BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Pendidikan Islam 1.Pengertian Pendidikan Islam
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu pada
tiga kata, yaitu al tarbiyah, al ta lim dan al ta dib. Di antara ketiga kata
tersebut, kata al tarbiyah lebih populer dan lebih sering digunakan.
Meskipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga kata tersebut memiliki
kesamaan makna. Namun secara esensial, masing-masing makna memiliki
perbedaan secara tekstual maupun kontekstual. Adapun makna ketiga kata
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Al Tarbiyah
Kata al tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu:
1) Raba-yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh.11 Makna ini dapat
dilihat dalam firman Allah:
Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah
pada sisi Allah. (QS. Ar Rum: 39)12
2) Rabiya-yarba dengan wazn khafiya yakhfa berarti menjadi besar.13
Atas dasar inilah Ibnul Arabi mengatakan:
11
Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, Terj. Herry Noer Ali (Bandung: CV. Diponegoro, Cet II: 1992), hlm 32.
12
Jika orang bertanya tentang diriku, maka Mekkah adalah tempat tinggalku dan di situlah aku dibesarkan.
3) Rabba-yarubbu dengan wazn madda yamuddu berarti memperbaiki,
menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.14
Dari beberapa makna di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
yang terkandung dalam kata al tarbiyah terdiri atas empat unsur, yaitu:
1) memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa
(baligh),
2) mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan,
3) mengarahkan seluruh fitrah menuju kebaikan dan kesempurnaan,
4) melaksanakan pendidikan secara bertahap.15
b. Al Ta lim
Kata al ta lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan
pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal
dibanding dengan kata al tarbiyah dan al ta dib.16
Rasyid Ridha mengartikan al ta lim sebagai proses transmisi
berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan
ketentuan tertentu. Hal ini merujuk pada firman Allah surat al Baqarah
ayat 151:
13
Abdurrahman an Nahlawi, op.cit, hlm 31. 14
Ibid., hlm 31 15
Ibid., hlm 32 16
Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan
kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS. Al Baqarah: 151)17
Menurut Jalal, sebagaimana dikutip oleh Hery Noer Ali
penggunaan istilah al ta lim dalam pendidikan mengandung beberapa
makna, yaitu:
1) Ta lim adalah proses pembelajaran secara terus menerus sejak
manusia lahir melalui pengembangan fungsi-fungsi pendengaran,
penglihatan dan hati.18 Pengertian ini diambil dari firman Allah surat
An Nahl ayat 78:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An Nahl: 78)19
2) Proses ta lim tidak berhenti pada pencapaian pada wilayah kognisi
semata, tetapi juga menjangkau wilayah psikomotor dan afeksi.20
Pengetahuan yang berada dalam batas-batas wilayah kognisi tidak
17
Al Qur an dan Terjemahnya, hlm 24. 18
Dalam Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 1999), hlm 7. 19
Al Qur an dan Terjemahnya, hlm 276. 20
akan mendorong seseorang untuk mengamalkannya, dan
pengetahuan semacam itu biasanya diperoleh atas dasar prasangka
atau taklid.
Dari beberapa makna di atas, dapat disimpulkan bahwa makna kata
ta lim lebih universal dari pada kata tarbiyah. Hal ini dapat dilihat ketika
Rasulullah mengajarkan tilawatul qur an kepada kaum muslimin. Beliau
tidak hanya membuat mereka sekedar dapat membaca saja, melainkan
membaca dengan perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian,
tanggung jawab dan penanaman amanah.
Kegiatan ta lim sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dapat
membawa kaum muslimin pada tazkiyah (pensucian), yaitu pensucian dan
pembersihan diri manusia dari segala kotoran dan menjadikan diri itu
berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk menerima hikmah
serta mempelajari segala apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak
diketahuinya.
c. Al Ta dib
Istilah al ta dib untuk menandai konsep pendidikan dalam Islam
ditawarkan oleh Al Attas. Menurutnya konsep inilah yang sebenarnya
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW pada umatnya dahulu. Sabda
Nabi SAW:
Berdasarkan konsep adab tersebut, Al Attas mendefinisikan pendidikan
sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan ke dalam manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari
segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga
hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan
yang tepat di dalam tatanan wujud dan keperiadaan.21
Terlepas dari perbedaan pendapat tentang term al tarbiyah, al ta dib
dan al ta lim, para ahli pendidikan telah mencoba memformulasikan
hakikat pendidikan Islam sebagaimana pemaparan berikut ini.
Menurut Muhaimin, pendidikan Islam adalah proses transformasi
dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik
melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai
keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.22 Pengertian
ini mempunyai lima prinsip pokok pendidikan Islam, yaitu:
a. Proses internalisasi dan transformasi, yaitu upaya pendidikan Islam
harus dilakukan secara bertahap, dan kontinu dengan upaya penanaman,
pengajaran, pembimbingan sesuatu yang dilakukan secara terencana dan
sistematis dengan menggunakan pola dan sistem tertentu.
b. Ilmu pengetahuan dan nilai-nilai, yaitu upaya yang diarahkan pada
pemberian dan penghayatan, serta pengamalan ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai. Ilmu pengetahuan yang dimaksud di sini adalah ilmu
pengetahuan yang bercirikan Islami, yaitu ilmu pengetahuan yang
21
Ibid., hlm 10 22
Muhaimin & Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya), (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm 136.
memenuhi kriteria epistemologi Islami yang tujuan akhirnya hanya
untuk mengenal dan menyadari dari pribadi dan relasinya terhadap
Allah, sesama manusia dan alam semesta.
c. Pada diri anak didik, yaitu pendidikan diberikan pada anak didik yang
mempunyai potensi-potensi rohani.
d. Melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya, yaitu tugas
pokok pendidikan Islam hanyalah menumbuhkan, mengembangkan,
memelihara dan menjaga potensi laten manusia agar ia dapat tumbuh
sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.
e. Guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala
aspeknya, yaitu tujuan akhir proses pendidikan Islam adalah
terbentuknya insan kamil yaitu manusia yang dapat menyelaraskan
kebutuhan hidup jasmani-rohani, struktur kehidupan dunia-akhirat,
keseimbangan pelaksanaan fungsi manusia sebagai hamba-khalifah
Allah dan keseimbangan pelaksanaan trilogi hubungan manusia.
Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan
jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.23
Sedangkan pengertian pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir adalah
bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.24 Pengertian
23
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al Ma arif, Cet X: 1974), hlm 23.
24
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet VI: 2005), hlm 32.
pendidikan agama Islam menurut Samsul Nizar adalah suatu sistem yang
memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan
kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam.25
Zakiyah Daradjat memberi arti pendidikan agama Islam sebagai berikut:
Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan usaha terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai pendidikannya, dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya, pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat.26
Dari beberapa definisi pendidikan Islam yang telah dikemukakan di
atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang
diberikan kepada seseorang agar dapat memahami Islam secara mendalam,
sehingga diharapkan ia dapat mengamalkan dan berkembang sesuai
dengan ajaran-ajaran Islam.
2. Dasar Pendidikan Islam
Dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam harus merupakan
sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantar pada tujuan
yang telah dicita-citakan. Nilai yang terkandung harus mencerminkan nilai
yang dapat menaungi seluruh aspek kehidupan manusia dan merupakan
standar yang dapat mengevaluasi seluruh kegiatan yang selama ini
berjalan. Dasar pendidikan Islam mempunyai dua segi, yaitu dasar ideal
dan dasar operasional.
a. Dasar ideal pendidikan
25
Samsul Nizar, op.cit, hlm 32 26
Menurut Dr. Said Ismail Ali, dasar ideal pendidikan Islam terdiri atas
enam macam, yaitu:
1) Al Quran,
2) sunnah Nabi Muhammad SAW,
3) perkataan Sahabat,
4) kemasyarakatan umat (sosial),
5) nilai-nilai dan adat kebiasaan masyarakat,
6) hasil pemikiran para pemikir Islam.27
Keenam dasar ideal tersebut merupakan hirarki yang tidak dapat
diubah susunannya, walaupun pada hakikatnya keseluruhan dasar itu
telah mengkristal dalam Al Quran dan As Sunnah.
b. Dasar operasional pendidikan
Dasar operasional pendidikan Islam merupakan dasar yang
terbentuk sebagai aktualisasi dari dasar ideal. Menurut Prof. Dr. Hasan
Langgulung, dasar operasional pendidikan Islam terbagi menjadi enam
macam, yaitu:
1) Dasar historis yang memberi persiapan kepada pendidik dengan
hasil-hasil pengalaman di masa lalu, undang-undang dan
peraturannya, batas-batas dan kekurangan-kekurangannya.
2) Dasar sosial yang memberikan kerangka budaya di mana pendidikan
itu bertolak dan bergerak, serta memindah budaya, memilih dan
mengembangkannya.
27
Sebagaimana dikutip oleh Hasan Langgulung dalam buku Beberapa Pemikiran Pendidikan tentang Pendidikan Islam (Bandung: Al Ma arif, 1980), hlm 35.
3) Dasar ekonomi yang memberikan perspektif potensi manusia
dan keuangan, materi dan persiapan yang mengatur
sumber-sumbernya dan bertanggungjawab terhadap anggaran pembelanjaan.
4) Dasar politik dan administrasi yang memberikan bingkai ideologi
(aqidah) dasar, yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk
mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.
5) Dasar psikologis yang memberikan informasi tentang watak siswa,
guru, cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian dan penilaian,
serta pengukuran dan bimbingan.
6) Dasar filosofis yang memberikan kemampuan memilih yang lebih
baik, memberi arah suatu sistem, mengontrolnya dan memberi arah
kepada semua dasar operasional lainnya.28
Untuk lebih jelasnya, lihat skema berikut ini: