• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS TERBUKA

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

C. Motivasi Kerja

Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa

diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi.Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat. Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.

Menurut Ivanevich, Szilagyi, Jr., dan Wallace, Jr., (1977: 49) motif adalah berbagai dorongan, gerak hati atau kehendak dari dalam menyebabkan seseorang bertindak dengan cara tertentu. Motif yang muncul dalam diri seseorang tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi ada yang melatarbelakanginya, yaitu keinginan untuk mendapatkan sesuatu, atau tujuan yang akan dicapai. Hal ini berarti motivasi dapat diartikan sebagai keinginan yang medorong seseorang untuk mencapai sesuatu.

Buck (1988: 5) mengatakan bahwa motivasi secara tradisional didefinisikan sebagai pengendali perilaku yang diaktifkan dan diarahkan kepada pencapaian tujuan. Menurut Sese (1981: 353), motivation simply

means that you what do the job. It is a desire to take action and accept challenge. It mean you are willing to work hard but that you enjoy it. An anthusiastic and eager worker has a positive outlook on the job. Motivasi

secara sederhana berarti sebagai suatu alat untuk melakukan peguruan. Hal itu berarti anda bersedia beguru keras tetapi anda menyenanginya. Pegawai yang bersemangat dan berani memiliki suatu pandangan positif terhaadap peguruannya. Dalam hal ini motivasi merupakan semangat dalam melakukan peguruan.

Menurut Ivanevich (2001: 583), motivation is the attitudes that

predispose a person to act in a specific goal-directed way. It is an internal state that directs a person’s behavior. Motivasi adalah sikap yang

berhubungan dengan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu dan cara yang terarah. Hal itu merupakan keadaan internal yang menuntun seseorang berperilaku. Pernyataan ini menunjukkan bahwa ketika seseorang bertindak pasti ada yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut.

Danim (2004: 96) mengatakan, work motivation is the expenditure of

effort toward the accomplishment of a goal considered worthwhile by the arganization. Motivasi guru adalah pengeluaran dari usaha untuk mencapai

sautu tujuan yang dipertimbangkan bernilai oleh organisasi. Hal ini berarti bahwa motivasi guru merupakan usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa motivasi guru, tentunya nilai yang diinginkan oleh organisasi tidak tercapai. Sedangkan istielah motivasi guru (work motivation) menurut Pinder (2000: 11) adalah serangkaian kekuatan energi yang diawali dengan baik dan melampaui apa yang dilakukan individu untuk memprakarsai guru yang dihubungkan dengan perilaku dan untuk menentukan arah, semangat atau jangka waktu. Atau lebih sederhana lagi dijelaskan oleh George (2003: 53)

bahwa motivasi guru dapat didefinisikan sebagai kekuatan psikologis dengan seseorang yang menunjukkan arah perilaku dalam organisasi.

Dorongan atau motif yang membuat orang bersemangat adalah harapan pemenuhan kebutuhan. Menurut Maslow sesuai dengan yang dikutip oleh Siagian (2005: 386), kebutuhan seseorang dalam hidupnya dibagi dalam 5 tingkatan. Pertama kebutuhan fisik seperti amakanan, air, tidur, dan sex. Pemenuhan kebutuhan ini memungkinkan seseorang dapat bertahan hidup. Kedua, kebutuhan keamanan yaitu berkaitan dengan keamanan, bebas dari ancaman, dan dari musuh. Ketiga, kebutuhan dikasihi, disayangi, dan rasa ingin memiliki orang lain. Keempat, penghargaan terhadap diri, yaitu diterima dan menerima orang lain. Kelima, kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan tertinggi seseorang yaitu keinginan menjadi yang terbaik.

Menurut Bedeain dan Glueck (1983: 134), motivasi diartikan sebagai kesediaan untuk melakukan sesuatu, yang menunjuk kepada perilaku yang diarahkan kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Dalam hal ini, motivasi dibedakan dalam tiga karakteristik yaitu sebagai hasil dari suatu kebutuhan yang dirasakan, tujuan yang diarahkan, menjaga perilaku agar tetap menghasilkan kemajuan. Hal ini berarti bahwa motivasi seseorang muncul oleh karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhi, tujuan yang harus dicapai, dan usaha untuk mempertahankan kemajuan. Artinya, dengan adanya motivasi seseorang tetap beraktivitas, beguru dan beguru.

Interaksi individu dengan organisasi akan memperlancar motivasi guru. Interaksi ini melalui peran yang dilakukan individu dalam organisasi. Pelaksanaan motivasi guru dapat digolongkan ke dalam ke dalam tiga tingkat. Tingkat pertama, organisasi perlu mengerti apa kebutuhan karyawan, bagaimana tanggapan mereka terhadap tujuan organisasi dan apa harapan mereka mengenai ganjaran untuk peguruan yang baik. Tingkat kedua, motivasi itu keterikatan antara karyawan dengan organisasi dan perubahan pola kebutuhan sebagai akibat peguruan mereka dalam organisasi. Oleh karena itu organisasi diarahkan organisasi diarahkan untuk memperkuat keterikatan para karyawan. Tingkat ketiga, adalah kepuasan para karyawan dengan melaksanakan peguruan dalam organisasi.

Pemimpin harus mengerti dan memahami mengenai teori-teori mengenai motivasi guru bagi pemimpin sebagai berikut: (1) manajer harus secara aktif dan dengan sengaja memotivasi bawahannya, (2) pimpinan harus memahami kekuatan dan kelemahannya sendiri sebelum berupaya mengubah perilaku orang lain, (3) pimpinan harus menyadari bahwa karyawan mempunyai motif dan kemampuan yang berbeda-beda, (4) imbalan harus dikaitkan dengan prestasi, bukan dengan pertimbangan lainnya, (5) peguruan harus dirancang untuk memberikan tantangan dan variasi, bawahan harus secara jelas memahami apa yang diharapkan dari dirinya, (6) pemimpin harus mampu membantu perkembangan suatu kultur organisasi yang berorientasi pada prestasi, (7) pimpinan harus dekat dengan karyawan dan menyelesaikan masalah yang timbul, (8) guru sama aktif karyawan harus

diusahakan untuk memperbaiki keluaran organisasi, bagaimanapun karyawan juga merupakan pihak berkepentingan dalam organisasi.

Menurut Munandar, S.C. Utami (2001:34) menjelaskan bahwa motivasi guru adalah ”Besar kecilnya usaha yang diberikan seseorang untuk melaksanakan tugas-tugas peguruannya. Jika memotivasi guru rendah, sulit diharapkan produktivitas guru yang tinggi. Faktor-faktor yang memhubungi motivasi guru seseorang peguru ialah atasan, rekan, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan perusahaan, imbalan jasa uang dan non uang, jenis peguruan dan tantangan.

Sebagai seorang guru kebutuhan mereka dalam menjalankan tugas sejalan dengan teori Maslow. Tingkat kebutuhan mereka didasarkan pada pemenuhan aspek fisik dan harapan hidup. Sebagai seorang guru tentunya tidak berharap menjadi guru, sekalipun ia berkesempatan mengikuti jenjang karir yang baik. Namun sebagai seorang bawahan yang prtofesional bahkan berkesempatan memiliki jabatan yang lebih tinggi, konsep kebutuhan mereka tidak lebih jauh dari hirarki kebutuhan Maslow. Menurut Certo (1997: 378-393), orang yang termotivasi adalah orang yang memiliki kinerja yang baik, memberikan pelayanan guru yang baik, memiliki moral guru yang baik (jarang berinisiatif, menghindari situasi yang rumit, dan dengan kuat menahan inovasi), kualitas guru baik, dan kehadiran yang tinggi. Menurut Handoko (2001:56) mengatakan bahwa seseorang yang termotivasi beguru akan lebih memilki komitmen, lebih produktif, beguru lebih giat, lebih riang dalam beguru. Sedangkan menurut Luthans (2005: 144), seseorang yang memiliki

keinginan untuk berprestaasi adalah orang beguru lebih baik dari orang lain, menyelesaikan peguruan yang sulit, memecahkan masalah yang rumit, menyelesaikan peguruan dengan sukses, dan mengembangkan cara guru dalam melakukan sesuatu.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memilki motivasi guru adalah orang yang terdorong untuk bekerja dan yang ingin berprestasi. Seseorang yang memiliki dorongan guru yang tinggi diindikasikan oleh adanaya kesediaan menerima dan menuntaskan tugas, memilki moral guru yang baik, menghasilkan peguruan yang berkualitas, kehadiran yang tinggi, berkomitmen terhadap tugas, produktif dan bersemangat. Seseorang memiliki keinginan untuk berprestasi diiindikasikan oleh usaha yang kuat untuk beguru lebih baik dari orang lain, penyelesaian peguruan yang sulit, pemecahan masalah yang rumit, penuntasan peguruan dengan sukses, dan pengembangan cara guru dalam melakukan peguruan.

Sesuai dengan analisis konsep motivasi yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa indicator dari motivasi adalah dorongan dan keinginan yang dimilki seseorang untuk menjalankan tugas. Dorongan guru mencakup kesediaan menerima dan menuntaskan tugas, memiliki moral guru yang baik, menghasilkan prestasi yang berkualitas, kehadiran yang tinggi, berkomitmen terhadap tugas, produktif dan bersemangat. Keinginan untuk

berprestasi mencakup usaha yang lebih baik dari orang lain, penyelesaian tugas yang sulit, dan penuntasan pekerjaan dengan sukses.

Dokumen terkait