• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Teori

Dalam dokumen DAFTAR ISI (Halaman 31-52)

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Kajian Teori

1. Pengertian Makelar

Makelar adalah perantara yang atas nama orang lain (pemberi kuasa) mencarikan barang bagi pembeli dan atau menjual barang. Makelar mengadakan perjanjian-perjanjian atas nama mereka dalam penjualan atau pembelian suatu barang. Makelar tidak ikut bertanggung jawab atas penyerahan barang dan pembayarannya. Tugasnya hanya memungkinkan penjual dan pembeli mengadakan perjanjian jual beli sendiri. Balas jasa makelar disebut provisi atau kurtase. Makelar memperoleh kurtase dari pembeli, penjual atau keduanya.

19

Dijelaskan pula pengertian makelar oleh Hendi Suhendi: simsar yaitu seseorang yang menjualkan barang orang lain atas dasar bahwa seseorang itu akan diberi upah oleh yang punya barang sesuai dengan usahanya.13

Masalah samsarah menurut pandangan ahli hukum Islam tidak bertentangan dengan syariat hukum Islam. Imam Al Bukhari mengemukakan bahwa Ibnu Sir in, Atha’, Ibrahim, dan Al Hasan memandang masalah perantara tidak ada apa-apa atau tidak bertentangan dengan syariat Islam. Menurut Ibnu Abbas tidak mengapa seseorang berkata, “Juallah ini bagiku seharga sekian, jika lebih selebihnya untukmu”.14

Pengertian samsarah (Pedagang perantara) adalah Pengantar perdagangan (orang yang menjualkan barang atau mencarikan pembeli, atau perantara antara penjual dan pembeli untuk memudahkan jual beli).

Makelar adalah sebutan bagi orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapatkan upah, baik untuk keperluan menjualkan atau membelikan dagangan.15 Kehadiran makelar ditengah-tengah masyarakat, terutama masyarakat modern sangat dibutuhkan untuk memudahkan dunia bisnis yaitu dalam perdagangan, pertanian, perkebunan maupun industri. Sebab tidak banyak orang yang pandai tawar menawar.16

13 Hendi suhendi, Fiqih muamalah,. 85.

14 Lubis Suhrawardi K. , Hukum Ekonomi Islam,(Jakarta:Sinar Grafika,2012),148.

15Dimyuddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, 246.

16 Skripsi Masroh idalailatul, Tinjauan Fiqh Muamalah terhadap Peranan Pedagang perantara Dalam Tata Niaga Tebu di Pagottan, (STAIN Ponorogo:2015), 37.

2. Macam-macam Pasal Yang Berhungan Dengan Makelar Ganda Dalam KUHD yaitu pasal :

a. Pasal 62 tentang makelar yaitu di tentukan bahwa makelar itu harus diangkat oleh presiden atau seorang pembesar yang ditunjuk oleh presiden untuk itu.17

b. Pasal 63 perbuatan – perbuatan para pedagang perantara yang tidak diangkat dengan cara demikian tidak mempunyai akibat yang lebih jauh dari pada apa yang ditimbulkan dari perjajian amanat.

c. Pasal 64 tentang pekerjaan makelar adalah melakukan penjualan dan pembelian bagi majikannya akan barang-barang dagangan dan lainnya, jadi makelar dirumuskan sebagai seorang pedagang antara, yang dalam melakukan pekerjaannya memperoleh izin dari pemerintah yang disumpah oleh pengadilan negeri yang tugasnya berupa menyelenggarakan perusahaan dengan jalan membuat transaksi bagi pihak pemberi kuasa dengan cara menjual, membeli barang, saham, wesel serta mengusahakan asuransi dengan menerima upah atau provisi.

d. Pasal 65 Pengangkatan makelar adalah umum, yaitu dalam segala bidang, atau dalam akta pengangkatan disebutkan bidang atau bidang-bidang apa saja pekerjaan makelar itu boleh dilakukan. Dalam bidang-bidang atau bidang-bidang dimana ia menjadi makelar, ia tidak diperbolehkan berdagang, baik sendiri maupun dengan perantara pihak lain, ataupun

17KUHD Kitab Undang-Undang Hukum Dagang & Undang-Undang R.I No 7 tahun 2014 Tentang perdagangan.

21

bersama-sama dengan pihak-pihak lain, ataupun secara berkongsi, ataupun menjadi penjamin perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan perantara mereka.

3. Macam – Macam Pedagang Perantara Dalam KUHD a. Agen

Agen perniagaan adalah setiap orang yang menjalankan perusahan sendiri dalam usaha menjualkan hasil perusahaan (insdustri) tertentu. Misalnya perusahaan sepatu Bata di Jakarta, menjual hasil perusahannya di seluruh daerah Indonesia melalui agennya.18

b. Makelar

Makelar adalah perantara perdagangan antara pembeli dan penjual atau orang yang menjualkan barang atau mencarikan pembeli.

Atau orang (Badan hukum) yang berjual beli sekuritas atau barang untuk orang lain atas dasar komisi.19

Sifat hubungan antara makelar dengan pengusaha adalah tidak tetap, hal ini telah dijelaskan dalam pasal 62 KUHD. Hubungan antara makelar dengan pengusaha adalah campuran yaitu sebagai perjanjian pelayanan berkala dan perjanjian pemberian kuasa.

(Purwosutjipto,1999:50)

Praktek makelar atau penerapan makelar wajib membuat pembukuan yang di tetapakan pada pasal 6 KUHD, UU No.8/1997 – Dokumen perusahaan) jadi seorang makelar harus membuat bukti

18Farida Hasyim,Hukum Dagang,(Jakarta:Sinar Grafika,2009)76.

19Ramlan, Hukum Dagang, ( Jakarta: Setara Press,2016)124.

transaksi atas penjualan yang sudah terjadi kepada pihak pembeli dan penjual.

c. Komisioner

Komisioner adalah seorang yang menyelenggarakan perusahaannya dengan melakukan perbuatan-perbuatan menutup persetujuan atas nama dia sendiri, tetapi atas amanat dan tanggungan orang lain dan dengan menerima upahan atau provisi tertentu.20

Adapun syarat-syarat yang perlu dipenuhi untuk menjadi komisioner adalah :

1) Cukup modal dan bonafide (mampu) 2) Berkedudukan yang tetap

3) Memiliki pengetahuan dalam lapangan perdagangan dan punya pengalaman yang cukup

4) Memiliki hubungan dagang yang luas 5) Supel dalam pergaulan dan lincah.21

Ciri-ciri khas komisioner menurut Purwo sutjipto adalah:

1) Tidak ada syarat pengangkatan resmi dan penyumpahan sebagai halnya makelar.

2) Komisioner menghubungkan komiten dengan pihak ketiga atas namanya sendiri.22

20Ibid,.133.

21Farida Hasyim,Hukum Dagang,(Jakarta:Sinar Grafika,2009)83.

22Purwo Sutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Djambatan,1999)54.

23

3) Adanya hak menahan yang diberikan kepada komisioner, diatur dalam pasal 85 KUHD hak menahan ini sama dengan hak retensi dalam pasal 1812 KUH Perdata.

d. Kasir

Kasir sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal 74 KUHD adalah mereka yang dianggap menerima upah atau provisi dipercayakan untuk melakukan penyimpanan dan pembayaran utang, dalam praktek di Indonesia tidak jumpai. Disini dianggap bahwa antara kasir dengan kliennya itu diadakan persetujuan penitipan (Pasal 1694-1739 KUHD).

e. Musafir Dagang

Musafir Dagang adalah setiap orang yang bekerja pada seorang majikan.23 Yang menjadi perantara untuk mengadakan persetujuan antara majikan dengan orang-orang yang herus dikunjunginya dan mengadakan persetujuan atas nama dan untuk tanggungan majikan.

4. Syarat dan Rukun Jual Beli a. Jual Beli

Secara terminologi Fiqh jual beli disebut dengan al-ba’i yang berarti menjual, menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.Jual beli (ba’i) dalam Syariat adalah pertukaran harta dengan saling meridhai,

23Ibid,.85.

atau pemindahan kepemilikan dengan penukar dalam bentuk yang diijinkan.24

Jual Beli adalah jual beli menurut bahasa adalah tukar-menukar barang dengan uang, sedangkan secara istilah atau syar’i jual beli adalah suatu tindakan hukum yang dilakukan antara penjual dan pembeli, dimana pihak penjual memberikan barang dagangannya kepada pihak pembeli, dan pembeli menerimanya dengan membayar sejumlah uang sebagai imbalan atau ganti atas barang yang dibelinya secara suka sama suka dan saling rela.

Dan dasar Hukumnya boleh. Kebolehan ini dapat dilihat dalam beberapa ayat al-Qur’an pada surat al-Baqoroh ayat 275:











 ...

Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.25 Menurut madzhab Hanafiyah, Jual Beli adalah pertukaran harta (mal) dengan harta dengan menggunakan cara tertentu. Pertukaran harta dengan harta disini, diartikan harta yang memiliki manfaat serta terdapat kecenderungan manusia untuk menggunakannya, cara tertentu yang dimaksud adalah sighat atau ungkapan ijab dan qabul.26

Menurut Imam Nawawi dalam kitab Al Majmu’, Jual Beli adalah pertukaran harta dengan harta dengan maksud untuk memiliki.

24 Harisudin Noor, Fiqih Muamalah 1, (Surabaya:Penasalsabila,2014)23.

25M Noor Harisudin, Fiqih Muamalah, (Surabaya: CV Salsabila Putra Pratama, 2014), 24.

26Dimyauddin Djuwaini,Pengantar Fiqh Muamalah,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2008) 69.

25

Jadi bisa disimpulkan memang Jual Beli adalah Pertukaran Harta dengan harta dengan maksud untuk memiliki dan dimiliki.

Dari definisi yang dikemukakan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa jual beli itu dapat terjadi dengan cara :

1) Pertukaran harta antara dua pihak atas dasar saling rela, dan 2) Memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu

berupa alat tukar yang diakui sah dalam lalu lintas perdagangan.

Syarat dan rukun Jual beli :

a) Adanya pihak penjual dan pembeli b) Berakal

c) Transaksi terjadi atas kemauannya sendiri disini berarti mebuktikan tidak adanya unsur keterpaksaan

d) Keduanya tidak mubadzir

e) Baligh tentunya harus cukup umur.27

Adapun yang menjadi dasar suatu jual beli harus dilakukan atas dasar kehendak sendiri dapat dilihat dalam ketentuan:

















































Atinya: “Hai orang – orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesama mu dengan jalan Bathil, kecuali dengan perniagaan (Jual beli) yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu...” (QS. An-Nisa’(4): 29).28

27Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah , (Jakarta: PT RajaGrafindo,2007)100.

28Al-Qur’an,4:29

Pernyataan suka sama suka dalam ayat di atas menjadi dasar bahwa Jual beli haruslah merupakan kehendak bebas tanpa paksaan, kehendak sendiri yang bebas dari unsur tekanan, paksaan dan tipu daya.

5. Syarat Barang Yang Dijual Belikan :

a. Barang itu ada, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.

b. Dapat di manfaatkan dan bermanfaat bagi manusia.

c. Milik seseorang. Barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang tidak boleh dijual belikan, seperti memperjual belikan ikan dilaut atau emas dalam tanah, karena ikan dan emas itu belum dimiliki penjual.

d. Boleh diserahkan saat akad itu berlangsung, atau pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.29

Menurut madzhab Hanafiyah tidak dipersyaratkan adanya Baligh, anak kecil yang telah tamyiz dan berumur 7 tahun diperbolehkan melakukan akad dengan kondisi sebagai berikut :

a. Transaksi yang dapat memberikan manfaat murni, seperti berburu, mencari kayu bakar, mencari rumput, menerima hibah (pemberian), hadiah, sedekah dan wasiat: Semua jenis transaksi ini sah dilakukan anak kecil yang berakal tanpa adanya izin atau persetujuan dari wali, karena transaksi ini menimbulkan manfaat yang sempurna bagi anak tersebut.

29 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007),118.

27

b. Transaksi yang dapat menimbulkan ke madlaratan (bahaya) murni, seperti melakukan talaq, memberikan hadiah, sedekah, meminjamkan uang dan lainnya. Transaksi ini tidak sah dilakukan anak kecil, walaupun mendapatkan persetujuan dari wali, wali tidak boleh memberikan izin, karena terdapat bahaya di dalamnya.

c. Transaksi yang mengandung unsur manfaat dan bahaya, seperti jual beli, ijarah (sewa), dan lainnya. Transaksi ini boleh dilakukan oleh anak kecil yang tamyiz, dengan catatan mendapatkan persetujuan dari wali.30

Menurut Syafi’iyah membagi syarat-syarat yang berkaitan dengan ma’qud alaih kepada empat macam, yakni sebagai berikut.

a. Harta yang diperjualbelikan itu harus suci b. Harta yang diperjualbelikan itu tidak samar c. Harta yang diperjualbelikan dapat dimanfaatkan d. Harta yang diperjualbelikan itu bukan milik orang lain.

Menurut Malikiyah membagi syarat-syarat yang berkaitan dengan ma’qud alaih kepada lima macam, yakni sebagai berikut.

a. Harta yang diperjualbelikan itu harus suci. Maka tidak sah menjualbelikan khamr (arak), darah, bangkai, babi, dan berhala.

b. Harta yang diperjualbelikan itu dapat diambil manfaatya secara mutlak. Maka tidak sah menjual suatu yang tidak ada manfaatnya seperti nyamuk, ular, tikus dan yang seumpamanya.

30Dimyauddin Djuwaini,Pengantar Fiqh Muamalah,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2008) 75.

c. Harta yang diperjualbelikan diperbolehkan oleh agama.

d. Harta yang diperjualbelikan bisa diserahkan ketika terjadi akad.

e. Harta yang diperjualbelikan tidak samar

Menurut Hanabillah membagi syarat-syarat yang berkaitan dengan ma’qud alaih kepada tujuh macam, yakni sebagai berikut.

a. Sama-sama ridha baik penjual maupun pembeli

b. Aqidain (penjual dan pembeli) adalah termasuk orang yang diperbolehkan membelanjakan harta

c. Harta yang diperjualblikan diperbolehkan oleh agama

d. Harta yang dipperjualbelikan bisa diserahkan ketika terjadinya akad e. Harta yang diperjualbelikan itu tidak samar

f. Harganya sudah diketahui oleh kedua belah pihak.31 6. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli sebagai sarana tolong-menolong antara sesama manusia mempunyai landasan yang amat kuat dalam Islam.32

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:33 QS. Al-Baqarah ayat 275











 ...

Artinya:“...Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”QS. Al-Baqarah ayat 275

Allah berfiman:34 QS. Al-Baqarah ayat 198

















 ...

31Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2015), 19-20.

32 Ibid; 115-116.

33Departemen Agama Ri, Al-Qur’an Dan Terjemah (CV Penerbit J-ART: 2004).

34Departemen Agama Ri, Al-Qur’an Dan Terjemah, (2:198).

29

Artinya:“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu” QS. Al-Baqarah ayat 198

Allah berfirman: QS. An-nisa’ ayat 29.35

 ....















 ....

Artinya:“kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu” QS. An-nisa’ ayat 29

Dari penggalan ayat di atas jelas bahwa Allah telah menganjurkan untuk berbuat muamalat, yang setengah dari bentuk muamalat itu adalah jual beli. Jual beli itu sendiri menurut etimologi diartikan sebagai

“pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain)”. Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan hak milik dengan dengan ganti yang dapat dibenarkan.

Ayat diatas adalah dasar halalnya semua transaksi jual beli, kemudian ada ayat yang mentahsis bahwa adanya larangan didalam jual beli. Allah telah membedakan jual beli yang halal dan jual beli yang mengandung riba.

7. Pengertian Samsarah adalah kosakata bahasa persia yang telah diadopsi menjadi bahasa Arab yang berarti sebuah profesi dalam menengahi dua kepentingan atau pihak yang berbeda dengan kompensasi, baik berupa upah (Ujrah) atau bonus, komisi (ji’alah) dalam menyelesaikan suatu transaksi. Adapun Simsar adalah sebutan untuk orang lain sebagai penengah dengan kompensasi (upah atau bonus), baik untuk menjual maupun membeli.36

35Departemen Agama Ri, Al-Qur’an Dan Terjemah, (4:29).

36 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah(Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2005),179.

Makelar dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah perantara dalam perdagangan. Makelar berasal dari bahasa arab, yaitu samsarah yang berarti perantara perdagangan atau perantara antara penjual dan pembeli untuk memudahkan terlaksananya jual beli tersebut.

Makelar atau perantara dalam perdagangan, di zaman kita ini sangat penting artinya dibandingkan dengan masa-masa yang telah lalu, karena terikatnya perhubungan perdagangan antara importer dan produser, antara pedagang kolektif dan antara pedagang perorangan. Sehingga makelar dalam hal ini mempunyai peran yang sangat penting sekali.

8. Dasar Hukum Samsarah

Makelar merupakan perantara bagi manusia untuk melakukan sebuah transaksi , serta untuk mendapatkan sesuatu yang di butuhkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Makelar juga sangat menolong bagi sesama umat manusia. Hal ini Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya, dalam surat An-Nisa’ ayat 29 yang berbunyi

















































Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

31

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Qais bin Abi Ghurzah al-Kinani, yang menyatakan :

“Kami biasa menyebut diri kami dengan Samsarah, kemudian Rasulullah SAW menghampiri kami, dan menyebut kami dengan nama yang lebih baik dari pada sebutan kami. Beliau menyatakan: “Wahai para tujjar (bentuk plural dari tajir, pedagang), sesungguhnya jual-beli itu selalu dihinggapi kelalaian dan sesumpah, maka bersihkan dengan sedekah”.37 9. Rukun dan Syarat Samsarah

a. Al-Muta’aqidani (makelar dan pemilik harta) adalah orang yang melakukan jual beli meliputi makelar dan pembeli. Barang yang di akad disini maksudnya yang di jual yaitu Motor Bekas. Pelaku Ijab dan Qobul haruslah orang yang ahli akad baik mengenai apa saja. Anak kecil, orang gila, tidak di perbolehkan melakukan akad jual beli dan haruslah tidak ada paksaan.

Menurut Mazhab Hanafi, rukun jual beli hanya ijab dan qobul saja.menurutnya yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan antara kedua belah pihak untuk berjual beli. Namun, karena unsur kerelaan berhubungan dengan hati sering tidak kelihatan, maka diperlukan indikator yang menunjukan kerelaan tersebut dari kedua belah pihak. Indikator tersebut dalam bentuk perkataan ijab dan qabul

37 Imam Nasa’i, Sunan an-Nasa’i (Beirut : Dar Al-kutub, 1992), 3737.

atau dalam bentuk perbuatan, yaitu saling memberi (penyerahan barang dan penerimaan uang).38

b. Mahall al-ta’aqud (jenis transaksi yang dilakukan dan kompensasi) adalah maksudnya dua pihak yang berakad dan adanya uang dan barang yang akan dijual.

c. Al-shigat (Lafadz atau sesuatu yang menunjukan keridhoan atas transaksi pemakelaran) menurut madzhab Hanafiyah shigat yakni pernyataan ijab dan qabul yang mereflesikan keinginan masing-masing pihak untuk melakukan transaksi.39 Shigat dapat dilakukan dengan jelas , baik secara lisan, tulisan, dan atau perbuatan.40

10. Makelar adalah Samsarah/Simsar dan sebagainya dalam Fiqh Muamalah adalah termasuk ijarah, yaitu suatu transaksi memanfaatkan jasa orang dengan imbalan. Pada dasarnya,para ulama seperti Ibnu ‘Abbas, Imam Bukhari, Ibnu Sirin, ‘Atha, Ibrahim, memandang boleh jasa ini. (Fiqh As-Sunnah, III/159).

Landasan Syara mengenai ijarah adalah berdasarkan Al-Quran, As Sunnah dan ijma para ulama, dalam Kitab Al Quran, Allah berfirman :













































38M. Ali Hasan, Berbagai macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 118.

39Ibid,. 73.

40M. Fauzan, Kompilasi Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Media Grafika, 2009), 23.

33























Artinya: kemudian jika mereka menyusukan (anak – anak) mu untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya;... (surah Thalaq : 6) Dalam kitab As Sunnah berikanlah uapah pekerjaan sebelum keringatnya kering (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Umar)

Dalam ijma’ umat islam pada masa sahabat telah berijma bahwa ijarah dibolehkan sebab memabawa manfaat bagi manusia (Syafei,2004:124).

11. Syarat Sahnya Pekerjaan Makelar

a. Perjanjian jelas kedua belah pihak. Seperti yang di jelaskan pada (An-Nisa:29)

b. Objek akadnya bisa diketahui manfaatnya secara nyata dan dapat diserahkan.

c. Objek akadnya bukan hal-hal yang maksiat atau haram.41 Distributor dan perusahaan harus jujur, ikhlas, transparan, tidak menipu dan tidak menjalankan bisnis yang haram dan syubhat.

Syarat-syarat benda yang menjadi objek akad ialah sebagai berikut:

a. Suci atau mungkin untuk disucikan sehingga tidak sah penjualan benda-benda najis seperti anjing, babi, dan yang lainnya. Menurut

41Ibid,.102.

Syafi’iyah sebab keharaman arak, bangkai, anjing dan babi kerena najis, berhala bukan kerena najis, tetapi karena tidak ada manfaatnya.

b. Memberi manfaat menurut Syara’, maka dilarang jual beli benda-benda yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara’, seperti menjual babi, kala jengking, cicak dan lainnya.

c. Jangan ditaklilkan, yaitu dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal lain, seperti jika ayah ku pergi, ku jual ini padamu.

d. Tidak dibatasi waktunya, seperti perkataan kujual motor ini kepada Tuan selama 1 tahun, maka penjualan tersebut tidak sah sebab jual beli merupakan salah satu sebab pemelikan secara penuh yang tidak dibatasi apa pun.

e. Dapat diserahkan dengan cepat maupun lambat tidaklah sah menjual binatang yang sudah lari dan tidak dapat ditangkap lagi. Barang-barang yang sudah hilang atau barang yang sulit diperoleh kembali karena sama, seperti seekor ikan jatuh kekolam, tidak diketahui dengan pasti ikan tersebut sebab dalam kolam tesebut terdapat ikan-ikan yang sama.

f. Milik sendiri, tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak seijin pemiliknya atau barang-barang yang baru akan menjadi miliknya.

g. Diketahui (dilihat), barang yang diperjual belikan harus dapat diketahui banyaknya, beratnya, takarannya, atau ukuran-ukuran yang

35

lainnya, maka tidaklah sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.42

Jumlah upah atau imbalan jasa yang harus diberikan kepada makelar adalah menurut perjanjian, sesuai dengan firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad (perjanjian-perjanjian) itu.” (Al-maidah:1) dan juga hadits Nabi: “orang-orang Islam itu terikat dengan perjanjian-perjanjian mereka.” (HR. Ahmad, Abu Dud, Hakim dari Abu Hurairah).

12. Makelar atau Samsarah yang di bolehkan dengan persyaratan harus sesuai dengan didefinisikan ulama sebagaiberikut:

a. “Simsar adalah sebutan untuk orang yang bekerja untuk orang lain dengan kompensasi (upah atau bonus). Baik untuk menjual maupun membeli.43

b. “Jika (sesorang) menunjukan dalam transaksi jual-beli, dikatakan:

“saya telah menunjukan anda pada sesuatu”, jika anda menunjukkan kepadanya, yaitu jika seorang pembeli menunjukan kepadanya, maka orang itu adalah simsar (makelar) antara keduanya (pembeli dan penjual), dan juga disebut dalal.44

13. Hak dan kewajiban Samsarah

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dijelaskan mengenai hak dan kewajiban makelar, yang meliputi:

42Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002) 73.

43 Imam Sarakhsi, al-Mabsuth li as-Sarakhsi,jilid XV (Beirut : Dar Al-kutub, 1993), 116.

44 Ibid, 116.

a. Para makelar diwajibkan untuk segera mencatat setiap perbuatan yang dilakukan dalam buku-saku mereka, dan selanjutnya setiap hari memindahkannya kedalam buku-harian mereka, tanpa bidang-bidang kosong, garis-garis sela, atau catatan-catatan pinggir, dengan menyebut jelas nama-nama pihak-pihak yang bersangkutan, waktu perbuatan atau waktu penyerahan, sifatnya, jumlahnya dan harga barangnya, dan semua persyaratan perbuatan yang di lakukan.

b. Para makelar diwajibkan untuk memberikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan tiap waktu dan berisi segala sesuatu yang mereka catat berkenaan dengan perbuatan yang menyangkut pihak tersebut.

c. Menyelesaikan urusan yang telah mulai dikerjakannya pada waktu sipemberi kuasa meninggal.45

d. Si Kuasa berhak mendapatkan ganti rugi dan persekot-persekot yang telah di keluarkannya sewaktu menjalankan kuasanya meskipun urusannya tidak berhasil.

e. Berhak untuk menahan segala apa kepunyaan sipemberi kuasa yang berada di tangannya, sekian lamanya hingga kepadanya telah di bayar lunas apa yang dapat dituntutnya sebagai akibat pemberian kuasa.46 Melihat dari hak dan kewajiban makelar tersebut maka makelar disini hanya mempunyai wewenang untuk melakukan tugas atau amanah yang diberikan oleh pemberi kuasanyadan tidak bertanggung jawab

45 Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Jakarta : Pradnya Paramita, 2004),459.

46 Ibid,461.

37

atas apa yang terjadi diluar batas kuasa itu kecuali mengikatkan dirinya sendiri dengan orang yang melakukan perjanjian.

Penulisan ini didasarkan pada penelitian lapangan di Desa Demangan, maka penulis melakukan penelitian terhadap objeknya dan berinteraksi langsung dengan sumber data.47 Sehingga penulis dituntut untuk aktif terhadap masalah yang kemungkinan terjadi di lokasi penelitian. Langkah-langkah yang harus penulis lakukan di dalam penelitian ini, dan tujuan dari penelitian adalah guna mendapatkan data maka yang dilakukan penulis yakni:

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif.48 Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena peneliti akan melakukan pengamatan secara mendalam dari keterangan subyek penelitian terhadap praktek makelar jual beli motor bekas. Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah studi kasus yang dilakukan di desa Demangan, Kecamatan Sukorambi, kabupaten Jember.

Jenis penelitian yang digunakan penyusun ini adalah termasuk penelitian lapangan (field risearch), yaitu penyusun mencari data secara langsung ke lapangan atau tempat penelitian untuk memperoleh informasi yang di perlukan guna mendapatkan hasil yang akurat dan pasti dalam penyusunan penelitian. Peneliti menggunakan field risearch, yang mana

47 Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandumg:Alfabeta,2008),11.

48 Lexy J. Moleong. Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2002),3.

Dalam dokumen DAFTAR ISI (Halaman 31-52)

Dokumen terkait