• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kajian tentang Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 895), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar meliputi prestasi kognitif, prestasi afektif dan prestasi psikomotor (Syah, 2008:225).

Menurut Syah (1999: 213-220) dalam mengukur dan menilai prestasi belajar siswa seorang guru hendaknya memperhatikan dua hal sebagai berikut:

1) Indikator Prestasi Belajar

Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa.

2) Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar

Dalam melakukan evaluasi prestasi belajar dikenal dengan dua pendekatan yaitu:

11 a) PAN (Norm Reference Evaluation)

Penilaian Acuan Norma (PAN) disebut juga Penilaian Acuan Relatif atau Penilaian Acuan Kelompok. Prestasi belajar seorang peserta didik diukur dengan cara membandingkannya dengan prestasi yang dicapai teman-teman sekelas atau sekelompoknya.

b) PAP (Criterian reference Evaluation)

Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah suatu proses pengukuran prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian seorang siswa dengan pelbagai ranah yang telah ditetapkan secara baik sebagai patokan absolute atau “batas lulus” yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam peneilitian ini pendekatan evaluasi prestasi belajar yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP) yaitu KKM yang ditentukan sekolah sebesar 75.

Prestasi belajar berkaitan dengan hasil belajar yang diperoleh individu dalam proses pembelajaran. Hasil belajar menurut Bloom (Arikunto, 2005:76) dibagi dalam 3(tiga) ranah yakni:

1) Ranah kognitif: kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.

2) Ranah psikomotor: kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik.

3) Ranah afektif: berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek.

12

Ranah kognitif dibagi kedalam 6 tingkatan menurut Anderson (2015 : 43-45) tingkatan kognitif direvisi oleh Bloom menjadi mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).

1) Pada tingkat mengingat siswa mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. (Soal mengingat: soal yang menuntut jawaban yang berdasarkan hafalan).

2) Pada tingkat memahami siswa membangun makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. (Soal pemahaman: soal yang menuntut pembuatan pernyataan masalah dengan kata-kata penjawab sendiri, pemberian contoh prinsip atau contoh konsep) 3) Pada tingkat aplikasi siswa menerapkan atau menggunakan suatu prosedur

dalam keadaan tertentu. (Soal aplikasi: soal yang menuntut penerapan prinsip dan konsep dalam memecahkan masalah)

4) Pada tingkat analisis siswa diminta untuk memecah-mecah materi ke dalam bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan antar bagian dan antar bagian dengan keseluruhan atau tujuan. (Soal analisis: soal yang menuntut kemampuan menunjukkan bagian-bagian yang penting dan relevan, menulis garis besar sebuah tulisan, memilih struktur yang paling sesuai, dan menentukan pendapat atau tujuan dari materi).

5) Pada tingkat evaluasi siswa dituntut membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. (Soal analisis: soal yang menuntut pemeriksaan terhadap

13

produk atau proses atau penerapan solusi pada suatu masalah, dan pemberian kritik terhadap hipotesis atau pendapat orang lain).

6) Pada tingkat mencipta siswa dituntut untuk membuat produk baru dengan mereorganisasi beberapa bagian menjadi pola atau struktur baru yang belum pernah ada sebelumnya. (Soal mencipta: soal yang menuntut pembuatan hipotesis atau alternative, mencari dan memilih solusi pemecahan masalah, merancang dan menciptakan produk sesuai dengan spesifikasi tertentu).

Dalam penelitian ini hasil belajar yang digunakan adalah hasil belajar ranah kognitif dengan tingkat kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3) dan menganalisis (C4).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Mengigat pentingnya prestasi belajar dalam proses pendidikan maka diharapkan sebuah proses pembelajaran dapat menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan. Menurut Slameto (2010: 54- 71) tingkat pencapaian presatasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1) Faktor intern yaitu faktor yang timbul dari dalam individu itu sendiri. a) Faktor Jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor Psikologis, diantaranya adalah kecerdasan, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c) Faktor Kelelahan, yang terbagi dalam kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. 2) Faktor ekstern yaitu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang

14

a) Faktor Keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

b) Faktor Sekolah, meliputi metode mengajar, metode belajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pendidikan di atas ukuran, keadaan gedung, dan tugas rumah.

c) Faktor Masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar disekolah, yang ditunjukkan dalam bentuk nilai berupa angka atau huruf dari guru kepada siswa terutama aspek kognitifnya. Sedangkan prestasi belajar IPA berarti hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar IPA di sekolah berupa nilai yang diberikan guru baik berupa angka, huruf, atau pernyataan. Metode eksperimen termasuk salah satu dari faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari luar diri siswa (faktor ekstern). Secara khusus faktor tersebut berasal dari sekolah.

2. Kajian tentang Pembelajaran IPA a. Hakekat IPA

IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya (Darmojo 1992:3). Pengertian lain disampaikan oleh Nash

15

(dalam Darmojo 1992:3) dalam bukunya The Nature of Science, bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya.

Rom Harre dalam Darmojo dan Kaligis (1992:4) Science is collection of well attested theories which explain the patterns and regularities among carefully studied phenomena. Bila diterjemahkan secara bebas artinya sebagai berikut : IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya yang menjelaskan tentang pola-pola keteraturan dari gejala alam yang diamati secara seksama. Pendapat Harre ini memuat dua hal yang penting yaitu : pertama, bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang berupa teori-teori, Kedua , bahwa teori-teori itu berfungsi untuk menjelaskan gejala alam

Pendapat lain disampaikan oleh Winaputra (1992:123) dalam Usman Samantowa (2006:3) yang mengemukakan bahwa IPA tidak hanya kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hakekat IPA adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek serta untuk mendapatkannya diperlukan serangkaian metode ilmiah.

Sains secara garis besar memiliki tiga komponen, yaitu : 1. Proses ilmiah, misalnya mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang dan melakukan

16

eksperimen, 2. Produk ilmiah, misalnya prinsip, konsep, hukum dan teori, dan 3. Sikap ilmiah misalnya ingin tahu, hati-hati, obyektif dan jujur. Patta Bundu (2006 : 11)

b. Pembelajaran IPA di SD

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan Sugihartono (2007:74). Sedangkan pembelajaran menurut Sudjana dalam Sugihartono (2007:80) adalah merupakan setiap tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar .

Belajar menurut Darmojo dan Kaligis (1993:12) mengajar dan belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran akan berhasil apabila terjadi proses mengajar dan proses belajar yang harmoni. Proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung hanya dalam satu arah, melainkan dari berbagai arah (multiarah) sehingga memungkinkan siswa untuk belajar dari berbagai sumber belajar yang ada.

Menurut De Vito, et al (1993) dalam Samantowa (2006:146) pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang diperlukan dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan

17

untuk dipelajari. Penggunaan media dalam pembelajaran akan memperbanyak pengalaman belajar yang menarik kepada siswa.

Adapun IPA untuk anak Sekolah Dasar dalam Samantowa (2006:12) didefinisikan oleh Paolo dan Marten yaitu sebagai berikut: mengamati apa yang terjadi, mencoba apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, menguji bahwa ramalan-ramalan itu benar.

c. Tujuan dan fungsi IPA

Menurut Darmojo dan Kaligis (1992 : 6) Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, sebagai berikut :

1) Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung di dalamnya.

2) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA berupa “keterampilan proses” atau metode ilmiah yang sederhana

3) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran penciptaNya.

4) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Tujuan pembelajaran IPA juga dijelaskan dalam Bundu (2006 : 18) disebutkan bahwa di negara maju, tujuan pembelajaran Sains disekolah dasar bertumpu pada hakikat Sains seperti di British Colombia, Canada menekankan dalam kurikulum bahwa pembelajaran Sains di sekolah dasar harus :

18

1) Menumbuhkan sikap ilmiah yang sesuai (encourage appropriate scientific attitude)

2) Mengembangkan kemampuan menggunakan keterampilan proses Sains (develop the ability to use the processes and skills of science)

3) Mengenalkan pengetahuan ilmiah (introduce the scientific knowledge)

4) Mengembangkan cara berpikir kritis, rasional dan kreatif (promote critical, rational, and creative thingking)

d. Ruang lingkup IPA

Ruang lingkup mata pelajaran IPA di sekolah dasar menurut Mulyasa (2010:127) meliputi dua dimensi yaitu : 1) kerja ilmiah dan 2) pemahaman konsep dan penerapannya. Dalam kegiatan pembelajaran kedua dimensi ini dilaksanakan secara sinergi dan terintegrasi. Kerja ilmiah sains dalam kurikulum sekolah dasar terdiri dari penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah.

Secara lebih rinci menurut Sulistyorini (2007:40), ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan..

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi :cair, padat, dan gas. 3) Energi dan perubahannya meliputi :gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

19

4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

e. Materi

Materi yang akan diteliti merupakan materi pelajaran IPA semester 2 kelas V SD dengan materi pokok sifat-sifat cahaya. Berikut ini merupakan kompetensi dasar dan indikator materi pelajaran yang akan diteliti, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di RPP dalam lampiran 1 halaman 85 dan lampiran 2 halaman 111. Sedangkan rangkuman materi pelajaran dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 133.

1) Standar Kompetensi

6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model 2) Kompetensi Dasar

6.1 Mendiskripsikan sifat-sifat cahaya

6.2 Membuat suatu karya/ model, misal periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.

3) Indikator

a) Menyebutkan berbagai macam sumber cahaya. b) Menjelaskan sifat cahaya merambat lurus.

c) Menjelaskan sifat cahaya menembus benda bening. d) Mengklasifikasikan benda gelap dan benda bening. e) Menjelaskan cahaya dapat dipantulkan.

f) Mendiskusikan sifat-sifat cahaya dalam penerapan di kehidupan sehari-hari.

20 g) Menjelaskan sifat cahaya dapat dibiaskan

h) Menentukan penerapam sifat cahaya dapat dibiaskan dalam kehidupan sehari-hari.

i) Menjelaskan sifat cahaya dapat diuraikan .

j) Mengkaitkan sifat cahaya dengan proses terjadinya pelangi.

k) Menyebutkan sifat bayangan yang terjadi pada cermin datar, cermin cembung dan cermin cekung.

l) Membedakan sifat bayangan pada cermin datar, cermin cembung dan cermin cekung.

m) Mendiskusikan manfaat cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung dalam kehidupan sehari-hari.

n) Menentukan penerapan manfaat bayangan pada cermin dalam kehidupan sehari-hari.

o) Mendeferensiasikan sifat bayagan pada cermin datar, cermin cembung dan cermin cekung.

p) Membuat kaca pembesar/ lup melalui percobaan sederhana q) Menyebutkan alat optik yang dapat membantu pengelihatan r) Mendiskusikan manfaat alat optik dalam kehidupan sehari-hari .

s) Mengkaitkan sifat cahaya dengan penggunaan alat optik dalam kehidupan sehari-hari .

21 3. Kajian tentang Metode Eksperimen a. Pengertian metode eksperimen

Metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal Sugihartono (2007:81). Sejalan dengan itu menurut Sagala (2006:84) metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang teratur untuk melakukan pembelajaran. Jenis metode pembelajaran sangat beragam salah satunya adalah metode pembelajaran Eksperimen menurut Roestiyah (2001: 80) “eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan sesuatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi guru”.

Sejalan dengan itu Sagala (2006: 220) menjelaskan bahwa “metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari”. Sugihartono (2007:84) juga berpendapat bahwa metode eksperimen merupakan metode pembelajaran dalam bentuk pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu proses dan percobaan.

Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan

22

sendiri tentang suatu objek, keadaan ataupun proses tertentu. Peran guru dalam metode eksperimen ini sangat penting, khususnya berkaitan dengan kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai kegiatan eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Tujuan metode eksperimen

Metode eksperimen dilaksanakan dalam proses pembelajaran tentunya memiliki tujuan, menurut Moedjiono dan Dimyati (1991:78) tujuan pelaksanaan metode eksperimen adalah :

1) Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari beberapa fakta, informasi atau data yang berhasil dikumpulkan melalui pengamatan terhadap proses eksperimen.

2) Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari fakta yang terdapat pada hasil eksperimen melalui eksperimen yang sama.

3) Melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan.

4) Melatih siswa menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Selain itu siswa dapat terlatih dalam berpikir secara ilmiah

23

(scientific thingking) sehingga dapat menemukan bukti kebenaran dari teori atau konsep yang sedang dipelajarinya.

c. Kelebihan Metode Eksperimen

Sebuah metode pembelajaran tentunya tidak lepas dari berbagai macam kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Menurut Syaiful (2002: 95-96) kelebihan metode eksperimen adalah :

1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan.

2) Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. 3) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran

umat manusia.

Lebih lanjut Sumantri (1999:158-159) mengungkapkan bahwa metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan yaitu :

1) Membuat peserta didik percaya pada kebenaran, kesimpulan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.

2) Peserta didik aktif terlibat menyimpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukan.

3) Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah.

4) Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis, dan menghilangkan verbalisme.

24

5) Hasil belajar menjadi kepemilikan peserta didik yang bertalian lebih lama.

Penjelasan lebih lanjut tentang kelebihan metode eksperimen disampaikan Roestiyah (2001:82) adalah sebagai berikut:

1) Siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pula kata orang sebelum membuktikan kebenarannya sendiri.

2) Menjadikan siswa lebih aktif berpikir dan berbuat, sehingga siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.

3) Siswa melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh ilmu pengetahuan juga mampu menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan.

4) Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul yaitu peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.

d. Langkah-langkah metode eksperimen

Pelaksanaan pembelajaran dengan metode eksperimen tentunya memiliki langkah- langkah yang khusus. Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng dalam artikel Martiningsih (http/martiningsih. blogspot.com2007/12/macam-macam-metode-pembelajaran .html) dan dalam artikel Risman Munajat (http://rismanmunajat12.blogspot.com/2012/11/metode-percobaan experi-mental - method.html) meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

25

1) Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari.

2) Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.

3) Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya.

4) Verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya.

5) Aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari.

6) Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.

26

Dalam pelaksanaan metode eksperimen dengan langkah-langkah yang telah disebutkan diatas disiapkan pula sebuah prosedur yang matang agar pelaksanaan metode eksperimen dapat berhasil dalam sebuah pembelajaran. Moedjiono dan Dimyati (1991:78-79) mengemukakan bahwa untuk mendapat hasil optimal dalam memakai metode eksperimen langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut:

1) Mempersiapkan pemakaian metode eksperimen.

Kegiatan dalam mempersiapkan pemakaian metode eksperimen ini dimulai dengan menetapkan kesesuaian metode eksperimen terhadap tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran. Setelah ditemukan kesesuaian selanjutnya menentukan dan menyediakan kebutuhan peralatan, bahan, dan membuat lembar kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan eksperimen. Guru juga perlu melakukan uji coba terhadap kegiatan eksperimen yang telah disiapkan terlebih dahulu sebelum memulai menerapkan pada siswa untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang muncul ketika pelaksanaan eksperimen.

2) Melaksanakan pemakaian metode eksperimen.

Dalam tahap pelaksanaan ini guru mendiskusikan bersama seluruh murid mengenai prosedur, peralatan, dan bahan untuk eksperimen serta hal-hal yang perlu diamati dan dicatat selama eksperimen. Setelah itu guru membimbing dan mengawasi eksperimen yang dilakukan siswa dalam hal ini siswa diminta mengamati serta mencatat hal-hal yang dieksperimenkan. Setelah kegiatan

27

eksperimen selesai siswa membuat kesimpulan dan laporan tentang kegiatan eksperimennya.

3) Tindak lanjut pemakaian metode eksperimen.

Kegiatan tindak lanjut ini merupakan tindakan pasca pelakasanaan metode ekseperimen. Kegiatan itu meliputi guru dan siswa mendiskusikan hambatan dan hasil-hasil eksperimen. Selanjutnya, membersihkan dan menyimpan peralatan, bahan atau sarana lainnya. Kegiatan ini ditutup dengan evaluasi akhir oleh guru.

4. Karakteristik Siswa SD Kelas V

Setiap manusia mengalami proses pertumbuhan dan perkembagan. Perkembangan individu menurut Hurlock (Rita, 2008 :1) adalah merupakan pola gerakan atau perubahan yang secara dinamis dimulai dari pembuahan atau konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia yang terjadi akibat dari kematangan dan pengalaman. Adapun perubahan- perubahan dalam perkembangan individu merupakan hasil dari proses-proses biologis, kognitif dan sosio-emosional yang saling berkaitan. Proses biologis meliputi perubahan pada sifat fisik individu yang semakin bertambah usia akan mengarah kepada kematangan. Untuk proses kmognitif meliputi perubahan pada pemikiran, intelegensi dan bahasa individu, sedangkan proses sosio-emosional meliputi perubahan emosi dan kepribadian yang menyertainya.

Tahap perkembangan kognitif berpikir individu menurut Piaget dalam Budiningsih (2005: 37-39) melalui empat stadium, yaitu :

28 1) Sensorimotorik (0-2 tahun)

Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan obyek sekitarnya. Anak baru mampu mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara sehingga suka memperhatikan sesuatu lebih lama. Selain itu anak sudah mampu mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya, anak memperhatikan objek sebagai hal yang tetap sehingga ia sering ingin merubah tempatnya. Pada tahap ini anak cenderung mengulangi kegiatan memegang sebuah benda kemudian memindahkan letak benda tersebeut bahkan sampai melemparkannya untuk mengenal benda tersebut.

2) Praoperasional (2-7 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.

Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah anak masih memiliki self counter yang sangat menonjol. Anak juga baru dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan

Dokumen terkait