LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Umum Pendidikan dan Pelatihan a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah keseluruhan proses, teknik dan metode belajar mengajar dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya (Siagian, 1996: 175). Senada dengan pernyataan tersebut Heidjrachman
dan Husnan (2002) menjelaskan pendidikan adalah “Suatu kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya pe-ningkatan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan terhadap
per-soalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan” (hlm. 77).
Sastrohadiwiryo (2003) menjelaskan bahwa :
pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan
selalu ada dalam keseimbangan” (hlm. 200).
Hakikat pendidikan menurut tim dosen administrasi pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (2009) :
1) Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbanagan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
2) Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan semakin pesat.
3) Pendidikan mampu meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
4) Pendidikan berlangsung seumur hidup.
5) Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya (hlm. 12)
Berdasarkan pengertian tersebut terdapat tiga hal pokok pendidikan, yaitu:
commit to user
1) Merupakan suatu proses belajar mengajar dengan mempergunakan teknologi dan metode.
2) Sebagai suatu proses, pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung relatif lama dan diselenggarakan dengan pendekatan yang formal dan structured. Structured artinya bahwa pendidikan di-selenggarakan oleh satuan kerja yang melembaga dan kegiatannya diarahkan kepada seseorang atau sekelompok orang yang dipandang menguasai materi yang hendak dialihkan kepada orang lain yang mengikuti program pendidikan yang bersangkutan.
3) Melalui serangkaian kegiatan, baik sifatnya kurikuler maupun ekstra kurikuler yang telah disusun dan dipersiapkan, standar pengetahuan tertentu yang ingin dialihkan kepada yang akan diajar oleh yang meng-ajar, artinya sesuatu program pendidikan diarahkan kepada pemenuhan standar pengetahuan dan akademik tertentu.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan proses kegiatan untuk memberikan bekal pengetahuan, kecakapan dan kecakapan tertentu juga pembentukan sikap atau kepribadian seseorang guna menghadapi lingkungannya dalam jangka waktu yang relative lama sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
b. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Hamalik (1991) antara lain sebagai berikut:
1) Adanya perkembangan pengetahuan dan kemampuan.
2) Terwujudnya tenaga-tenaga yang terampil dalam berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan.
3) Diharapkan mampu menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi. 4) Mampu menyalurkan aspirasi dan minat di dalam kegiatan yang
bermakna (hlm. 46).
Tujuan pendidikan menurut Siagian (1996) mempunyai pendapat yang sejalan dengan ahli-ahli lainnya, yaitu pendidikan yang sifatnya siap tahu itu bukannya tanpa manfaat, bahkan sesungguhnya dapat dikatakan
commit to user
bahwa manfaatnya sungguh besar, paling sedikit ditinjau dari lima sudut pandang yaitu:
1) Penguasaan atas sesuatu disiplin ilmiah tertentu. 2) Cakrawala pandangan tidak sempit.
3) Menumbuhkan rasa ingin tahu.
4) Kemampuan berpikir secara teratur, logis dan sistematik. 5) Daya analisa yang tinggi (hlm. 177).
Demikian dapat dimengerti bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat tinggi bagi kehidupan seseorang, bahkan bagi suatu bangsa. Semakin tinggi pendidikan seseorang, akan semakin luas pengetahuan seseorang dan akan semakin tinggi daya analisanya sehingga pada akhir-nya mampu memecahkan masalah yang dihadapiakhir-nya, juga semakin tinggi tingkat kesadarannya.
c. Komponen Pendidikan
Komponen pendidikan adalah unsur-unsur yang harus ada di dalam berlangsungnya suatu pendidikan. Ketika ada salah satu unsur yang tidak ada, maka bisa dikatakan bukan pendidikan. Untuk lebih jelasnya, pakar pendidikan secara rinci merumuskan komponen-komponen pendidikan sebagai berikut:
1) Subjek Yang Dibimbing (peserta didik)
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.
2) Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pe-laksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik disini meliputi orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat/organisasi.
commit to user
Interaksi edukasi pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dan pendidik yang terarah pada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan ditempuh melalui proses komunikasi yang intensif dengan memanipulasikan isi, metode dan juga penerapan alat-alat pendidikan.
4) Tujuan Pendidikan
Setiap kegiatan apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar, selalu dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Oleh karena itu, tujuan pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
5) Materi Pendidikan
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini melipiti materi inti maupun muatan lokal.
6) Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat dan metode merupakan dua sisi mata uang dimana alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektivitasnya.
7) Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang melingkupi terjadinya proses berlangsungnya pendidikan. Lingkungan pendidikan terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Tirtarahardja & Sulo, 2005).
d. Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mem-perbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas ekonomi. Pelatihan membantu karyawan/pegawai dalam memahami suatu
commit to user
pengetahuan praktis dan penerapannya, guna meningkatkan keterampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha men-capai tujuannya (Heidjrachman dan Husnan, 2002:77). Dengan demikian pelatihan merupakan suatu proses untuk membantu sumber daya manusia yang ada untuk memperoleh efektivitas mereka yang sekarang atau yang akan datang dan berjalan terus menerus. Dapat dikatakan bahwa efisiensi organisasi manapun tergantung secara langsung pada bagaimana baiknya para anggotanya dilatih.
Training atau latihan adalah belajar yang ada kaitannya dengan pekerjaan yang ditangani saat ini (Atmosoeprapto, 2000: 42). Soeprihanto
(2001) mengungkapkan latihan merupakan “Kegiatan untuk memperbaiki
kemampuan karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan serta
kecakapan operasional dalam menjalankan suatu pekerjaan” (hlm.85). Sedangkan menurut Handoko (2001) dalam bukunya menjelaskan bahwa
“Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan dalam berbagai
kecakapan serta teknik pelaksanaan kerja tertentu, secaraterinci dan rutin”
(hlm.104).
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pelatihan adalah suatu upaya sistematis untuk memperbaiki kemampuan seseorang dengan cara meningkatkan pengetahuan dan kecakapan operasional dalam melaksanakan fungsi dan tugas-tugas dalam jabatannya.
Latihan juga membantu seseorang atau tenaga kerja dalam me-mahami suatu pengetahuan praktis dan pengetrapannya guna meningkat-kan keterampilan, kecakapan dan sikap yang diperlumeningkat-kan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuan. Sehingga dengan adanya latihan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Selain itu dengan adanya pelatihan juga diharapkan dapat menumbuhkan semangat baru dalam diri karyawan yang pada waktunya dapat berprestasi dan menciptakan tenaga yang potensial.
commit to user
e. Tujuan Pelatihan
Tujuan utama dari setiap latihan adalah supaya masing-masing peserta pelatihan dapat melakukan pekerjaannya secara lebih efisien. Masing-masing latihan bertujuan untuk menambah pengetahuan para pengikutnya untuk lebih memudahkan dalam melaksanakan tugasnya.
Sesuai dengan penjelasan di atas, hal ini sesuai dengan tujuan latihan yang dikemukakan oleh Moekijat (1991: 38), yaitu:
1) Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat cepat di-selesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.
2) Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat di-selesaikan secara rasional
3) Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan be-kerjasama dengan teman-teman pegawai dan manajemen (pimpinan). Simamora (2001) sependapat dengan hal tersebut dan mengungkap-kan pendapatnya mengenai tujuan pelatihan, antara lain yaitu:
1) Memperbaiki kinerja.
2) Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.
3) Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten dalam pekerjaan.
4) Membantu memecahkan permasalahan operasional. 5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
7) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi (hlm. 346). f. PengertianLink and Match
Link and Match berasal dari dua kata, yaitu link dan match. Link
berarti keterkaitan dengan dunia kerja sedang match berarti kesesuaian
atau kecocokan dengan ketrampilan yang sedang dibutuhkan. Menurut
Soeprijanto (2010) “Konsep link and match merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi pada dunia kerja” (hlm. 277). Konsep link and match merupakan konsep pendidikan yang di dalam penyelenggaraannya memprioritaskan relevansi antara dunia pendidikan dengan dunia industri. Hal ini dilakukan supaya tidak ada miss antara kompetensi lulusan lembaga pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja.
commit to user
and match diantaranya adalah model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
Menurut Papahan (2002) Pendidikan Sistem Ganda adalah :
PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyelenggaraan dari pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu (Soeprijanto, 2010: 278).
Pada hakekatnya PSG merupakan suatu strategi yang mendekatkan peserta didik ke dunia kerja. Hal ini adalah strategi proaktif yang menuntut perubahan sikap dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan di sekolah kejuruan, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha/industri dalam me-nyikapi perubahan dinamika tersebut.
Dalam mengantisipasi percepatan AFTA maka yang menjadi topik bukanlah hanya sekedar pendekatan strategis apakah sistem kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri ini dapat diterapkan atau mustahil diwujudkan di Indonesia. Namun yang perlu dilakukan saat ini adalah implementasi segera program-program kemitraan dalam rangka me-ningkatkan kualitas maupun kuantitas SDM yang terlibat di dalamnya (Soeprijanto, 2010:276-277).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk dapat
menghasilkan SDM yang berdaya saing diperlukan implementasilink and
match antara sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri. Ini berarti pola pendidikan sekarang harus berorientasi pada aspek kompetensi. Pola pendidikan konvensional yang memfokuskan pada nilai harus mulai ditinggalkan dan beralih kepada penguasaan kompetensi. Fakta mengenai pendidikan yang sekarang terjadi adalah kurangnya relevansi program pendidikan yang ada dengan kebutuhan masyarakat yaitu mengenai output lembaga pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga lulusan tidak dapat diserap oleh masyarakat industri maupun dunia kerja.
commit to user g. Life Skill( Kecakapan Hidup )
Tim Broad-Based Education (2002) menafsirkan “Kecakapan hidup
sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan
solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.”
Menurut Slamet (2002) yang dimaksud pendidikan kecakapan hidup
adalah ”pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan
secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil untuk menjalankan
kehidupannya, yaitu menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.”
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan hidup
(lifeskill) adalah keterampilan dan kemampuan keahlian yang perlu ditanamkan pada diri setiap orang agar mampu memenuhi kebutuhannya guna bertahan hidup.
Menurut Team Broad Based Education (2002) kecakapan hidup dipilah menjadi 4 jenis, yaitu :
1) Kecakapan personal (personal skill) yang mencakup kecakapan
mengenal diri (self awarensess) dan kecakapan berfikir rasional
(thinking skill).
2) Kecakapan social (social skill).
3) Kecakapan akademik (academic skill).
4) Kecakapan vokasional (vocational skill).
Slamet (2002) menyatakan bahwa “Kecakapan hidup dapat dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu kecakapan hidup yang bersifat dasar dan
instrumental”.Secara lebih jelas Slamet (2002) mengungkapkan bahwa: Kecakapan hidup yang bersifat dasar adalah kecakapan yang bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman dan tidak tergantung pada per-ubahan ruang dan waktu, serta merupakan fondasi dan sokoguru bagi tamatan pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah agar bisa me-ngembangkan kecakapan hidup yang bersifat instrumental. Kecakapan hidup yang bersifat instrumental adalah kecakapan yang bersifat relatif, kondisional, dan dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan ruang,
commit to user
waktu, situasi, dan juga harus diperbaharui secara terus-menerus dan berkelanjutan sesuai dengan derap perubahan.
Adapun dimensi kecakapan hidup yang bersifat dasar dan instrumental menurut Slamet (2002) dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Kecakapan Dasar
a) Kecakapan belajar terus-menerus
Kecakapan belajar terus-menerus (sepanjang hayat) adalah kecakap-an ykecakap-ang paling penting dibkecakap-andingkkecakap-an dengkecakap-an semua kecakapkecakap-an hidup lainnya. Setiap anak didik perlu diberi bekal dasar tentang strategi, metode, dan teknik belajar untuk memperoleh dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru dalam kehidupannya.
b) Kecakapan membaca, menulis, menghitung
Setiap anak didik diharapkan mampu memiliki kecakapan membaca dan menulis secara fungsional baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Kecakapan membaca, memahami dan menafsirkan informasi tertulis dalam surat kabar, majalah, jurnal, dan dokumen. Menulis, mengkomunikasikan pikiran, ide-ide, informasi, dan pesan-pesan ter-tulis dan membuat dokumen-dokumen. Kecakapan menghitung, ke-mampuan dasar menghitung dan memecahkan masalah-masalah praktis, dengan memilih secara tepat dari teknik-teknik matematika yang ada, dengan atau tanpa bantuan teknologi.
c) Kecakapan berkomunikasi : lisan, tertulis, tergambar, mendengar Manusia berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi secara langsung, baik secara lisan, tertulis, tergambar, dan bahkan melalui kesan pun bisa. Mengingat manusia menggunakan sebagian besar waktunya untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka kecakapan berkomunikasi termasuk kecakapan mendengar harus dimiliki oleh peserta didik.
d) Kecakapan berpikir
Tingkat kecakapan berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap kesuksesan hidupnya. Mengingat kehidupan manusia sebagian besar dipengaruhi oleh cara berpikir, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar dan latihan-latihan dengan cara yang benar tentang kecakapan berpikir deduktif, induktif, ilmiah, kritis, nalar, rasional, lateral,
system, kreatif, eksploratif, discovery, inventory, reasoning,
peng-ambil keputusan, dan pemecahan masalah.
e) Kecakapan kalbu : iman (spiritual), rasa dan emosi
Memiliki bangsa berkecakapan kalbu yang baik merupakan asset batiniyah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa. Kecakap-an kalbu yKecakap-ang Kecakap-antara lain berupa imKecakap-an (spiritual), rasa, dKecakap-an emosi merupakan unsur-unsur pembentuk jiwa selain akal. Jiwa merupakan sumber kekuatan dan kendali bagi setiap manusia dalam menyelesai-kan setiap masalah yang dihadapi bahmenyelesai-kan baik buruknya sebuah
commit to user
bangsa sangat dipengaruhi oleh baik buruknya kalbu bangsa yang bersangkutan.
f) Kecakapan mengelola kesehatan badan
Peserta didik sejak dini sudah selayaknya diberi bekal dasar tentang pengelolaan kesehatan badan agar yang bersangkutan memiliki ke-sehatan badan yang prima, bebas penyakit, dan memiliki ketahanan badan yang kuat. Berolahraga secara teratur, makan yang bergizi dan bervitamin, menjaga kebersihan, dan beristirahat cukup merupakan pendidikan kecakapan mengelola kesehatan badan yang harus di-terapkan dalam kehidupan peserta didik.
g) Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya untuk
mencapainya
Dua hal yang karakteristik sifatnya dalam kehidupan adalah : (1) adanya keinginan baru, dan
(2) upaya-upaya yang diperlukan untuk mencapai keinginan baru tersebut. Kecakapan merumuskan dua hal yang karakteristik ini merupakan bagian peting bagi kehidupan seseorang
h) Kecakapan berkeluarga dan sosial
Peserta didik hidup di dalam lingkungan keluarga, sekolah, serta masyarakat. Peserta didik harus dapat berinteraksi dan mampu untuk beradaptasi dengan lingkungannya baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
2) Kecakapan Instrumental
a) Kecakapan memanfaatkan teknologi dalam kehidupan
Teknologi telah merambah segala kehidupan dan merupakan alat penggerak utama kehidupan. Generasi muda harus diberi bekal agar mengapresiasi pentingnya teknologi bagi kehidupan dan mau mem-persiapkannya untuk mempelajari, menggunakan dan mengembang-kan teknologi yang ada.
b) Kecakapan mengelola sumber daya
Peserta didik perlu diberi bekal tentang arti, tujuan, dan cara meng-identifikasi, mengorganisasi, merencanakan, dan dapat mengalokasi-kan sumber daya.
c) Kecakapan bekerjasama dengan orang lain
Peserta didik sejak dini perlu diberi bekal dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar tentang cara-cara bekerjasama, menghargai hak asasi orang lain, pentingnya kebersamaan, tanggungjawab, dan akuntabilitas perbuatan, keterbukaan, apresiasi keanekaragaman, ke-mauan baik yang kreatif, kepemimpinan, manajemen negosiasi, dan masih banyak hal lain yang perlu diajarkan.
d) Kecakapan memanfaatkan informasi
Saat ini dan lebih-lebih di masa datang, informasi akan mengalir secara cepat dan deras dalam berbagai kehidupan. Peserta didik perlu dibekali cara-cara mendapatkan dan memanfaatkan beraneka ragam informasi yang ada. Mereka harus dididik cara-cara mendapatkan, mengevaluasi informasi, mengorganisasi dan memelihara informasi,
commit to user
menafsirkan dan mengkomunikasikan informasi, dan menggunakan komputer untuk mengolah data agar menjadi informasi.
e) Kecakapan menggunakan sistem dalam kehidupan
Peserta didik perlu memahami, menghayati, dan menerapkan, system dalam kehidupannya. Mereka perlu diberi bekal dasar tentang cara berpikir, cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sebagai sistem. Mereka harus memahami cara kerja sistem-sistem kehidupan seperti bank, organisasi perusahaan, sekolah, bahkan dirinya sebagai sistem harus dikenalinya secara baik.
f) Kecakapan berwirausaha
Kecakapan berwirausaha adalah kecakapan memobilisasi sumber daya yang ada di sekitarnya untuk mencapai tujuan organisasinya atau untuk keuntungan ekonomi. Kewirausahaan memiliki ciri-ciri : (1)bersikap dan mampu berpikir mandiri, (2)memiliki sikap berani menanggung resiko, (3)tidak suka mencari kambing hitam, (4)selalu berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai sumber daya yang ada, (5)terbuka terhadap umpan balik, (6)selalu menginginkan per-ubahan yang lebih baik, (7)tidak pernah merasa puas, terus menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya, (8) memiliki tanggung jawab moral yang baik.
g) Kecakapan kejuruan, termasuk olahraga dan seni (citarasa)
Tidak semua peserta didik menyukai kecakapan berpikir, sebagian dari mereka menyukai kecakapan-kecakapan kejuruan misalnya seperti pertanian, peternakan, permesinan, kerajinan, bisnis, boga, busana, industri, komputer, olahraga, dan juga kesenian. Untuk itu, mereka jelas membutuhkan kecakapan kejuruan yang secara praktis dapat digunakan untuk mencari nafkah.
h) Kecakapan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir
Setiap peserta didik yang telah tamat dalam pendidikan kelak ber-harap memiliki karir yang sesuai dengan potensi dirinya dan sesuai dengan peluang yang ada. Peserta didik dari awal perlu di-kenalkan tentang potensi dirinya, jenis-jenis karir yang ada dalam kehidupan, persyaratan untuk memasuki jenis karir tertentu, dan disiapkan agar kelas setelah lulus mampu memilih, menyiapkan, dan mengembang-kan karir yang sesuai dengan potensi dirinya.
i) Kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan
Peserta didik hidup dalam lingkungan nyata dan lingkungan maya sekaligus. Lingkungan nyata berupa fisik yang dapat dirasakan oleh panca indera, seperti tanah, air, udara. Lingkungan maya adalah suasana sosial yang dapat ditangkap oleh otak dan dirasakan oleh hati. Peserta didik harus mampu menjaga keharmonisan di antara ke-dua lingkungan tersebut.
j) Kecakapan menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila Peserta didik perlu diberi bekal berupa kemampuan mengintegrasi-kan kebhinekaan bangsa berdasarmengintegrasi-kan nilai-nilai Pancasila. Meng-hargai perbedaan agama, menjunjung tinggi hak asasi manusia,
men-commit to user
jaga kesatuan dari bangsa, demokrasi, keadilan sosial, kecintaan terhadap negaraya, kepahlawanan dan apresiasi terhadap para pen-dahu mereka, apresiasi terhadap peninggalan budaya, kebebasan dan tanggung jawab, kesadaran sebagai warganegara, adalah contoh-contoh kecakapan hidup untuk menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Dengan adanya pendidikan kecakapan hidup diharapkan mampu meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata, baik preservatif maupun progresif. Dengan menguasai berbagai konteks kecakapan hidup tersebut diharapkan masyarakat juga mampu menjadi tenaga yang terampil untuk memasuki persaingan global.
2. Tinjauan Umum Sumber Daya Manusia a. Pengertian Sumber Daya Manusia
Sebelum membahas lebih jauh lagi, peneliti akan memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai pengertian sumber daya manusia. Menurut William B. Werther dan Keith Davis di dalam bukunya Human Resources and Personal Management yang dikutip oleh Taliziduhu Ndraha (1999: 9) mengemukakan bahwa sumber daya manusia atau human
resources injkmadalah “The people who are ready, willing and able to contribute to organizational goals”,yang mempunyai arti sebagai berikut
“Sumber daya manusia atau human resources adalah penduduk yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan
organisasional”. Sedangkan menurut Nawawi (2003) mengemukakan
bahwa “Sumber daya manusia dalam arti mikro dalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil,
pegawai, karyawan, pekerja, tenega kerja dan lain-lain”(hlm. 17).
Sebagai salah satu pakar Gomes (1997) mengemukakan pendapatnya bahwa :
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas. Sumber daya manusia adalah satu-satunnya sumber daya yang memiliki akal, perasaan, kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karsa. Satu-satunya sumber daya yang memiliki