• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Tentang Pendidikan Kecakapan Hidup

Life skills merupakan salah satu fokus analisis dalam pengembangan kurikulum pendidikan yang menekankan pada kecakapan atau bekerja. Life skills memiliki makna yang lebih luas dari employability skill dan vocational skill. Keduanya merupakan bagian dari program life skills, menurut Brolin (Anwar, 2006) bahwa life skills constitute a continuum a knowledge and aptitude that are necessary for a person to function effectively and to avoid interupptions of employment experience. Dengan demikian life skills dapat dinyatakan sebagai kecakapan untuk hidup. Istilah hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vocational job), namun harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menulis, menghitung, merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja sama dalam tim, dan mempergunakan teknologi.

Kecakapan hidup mengacu pada berbagai macam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat di masyarakat. Kecakapan hidup merupakan kemampuan komunikasi secara efektif, kemampuan

mengembangkan kerja sama, melaksanakan peranan sebagai warga negara yang bertanggung jawab, memiliki kesiapan serta kecakapan untuk bekerja dan memiliki karatakter dan etika untuk terjun ke dunia kerja. Oleh karenanya, cakupan kecakapan hidup amat luas seperti communication skills, decision making skills, resource and time management skills, and planning skills. Pengembangan kecakapan hidup pada umumnya bersumber pada kajian (1) the world of work (2) practical living skills (3) personal growth and management dan (4) social skills (Djam’an Satori, 2002).

Pendidikan kecakapan hidup pada pendidikan nonformal menurut Undang-Undang No. 20 tentang Sisdiknas pasal 26 ayat 3 merupakan salah satu dari pendidikan nonformal. Berbagai kecakapan atau keterampilan akan diperoleh melalui berbagai macam pelatihan yang diadakan oleh berbagai macam lembaga negara seperti: Pendidikan Luar Sekolah melalui lembaganya yaitu SKB, BPKB, BPNFI, PKBM, Lembaga Kursus, Depnaker, Depsos, Dinas Pertanian, dan sebagainya. Pelatihan kecakapan tersebut dinamakan dengan pelatihan kecakapan hidup.

Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang

14

memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tanangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan disini mencakup lima jenis, yaitu:

1) kecakapan personal 2) kecakapan sosial 3) kecakapan akademik 4) kecakapan vokasional.

Kecakapan hidup termasuk dalam investasi yang sangat penting dan berharga dalam mewujudkan masyarakat atau individu-individu yang terampil, cakap dalam bidang dan keahlian untuk menghadapi tuntutan kebutuhan yang dihadapi dalam kehidupan. Dari adanya kecakapan hidup yang mantap individu - individu tersebut dapat mengetahui potensi dirinya secara benar sehingga mampu konsisten menekuni bidang tersebut dan dapat menghasilkan suatu karya yang positif. Definisi kecakapan hidup di antaranya :

Life skill dapat dinyatakan kecakapan untuk hidup yang mengacu pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan bermartabat di masyarakat. Life skill merupakan kemampuan secara efektif, kemampuan mengembangkan kerja sama, melaksanakan peranan sebagai warga Negara yang bertanggung jawab memiliki kecakapan untuk bekerja, dan memiliki karakter dan etika untuk terjun ke dunia kerja ( Anwar, 2006: 20).

Adanya kecakapan hidup sangat membantu dalam

mengembangkan diri atau pribadi dalam pengambilan keputusan, mengolah potensi atau ketrampilan yang dimiliki setiap individu atau manusia. Manusia merupakan sumber daya yang mendukung dalam

pembangunan, untuk itu peningkatan sumber daya manusia perlu ditingkatkan karena diyakini sebagai investasi. Investasi tersebut dalam jangka panjang diharapkan mampu menciptakan individu dengan aksi-aksi yang positif dan mendukung keharmonisan lingkungan.

Kecakapan hidup merujuk pada sekelompok besar psikososial, keterampilan interpersonal yang dapat membantu orang dalam membuat keputusan, berkomunikasi secara efektif, mengembangkan pemecahan masalah dan keterampilan, manajemen diri yang dapat mebantu mereka dalam menjalani hidup sehat dan produktif. Kecakapan hidup dapat diarahkan tindakan pribadi atau tindakan terhadap orang lain serta tindakan untuk mengubah lingkungan sekitarnya agar kondusif.

Kecakapan hidup juga meliputi penetapan tujuan, tahu diri, harga diri, ketegasan, komunikasi, pemecahan masalah, keterampilan negosiasi, menolak tekanan teman sebaya, berpikir kritis, manajemen waktu, dan manajemen diri. yang nantinya akan berperan penting sebagai modal untuk menjalani kehidupan di lingkungan masyarakat.

Makna kecakapan hidup lebih luas daripada keterampilan untuk bekerja. Setiap individu sangat memerlukan kecakapan hidup yang dapat digunakan untuk menghadapi berbagai tantangan atau masalah yang perlu dipecahkan. Pendidikan kecakapan hidup ditujukan untuk

16

mengembangkan kemampuan, bakat, dan pembentukan karakter. Keberhasilan program pendidikan kecakapan hidup sangat ditentukan oleh pengelolaan yang tepat baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi atau tindak lanjut.

Pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan yang selalu diperlukan oleh seseorang dimanapun berada baik bekerja atau tidak bekerja. Dalam memecahkan problema kehidupan tersebut diperlukan berbagai pengetahuan, pengalaman, dan informasi, tetapi semua itu harus diintegrasikan secara menyeluruh, sehingga dapat digunakan untuk memahami problema yang ada, mencari cara penyelesaian masalah dengan baik, dan kemudian melaksanakan cara tersebut dengan sebijak mungkin. Pendidikan kecakapan hidup ini semakin

menyempurnakan pendidikan di Indonesia yakni mampu

mengembangkan potensi masyarakat demi perannya sebagai pribadi yang mandiri, sebagai anggota lingkungan masyarakat dan warga Negara.

Barrie Hopson dan Scally dalam (Anwar, 2006) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik secara individu, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Brolin dalam (Anwar, 2006) mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi dari

berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Pengertian kecakapan hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu (vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen, 2002).

Ciri pembelajaran kecakapan hidup (Depdiknas, 2003) adalah :

1) Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar 2) Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama 3) Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk

mengembangkan diri, belajar usaha mandiri, usaha bersama

4) Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manajerial, kewirausahaan 5) Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan

pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu 6) Terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli

7) Terjadi proses penilaian kompetisi, dan

8) Terjadi pendampingan tekhnis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama.

18

Apabila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu life skills dalam lingkup pendidikan nonformal ditujukan pada penguasaan vocational skills yang intinya terletak pada penguasaan specific occupational job. Apabila dipahami dengan baik maka dapat dikatakan bahwa life skills dalam konteks kepemilikan specific occupational skills sesungguhnya diperlukan oleh setiap orang. Ini berarti bahwa program life skills dalam pemaknaan program pendidikan non formal diharapkan dapat menolong mereka untuk memiliki harga diri dan kepercayaan diri mencari nafkah dalam konteks peluang yang ada dilingkunganya.

Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praksis dapat membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang di dalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan. Pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui kegiatan intra/ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu pada sejumlah mata pelajaran yang ada. Penentuan isi dan bahan pelajaran kecakapan hidup dikaitkan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan

agar peserta didik mengenal dan memiliki bekal dalam menjalankan kehidupan dikemudian hari. Isi dan bahan pelajaran tersebut menyatu dalam mata pelajaran yang terintegrasi sehingga secara struktur tidak berdiri sendiri.

b. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup

Pendidikan dan Pelatihan Kecakapan Hidup adalah kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan pendidikan dalam meningkatkan kecakapan/kompetensi psikososial seseorang untuk mengatasi berbagai tuntutan dan tantangan hidup sehari-hari. Pendidikan Kecakapan Hidup mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap peningkatan perkembangan individu dan sosial, perlindungan terhadap hak azasi manusia, dan pencegahan terhadap masalah-masalah kesehatan sosial karena konsep dasar kecakapan hidup, meliputi: (1) demokratisasi (2) tanggung Jawab (3). perlindungan

Menurut Anwar (2004: 43) tujuan pendidikan kecakapan hidup adalah :

“(1) mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi, (2) memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas, dan (3) mengoptimalkan manfaat sumber daya dilingkungan sekolah dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, seusai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. Life skills dilaksanakan untuk masyarakat yang memerlukan pelayanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan untuk melengkapi pendidikan non formal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan warga belajar khususnya dan masyarakat umum.”

20

Lebih lanjut menurut Ditjen Diklusepa (2003: 8) pendidikan kecakapan hidup (life skills) memiliki tujuan, yaitu:

“pendidikan (life skills) yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan luar sekolah bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap warga belajar di bidang pekerjaan usaha tertentu sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga mereka memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau berusaha mandiri yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.” Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup (life skills) adalah pendidikan yang mengarahkan peserta didik untuk menghadapi tantangan dunia kerja, membuka peluang usaha, mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan selama proses pembelajaran.

c. Ciri Pembelajaran Kecakapan Hidup

Pembelajaran pendidikan kecakapan hidup (life skills) haruslah membawa peserta didik berani menghadapi permasalahan hidup, peserta didik juga dituntut dapat bekerja sama dan secara aktif mencari dan menemukan pemecahan untuk mengatasi permasalahan. Menurut Depdiknas 2003 dalam buku Anwar (2004:21) ciri pembelajaran kecakapan hidup adalah :

1) Terjadinya proses identifikasi kebutuhan belajar 2) Terjadinya proses penyadaran untuk belajar bersama

3) Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri,belajar,usaha mandiri,usaha bersama

4) Terjadi proses penguasaan kecakapan personal,vokasional, akademik,manajerial,kewirausahaan

5) Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar,menghasilkan produk bermutu

6) Terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli 7) Terjadi proses penilaian kompetensi

8) Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri pembelajaran kecakapan hidup haruslah dapat memberikan pengetahuan yang baik, memberikan kemampuan keterampilan supaya peserta didik dapat cakap. Dalam proses pembelajaran peserta didik juga diajak untuk berbagi pengalaman dan bertukar pikiran dalam memikirkan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. d.Karakteristik Kecakapan Hidup

Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup hendaknya memperhatikan karakteristik atau ciri-cirinya agar tercapai tujuan yang diharapkan dan memenuhi kebutuhan yang diinginkan dan berkelanjutan dengan baik.

Ciri pembelajaran life skills menurut(Anwar, 2006; 21) adalah : (1) terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar,

(2) terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama,

(3) terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri,belajar, usaha mandiri, usaha bersama,

(4) terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manjerial, kewirausahaan,

(5) terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu, (6) terjadi proses interaksi saling belajar,

(7) terjadi proses penilaian kompetensi,

(8) terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama.

Program pendidikan kecakapan hidup yang terjadi melalui berbagai proses dan saling terkait dapat dilaksanakan dalam pendidikan baik formal maupun informal, seharusnya wajib dan penting untuk

22

dilaksanakan dan dikembangkan demi mendukung pencapaian kehidupan yang jauh lebih baik dan bermakna. Melalui pendidikan kecakapan hidup masing-masing individu dapat menyadari dan membantu terciptanya pola pikir yang dinamis (Anwar, 2006 : 55).

e. Konsep Kecakapan Hidup

Konsep kecakapan hidup terdiri dari Generic Life Skills dan Specific Life Skills. Generic life skills termasuk dalam soft skill yakni keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (Inter-Personal Skill) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (Intra-Personal Skill) yang mampu mengembangkan untuk kerja secara maksimal, meliputi kecakapan personal seperti pengambilan keputusan yang menentukan seseorang dapat maju, berkembang dan kecakapan sosial seperti bekerjasama dan melakukajn kemitraan dengan baik, komunikasi secara baik sehingga terjalin solidaritas. Sedangkan untuk Specific Life Skill yang merupakan penguasaan ilmu pengetahuan tekhnologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya atau disebut Hard skill terdiri dari kecakapan akademik dan kecakapan vokasional.

Kecakapan akademik yang seringkali juga disebut kemampuan berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berfikir rasional masih bersifat umum, kecakapan akademik sudah mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademik/keilmuan. Kecakapan akademik mencakup antara lain kecakapan melakukan identifikasi

variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu (identifying variables and describing relationshipamong them), merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian (constructing hypotheses) serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan gagasan atau keingintahuan.

Kecakapan yang lebih khusus yakni dapat dikatakan kecakapan vokasional “Kecakapan vokasional seringkali disebut dengan kecakapan “kejuruan” artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat” (Anwar, 2006: 31).

“Antara generic life skill dengan specific life skill yaitu antara kecakapan mengenal diri, kecakapan berfikir rasional, kecakapan sosial dan kecakapan akademik serta kecakapan vokasional tidak berfungsi secara terpisah-pisah atau tidak terpisah secara ekslusif. Hal yang terjadi adalah peleburan kecakapan-kecakapan tersebut, sehingga menyatu menjadi sebuah tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental, emosional, dan intelektual” (Anwar, 2006: 31).

Pendidikan berorientasi kecakapan hidup bagi seorang individu sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat maupun sebagai warga negara.

1) Kecakapan Personal

Kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk memiliki kesadaran atas eksistensi dirinya dan kesadaran akan potensi dirinya. Kesadaran akan eksistensi diri merupakan kesadaran atas keberadaan diri. Kesadaran atas keberadaan diri dapat dilihat dari beberapa sisi.

24

Misalnya kesadaran diri sebagai makhluk Allah, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk hidup, dan sebagainya. Kesadaran akan potensi diri adalah kesadaran yang dimiliki seseorang atas kemampuan dirinya. Dengan kesadaran atas kemampuan diri itu seseorang akan tahu kelebihan dan kekurangannya, kekuatan dan kelamahannya. Dengan kesadaran eksistensi diri dan potensi diri, seseorang akan dapat menempuh kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan dan mampu memecahkan masalah hidup dan kehidupannya. Kecakapan personal (Personal Skill) terdiri dari:

a) Kecakapan Mengenal Diri (Self-Awarness Skill)

Kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, bagian dari lingkungan, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus meningkatkan diri agar bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Walaupun mengenal diri lebih merupakan sikap, namun diperlukan kecakapan untuk mewujudkannya dalam perilaku keseharian. Mengenal diri akan mendorong seseorang untuk beribadah sesuai agamanya, berlaku jujur, bekerja keras, disiplin, terpercaya, toleran terhadap sesama, suka menolong serta memelihara lingkungan. Sikap-sikap tersebut tidak hanya dapat dikembangkan melalui pelajaran agama dan kewarganegaraan, tetapi melalui pelajaran kimia sikap jujur (contoh:

tidak memalsukan data hasil praktikum) dan disiplin (contoh : tepat waktu, taat aturan yang disepakati, dan tata tertib laboratorium) tetap dapat dikembangkan.

b) Kecakapan Berpikir (Thinking Skill)

Kecakapan berpikir merupakan kecakapan menggunakan pikiran atau rasio secara optimal. Kecakapan berpikir meliputi :

1. Kecakapan Menggali dan Menemukan Informasi (Information Searching). Kecakapan menggali dan menemukan informasi memerlukan keterampilan dasar seperti membaca, menghitung, dan melakukan observasi. Dalam ilmu kimia, observasi melalui pengamatan sangat penting dan sering dilakukan.

2. Kecakapan Mengolah Informasi (Information Processing)

Informasi yang telah dikumpulkan harus diolah agar lebih bermakna. Mengolah informasi artinya memproses informasi tersebut menjadi suatu kesimpulan. Untuk memiliki kecakapan mengolah informasi ini diperlukan kemampuan membandingkan, membuat perhitungan tertentu, membuat analogi sampai membuat analisis sesuai informasi yang diperoleh.

3. Kecakapan Mengambil Keputusan (Decision Making)

Setelah informasi diolah menjadi suatu kesimpulan, tahap berikutnya adalah pengambilan keputusan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang selalu dituntut untuk membuat keputusan betapun kecilnya keputusan tersebut. Karena itu siswa perlu belajar

26

mengambil keputusan dan menangani resiko dari pengambilan keputusan tersebut.

4. Kecakapan Memecahkan Masalah (Creative Problem Solving Skill) Pemecahan masalah yang baik tentu berdasarkan informasi yang cukup dan telah diolah. Siswa perlu belajar memecahkan masalah sesuai dengan tingkat berpikirnya sejak dini. Selanjutnya untuk memecahkan masalah ini dituntut kemampuan berpikir rasional, berpikir kreatif, berpikir alternatif, berpikir sistem dan sebagainya. Karena itu pola-pola berpikir tersebut perlu dikembangkan di sekolah, dan selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk pemecahan masalah

2) Kecakapan Sosial

Kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Remaja dengan kecakapan sosial akan mampu mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan interpersonal, tanpa harus melukai orang lain. Kecakapan sosial membawa orang untuk lebih berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi dan sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, sehingga mereka tidak mencari pelarian ke hal-hal lain yang justru dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Mu’tadin (2006) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki kecakapan sosial (social skills) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Kecakapan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek sosial dengan maksimal.

Ahmadi (2004: 100) menyebutkan bahwa kecakapan sosial adalah kemampuan untuk memperoleh timbal balik antara individu ke individu atau golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Kecakapan sosial secara umum meliputi kemampuan bekerja sama dengan orang lain, dalam proses pembelajaran yang ditekankan adalah bekerja sama dalam kelompok belajar. Kecakapan sosial juga meliputi kemampuan untuk bertanya, kemampuan menyampaikan pendapat, dan kemampuan menjadi pendengar yang baik. Selain itu mengenai pengertian peran orang tua juga diungkapkan oleh Ahmadi (2004: 163) yaitu fungsi atau tingkah

28

laku yang diharapkan oleh anak dari orang tua. Peran orang tua dalam proses belajar siswa adalah memperhatikan kemajuan pendidikan anak dan memberikan bimbingan belajar. Bimbingan belajar yang diberikan bukan hanya dengan menyerahkan pada lembaga bimbingan belajar atau guru les, tetapi juga terlibat dalam kegiatan belajar. Orang tua juga perlu menciptakan kondisi belajar yang baik, memberikan fasilitas belajar, serta memberikan dorongan untuk belajar.

Kecakapan sosial disebut juga kecakapan antar-personal ( inter-personal skill), yang terdiri atas :

a. Kecakapan Berkomunikasi

Yang dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi komunikasi dengan empati. Menurut Depdiknas (2002) : empati, sikap penuh pengertian, dan seni komunikasi dua arah perlu dikembangkan dalam keterampilan berkomunikasi agar isi pesannya sampai dan disertai kesan baik yang dapat menumbuhkan hubungan harmonis. Berkomunikasi dapat melalui lisan atau tulisan. Untuk komunikasi lisan, kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan secara lisan perlu dikembangkan. Berkomunikasi lisan dengan empati berarti kecakapan memilih kata dan kalimat yang mudah dimengerti oleh lawan bicara. Kecakapan ini sangat penting dan perlu ditumbuhkan dalam pendidikan. Berkomunikasi melalui tulisan juga merupakan hal yang sangat penting dan sudah menjadi kebutuhan hidup. Kecakapan menuangkan gagasan melalui tulisan yang mudah

dipahami orang lain, merupakan salah satu contoh dari kecakapan berkomunikasi tulisan

b. Kecakapan Bekerjasama (Collaboration Skill)

Sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu memerlukan dan bekerjasama dengan manusia lain. Kecakapan bekerjasama bukan sekedar “bekerja bersama” tetapi kerjasama yang disertai dengan saling pengertian, saling menghargai, dan saling membantu. Kecakapan ini dapat dikembangkan dalam semua mata pelajaran, misalnya mengerjakan tugas kelompok, karyawisata, maupun bentuk kegiatan lainnya

Dokumen terkait