commit to user
PROGRAM S MEM
RE
FAKULTAS UN
i
SOLO TECHNOPARK DALAM RANGKA EMPERSIAPKAN TENAGA KERJA
TERAMPIL SIAP PAKAI TAHUN 2012
( Studi Kasus di Surakarta )
SKRIPSI Oleh:
REZA NUR CAHYANING PUTRI K7408138
AS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
GKA
commit to user
commit to user
iii
PROGRAM SOLO TECHNOPARK DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA
TERAMPIL SIAP PAKAI TAHUN 2012
( Studi Kasus di Surakarta )
Oleh:
REZA NUR CAHYANING PUTRI K7408138
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
commit to user
commit to user
vi
MOTTO
“Usaha dan doa adalah titian yang sejalan dan beriringan, keduanya harus kita tanamkan dalam diri kita untuk dapat
meraih mimpi. Dan kebahagiaan adalah disaat kita bisa meraih apa yang kita impikan dengan tetesan peluh yang
kita keluarkan” ( Penulis )
“Ilmu tanpa agama akan buta, dan agama tanpa ilmu akan lumpuh”
(Albert Enstein)
“Bekerjalah untuk kebahagiaan duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya, dan bekerjalah untuk kebahagiaan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok
pagi.
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
”Ibu dan Bapak Tercinta”
Do’a mu yang selalu menyertaiku, tetes keringatmu yang menjadikan
cambuk motivasi bagi penulis serta kasih sayangmu yang tiada henti.
Tiada kasih sayang yang setulus dan seabadi kasih sayang bapak dan
ibuku tercinta.
”Saudara-saudaraku”
Om hari, mbak Ningsih,adek dll terima kasih atas do’a dan motivasi yang
selalu membuatku semangat menjalani hidup ini.
”Seseorang yang special”
Muhammad Gilang Ramadhan yang selalu memberikan dukungan untuk
cepat menyelesaikan karya ini.
”Sahabat-Sahabatku Tercinta”
Reham, Ria, Ratri, Ratna, Puji Wahono, Arya, Sigit dll.
Terima kasih karena kalian semua senantiasa mendorong langkahku dan
selalu ada baik di saat ku senang maupun saat kuterjatuh.
”Teman-teman PAK 2008”
Terima kasih atas semangat, kerjasama serta kebersamaan kita selama ini.
commit to user
viii
ABSTRAK
Reza Nur Cahyaning Putri. PROGRAM SOLO TECHNOPARK DALAM
RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA TERAMPIL SIAP PAKAI TAHUN 2011/2012 ( Studi Kasus di Surakarta ). Skripsi, Fakultas Keguruan danIlmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Pelaksanaan Program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai. 2) Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan Program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai. 3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan Program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai.
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah informan, lokasi atau peristiwa dan
arsip atau dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling
dan snowball sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan analisis dokumen. Validitas data dengan teknik triangulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis model interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai meliputi beberapa tahap, yaitu pendaftaran, seleksi, diklat , dan penempatan. 2) Faktor pendukung pihak Solo Technopark adalah adanya fasilitas sarana dan
prasarana serta sumber daya manusia yang memadai; sumber daya manusia yang
dimiliki Solo Technopark yang handal dan berkualitas sehingga mereka mampu menghasilkan tenaga terampil yang terdidik dan profesional. Selain itu juga adanya program khusus untuk warga yang tidak mampu. Faktor pendukung pihak perusahaan mitra kerja Solo Technopark adalah adanya prosedur kerjasama yang mudah dan calon tenaga kerja lulusan teknopark yang terampil dan berdaya saing. Faktor pendukung pihak peserta adalah peserta yang telah lulus dan dan mampu menyelesaikan program Solo Technopark akan disalurkan untuk bekerja sesuai
keahlian di industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark. Faktor
commit to user
ix
Sedangkan peserta Solo Technopark mengatasi permasalahan dengan cara berusaha memotivasi diri sendiri, menyesuaikan diri serta menjaga stamina dengan mengatur jadwal aktivitas sehari-hari dan istirahat yang cukup.
commit to user
x
ABSTRACT
Reza Nur Cahyaning Putri. SOLO TECHNOPARK PROGRAM IN THE
ATTEMPT OF PREPARING THE READY-TO-USE SKILLED LABOR IN 2011/2012 (A Case Study on Surakarta). Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. June 2012.
The objective of research is to find out: 1) the implementation of Solo Technopark Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor, 2) the factors supporting and inhibiting the implementation of Solo Technopark Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor, and 3) the measures taken to cope with obstacles in the implementation of Solo Technopark Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor.
This study was a descriptive qualitative research. The data source used included informant, location or event and archive or document. The sampling technique used was purposive sampling, and snowball sampling. Techniques of collecting data used were observation, interview, and document analysis. The data validation was done using source triangulation technique. Technique of analyzing data used was an interactive model of analysis.
Based on the result of research, it could be concluded that 1) The implementation of Solo Technopark Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor included such stages as registration, selection, short course, and placement. 2) The factors supporting the Solo Technopark management included the presence of adequate infrastructures and human resource; the human resource the Solo Technopark had was reliable and qualified so that it could produce the skilled informed professional labor. In addition, there was also a special program for poor people. The factors supporting the Solo Technopark partner included the easy cooperation procedure and skilled competitive Technopark graduates. The supporting factor for the participants was that the participants who had been graduated and able to complete the Solo Technopark program will be put into works consistent with their skill in the industries of Solo Technopark company partner. The factor inhibiting the Solo Technopark management was uncertain number of applicants in each generation, as well as the presence of free program leading the participants to apparently underestimate the program. The factor inhibiting the work partner company was that sometimes the demand for labors could not be met. The factor inhibiting the
participants was fatigue lowering the participants’ motivation. (3) The measures
commit to user
xi
commit to user
xii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul”PROGRAM SOLO TECHNOPARK
DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA TERAMPIL SIAP PAKAI TAHUN 2012 ( Studi Kasus di Surakarta )”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
pengarah-an dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikpengarah-an terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd. selaku Pembimbing II yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Pimpinan Solo Technopark, yang telah memberi kesempatan dan tempat guna
pengambilan data dalam penelitian.
7. Sutrisno, selaku bagian pemasaran dan pelayanan Solo Technopak, yang telah
memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
8. Anton Susilo, ST selaku instruktur dan koordinator diklat Solo Technopark
yang telah membantu saya dalam pengambilan data penelitian.
9. Keluarga besar Solo Technopark, yang telah banyak membantu dalam
commit to user
xiii
10. Seluruh informan yang telah memberikan informasi-informasi yang sangat
berguna dalam penelitian ini.
11. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, 2012
commit to user
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMANJUDUL………. i
HALAMAN PERNYATAAN………. ii
HALAMAN PENGAJUAN………. iii
HALAMAN PERSETUJUAN………. iv
HALAMAN PENGESAHAN……….. v
HALAMAN MOTTO……….. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN………... vii
HALAMAN ABSTRAK……….. viii
ABSTRACT………. x
KATA PENGANTAR……….. xii
DAFTAR ISI……… xiv
DAFTAR GAMBAR………... xvii
DAFTAR TABEL……… xviii
DAFTAR LAMPIRAN……… xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Rumusan Masalah………... 4
C. Tujuan Penelitian………... 5
D. Manfaat Penelitian………... 5
BAB II A. KAJIAN PUSTAKA 1.Tinjauan Umum Program……….... 7
a. Pengertian Program………... 7
2.Tinjauan Umum Teknologi………. 7
a. Pengertian Teknologi………. 7
b. Macam-Macam Teknologi……… 8
3.Tinjauan Umum Pendidikan dan Pelatihan……… 10
commit to user
xv
b. Tujuan Pendidikan………. 11
c. Komponen Pendidikan……….. 12
d. Pengertiaan Pelatihan……… 14
e. Tujuan Pelatihan……… 15
f. Link and Match……….. 15
g. Life skill………. 17
4.Tinjauan Umum Sumber Daya Manusia………. 21
a. Pengertian Sumber Daya Manusia……… 21
b. Konsep Tenaga Kerja……… 22
5.Tinjauan Umum Kesiapan Bekerja……….. 24
a. Pengertian Bekerja………. 24
b. Pengertian Kesiapan Kerja……… 26
c. Manfaat Kesiapan Kerja……… 27
d. Syarat-Syarat Memasuki Dunia Kerja………... 28
B. Kerangka Pemikiran……….. 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian……… 35
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian……… 36
C. Data dan Sumber Data………... 38
D. Teknik Sampling……… 39
E. Pengumpulan Data………. 40
F. Uji Validitas Data……….. 41
G. Analisis Data……….. 43
H. Prosedur Penelitian……….... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian……… 48
B. Deskripsi Temuan Penelitian………... 52
commit to user
xvi
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan……….. 73
B. Implikasi……….. 76
C. Saran……… 77
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman,,,,,,
2.1 Skema Kerangka Pemikiran……… 34
3.1 Skema Analisis Model Interaktif……… 44
commit to user
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman……..
4.1 Daftar Tenaga Pengajar Solo Technopark……… 59
4.2 Data Penempatan Magang Pelatihan Pemuda STP- SCTC 27 (Juli
2011–Maret 2012)………
60
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Pedoman wawancara ... 82
Lampiran 2. Daftar informan ... 88
Lampiran 3. Field note ... 91
Lampiran 4. Daftar peserta program Solo Technopark 2011/2012 ... 143
Lampiran 5. Daftar Penempatan Kerja Peserta Program Solo Technopark .... 153
Lampiran 6. Struktur Organisasi Solo Technopark ... 156
Lampiran 7. Daftar karyawan Solo Technopark ... 157
Lampiran 8. Daftar Inventaris ... 159
Lampiran 9. Daftar perusahaan mitra kerja Solo Technopark ... 163
Lampiran 10. Contoh surat permintaan kerja ... 164
Lampiran 11. Formulir pendaftaran Solo Technopark ... 166
Lampiran 12. Dokumentasi ... 167
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi yang semakin nyata dan ketatnya kompetisi kebutuhan tenaga
terampil menjadi perhatian penting semua pihak, tidak terkecuali para pengambil
kebijakan dan pelaku pendidikan. Bayangan kerasnya persaingan kebutuhan
tenaga terampil dan profesional bukan saja menghantui siswa-siswa yang ada di
daerah, tetapi juga siswa-siswa yang ada di perkotaan terutama bagi yang tidak
mampu melanjutkan pendidikan seusai tamat SMA/SMK karena masalah biaya.
Pendidikan sebagai kebutuhan dalam pencapaian tingkat hidup yang lebih baik
menjadi dramatisasi tersendiri karena banyaknya siswa-siswa tamatan SMA/SMK
yang tidak bisa melanjutkan pendidikan mereka di bangku perkuliahan.
Daulay (2009) mengemukakan bahwa “Pengangguran di Indonesia masih
menjadi masalah utama pembangunan.” Menurut data BPS tahun 2011, jumlah
pengangguran lulusan SLTA di Indonesia sampai pada bulan Agustus 2011
mencapai 3.074.946 orang, lulusan DI/II/III/Akademi sebanyak 244.687 orang,
sedangkan untuk lulusan dari universitas sebanyak 492.343 orang. Berdasarkan
data statistik yang dirilis oleh BPS tingkat penggangguran tahun 2011 mengalami
penurunan dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya, tetapi hal ini
masih menjadi problematika di Indonesia.
Banyak pengangguran yang tidak terdidik dan terlatih menjadi fokus
permasalahan pemikiran pemerintah. Ketidaksiapan tamatan untuk diterjunkan ke
dalam dunia kerja adalah karena dinamisnya dunia kerja sehingga sistem
pendidikan dan pelatihan harus menyesuaikan dengan kebutuhan yang dituntut
oleh para pelaku dunia usaha.
Menurut Daulay (2009) dalam tulisannya mengatakan bahwa:
“Selama ini diasosiasikan bahwa tingginya angka pengangguran disebabkan
commit to user
seperti diamanatkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun
2003 pasal 3...”
Berdasarkan pada pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa banyaknya
penganggguran yang ada di Indonesia tidak hanya karena kurangnya lapangan
pekerjaan yang tersedia tetapi juga karena kurangnya kompetensi dan keahlian
yang dimiliki oleh lulusan lembaga pendidikan. Penanaman kompetensi pada
dasarnya tidak hanya dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan formal, tetapi juga
dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan non formal. Hal ini merujuk kepada
pasal 26 ayat 2 UU Pendidikan Nasional yang mengatakan “...mengembangkan
potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
kecakapan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional”.
Sementara itu Daulay (2009) menambahkan bahwa “Pasal tersebut menyiratkan
bahwa pendidikan formal memang tidak ditujukan untuk menyiapkan lulusan
sekolah yang berdaya saing, pendidikan non formal lah yang memperoleh tugas
untuk melaksanakan misi tersebut.”
Saat ini Indonesia juga sedang memasuki era AFTA (ASEAN Free Trade
Area) yang menuntut adanya infrastruktur dan juga tenaga terampil dan terdidik
yang memadai. Tapi infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia
dinilai belum siap menghadapi ASEAN Free Trade Area (AFTA). Menurut
Soeprijanto (2010)menyatakan bahwa ”... persaingan regionalASEAN Free Trade
Area (AFTA) misalnya yang sudah dimulai tahun 2002 sudah selayaknya harus
segera disikapi dengan upaya percepatan peningkatan kualitas SDM Indonesia
melalui peningkatan mutu, relevansi dan daya saing” (hlm. 276). Hal itu
menunjukkan bahwa kebutuhan akan tenaga terampil sangat dibutuhkan dalam
rangka menghadapi persaingan global.
Melihat tuntutan dunia sekarang ini dimana pesaingan semakin luas,
sementara kondisi negara terlilit krisis ekonomi, para siswa seharusnya sudah
dibekali dengan kemampuan untuk memasuki dunia kerja selama menekuni
pendidikan formal. Kompetensi ini tidak hanya dalam berupa ilmu pengetahuan
commit to user
siswa terjun ke dunia kerja. Oleh karena itu jalur pendidikan formal harus mampu
mengemban tugas untuk menyiapkan lulusan yang berdaya saing.
Pendidikan merupakan salah satu cara dalam rangka mempersiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas, kompetitif dan profesional, antara lain
mempersiapkan tenaga kerja sebelum memasuki dunia kerja agar pengetahuan
dan ketrampilan yang diperoleh sesuai dengan syarat-syarat yang dikehendaki
oleh suatu pekerjaan. Oleh karena itu hal-hal yang mendorong peserta didik untuk
belajar yang dikaitkan dengan tugas dan perannya harus dipersiapkan di lembaga
pendidikan dimana menjadi tempat mereka menuntut ilmu. Lembaga pendidikan
harus memfasilitasi terjadinya proses belajar yang optimal bagi peserta didiknya.
Pendidikan yang dilakukan di sekolah merupakan jalur penting untuk membangun
dan mengembangkan pengetahuan, bakat, kepribadian, sikap, mental, kreatifitas,
penalaran dan kecerdasan siswa sebagai bekal ketika memasuki dunia kerja.
Bidang pendidikan memang menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan
kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk menghadapi proses globalisasi di
hampir semua aspek kehidupan. Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh
dunia pendidikan dalam kaitannya dengan tuntutan dunia kerja adalah sistem
pendidikan dan pelatihan Indonesia yang belum mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat, industri, serta pemenuhan persyaratan profesi yang telah ada.
Pendidikan yang berbasis masyarakat luas merupakan salah satu kebijakan
penyelenggara pendidikan yang memang diperuntukkan bagi masyarakat di
Indonesia. Dasar yang menjadi pemikirannya adalah kebutuhan riil dari lapangan
masyarakat terbesar. Oleh karena itu pendidikan harus menitikberatkan pada
pe-nguasaan kecakapan untuk hidup. Paradigma bersekolah untuk bekerja harus
men-dasari semua kegiatan pendidikan. Pendidikan dititikberatkan pada kecakapan
untuk hidup sehingga diharapkan pendidikan benar-benar dapat meningkatkan
taraf hidup dan martabat masyarakat.
Melihat problema tersebut Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas)
sudah melakukan beberapa upaya dengan menampung berbagai pemikiran guna
mencari solusi terbaik bagi anak didik yang seusai tamat SMA/SMK harus
commit to user
hidup untuk membekali anak didik dalam menghadapi dunia kerja. Bekal
keterampilan ini merupakan hal penting yang mendasari untuk menjawab
tantangan saat ini, yaitu dengan membangun Solo Technopark dimana yang
model pendidikannya menggunakan model berbasis masyarakat dan menekankan
akan pentingnya pemahaman kebutuhan masyarakat melalui pemberdayaan yang
ada di lingkungan.
Program pendirian Solo Technopark merupakan realisasi dari kebijakan
desentralisasi pendidikan. Desentralisai pendidikan maksudnya adalah penyerahan
otoritas dari pemerintah pusat yang memberi hak sepenuhnya kepada pemerintah
daerah untuk mengembangkan dan mengatur program pendidikan sesuai dengan
kebutuhan daerah tersebut. Keuntungan dari desentralisasi pendidikan adalah
produk pendidikan lebih tepat guna baik mutu, kualitas maupun kuantitas.
Program pendirian Solo Technopark ingin menjawab tantangan utama
yang ada saat ini, yakni bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan yang
berorientasi pada upaya untuk menjawab kebutuhan masyarakat di suatu daerah.
Dengan program Solo Technopark diharapkan dapat mengurangi kelangkaan akan
sumber daya manusia yang kreatif dan produktif. Selain itu program Solo
Technopark dapat menjadi ujung tombak perubahan sistem pendidikan yang tidak
hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi juga penerapan teknologi mutahir
sehingga dapat menghasilkan lulusan yang dapat memenuhi kriteria sesuai tututan
perkembangan zaman.
Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa program Solo
Technopark akan mampu mempersiapkan dan menghasilkan anak didik untuk
menjadi tenaga terampil siap pakai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
daerah. Oleh karena itu peneliti ingin mengkaji tentang program Solo Technopark
dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka perlu
adanya perumusan masalah yang akan menentukan arah yang tepat bagi
pembahasan masalah. Oleh karena itu, penyusunan skripsi ini ingin mengangkat
commit to user
1. Bagaimana pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka
mempersiapkan tenaga terampil siap pakai ?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat
pelaksanaan program Solo Technopark ?
3. Bagaimana cara pemecahan masalah yang menjadi penghambat dalam
pelaksanaan program Solo Technopark ?
C. Tujuan Penelitian
Keingintahuan tentang segala sesuatu yang ada disekitarnya merupakan
suatu kodrat yang melekat pada diri manusia. Oleh karena itu, manusia selalu
menggali apa yang menjadi tujuan dari kegiatan yang dilakukan. Penelitian ini
pada dasarnya selalu mempunyai maksud dan tujuan yang dijadikan pedoman dan
arahan. Penelitian ini mempunyai tujuan :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program Solo Technopark
dalam mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung
dan penghambat pelaksanaan program Solo Technopark.
3. Untuk mengetahui bagaimana pemecahan masalah faktor-faktor yang
menghambat pelaksanaan program Solo Technopark.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sangat penting karena menghasilkan informasi secara rinci,
akurat dan aktual yang akan memberikan banyak manfaat dalam menjawab
permasalahan penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
a. Memberi masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang
berhubung-an dengberhubung-an peningkatberhubung-an kualitas sumber daya mberhubung-anusia.
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi tambahan serta masukan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi lembaga Solo Technopark
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan mengenai pelaksanaan
commit to user
b. Bagi dunia usaha
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
menentukan kriteria/standart tamatan program Solo Technopark yang
benar-benar lulus dan siap pakai untuk bekerja sabagai tenaga terampil.
c. Bagi siswa Solo Technopark
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi sehubungan dengan
Solo Technopark.
d. Bagi guru
Penelitian ini diharapka dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan
perbaikan sehubungan dengan masalah yang menjadi penghambat dalam
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Umum Pendidikan dan Pelatihan a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah keseluruhan proses, teknik dan metode belajar
mengajar dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang
kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya
(Siagian, 1996: 175). Senada dengan pernyataan tersebut Heidjrachman
dan Husnan (2002) menjelaskan pendidikan adalah “Suatu kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya
pe-ningkatan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan terhadap
per-soalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan” (hlm. 77).
Sastrohadiwiryo (2003) menjelaskan bahwa :
pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan
selalu ada dalam keseimbangan” (hlm. 200).
Hakikat pendidikan menurut tim dosen administrasi pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia (2009) :
1) Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbanagan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
2) Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan semakin pesat.
3) Pendidikan mampu meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
4) Pendidikan berlangsung seumur hidup.
5) Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya (hlm. 12)
Berdasarkan pengertian tersebut terdapat tiga hal pokok pendidikan,
commit to user
1) Merupakan suatu proses belajar mengajar dengan mempergunakan
teknologi dan metode.
2) Sebagai suatu proses, pendidikan merupakan serangkaian kegiatan
yang berlangsung relatif lama dan diselenggarakan dengan pendekatan
yang formal dan structured. Structured artinya bahwa pendidikan
di-selenggarakan oleh satuan kerja yang melembaga dan kegiatannya
diarahkan kepada seseorang atau sekelompok orang yang dipandang
menguasai materi yang hendak dialihkan kepada orang lain yang
mengikuti program pendidikan yang bersangkutan.
3) Melalui serangkaian kegiatan, baik sifatnya kurikuler maupun ekstra
kurikuler yang telah disusun dan dipersiapkan, standar pengetahuan
tertentu yang ingin dialihkan kepada yang akan diajar oleh yang
meng-ajar, artinya sesuatu program pendidikan diarahkan kepada pemenuhan
standar pengetahuan dan akademik tertentu.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat diketahui
bahwa pendidikan merupakan proses kegiatan untuk memberikan bekal
pengetahuan, kecakapan dan kecakapan tertentu juga pembentukan sikap
atau kepribadian seseorang guna menghadapi lingkungannya dalam jangka
waktu yang relative lama sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
b. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Hamalik (1991) antara lain sebagai
berikut:
1) Adanya perkembangan pengetahuan dan kemampuan.
2) Terwujudnya tenaga-tenaga yang terampil dalam berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan.
3) Diharapkan mampu menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi. 4) Mampu menyalurkan aspirasi dan minat di dalam kegiatan yang
bermakna (hlm. 46).
Tujuan pendidikan menurut Siagian (1996) mempunyai pendapat
yang sejalan dengan ahli-ahli lainnya, yaitu pendidikan yang sifatnya siap
commit to user
bahwa manfaatnya sungguh besar, paling sedikit ditinjau dari lima sudut
pandang yaitu:
1) Penguasaan atas sesuatu disiplin ilmiah tertentu. 2) Cakrawala pandangan tidak sempit.
3) Menumbuhkan rasa ingin tahu.
4) Kemampuan berpikir secara teratur, logis dan sistematik. 5) Daya analisa yang tinggi (hlm. 177).
Demikian dapat dimengerti bahwa pendidikan mempunyai peranan
yang sangat tinggi bagi kehidupan seseorang, bahkan bagi suatu bangsa.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, akan semakin luas pengetahuan
seseorang dan akan semakin tinggi daya analisanya sehingga pada
akhir-nya mampu memecahkan masalah yang dihadapiakhir-nya, juga semakin tinggi
tingkat kesadarannya.
c. Komponen Pendidikan
Komponen pendidikan adalah unsur-unsur yang harus ada di dalam
berlangsungnya suatu pendidikan. Ketika ada salah satu unsur yang tidak
ada, maka bisa dikatakan bukan pendidikan. Untuk lebih jelasnya, pakar
pendidikan secara rinci merumuskan komponen-komponen pendidikan
sebagai berikut:
1) Subjek Yang Dibimbing (peserta didik)
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern
cenderung menyebutkan demikian karena peserta didik adalah subjek
atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku
pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan
diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna memecahkan
masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.
2) Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pe-laksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik disini
meliputi orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan,
dan masyarakat/organisasi.
commit to user
Interaksi edukasi pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik
antara peserta didik dan pendidik yang terarah pada tujuan pendidikan.
Pencapaian tujuan pendidikan ditempuh melalui proses komunikasi
yang intensif dengan memanipulasikan isi, metode dan juga penerapan
alat-alat pendidikan.
4) Tujuan Pendidikan
Setiap kegiatan apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak
sadar, selalu dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Oleh karena itu, tujuan
pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu memberikan arah kepada
segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin
dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
5) Materi Pendidikan
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu
dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian
tujuan. Materi ini melipiti materi inti maupun muatan lokal.
6) Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan
ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
Alat dan metode merupakan dua sisi mata uang dimana alat melihat
jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektivitasnya.
7) Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang melingkupi
terjadinya proses berlangsungnya pendidikan. Lingkungan pendidikan
terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat (Tirtarahardja & Sulo, 2005).
d. Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mem-perbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas
commit to user
pengetahuan praktis dan penerapannya, guna meningkatkan keterampilan,
kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha
men-capai tujuannya (Heidjrachman dan Husnan, 2002:77). Dengan demikian
pelatihan merupakan suatu proses untuk membantu sumber daya manusia
yang ada untuk memperoleh efektivitas mereka yang sekarang atau yang
akan datang dan berjalan terus menerus. Dapat dikatakan bahwa efisiensi
organisasi manapun tergantung secara langsung pada bagaimana baiknya
para anggotanya dilatih.
Training atau latihan adalah belajar yang ada kaitannya dengan
pekerjaan yang ditangani saat ini (Atmosoeprapto, 2000: 42). Soeprihanto
(2001) mengungkapkan latihan merupakan “Kegiatan untuk memperbaiki
kemampuan karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan serta
kecakapan operasional dalam menjalankan suatu pekerjaan” (hlm.85). Sedangkan menurut Handoko (2001) dalam bukunya menjelaskan bahwa
“Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan dalam berbagai
kecakapan serta teknik pelaksanaan kerja tertentu, secaraterinci dan rutin”
(hlm.104).
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa pelatihan adalah suatu upaya sistematis
untuk memperbaiki kemampuan seseorang dengan cara meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan operasional dalam melaksanakan fungsi dan
tugas-tugas dalam jabatannya.
Latihan juga membantu seseorang atau tenaga kerja dalam
me-mahami suatu pengetahuan praktis dan pengetrapannya guna
meningkat-kan keterampilan, kecakapan dan sikap yang diperlumeningkat-kan oleh organisasi
dalam usaha mencapai tujuan. Sehingga dengan adanya latihan dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Selain itu dengan adanya
pelatihan juga diharapkan dapat menumbuhkan semangat baru dalam diri
karyawan yang pada waktunya dapat berprestasi dan menciptakan tenaga
commit to user
e. Tujuan Pelatihan
Tujuan utama dari setiap latihan adalah supaya masing-masing
peserta pelatihan dapat melakukan pekerjaannya secara lebih efisien.
Masing-masing latihan bertujuan untuk menambah pengetahuan para
pengikutnya untuk lebih memudahkan dalam melaksanakan tugasnya.
Sesuai dengan penjelasan di atas, hal ini sesuai dengan tujuan latihan
yang dikemukakan oleh Moekijat (1991: 38), yaitu:
1) Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat cepat di-selesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.
2) Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat di-selesaikan secara rasional
3) Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan be-kerjasama dengan teman-teman pegawai dan manajemen (pimpinan).
Simamora (2001) sependapat dengan hal tersebut dan
mengungkap-kan pendapatnya mengenai tujuan pelatihan, antara lain yaitu:
1) Memperbaiki kinerja.
2) Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.
3) Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten dalam pekerjaan.
4) Membantu memecahkan permasalahan operasional. 5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
7) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi (hlm. 346).
f. PengertianLink and Match
Link and Match berasal dari dua kata, yaitu link dan match. Link
berarti keterkaitan dengan dunia kerja sedang match berarti kesesuaian
atau kecocokan dengan ketrampilan yang sedang dibutuhkan. Menurut
Soeprijanto (2010) “Konsep link and match merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi pada dunia kerja” (hlm. 277). Konsep link and match merupakan konsep pendidikan yang di dalam
penyelenggaraannya memprioritaskan relevansi antara dunia pendidikan
dengan dunia industri. Hal ini dilakukan supaya tidak ada miss antara
kompetensi lulusan lembaga pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja.
commit to user
and match diantaranya adalah model penyelenggaraan Pendidikan Sistem
Ganda (PSG).
Menurut Papahan (2002) Pendidikan Sistem Ganda adalah :
PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyelenggaraan dari pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu (Soeprijanto, 2010: 278).
Pada hakekatnya PSG merupakan suatu strategi yang mendekatkan
peserta didik ke dunia kerja. Hal ini adalah strategi proaktif yang menuntut
perubahan sikap dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan di sekolah
kejuruan, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha/industri dalam
me-nyikapi perubahan dinamika tersebut.
Dalam mengantisipasi percepatan AFTA maka yang menjadi topik bukanlah hanya sekedar pendekatan strategis apakah sistem kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri ini dapat diterapkan atau mustahil diwujudkan di Indonesia. Namun yang perlu dilakukan saat ini adalah implementasi segera program-program kemitraan dalam rangka me-ningkatkan kualitas maupun kuantitas SDM yang terlibat di dalamnya (Soeprijanto, 2010:276-277).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk dapat
menghasilkan SDM yang berdaya saing diperlukan implementasilink and
match antara sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri. Ini berarti
pola pendidikan sekarang harus berorientasi pada aspek kompetensi. Pola
pendidikan konvensional yang memfokuskan pada nilai harus mulai
ditinggalkan dan beralih kepada penguasaan kompetensi. Fakta mengenai
pendidikan yang sekarang terjadi adalah kurangnya relevansi program
pendidikan yang ada dengan kebutuhan masyarakat yaitu mengenai output
lembaga pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat
sehingga lulusan tidak dapat diserap oleh masyarakat industri maupun
commit to user g. Life Skill( Kecakapan Hidup )
Tim Broad-Based Education (2002) menafsirkan “Kecakapan hidup
sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani
menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa
tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan
solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.”
Menurut Slamet (2002) yang dimaksud pendidikan kecakapan hidup
adalah ”pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan
secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari
agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil untuk menjalankan
kehidupannya, yaitu menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.”
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan hidup
(lifeskill) adalah keterampilan dan kemampuan keahlian yang perlu
ditanamkan pada diri setiap orang agar mampu memenuhi kebutuhannya
guna bertahan hidup.
Menurut Team Broad Based Education (2002) kecakapan hidup
dipilah menjadi 4 jenis, yaitu :
1) Kecakapan personal (personal skill) yang mencakup kecakapan
mengenal diri (self awarensess) dan kecakapan berfikir rasional
(thinking skill).
2) Kecakapan social (social skill).
3) Kecakapan akademik (academic skill).
4) Kecakapan vokasional (vocational skill).
Slamet (2002) menyatakan bahwa “Kecakapan hidup dapat dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu kecakapan hidup yang bersifat dasar dan
commit to user
waktu, situasi, dan juga harus diperbaharui secara terus-menerus dan berkelanjutan sesuai dengan derap perubahan.
Adapun dimensi kecakapan hidup yang bersifat dasar dan
instrumental menurut Slamet (2002) dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Kecakapan Dasar
a) Kecakapan belajar terus-menerus
Kecakapan belajar terus-menerus (sepanjang hayat) adalah kecakap-an ykecakap-ang paling penting dibkecakap-andingkkecakap-an dengkecakap-an semua kecakapkecakap-an hidup lainnya. Setiap anak didik perlu diberi bekal dasar tentang strategi, metode, dan teknik belajar untuk memperoleh dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru dalam kehidupannya.
b) Kecakapan membaca, menulis, menghitung
Setiap anak didik diharapkan mampu memiliki kecakapan membaca dan menulis secara fungsional baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Kecakapan membaca, memahami dan menafsirkan informasi tertulis dalam surat kabar, majalah, jurnal, dan dokumen. Menulis, mengkomunikasikan pikiran, ide-ide, informasi, dan pesan-pesan ter-tulis dan membuat dokumen-dokumen. Kecakapan menghitung, ke-mampuan dasar menghitung dan memecahkan masalah-masalah praktis, dengan memilih secara tepat dari teknik-teknik matematika yang ada, dengan atau tanpa bantuan teknologi.
c) Kecakapan berkomunikasi : lisan, tertulis, tergambar, mendengar Manusia berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi secara langsung, baik secara lisan, tertulis, tergambar, dan bahkan melalui kesan pun bisa. Mengingat manusia menggunakan sebagian besar waktunya untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka kecakapan berkomunikasi termasuk kecakapan mendengar harus dimiliki oleh peserta didik.
d) Kecakapan berpikir
Tingkat kecakapan berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap kesuksesan hidupnya. Mengingat kehidupan manusia sebagian besar dipengaruhi oleh cara berpikir, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar dan latihan-latihan dengan cara yang benar tentang kecakapan berpikir deduktif, induktif, ilmiah, kritis, nalar, rasional, lateral,
system, kreatif, eksploratif, discovery, inventory, reasoning,
peng-ambil keputusan, dan pemecahan masalah.
e) Kecakapan kalbu : iman (spiritual), rasa dan emosi
commit to user
bangsa sangat dipengaruhi oleh baik buruknya kalbu bangsa yang bersangkutan.
f) Kecakapan mengelola kesehatan badan
Peserta didik sejak dini sudah selayaknya diberi bekal dasar tentang pengelolaan kesehatan badan agar yang bersangkutan memiliki ke-sehatan badan yang prima, bebas penyakit, dan memiliki ketahanan badan yang kuat. Berolahraga secara teratur, makan yang bergizi dan bervitamin, menjaga kebersihan, dan beristirahat cukup merupakan pendidikan kecakapan mengelola kesehatan badan yang harus di-terapkan dalam kehidupan peserta didik.
g) Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya untuk
mencapainya
Dua hal yang karakteristik sifatnya dalam kehidupan adalah : (1) adanya keinginan baru, dan
(2) upaya-upaya yang diperlukan untuk mencapai keinginan baru tersebut. Kecakapan merumuskan dua hal yang karakteristik ini merupakan bagian peting bagi kehidupan seseorang
h) Kecakapan berkeluarga dan sosial
Peserta didik hidup di dalam lingkungan keluarga, sekolah, serta masyarakat. Peserta didik harus dapat berinteraksi dan mampu untuk beradaptasi dengan lingkungannya baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
2) Kecakapan Instrumental
a) Kecakapan memanfaatkan teknologi dalam kehidupan
Teknologi telah merambah segala kehidupan dan merupakan alat penggerak utama kehidupan. Generasi muda harus diberi bekal agar mengapresiasi pentingnya teknologi bagi kehidupan dan mau mem-persiapkannya untuk mempelajari, menggunakan dan mengembang-kan teknologi yang ada.
b) Kecakapan mengelola sumber daya
Peserta didik perlu diberi bekal tentang arti, tujuan, dan cara meng-identifikasi, mengorganisasi, merencanakan, dan dapat mengalokasi-kan sumber daya.
c) Kecakapan bekerjasama dengan orang lain
Peserta didik sejak dini perlu diberi bekal dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar tentang cara-cara bekerjasama, menghargai hak asasi orang lain, pentingnya kebersamaan, tanggungjawab, dan akuntabilitas perbuatan, keterbukaan, apresiasi keanekaragaman, ke-mauan baik yang kreatif, kepemimpinan, manajemen negosiasi, dan masih banyak hal lain yang perlu diajarkan.
d) Kecakapan memanfaatkan informasi
commit to user
menafsirkan dan mengkomunikasikan informasi, dan menggunakan komputer untuk mengolah data agar menjadi informasi.
e) Kecakapan menggunakan sistem dalam kehidupan
Peserta didik perlu memahami, menghayati, dan menerapkan, system dalam kehidupannya. Mereka perlu diberi bekal dasar tentang cara berpikir, cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sebagai sistem. Mereka harus memahami cara kerja sistem-sistem kehidupan seperti bank, organisasi perusahaan, sekolah, bahkan dirinya sebagai sistem harus dikenalinya secara baik.
f) Kecakapan berwirausaha
Kecakapan berwirausaha adalah kecakapan memobilisasi sumber daya yang ada di sekitarnya untuk mencapai tujuan organisasinya atau untuk keuntungan ekonomi. Kewirausahaan memiliki ciri-ciri : (1)bersikap dan mampu berpikir mandiri, (2)memiliki sikap berani menanggung resiko, (3)tidak suka mencari kambing hitam, (4)selalu berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai sumber daya yang ada, (5)terbuka terhadap umpan balik, (6)selalu menginginkan per-ubahan yang lebih baik, (7)tidak pernah merasa puas, terus menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya, (8) memiliki tanggung jawab moral yang baik.
g) Kecakapan kejuruan, termasuk olahraga dan seni (citarasa)
Tidak semua peserta didik menyukai kecakapan berpikir, sebagian dari mereka menyukai kecakapan-kecakapan kejuruan misalnya seperti pertanian, peternakan, permesinan, kerajinan, bisnis, boga, busana, industri, komputer, olahraga, dan juga kesenian. Untuk itu, mereka jelas membutuhkan kecakapan kejuruan yang secara praktis dapat digunakan untuk mencari nafkah.
h) Kecakapan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir
Setiap peserta didik yang telah tamat dalam pendidikan kelak ber-harap memiliki karir yang sesuai dengan potensi dirinya dan sesuai dengan peluang yang ada. Peserta didik dari awal perlu di-kenalkan tentang potensi dirinya, jenis-jenis karir yang ada dalam kehidupan, persyaratan untuk memasuki jenis karir tertentu, dan disiapkan agar kelas setelah lulus mampu memilih, menyiapkan, dan mengembang-kan karir yang sesuai dengan potensi dirinya.
i) Kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan
Peserta didik hidup dalam lingkungan nyata dan lingkungan maya sekaligus. Lingkungan nyata berupa fisik yang dapat dirasakan oleh panca indera, seperti tanah, air, udara. Lingkungan maya adalah suasana sosial yang dapat ditangkap oleh otak dan dirasakan oleh hati. Peserta didik harus mampu menjaga keharmonisan di antara ke-dua lingkungan tersebut.
men-commit to user
jaga kesatuan dari bangsa, demokrasi, keadilan sosial, kecintaan terhadap negaraya, kepahlawanan dan apresiasi terhadap para pen-dahu mereka, apresiasi terhadap peninggalan budaya, kebebasan dan tanggung jawab, kesadaran sebagai warganegara, adalah contoh-contoh kecakapan hidup untuk menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Dengan adanya pendidikan kecakapan hidup diharapkan mampu
meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata,
baik preservatif maupun progresif. Dengan menguasai berbagai konteks
kecakapan hidup tersebut diharapkan masyarakat juga mampu menjadi
tenaga yang terampil untuk memasuki persaingan global.
2. Tinjauan Umum Sumber Daya Manusia a. Pengertian Sumber Daya Manusia
Sebelum membahas lebih jauh lagi, peneliti akan memberikan
penjelasan terlebih dahulu mengenai pengertian sumber daya manusia.
Menurut William B. Werther dan Keith Davis di dalam bukunya Human
Resources and Personal Management yang dikutip oleh Taliziduhu Ndraha
(1999: 9) mengemukakan bahwa sumber daya manusia atau human
resources injkmadalah “The people who are ready, willing and able to contribute to organizational goals”,yang mempunyai arti sebagai berikut
“Sumber daya manusia atau human resources adalah penduduk yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan
organisasional”. Sedangkan menurut Nawawi (2003) mengemukakan
bahwa “Sumber daya manusia dalam arti mikro dalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil,
pegawai, karyawan, pekerja, tenega kerja dan lain-lain”(hlm. 17).
Sebagai salah satu pakar Gomes (1997) mengemukakan pendapatnya
bahwa :
commit to user
berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam penapaian tujuan (hlm. 2).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia
merupakan bagian yang penting dalam organisasi, karena pencapaian dan
efisiensi dari sebuah organisasi tergantung secara langsung pada sumber
daya manusia yang dimilikinya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik
kesimpulan sumber daya manusia adalah sumber daya yang menunjuk
kepada orang-orang di dalam perusahaan yang bersedia dan mampu
memberikan sumbangan kepada perusahaan dalam upaya pencapaian
tujuan yang telah ditentukan.
b. Konsep Tenaga Kerja
Menurut Hamalik (2001) “Tenaga kerja (ketenagakerjaan ) adalah sumber daya manusia yang memilki potensi, kemampuan yang tepat guna,
berdaya guna, berpribadi dalam kategori tertentu untuk bekerja dan
berperan dalam pembangunan, sehingga berhasil guna bagi dirinya dan
masyarakat secara keseluruhan”(hlm. 7). Tenaga kerja adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu
negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan
terhadap tenaga kerja mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam
aktivitas tersebut ( Mulyadi, 2003:59 ).
UU No 13 tahun 2003 dalam Undang-Undang Tenaga Kerja (2006)
mengatakan bahwa “tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun masyarakat” (hlm. 74). Jadi dapat diartikan bahwa tenaga
kerja haruslah memiliki sikap mandiri dan dapat melakukan pekerjaan yang
bermanfaat.
Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja,
yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti
bersekolah dan yang mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak
bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat
commit to user
terampil merupakan setiap sumber daya manusia yang menguasai
kecakapan hidup (hlm.279).
Fajar (2002) mengemukakan bahwa :
Depdiknas mengharuskan setiap anak didik untuk dapat menguasai kecakapan hidup sebab pendidikan itu untuk hidup dan kehidupan serta prosesnya tidak pernah berakhir selain itu tidak semua anak didik nantinya akan melanjutkan ke pendidikan perguruan tinggi seusai menamatkan jenjang pendidikan SLTA.
Sejalan dengan otonomi daerah, maka pemerintah juga berupaya
untuk membentuk suatu sistem pendidikan yang berorientasi untuk
menjawab kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal
tersebut maka diperlukan adanya kerja sama antara pemerintah, lembaga
pendidikan, masyarakat dan juga dunia usaha.
3. Tinjauan Umum Kesiapan Kerja
a. Pengertian Bekerja
Secara terminologi definisi bekerja adalah aktivitas yang menjadi
sarana bagi manusia untuk menciptakan eksistensi dirinya menjadi lebih
berarti. Menurut Liang Gie (1982) bekerja adalah“keseluruhan
pelaksana-an kegiatpelaksana-an-kegiatpelaksana-an rohpelaksana-aniah dpelaksana-an jasmpelaksana-aniah ypelaksana-ang dilakukpelaksana-an oleh
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu, khususnya yang berhubungan
dengan kelangsungan hidupnya untuk bertahan hidup” (hlm. 1). Ndraha
(1999) berpendapat bahwa “kerja dapat diartikan sebagai suatu proses pen-ciptaan atau pembentukan nilai baru pada suatu unit sumber daya,
peng-ubahan atau penambahan nilai pada suatu unit alat pemenuh kebutuhan
yang ada”(hlm. 1).
Ndraha (1999) di dalam bukunya menjelaskan mengenai hakikat
kerja, yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1) Kerja adalah hukuman. 2) Kerja adalah beban. 3) Kerja adalah kewajiban.
4) Kerja adalah sumber penghasilan. 5) Kerja adalah kesenangan.
commit to user 8) Kerja adalah panggilan jiwa.
9) Kerja adalah pengabdian kepada sesama. 10) Kerja adalah hidup.
11) Kerja adalah ibadah. 12) Kerja adalah suci (hlm. 83)
Kerja adalah hukuman, maksudnya adalah dahulu manusia
sebenar-nya hidup tanpa bekerja di Taman Firdaus, tetapi karena jatuh ke dalam
dosa maka manusia dihukum. Untuk bisa bertahan hidup manusia harus
bekerja. Salah satu bentuk hukuman adalah kerja paksa. Sedangkan
maksud dari kerja adalah beban yaitu bagi orang yang malas, bekerja
adalah beban. Hal ini didasarkan karena mereka bekerja tidak sesuai
dengan panggilan hati mereka dan tanpa kesadaran untuk bekerja.
Pengertian dari kerja adalah kewajiban maksudnya di dalam sistem
birokrasi atau sistem kontraktual, kerja adalah kewajiban, yaitu guna
memenuhi perintah atau membayar hutang. Kerja adalah sumber
peng-hasilan maksudnya sangat jelas bahwa bekerja sebagai sumber nafkah.
Dengan bekerja manusia dapat memperoleh uang untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Kerja adalah kesenangan dapat diartikan bahwa kerja itu sebagai
hobi. Kerja adalah gengsi, prestise maksudnya adalah dimana kerja
sebagai gengsi atau prestise berkaitan dengan status sosial atau jabatan.
Semakin tinggi jabatan atau peran seseorang dalam pekerjaannya, maka
semakin tinggi pula status sosialnya. Sedangkan penjelasan dari kerja
adalah aktualisasi diri yaitu kerja disini diartikan dengan peran, cita-cita
atau ambisi.
Hakikat kerja yang lain adalah kerja itu merupakan panggilan jiwa,
kerja disini berkaitan dengan bakat. Dari sini tumbuh profesionalisme dan
pengabdian terhadap kerja. Dengan begitu maka seseorang bekerja tanpa
adanya paksaan dan timbul kesenangan akan pekerjaan tersebut.
Kerja adalah pengabdian kepada sesama, yang dimaksud disini
adalah bekerja dengan tulus dan tanpa pamrih untuk kepentingan bersama.
commit to user
diisi untuk dan dengan bekerja. Kerja adalah ibadah, disini dijelaskan kerja
merupakan pernyataan syukur atas kehidupan di dunia ini. Kerja dilakukan
seakan-akan kepada dan bagi kemuliaan nama Tuhan dan bukan kepada
manusia. Dan yang terakhir yaitu kerja adalah suci, bekerja adalah suatu
hal yang dihormati dan tidak boleh dicemarkan dengan perbuatan dosa,
kealahan, pelanggaran dan kejahatan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bekerja
merupakan aktivitas yang dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan yang beraneka ragam dan tidak terbatas.
b. Pengertian Kesiapan Kerja
Sebelum siswa siap untuk diterjunkan di dunia usaha untuk bekerja,
perlu adanya penanaman mental siap kerja. Hal ini dilakukan supaya para
siswa kelak sudah siap untuk menyesuaikaan diri dengan keadaan dunia
barunya, yaitu dunia kerja. Sugihartono (1991) mengatakan bahwa “kesiapan
kerja adalah kondisi yang menunjukkan adanya keserasian antara kematangan
fisik, kematangan mental serta pengalaman belajar sehingga individu
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau tingkah
laku tertentu dalam hubungannya dengan pekerjaan” (hlm. 8). Dalam hal ini
diartikan bahwa kesiapan merupakan bentuk kesanggupan seseorang dalam
melaksanakan atau mewujudkan apa yang telah dipikirkan sebelumnya.
Jadi dapat diartikan kesiapan kerja merupakan kemampuan seseorang
mengatasi masalah yang mungkin terjadi dalam melaksanakan suatu
pekerja-an. Kesiapan kerja adalah kondisi seseorang dalam keadaan siap untuk
me-reaksi atau menanggapi suatu hal dengan cara tertentu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan pentingnya
penanaman mental siap kerja pada para siswa sebelum mereka dapat
diterjunkan ke dunia kerja. Kesiapan yang dilakukan peserta didik sebelum
memasuki dunia kerja adalah melalui pendidikan sistem ganda yang
diimplementasikan dalam programon the job training.
c. Manfaat Kesiapan Kerja
Semua pekerjaan tentunya perlu dipersiapkan, walaupun pekerjaan
commit to user
profesi dari sebagian masyarakat Indonesia juga memerlukan persiapan.
Secara fisik memang profesi ini dibilang cukup mudah, tetapi secara non fisik
profesi ini memerlukan persiapan yang cukup berupa mental yang tinggi
untuk melakukannya.
Kesiapan kerja diperlukan agar mampu menyiapkan diri untuk dapat
bekerja dengan baik. Kesipan kerja dihubungkan dengan kemampuan kerja,
dimana di dalamnya memuat kompetensi kerja yang menjadi standart suatu
pekerjaan.
Menurut Ruky (2003) adapun manfaat-manfaat dari adanya kesiapan
kerja antara lain :
1) Memperjelas standar kerja dan harapan yang ingin dicapai. 2) Sebagai alat seleksi karyawan.
3) Memaksimalkan produktivitas
4) Dasar untuk pengembangan sistem renumerasi. 5) Memudahkan adaptasi terhadap perubahan.
6) Menyelaraskan perilaku kerja dengan nilai-nilai organisasi (hlm.
107-108).
Standar kerja merupakan dasar dalam suatu pekerjaan. Dengan
menguasai standar kerja, seorang pekerja dapat memperoleh hasil dari
pekerjaan tersebut. Kesiapan kerja yang dimiliki seorang pekerja akan
menentukan jenis pekerjaan dan kesesuaian lapangan pekerjaan yang ada dan
dengan kesiapan kerja dapat membantu memudahkan dalam organisasi
tempat kerja. Seleksi karyawan merupakan hal yang paling utama dilakukan
di suatu perusahaan. Dengan memiliki kesiapan kerja dapat memberikan
manfaat bagi perusahaan untuk menyeleksi dan memilih calon pekerja.
Kesiapan kerja dapat memaksimalkan produktivitas. Calon tenaga kerja
yang sudah memiliki kesiapan kerja akan dengan mudah melakukan
pekerja-an ypekerja-ang dibebpekerja-ankpekerja-an kepadpekerja-anya. Tenaga kerja ypekerja-ang sudah siap bekerja akpekerja-an
lebih mudah menyesuaikan diri sehingga tidak banyak membuang faktor
produksi yang terpakai dan dapat dikatakan lebih efisiensi dalam bekerja.
Kesiapan kerja akan mempermudah adaptasi terhadap perubahan.
Pekerjaan yang dihadapi nantinya tidak sama persis dengan yang dilakukan
ketika mengikuti praktek di bangku sekolah. Siswa sebagai calon tenaga kerja
commit to user
pekerjaan dan jika nanti terdapat perubahan ketika bekerja lebih mudah
penyesuaiannya terhadap pekerjaan tersebut.
Kesiapan kerja juga mempermudah bagi pekerja baru untuk
me-nyesuaikan diri dengan nilai-nilai dalam organisasi. Kemampuannya di
dalam menguasai pekerjaan dasar akan memudahkan pula dalam
me-nyesuaikan diri dengan nilai-nilai organisasi tempat bekerja. Sehingga
di-harapkan perilaku kerjanya akan dapat sesuai dengan nilai-nilai yang ada
dan ini penting untuk menjaga situasi kerja agar tidak terjadi konflik
commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
B. Kajian Pustaka
4. Tinjauan Umum Program a. Pengertian Program
Program menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa (1989) adalah “Rancangan mengenai asas-asas
serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian, dsb) yang dijalankan”
(hlm. 702). Program terdiri atas berbagai panduan antara rencana yang
satu dan rencana lainnya. Program merupakan rencana sekali pakai,
arti-nya apabila sasaran atau waktuarti-nya sudah tercapai maka selesailah aktivitas
yang berkaitan dengan sasaran atau waktu tersebut (Sutarta, 2004:78).
Salah seorang pakar juga mengutarakan pendapatnya mengenai
pengertian program yang dijelaskan sebgai berikut :
Perumusan yang memuat gambaran-gambaran pekerjaan yang akan di-laksanakan berikut petunjuk-petunjuk mengenai cara pelaksanaannya. Biasanya dalam program ini dikemukakan pula fasilitas-fasilitas yang diperlukan seperti : waktu, penggunaan alat-alat perlengkapan, dan ketentuan dan wewenang serta tanggung jawabnya daripada pelaksana program tersebut. ( Liang Gie, 1957 : 335 )
Berdasarkan beberapa pengertian program diatas maka peneliti dapat
memberi kesimpulan bahwa pengertian program adalah suatu gambaran,
wacana, rancangan-rancangan asas serta tata cara tentang suatu pekerjaan
atau kegiatan yang dijalankan.
5. Tinjauan Umum Teknologi a. Pengertian Teknologi
Istilah “teknologi” berasal dari kata “techne”yang artinya cara atau keterampilan dengan keterkaitan pada proses, peralatan, dan cara berfikir
atau pendekatan dalam mempermudah pengadaan, perbaikan atau
commit to user
Menurut Gasset (1989) “Teknologi: ilmu yang mendasari teknik”
(Susanto, 1991:203). Sejalan dengan Gasset, Rosario (1989) di dalam
buku yang sama mengungkapkan pendapatnya bahwa teknologi adalah
“The organization of knowledge for the achievement of practical
purposes”(Susanto:1991, 203).
Technology is systemic application of science of organized
knowledge to practical, concrete tasks enabling man not to gain a better
understanding of the objective processes taking places but above all, to
enhance the effective uses of all its activities (Fause dalam Susanto,
1991:204 ). Pengertian teknologi yang lain diungkapkan oleh Speergen
(1986) yang berpendapat bahwa teknologi adalah “scientific engineering
and managerial knowledge that…possible the conception, design
development, production and distribution of good and
services”(Susanto:1991, 203)
Besari (2008) menjelaskan bahwa :
Teknologi adalah ilmu pengetahuan dan seni yang ditranformasikan ke dalam produk, proses, jasa dan struktur yang terorganisasi, yang pada dasarnya merupakan seperangkat instrument dari ekspansi kekuasaan manusia sehingga dapat menjadi sumber daya cara yang baru untuk menciptakan kekayaan melalui peningkatan produktivitas (hlm 164).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut ada tiga hal pokok yang
perlu digarisbawahi tentang teknologi, yaitu ;
1) proses yang meningkatkan nilai tambah.
2) produk yang diciptakan, dimanfaatkan dan dihasilkan untuk
memudah-kan dan meningkatmemudah-kan kinerja.
3) Struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembangkan dan
digunakan.
b. Macam-Macam Teknologi
Salah seorang pakar teknologi Besari (2008) mengklasifikasikan
teknologi jika ditinjau dari perspektif waktu, dimana antara lain sebagai
berikut :
commit to user
teknologi masa kini (Current Technologies)yaitu teknologi yang saat
ini sudah dikenal dan sudah biasa diterapkan di kehidupan, misalnya sistem penggerak (propulsi) mobil. Sistem ini biasa digunakan pada kendaraan transportasi otomotif darat saat ini. Maka sistem propulsi
mobil dan kendaraan sebangsanya denganenginebahan bakar internal
merupakan teknologi masa kini.
2) Teknologi Mendatang(Emerging Technologies)
Teknologi mendatang adalah suatu teknologi yang masih dalam taraf pengembangan di laboratorium dan di inkubator, ataupun yang masih
sedang dalam percobaan. Contohnya adalah kendaraan mobil hyper
car. Tujuan dari hyper car adalah untuk memperoleh mobil yang irit
bahan bakar. Berbeda dari mobil saat ini, hyper car digerakkan
dengan tenaga listrik yang kini sudah mulai banyak digunakan. Mobil
hyper cartentunya memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan mobil yang beroperasi saat ini.
3) Teknologi Baru(New Technologies)
Teknologi baru (New Technologies) yaitu teknologi baru yang secara
fundamental berbeda dengan teknologi lama yang sudah ada
sebelum-nya. Contoh dari teknologi baru adalah teknologiBallard fuel-cell.
4) Teknologi Masa Depan(Future Technologies)
Teknologi masa depan (Future Technologies) adalah teknologi yang
diperkirakan akan timbul di waktu yang akan datang. Contoh dari teknologi ini adalah tenaga plasma.
5) Teknologi‘Sun Raise’ (‘Sun Raise’ Technologies)
Pengertian dari teknologi ‘Sun Raise’ yaitu teknologi yang sudah
dinikmati masyarakat, namun teknologi tersebut masih dalam stadium berkembang menjadi teknologi yang lebih baik. Contohnya antara lain teknologi fermentasi, teknologi genetika dan lain-lain.
6) Teknologi ‘Senja’(Sun Set Technologies)
Teknologi ‘Senja’ (Sun Set Technologies) adalah teknologi yang ke-mungkinan pengembangannya telah mendekati akhir. Contoh dari teknologi ini adalah teknologi tabung.
7) Teknologi Buntu(Dead End Technologies)
Teknologi Buntu(Dead End Technologies),yaitu teknologi yang pada
umumnya tidak dapat dikembangkan lagi. Contoh dari teknologi buntu adalah teknologi cap untuk membuat batik. Dalam industri tersebut proses cetak dilakukan dengan cara mengaplikasikan bahan lilin panas pada tekstil. Teknologi cap yang demikian pada umumnya sudah tidak dilakukan lagi, karena teknologi tersebut dianggap sudah tidak dapat lagi dikembangkan atau ditingkatkan lagi lebih lanjut. Meskipun demikian, cara tersebut masih sangat sering digunakan dalam produksi karya artistik. (hlm.164)
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam
commit to user
kemajuan ilmu pengetahuan. BJ. Habibie (1980) menyatakan “teknologi
selalu bersifat ambivalen; disamping segi yang positif juga
memperlihat-kan pula segi-segi negative” (M.T Zen,1982: 2). Setiap inovasi diciptakan
untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan
banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas
manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati
banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan
dalam dekade terakhir ini. Namun demikian, walaupun pada awalnya
diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga
me-mungkinkan digunakan untuk hal negatif.
6. Tinjauan Umum Pendidikan dan Pelatihan h. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah keseluruhan proses, teknik dan metode belajar
mengajar dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang
kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya
(Siagian, 1996: 175). Senada dengan pernyataan tersebut Heidjrachman
dan Husnan (2002) menjelaskan pendidikan adalah “Suatu kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya
pe-ningkatan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan terhadap
per-soalanyang menyangkut kegiatan mencapai tujuan” (hlm. 77).
Sastrohadiwiryo (2003) menjelaskan bahwa :
pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan
selalu ada dalam keseimbangan” (hlm. 200).
Hakikat pendidikan menurut tim dosen administrasi pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia (2009) :
6) Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbanagan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.