• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS TERBUKA

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis

Pada bab ini dikemukakan tentang tinjauan pustaka yang akan menguraikan pengertian dan teori-teori yang mendasari penulisan tesis yang mendukung kepada pemecahan permasalahan yang diangkat. Dengan adanya pengertian tiap variabel dan landasan kerangka teori ini, dapat lebih mempertajam dan menghasilkan kebenaran serta kehandalan hipotesis penelitian yang dikemukakan.

B. Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Kompetensi berasal dari kata “competerre” (invinitive,latin) yang berarti mampu, mengungguli, menyesuaikan. Sedangkan dalam bahasa Inggris menjadi “competence” (noun) yang berarti keunggulan, kecakapan, kemampuan. Relevansi pengertian kata ini dalam pembahasannya adalah kata proficiency yang memiliki arti kurang lebih hampir sama, yakni kemampuan, suatu kemampuan berderajat tinggi. Dari pengertian kata kerja “competeree” menjadi kata benda competentin” mengandung arti kesesuaian atau kemampuan. Sedangkan penyerapannya ke dalam bahasa Indonesia diartikan hampir tidak mengalami bias pengertian asalnya, dan sering merefleksikan kemampuan seseorang pada bidang-bidang tertentu atau keterampilan tertentu, seperti komunikasi verbal, keterampilan presentasi, pengetahuan teknis, pengendalian stres, kemampuan perencanaan serta

keterapilan pengambilan keputusan. Jadi kompetensi dalam konteks seorang guru berarti kemampuan yang mencakup tiga hal seperti yang dikemukakan oleh Dreher yakni: kompetensi kognitif, kompetensi afektif, dan kompetensi psikomotorik.(Dreher, 2001:57) Ketiga kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan yang harus dijalankan secara seimbang oleh seorang guru di dalam menjalankan tugasnya mengelola sekolah.

Bergerhenegouwen (2000:26) mengemukakan bahwa kompetensi merupakan suatu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki seseorang dan telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Pendapat ini menekankan pengertian kompetensi terhadap pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dicapai oleh seseorang terkait dengan tugas atau kewajiban yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan. Pengetahuan akan dapat diperoleh apabila sesorang senantiasa mau untuk belajar, mencari ilmu, dan senantiasa berkemauan ingin mengetahui segala sesuatu yang belum diketahuinya, faktor pengetahuan terkait erat dengan perilaku kognitif seseorang. Keterampilan akan didapat apabila seseorang mau, mampu, dan senantiasa melakukan latihan atau berlatih sesuai dengan keterampilan yang dia inginkan, keterampilan terkait dengan perilaku psikomotorik seseorang. Kemampuan atau kapabilitas seseorang biasanya terkait dengan perilaku afektif individu yang bersangkutan, kemampuan didapat dari gabungan berfikir dan berlatih.

Setiap organisasi, private atau public perlu membangun sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki secara profesional dan memiliki kompetensi yang tinggi. SDM yang berkompetensi tinggi akan menjadi pusat keunggulan organisasi sekaligus sebagai pendukung daya saing organisasi dalam memasuki era globalisasi dan menghadapi lingkungan usaha serta kondisi sosial masyarakat yang mengalami perubahan begitu cepat.

Peran SDM dalam organisasi mempunyai arti yang sama pentingnya dengan pekerjaan itu sendiri, sehingga interaksi antara organisasi dan SDM menjadi fokus perhatian para manajer. Oleh sebab itu, nilai-nilai (values) baru yang sesuai dengan tuntutan lingkungan organisasi perlu diperkenalkan dan disosialisasikan kepada semua individu di dalam organisasi.

Organisasi di masa depan akan dibentuk di sekeliling manusia. Maka lebih sedikit penekanan pada tugas-tugas sebagai satuan untuk membangun organisasi. Hal ini berarti akan dipusatkan pada kompetensi manusia. Jika manusia digunakan sebagai pembangun organisasi, maka apa yang mereka bawa ke pekerjaan yaitu kompetensi menjadi sangat penting.

Upaya memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari peluang yang diberikan oleh jenis-jenis organisasi baru, diperlukan bentuk manajemen sumber daya manusia yang lebih terpadu, yang didasarkan pada pengertian yang jelas mengenai kompetensi yang diperlukan agar peran manajemen yang demikian memerlukan gambaran yang lebih tajam tentang kekuatan dan kelemahan yang sesungguhnya dari orang-orang dibanding dengan latar

belakang pengertian-pengertian ini.

Spencer and Spencer dalam Surya Dharma (2005: 109) mengemukakan kompetensi yaitu : (An underlying characteristic’s of an

individual which is causally related to criterion referenced effective and or superior performance in a job or situantion). Artinya kurang lebih sebagai

karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektivitas kerja individu dalam pekerjaannya.

Menurut Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negeri Nomor: 46A Tahun 2003. (2004:47) tentang pengertian Kompetensi adalah: “kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya profesional, efektif dan efisien”.

Berdasarkan definisi tersebut bahwa kata “underying characteristic” mengandung makna kompetensi adalah bagian kepribadian yang mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Sedangkan kata “causally related” berarti kompetensi adalah sesuatu yang menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja. Sedangkan kata “criterion-referenced” mengandung makna bahwa kompetensi sebenarnya mem-prediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang baik, diukur dari kriteria atau standar yang digunakan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi yaitu sifat dasar yang dimiliki atau bagian keperibadian yang mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan sebagai dorongan untuk mempunyai prestasi dan keinginan berusaha agar melaksanakan tugas dengan efektif.

Ketidak sesuaian dalam kompetensi-kompetensi inilah yang membedakan seorang pelaku unggul dari pelaku yang berprestasi terbatas. Kompetensi terbatas dan kompetensi intimewa untuk suatu pekerjaan tertentu merupakan pola atau pedoman dalam pemilihan karyawan (personal

selection), perencanaan pengalihan tugas (succession planning), penilaian

kerja (performance apprsial) dan pengembangan (development).

Sedangkan menurut M. Lyle Spencer and M. Signe Spencer, Mitrani et, al yang dikutip oleh Syaiful F. Prihadi (2004: 92-94) terdapat 5 (lima) karakteristik kompetensi, yaitu :

1. “Motives”, adalah hal-hal yang seseorang dipikirkan atau diinginkan secara konsisten yang menimbulkan tindakan.

2. “Traits“, adalah karakteristik fisik dan respons-respons konsisten terhadap situasi atau informasi.

3. “Self – Concept”, adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. 4. ”Knowledge”, adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang

tertentu. Pengetahuan (knowledge) merupakan kopetensi yang kompleks.

5. ”Skill”, adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara pisik maupun mental.

Sedangkan Menurut (Spencer and Spencer ) yang dikutip oleh Surya Dharma (2003:111) : Self-concept (Konsep diri), trait (watak/sifat) dan motif kompetensi lebih tersembunyi (hidden), dalam (deepre) dan berbeda pada titik sentral keperibadian seseorang. Kompetensi pengetahuan (Knowledge

Competencies) dan keahlian (Skill Competencies) cenderung lebih nyata

(visible ) dan relatip berbeda di permukaan sebagai salah satu karakteristik yang dimiliki manusia.

Kompetensi dapat dihubungkan dengan kinerja dalam sebuah model alur sebab akibat yang menunjukan bahwa tujuan, perangai, konsep diri, dan kompetensi pengetahuan yang kemudian memprakirakan kinerja kompetensi mencakup niat, tindakan dan hasil akhir. Misalnya, motivasi untuk berprestasi, keinginan kuat untuk berbuat lebih baik dari pada ukuran baku yang berlaku dan untuk mencapai hasil yang maksimal, menunjukkan kemungkinan adanya perilaku kewiraswastaan, penentuan tujuan, bertanggung jawab atas hasil akhir dan pengambilan resiko yang diperhitungkan.

Selanjutnya pendidikan merupakan proses transmisi dan transformasi nilai-nilai budaya antar generasi sekaligus sebagai proses pengembangan potensi yang dilakukan secara terencana dan optimal untuk mengantarkan peserta didik menuju kematangan dan kedewasaan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Sebagai proses transmisi dan transformasi

nilai-nilai, pendidikan lebih berorientasi pada pemberian contoh dari generasi tua dan proses imitasi oleh generasi dibawahnya. Sedangkan pendidikan sebagai proses pengembangan potensi lebih menekankan pada aktivitas dan kreativitas anak dalam mengembangkan aspek kognisi, sikap, maupun keterampilannya dengan difasilitasi oleh guru. Keberhasilan kedua konsep pendidikan tadi akan sangat ditentukan oleh penyelenggaranya. Secara umum, penyelenggaraan pendidikan dapat dilakukan di dalam keluarga, di lingkungan masyarakat, maupun secara formal di sekolah.

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah melibatkan beberapa komponen sebagai instrumental input, seperti: kurikulum, sarana dan prasarana, staf administrasi, dan guru. Guru sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pendidikan pendidikan di sekolah harus memiliki kemampuan dalam mengkoordinasikan dan mengintegrasikan semua sumber daya, baik manusia, material, fasilitas, atau teknikal dalam kerangka penyelenggaraan pendidikan.

Burke (2009:4) menyatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Menurut Davis bahwa kompetensi adalah dorongan untuk mencapai keunggulan kerja, meningkatkan keterampilan memecahkan masalah, dan berusaha keras untuk inovatif.( Keith Davis, 2002:89)

Kompetensi merupakan bagian dari pola motivasi yang terbentuk dari lingkungan organisasi tempat dimana orang tersebut berada atau

bekerja. Pola motivasi merupakan sikap yang mempengaruhi cara pegawai memandang pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Davis bahwa setiap orang cenderung mengembangkan pola motivasi tertentu sebagai hasil dari lingkungan budaya tempat orang itu hidup. Pola ini merupakan sikap yang mempengaruhi cara orang-orang memandang pekerjaan dan menjalani kehidupan mereka.

Kompetensi adalah seperangkat kemampuan inteligen penuh tanggungjawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas dalam bidang pekerjaan tertentu, (Brian Fidler, 2002:32) sedangkan Manpower Services Commission (UK) dan National

Training Board (Australia) dikutip oleh Wolf menggambarkan kompetensi

sebagai kemampuan melaksanakan aktivitas di dalam pekerjaan. Sehingga Dengan kompeten berarti pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan standar yang diharapkan dari setiap pegawai yang melakukan pekerjaan.(Alison Wolf, 1995:31). Spencer mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik kemampuan pokok yang mendasari individu yang secara kausal dihubungkan dengan efektifitas kriteria standar dan atau kinerja dalam pekerjaan atau situasi (M. Spencer, 1993:9). Flippo (2000:52) mengemukakan bahwa kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Sejalan dengan dengan itu, Gordon (1988) dalam Mulyasa (2002:38) mengemukakan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut: pengetahuan (knowledge), pemahaman

(understanding), kemampuan (skill), nilai (value), sikap (attitude), dan minat

(interest). Dengan demikian kompetensi dikembangkan untuk memberikan dasar keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidak menentuan, ketidak pastian, dan kerumitan dalam kehidupan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat dirumuskan bahwa kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas terbaiknya pada pekerjaan dan peran yang diberikan di tempat kerja yang mencakup keterampilan yang didukung dengan pengetahuan dan sikap sesuai dengan status yang dipersyaratkan.

Keberhasilan pelaksanaan pendidikan di sekolah, sangat tergantung pada kompetensi guru dalam menjalankan tugas-tugasnya. Bacal

menyarankan bahwa untuk melaksanakan tugas-tugasnya itu dengan baik

dituntut memiliki kompetensi. (Bacal Robert, 2005:98). Kompetensi minimal seorang guru adalah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang keadministrasian sekolah; keterampilan hubungan manusiawi dengan staf, siswa, dan masyarakat; keterampilan teknis instruksional dan non instruksional.

Pengertian guru seperti yang telah dikemukakan oleh Salim (2001: 92) adalah orang yang pekerjaanya mendidik, mengajar, dan mengasihi,

sehingga seorang guru harus bersifat mendidik. Marimba (2006:37), menyatakan bahwa guru adalah orang yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik. Indrakusuma (2003: 98) menyatakan bahwa guru adalah pihak atau subyek yang melakukan pekerjaan mendidik.

Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Th. 2005 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan guru adalah tenaga professional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.

Dari beberapa pengertian guru sebagaimana yang dikemukakan, diatas maka secara umum dapat diartikan bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotor.

Kompetensi guru yang berhubungan dengan kemampuan untuk mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat bisa diwujudkan melalui kemampuannya dalam hal: (a) memfasilitasi dan memberdayakan dewan sekolah/komite sekolah sebagai perwujudan pelibatan masyarakat terhadap pengembangan sekolah; (b) mencari dan mengelola dukungan dari masyarakat (dana, pemikiran, moral dan tenaga, dsb) bagi pengembangan sekolah; (c) menyusun rencana dan program pelibatan orangtua siswa dan masyarakat; (d) mempromosikan sekolah kepada masyarakat; (e) membina kerjasama dengan pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat; dan (f) membina hubungan yang harmonis dengan orangtua siswa.

Mengembangkan sebuah Sekolah Menengah Pertama yang bermutu tinggi yang akan menjadi landasan kuat bagi jenjang pendidikan berikutnya. Karena mempunyai peranan yang demikian penting, maka untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar salah satu di antaranya adalah dengan meningkatkan kompetensi antar sekolah.

Upaya peningkatan kompetensi tersebut bertujuan untuk meningkat kemampuan dan kompetensi dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tugas dan tanggungjawab, terutama dalam meningkatkan kemampuan sehingga secara operasional mampu berperan dalam kegiatan di sekolah.

Jadi jelaslah bahwa seorang pimpinan termasuk guru harus memiliki berbagai keterampilan karena ini merupakan kompetensi yang diperlukan dalam pembentukan pemahaman dan pembuatan keputusan organisasi serta mengorganisisr aktivitas anggota. Selain itu, iklim yang kondusif dapat dijadikan wahana memotivasi anggota organisasi berpartisipasi dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu, dengan kompetensi dapat membuat seluruh warga sekolah mengetahui kebijakan dan tujuan serta tugas-tugas dalam meningkatkan kinerja sekolah yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Dengan memahami dan adanya kesempatan untuk menyalurkan pendapat warga sekolah merasa dihargai sehingga di dalam diri warga sekolah akan muncul rasa memiliki. Dengan demikian dapat diharapkan dapat meningkatnya partisipasi dan kontribusi warga sekolah dalam mensukseskan program sekolah.

Mengingat lingkungan strategis sekolah senantiasa berubah, guru harus mampu mengelola sekolahnya agar mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut. Guru diharapkan mampu menjadi seorang agen pembaharu melalui perubahan manajemen secara strategis atau the agen of

change. Untuk itu diperlukan kompetensi seperti yang tercantum di dalam

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu:

1) Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; (e) kompetenisi secara profesional dalam konteks

global dengan tetap melestarikan nilai dan budayanasional.

2) Kompetensi kepribadian, yaitu merupakan kemampuan kepribadian: (a) mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f) berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara berkelanjutan.

3) Kompetensi profesional, yaitu merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:(a)konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;

(c)hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budayanasional.

(4)Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dani nformasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Dengan demikian secara hipotetik dapat dinyatakan adanya hubungan antara kompetensi para guru dengan prestasi belajar siswa sebagai perubahan yang dilakukan melalui penerapan manajemen strategis.

Dokumen terkait