedua orang tua, melaksanakan perintah orang tua yang tidak bertentangan dengan agama. Berperilaku yang baik kepada orang tua.

3) Akhlak terhadap orang lain

Dokumen terkait