• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PEMBELAJARAN AL-QUR’A>N H}ADI>S| PADA

2. Kajian tentang ABK

Anak berkebutuhan khusus adalah “anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik.”28 Anak berkebutuhan khusus membutuhkan penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususannya.

Berdasarkan pengertian tersebut, anak yang dikategorikan berkebutuhan khusus / memiliki kelainan dalam aspek fisik meliputi kelainan indera penglihatan (tunanetra), kelainan indera pendengaran (tunarungu), kelainan kemampuan bicara (tunawicara), dan kelainan dalam aspek mental. Menurut Efendi,

Kelainan dalam aspek mental tersebut meliputi anak yang memiliki kemampuan mental lebih (supernormal) yang dikenal sebagai anak berbakat atau anak unggul, dan anak yang memiliki kemampuan mental sangat rendah (subnormal) yang dikenal sebagai anak tunagrahita, juga anak yang memiliki kesulitan dalam menyesuaikan perilakunya terhadap lingkungan sekitarnya, yang dikenal dengan sebutan tunalaras.29

28

Geniofam. Menga suh & Mensukseskan Anak Berkebutuha n

Khusus, (Jogjakarta: Garailmu, 2010), 11

29

Mohammad Efendi, Penganta r Psikopedagogik Ana k Berkelainan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 3

Beberapa kategori kelainan tersebut akan dibahas dalam subbab selanjutnya tentang kategori anak berkebutuhan khusus.

b. Kategori Anak Berkebutuhan Khusus Permanen

1) Anak yang memiliki hambatan kecerdasan/akademik yang sedemikian rupa (tunagrahita)30

Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki intelligensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Anak tunagrahita mempunyai hambatan akademik yang sedemikian rupa sehingga dalam layanan pembelajarannya memerlukan modifikasi kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan khususnya. Klasifikasi tunagrahita berdasarkan tingkatan IQ sebagai berikut : 1) Tunagrahita ringan (IQ : 51-70)

2) Tunagrahita sedang (IQ : 36-51) 3) Tunagrahita berat ( IQ : 20-35)

4) Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20)31

30

Kemis, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Grahita, (Jakarta: PT. Luxima Metro Media, 2013), 11

31

2) Anak berkesulitan belajar spesifik (learning disability) Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki gangguan satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan menggunakan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dyslexia, dan afasia perkembangan. Anak berkesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak gangguan orientasi arah atau ruang dan keterbatasan perkembangan konsep. 3) Anak lamban belajar32

Anak lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berfikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan tunagrahita, lebih lamban dengan anak pada umumnya, mereka butuh waktu yang lebih lama dan

32

Dedy Kustawan, Penilaian Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan

ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Karakteristik atau ciri-ciri anak lamban belajar yaitu rata-rata prestasi belajarnya selalu rendah, dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya, daya tangkap terhadap pelajaran lambat dan pernah tidak naik kelas. 4) Anak yang memiliki kelainan lainnya33

Masih banyak kelainan lain atau hambatan/ gangguan yang tidak disebutkan diatas, seperti anak yang mempunyai tubuh sangat kecil (kretin) dan sebagainya yang tidak disebutkan pada peraturan pemerintah nomer 17 tahun 2010 dan permendiknas nomer 70 tahun 2009 antara lain :34

1) Anak dengan gangguan konsentrasi (attention

deficit disorder/ADD)

Anak dengan gangguan konsentrasi memiliki kesulitan dalam beradaptasi dan tingkat perkembangannya tidak konsisten. Gejala-gejala yang nampak antara lain sering gagal ketika

33

Dedy Kustawan, Penilaian Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan

Khusus, 18

34

Dedy Kustawan, Penilaian Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan

memperhatikan secara detail, sering membuat kesalahan dalam kegiatan atau dalam pekerjaan sekolah. Anak ini pun sering kesulitan dalam memperhatikan aktivitas permainan atau tugas-tugas. Ketika diajak bicara pun sering tidak mendengarkan. Tidak senang atau sering tidak mengikuti instruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah. Tidak senang dengan pekerjaan atau tugas sekolah. Sering beralih perhatian pada rangsangan luar serta mudah lupa terhadap kegiatan sehari-hari. 2) Anak dengan gangguan hiperaktif (attention deficit

hyperactivity disorder/ADHD)

Anak dengan gangguan hiperaktif tidak mampu memberi perhatian pada suatu objek dengan waktu yang suatu yang lama. Anak ini cenderung hiperaktivitas. Gerakan motorik tinggi, perhatiannya mudah buyar, tidak bisa diam, canggung tidak fleksibel sering berbuat tanpa dipikir akibatnya atau mudah frustasi. 35

5) Anak berbakat

Anak berbakat adalah istilah yang dikenakan pada anak-anak dengan kecerdasan di

35

Dedy Kustawan, Penilaian Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan

atas rata-rata.36 Oleh karena itulah anak berbakat membutuhkan satu program pendidikan khusus dengan jangkauan program di atas sekolah biasanya. Diharapkan dengan kemampuan yang terus ditempa tersebut, mereka akan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam masyarakat pada saat dewasa nanti.

Berikut tiga golongan anak berbakat sesuai dengan tingkat intelegensi dan kekhasan masing-masing.37

a) Superior: anak-anak superior memiliki intelegensi di atas rata- rata anak normal. Mereka memiliki tingkat intelegensi antara 110-125. Dengan pendidikan dan pembelajaran yang tepat dan terarah, anak superior akan mampu mengoptimalkan kemampuannya. Daya tangkap terhadap pelajaran atau akademis tampak benar pada anak-anak superior.

b) Gifted: anak-anak yang tergolong gifted disebut juga dengan anak berbakat. Biasanya mereka memiliki tingkat intelegensi antara 125 sampai

36

Ratih Purti Pratiwi, Kiat sukses mengasuh anak berkebutuhan

khusus, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2013), 70

37

Ratih Purti Pratiwi, Kiat sukses mengasuh anak berkebutuhan

140. Anak-anak ini bukan hanya menampakkan superioritas dalam bidang akademis saja, melainkan pula memiliki bakat-bakat tertentu yang sangat besar. Kadangkala bakat yang dimiliki oleh anak gifted sangat menonjol sehingga mereka lebih focus untuk mengembangkannya dengan menekuni potensi di bidang akademis.

c) Genius: mereka memiliki inteligensi di atas 140. Kekuatan daya pikirnya sangat melebihi orang-orang lain disekitarnya yang berada di tingkat kecerdasan rata-rata. Anak-anak genius memiliki pola piker yang luar biasa, hampir tak terjangkau oleh manusia pada umumnya. Dengan arahan dan pola asuh yang sesuai, bukan tidak mungkin mereka akan menciptakan hal-hal spektakuler yang tidak pernah bisa dijangkau oleh anak lainnya. 38

c. Sekolah Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus Mendidik anak berkebutuhan khusus/yang berkelainan, baik itu berkelainan fisik, mental, maupun karakteristik perilaku sosialnya, tidak sama seperti mendidik anak normal, sebab selain memerlukan

38

Ratih Purti Pratiwi, Kiat sukses mengasuh anak berkebutuhan

pendekatan yang khusus juga memerlukan strategi yang khusus. Hal ini semata-mata karena bersandar pada kondisi yang dialami ABK. Oleh karena itu, melalui pendekatan dan strategi khusus dalam mendidik ABK, diharapkan ABK: a) dapat menerima kondisinya, b) dapat melakukan sosialisasi dengan baik, c) mampu berjuang sesuai dengan kemampuannya, d) memiliki keterampilan yang sangat dibutuhkan, dan e) menyadari sebagai warga negara dan anggota masyarakat.39

Sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan siswa menjadi salah satu keunggulan yang ditawarkan sekolah-sekolah, misalnya:

1) Sekolah inklusi

Sekolah inklusi merupakan sekolah layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak-anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak-anak sebayanya di sekolah reguler. Sedangkan menurut Sapon-Shevin, pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah- sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya. Sekolah ini menampung semua murid

39

Mohammad Efendi, P enganta r Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 24

di kelas yang sama, menyediakan program pendidikan yang layak, dan menantang tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid.40

Claudia Vasilica Borca berpendapat bahwa,41

Inclusive schools - schools which ensure education for all children and is the most

effective anti-discriminatory attitudes.

Children in these schools enjoy all the rights and social and educational services on a “resource follows the child “.

Maksudnya, bahwa sekolah inklusi memastikan pendidikan untuk semua anak dan merupakan sikap anti-diskriminasi terhadap anak dan semua anak senang.

Dengan demikian, sekolah tersebut dituntut untuk menyesuaikan kurikulum, sarana dan prasarana, maupun sistem pembelajaran yang diterapkan dengan kondisi peserta didik. Sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pada sekolah ini setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara

40

Geniofam. Menga suh & Mensukseskan Anak Berkebutuha n

Khusus, 61

41

Claudia Vasilica Borca, The school inclusion of children with

optimal. Ini dilakukan dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga pendidikan dan kependidikan, sistem pembelajaran, hingga sistem penilaian.

Sekolah inklusi inilah potensi anak, baik yang normal maupun yang berkebutuhan khusus, dapat dioptimalkan. Pembangunan sekolah ini dilandasi dengan kenyataan bahwa dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkebutuhan khusus yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas. Dengan demikian, anak berkebutuhan khusus hendaknya memiliki peluang yang sama dalam mengakses pendidikan termasuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

3. Konsep Kelas Inklusi

Dokumen terkait