S K R I P S I
Oleh:
FIKIYATUS SOLIHA NIM. 083 142 016
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MU’AMALAH) 2018
PRAKTIK MAKELAR GANDA JUAL BELI MOTOR BEKAS DALAM PERSPEKTIF KUHD DAN FIQH MUAMALAH (Studi Kasus di ShowroomMotor Bekas “Jalis” Desa Demangan
Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember )
S K R I P S I
diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Hukum Ekonomi (S.H.) Fakultas Syariah Jurusan Hukum Ekonomi Islam Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Mu’amalah)
Oleh:
FIKIYATUS SOLIHA NIM. 083 142 016
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MU’AMALAH) 2018
iii
Artinya : …Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil. (QS. An-Nisaa:29).1
1 Departemen Agama Ri, Al-Qur’an Dan Terjemah (CV Penerbit J-ART: 2004).
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT., skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Ayah tercinta Holik Santoso dan Ibunda Holifatur Rosidah yang selalu memanjatkan do’a untukku dan rela bekerja keras demi kelancaran dan kesuksesan buah hatinya.
2. Keluarga besar yang telah mensupport dan memberikan motivasi dalam meraih kesuksesan.
3. Adikku Farhan Nur Wahid yang selalu memotivasi dan mendukung penulis.
4. Teman-teman Muamalah I1 angkatan 2014 dan teman-teman yang menemaniku selama menempuh perkuliahan, kebersamaan dan kenangan- kenangan yang tidak pernah terlupakan.
5. Umi Ety Murbaningrum, Pak Rama, Bak Fitri, Bak Nurin, yang selalu menasehatiku, dan selalu memberi dukungan kepadaku, terimakasih atas keperdulian kalian padaku
6. Almamaterku IAIN Jember dan seluruh teman-teman seperjuangan MU I1 yang selalu menyemangati dan memberikan bantuan serta seluruh kenang-kenangan terindah selama berada di bangku perkuliahan. Serta teman-teman ku yang bersedia menjadi tempat curahan hati.
Alhamdulillah, pujisyukur selalu penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi
karena rahmat dan karunianya penulisan sekaligus penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada sang revolusioner dunia dan sekaligus panutan kita, Rasulullah S.A.W.
Keberhasilan penulis bukanlah sebuah hasil yang tanpa usaha dan do’a dari seluruh kalangan. Oleh sebab itu, penulis menyampaikan terimakasih dengan setulus hati kepada:
1. Bapak Prof. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Jember.
2. Bapak Dr. H. Sutrisno RS., M..HI selaku Dekan Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Jember.
3. Bapak Muhaimin, M.H.I selaku Ketua Jurusan Hukum Islam Institut Agama Islam Negeri Jember.
4. Ibu Mahmudah, M.E.I selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Islam Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Jember.
5. Ibu Busriyanti M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalah Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Jember.
6. Muhammad Saiful Anam, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan arahan dan bimbingan serta bersedia meluangkan waktunya demi kelancaran penulisan skripsi ini.
7. Segenap dosen yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan di dunia dan akhirat.
8. Bapak Nur Kholis Majid selaku pemilik Showroom Jalis motor bekas yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian dan bersedia memberikan bantuan informasi, ilmu dan pengalamannya.
Penulis menyadari, penulisan dan penyusunan skripsi ini bukanlah sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu mohon sedianya kritik dan saran dapat penulis peroleh dari semua kalangan yang telah membacanya, sehingga penulis dapat memperoleh tambahan ilmu untuk perbaikan diri pada diri penulis. Akhir kata, semoga seluruh amal baik kita diterima oleh Allah S.W.T dan memperoleh balasan yang baik dari-Nya.
Jember, 08 Agustus 2018
FIKIYATUS SOLIHA NIM. 083 142 016
kasus di Showroom Motor bekas “Jalis” Desa Demangan Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember.
Kebutuhan manusia akan transportasi Sepeda motor untuk mempermudah aktivitasnya semakin meningkat. Akan tetapi, tidak sedikit masyarakat yang mampu membeli sepeda motor baru sehingga pilihannya masyarakat memilih membeli sepeda motor bekas melalui makelar luar yang lebih murah harganya. Dalam kenyatannya banyak masalah yang terjadi dalam konteks itu, karena itu fenomena ini menarik untuk diteliti.
Fokus penelitian skripsi ini adalah: 1) Bagaimana praktik makelar ganda dalam proses jual beli motor bekas di Showroom Motor Bekas Jalis Motor Desa Demangan Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember?, 2) Bagaimana praktik makelar ganda jual beli motor bekas di Showroom Motor Bekas Jalis Motor Desa Demangan Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember dalam perspektif KUHD?, 3) Bagaimana praktik makelar ganda jual beli motor bekas di Showroom Motor Bekas Jalis Motor Desa Demangan Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember dalam perspektif Fiqh Muamalah?
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui praktik makelar ganda dalam proses jual beli motor bekas di Showroom Motor Bekas Jalis Motor Desa Demangan Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember, 2) Untuk mengetahui praktik makelar ganda jual beli motor bekas di Showroom Motor Bekas Jalis Desa Demangan Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember terhadap perspektif KUHD, 3) Untuk mengetahui praktik makelar ganda jual beli motor bekas di Showroom Motor Bekas Jalis Desa Demangan Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember terhadap perspektif Fiqh Muamalah.
Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang diperoleh berasal dari data primer (secara langsung) yaitu hasil dari field research (penelitian lapangan) dan data sekunder (secara tidak langsung) yaitu literatur lainnya yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan cara observasi, interview, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan metode deskriptif, yaitu menerangkan serta menjelaskan secara mendalam terhadap semua aspek yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Peneliti memperoleh kesimpulan: 1) Praktik Makelar Ganda Jual Beli Motor Bekas di Showroom Motor Bekas “Jalis” Desa Demangan Kec. Sukorambi Kab. Jember. Dalam hal ini praktik Mekelar ganda tidak semua makelar luar itu jujur memasarkan Motor Bekas ke Konsumen atau ke Pembeli, mekipun sudah dari makelar tetap berkata dan menjelaskan kekurangan dan kelebihan yang ada di sepeda Motor Bekas “Jalis”. Jadi kenyataannya makelar luar tidak sama dengan makelar tetap dalam memasarkan Motor Bekas, 2) Di tinjau dari perspektif KUHD dalam Praktik Makelar Ganda Jual Beli Motor Bekas di Showroom Motor Bekas “Jalis” Desa Demangan Kec. Sukorambi Kab. Jember, Makelarnya sama sama tidak ada pengangkatan oleh presiden atau seorang pembesar yang ditunjuk oleh presiden untuk itu mereka berinisiatif menjadi makelar sebagai pekerjaan sehari-hari mereka., 3) Ditinjau dari perspektif Fiqh Muamalah dalam hal ini Praktik Makelar Ganda Jual Beli Motor Bekas di Showroom Motor Bekas “Jalis” Desa Demangan Kec. Sukorambi Kab. Jember, Praktik jual beli tersebut termasuk dalam jual beli yang dilarang di karenakan dalam jual beli tersebut mengandung unsur ketidak jelasan (gharar).
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN COVER ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Definisi Istilah ... 10
F. Sistematika Pembahasan ... 13
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 15
A. Penelitian Terdahulu ... 15
B. Kajian Teori ... 18
B. Lokasi Penelitian ... 39
C. Subyek Penelitian ... 39
D. Teknik Pengumpulan Data ... 40
E. Analisis Data ... 43
F. Keabsahan Data ... 45
G. Tahap-Tahap Penelitian ... 46
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA ... 48
A. Gambaran Objek Penelitian ... 48
1. Sejarah Showroom ... 48
2. Pelaksanaan Kegiatan Showroom Jalis Motor ... 49
3. Struktur Organisasi Showroom Jalis Motor ... 51
B. Penyajian dan Analisis Data ... 52
C. Pembahasan Temuan ... 64
BAB V PENUTUP ... 73
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran-Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal
Tabel 4.1 Data sepeda motor bekas yang tejual selama 1 bulan ... 49
No. Keterangan Hal Bagan 4.1 Struktur Organisasi Showroom Jalis Motor bekas ... 51
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan manusia akan transportasi untuk mempermudah aktivitasnya semakin meningkat. Sepeda motor merupakan salah satu sarana transportasi yang paling banyak digunakan orang. Sepeda motor menjadi kebutuhan manusia sebagai sarana transportasi yang murah dan praktis, oleh karena itu penjualan sepeda motor baru dan bekas senantiasa mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Akan tetapi, karena keadaan ekonomi yang tidak menentu tidak sedikit masyarakat yang tidak mampu untuk membeli sepeda motor baru. Meskipun dalam pembelian sepeda motor baru banyak tawaran yang diberikan seperti angsuran/kredit lewat leasing.
Namun hal tersebut terdapat berbagai resiko yang dapat terjadi, seperti suku bunga pinjaman yang tinggi, sehingga membeli motor bekas menjadi pilihan alternatif yang dipilih masyarakat.
Kondisi ini menyebabkan pasaran Showroommotor bekas kian naik yang menawarkan sepeda motor bekas dengan harga dan variasi yang berbeda. Akan tetapi dari kondisi motor bekas tersebut memiliki kekurangan yaitu mulai dari kondisi bodimotor dan mesin yang mungkin sudah mengalami kerusakan. Di sisi lain motor bekas juga mempunyai kelebihan yaitu selain harganya lebih murah, surat-surat kelengkapannya pun sudah
tersedia. Tidak seperti sepeda motor baru yang harus menunggu beberapa minggu hingga surat-surat kelengkapan benar-benar lengkap dan diterbitkan.
Pertumbuhan tersebut tentunya harus dibarengi dengan perangkat perjanjian yang baik. Mulai dari garansi motor dalam pembelian dan tidak adanya kecurangan dalam jual beli. Karena suatu perjanjian dibuat sebagai aturan yang mengikat agar dalam melaksanakan persetujuan sama-sama mendapat keadilan.
Sesuai firman Allah swt dalam Q.S al-Baqarah ayat 275:
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat):
“Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,” padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang- orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah: 275)1
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa jual beli dalam prakteknya harus dikerjakan secara jujur agar tida terjadi saling merugikan, menghindari kemudaratan dan tipu daya, sebaliknya justru dapat mendatangkan
1Departemen Agama Ri, Al-Qur’an Dan Terjemah (CV Penerbit J-ART: 2004).
3
kemaslahatan. Untuk itu kegiatan jual beli harus didasarkan pada asas suka sama suka. ilustrasi pemakan riba digambarkan sebagai orang yang tidak dapat berdiri secara benar seperti orang yang kerasukan syaitan.
Fenomena ini terjadi nanti di akhirat setalah hari kebangkitan serta di dunia, mereka gila akibat mengejar materi dan tidak pernah puas atau selalu meminta tambahan mangsa dan Bantahan atas dalil akal-akalan mengidentikan riba dengan jual beli, mereka berpendapat bahwa jual beli itu sama dengan riba, padahal jual beli mendatangkan untung dan riba mendatangkan bunga. Mereka meyebut riba sama dengan jual beli. Asumsi keliru tersebut dibantah oleh Al – Qur’an secara tegas, lugas dan tajam.
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. Jadi tidak ada lagi dalih dan ijtihad. Allah tidak menghalalkan kecuali yang baik dan tidak mengharamkan kecuali yang keji dan kotor. Karena Allah maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.
Selain dari ayat di atas yang menjelaskan tentang riba ada sebuah hadits yang terkait dengan orang yang bertransaksi riba, yaitu :
اَبرِّلَا َلِكَا َمَّلَسَو هيلع للها يلص للها ُلْوُسَر َنَعَل( : َلاَق ُهْنَع ُللها يِضَر ٍرِباَج ْنَع ملسم هاور )ءاوس مه:لاقو ,ِهْيَدِه اَشَو ,ُهَبِتاَكَو ُهَلِكوُمَو
Dari Jabir r.a berkata: Rasulullah SAW melaknat pemakan riba, orang yang mewakili riba, penulis riba, dan dua orang yang menjadi saksi dai transaksi riba, beliau bersabda, mereka adalah sama.
Penjelasan dari hadits di atas adalah bahwa riba itu secara keselurhan adalah haram. Haramnya riba adalah baik untuk yang sedikit maupun untuk yang banyak, baik yang mengambil keuntungan dengan riba itu yang berlipat
ganda maupun yang tidak berlipat ganda. Seperti pengharaman khomar, bahwa khomar sedikit maupun banyak adalah haram demikian pula dengan riba. Seperti khomar yang merupakan salah satu budaya dari masyarakat arab ketika itu, riba puntermasuk dari budaya masyarakat arab yang sangat kuat, oleh karena itu, Allah SWT dalam pengharaman riba menurunkannya secara bertahap sama seperti pengharaman khomer yang juga bertahap.
Sebagai agama yang mampu mengikuti perkembangan zaman yang diyakini Islam mampu menjawab permasalahan yang terjadi, namun perlu suatu kerja keras untuk mencari dan menafsirkannya karena suatu bisnis saat ini dipenuhi dengan berbagi kenyataan bahwa beberapa kegiatannya telah terpopulasi dengan kelicikan.
Islam mensyari’atkan jual beli dengan wakil karena manusia membutuhkannya, yang dalam hal ini sering disebut dengan makelar, yaitu perantara perdagangan atau orang yang menjualkan barang atau mencarikan pembeli, atau perantara antara penjual dan pembeli untuk memudahkan jual beli. Dalam praktiknya makelar harus bersikap jujur, ikhlas, terbuka, tidak melakukan penipuan, dan bisnis syubhat (yang tidak jelas halal/haramnya).
Imbalan berhak diterima oleh seorang makelar setelah ia memenuhi akadnya, sedang pihak yang menggunakan jasa makelar harus memberikan imbalannya karena upah atau imbalan pekerja dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja yang bersangkutan. Dan jumlah imbalan yang harus diberikan kepada makelar adalah menurut perjanjian. Suatu perjanjian yang berkaitan dengan pemakaian, pemanfaatan ataupun pengambilan atas manfaat
5
suatu benda tertentu atau atas pengambilan jasa dari manusia dari waktu tertentu disertai dengan imbalan atas pekerjaan atau pembulatan yang telah dilakukannya disebut dengan akad Ijarah.
Tujuan utama ijarah yaitu saling membantu dan saling mencukupi terhadap apa yang mereka butuhkan, dimana pihak penyewa butuh terhadap pemilikan manfaat atas barang sedangkan pihak yang menyewakan membutuhkan harga atau pembayaran atas pemberian manfaat jasa yang diberikan.
Seperti dalam praktik berikut yaitu seorang makelar tidak hanya bekerja sendiri, dengan kata lain seorang makelar yang telah bekerjasama dengan ShowroomMotor Bekas Jalis Motor (makelar tetap) dibantu menjualkan barang atau mencarikan pembeli oleh makelar yang lainnya (makelar pembantu) yang tidak bekerjasama dengan ShowroomMotor Bekas tersebut. Hal ini bertujuan agar dalam proses jual beli dapat berlangsung secara cepat dan luas dalam pemasarannya dan saling membantu kepada sesama makelar untuk mendapatkan pekerjaan. Artinya dalam hal ini seorang makelar tidak berdiri sendiri dalam menjual motor bekas dan mencarikan pembeli, tetapi dibantu oleh makelar yang lain yang bisa disebut dengan makelar yang dimakelarkan oleh makelar lain.
Kedudukan seorang makelar ganda adalah sebagai orang tengah, dan dari batasan-batasan tentang kemakelaran yaitu bahwa pemakelaran dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain, yang berstatus sebagai pemilik.
Bukan dilakukan oleh seseorang terhadap sesama makelar yang lain atau memakelarkan makelar.
Dan makelar itu hanya bermodal jabatan,semata-mata hanya untuk mendapatkan keuntungan secara finansial dari uang orang lain untuk kebutuhan pribadi yang di keluarkan oleh penjual sepeda motor bekas dan pembeli sepeda motor bekas.
Menurut ketentuan pasal 62 KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang) di tentukan bahwa makelar itu harus diangkat oleh presiden atau seorang pembesar yang ditunjuk oleh presiden untuk itu.2 Tetapi dalam kenyataannya, kita mendengar istilah makelar bukan diangkat oleh presiden tetapi hanyalah merupakan seseorang perantara didalam transaksi jual beli tersebut. Setelah makelar melakukan tugasnya dan selesai maka makelar mendapatkan royalti dari pihak penjual maupun pihak pembeli.
Pekerjaan makelar menurut pasal 64 adalah melakukan penjualan dan pembelian bagi majikannya akan barang-barang dagangan dan lainnya, jadi makelar dirumuskan sebagai seorang pedagang antara, yang dalam melakukan pekerjaannya memperoleh izin dari pemerintah yang disumpah oleh pengadilan negeri yang tugasnya berupa menyelenggarakan perusahaan dengan jalan membuat transaksi bagi pihak pemberi kuasa dengan cara menjual, membeli barang, saham, wesel serta mengusahakan asuransi dengan menerima upah atau provisi.3
2 Sembiring Sentosa, Hukum Dagang,(Bandung:PT Citra Aditya Bakti,2008)121.
3 Farida Hasyim,Hukum Dagang,(Jakarta:Sinar Grafika,2009)78.
7
Berangkat dari hal tersebut penulis tertarik pada makelar ganda yang ada di Showroom Motor Bekas Jalis Motor yang ada di Desa Demangan Kecamatan Sukorambi. Dalam hal ini, kaitannya dengan jual beli motor bekas yang mana seorang makelar tetap dan makelar perantara mempunyai peran aktif dalam memasarkan motor bekas terebut, baik dalam bidang menerima pesanan, penawaran harga, sampai pada perolehan laba masing-masing dari hasil negosiasi transaksi motor bekas tersebut. Biasanya dalam posisi ini seorang makelar itu adalah sebagai penghubung antara kedua belah pihak.
Dan dari jasanya itulah, makelar tersebut mendapatkan upah atas jasa tenaganya, dari masing-masing pihak yaitu penjual dan pembeli. Hal tersebut sesuai dengan kadar usahanya dalam menjualkan motor bekas, dan usaha yang dilakukan oleh seorang makelar berpengaruh terhadap perolehan upah yang didapat dari seorang penjual maupun pemesan. Adapun ketika seorang makelar itu mendapatkan upah, padahal ia (makelar) tidak dapat menjualkan maupun mencarikan motor bekas, hal yang demikian ini sebagai ucapan terima kasih atau sejumlah uang yang diberikan atas dasar kerelaan bukan upah yang dijanjikan dari pembeli dan penjual.
Itulah sedikit gambaran mengenai Praktik makelar Ganda Jual Beli Motor Bekas. Jadi sudah terbukti bahwa apa yang diatur oleh syari’at islam dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang tidak sinkron dengan praktek yang terjadi dalam masyarakat dan hal itu tetap dilakukan dalam masyarakat.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan suatu pokok masalah yang akan diteliti guna untuk mengetahui:
1. Bagaimana praktik makelar ganda dalam proses jual beli motor bekas di Showroom Motor Bekas Jalis Motor Desa Demangan Kecamatan
Sukorambi Kabupaten Jember ?
2. Bagaimana praktik makelar ganda jual beli motor bekas di Showroom Motor Bekas Jalis Motor Desa Demangan Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember dalam perspektif KUHD?
3. Bagaimana praktik makelar ganda jual beli motor bekas di Showroom Motor Bekas Jalis Motor Desa Demangan Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember dalam perspektif Fiqh Muamalah?
C. Tujuan Penelitian
Setelah menguraikan masalah-masalah yang ada, maka suatu tujuan merupakan faktor yang penting didalam suatu penelitian. Tujuan Penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian.4
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses terjadinya praktik makelar ganda dalam proses jual beli motor bekas di Showroom Motor Bekas Jalis Motor Desa Demangan Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember.
4 IAIN Jember, Pedoman Karya Tulis Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2017),73.
9
2. Untuk mengetahui praktik makelar ganda jual beli motor bekas di Showroom Motor Bekas Jalis Desa Demangan Kecamatan Sukorambi
Kabupaten Jember terhadap perspektif KUHD.
3. Untuk mengetahui praktik makelar ganda jual beli motor bekas di Showroom Motor Bekas Jalis Desa Demangan Kecamatan Sukorambi
Kabupaten Jember terhadap perspektif Fiqh Muamalah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian berisi tentang konstribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi dan masyarakat secara keseluruhan. Kegunaan penelitian harus realistis.5 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam arti membangun, memperkuat teori yang telah ada dan diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan studi hukum Islam pada umumnya dan khususnya bagi penelitian selanjutnya dalam bidang praktik makelar ganda jual beli motor bekas di Showroommotor bekas sebagai bahan koreksi guna penelitian selanjutnya agar lebih terarah.
5 Ibid.,73.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat
Menciptakan pengetahuan bagi masyarakat agar memahami transaksi praktik makelar ganda jual beli motor bekas secara hukum Islam dan hukum positif.
b. Bagi Showroom
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perusahaan agar dalam melaksanakan bisnis di bidang ekonomi khususnya dalam jual beli motor bekas dapat menerapkan hukum- hukum yang berlaku seperti tanpa adanya unsur penipuan dan unsur paksaan.
c. Bagi Makelar
Memberikan pengetahuan terhadap makelar ganda agar dalam melaksanakan kerjanya mengerti dan memahami hukum Islam yang berlaku dan lebih berhati-hati dalam memasarkan barang yang dijualnya tanpa adanya unsur penipuan dan unsur paksaan.
E. Definisi Istilah
Definisi operasional berisi tentang pengertian-pengertian istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian.
Adanya definisi istilah tujuannya agar tidak terjadi kesalah fahaman terhadap makna istilah sebagaimana yang dimaksud oleh peneliti.6 Maka peneliti akan
6Ibid.,73.
11
menjelaskan beberapa istilah yang ada pada penelitiannya, diantaranya sebagai berikut:
1. Makelar Ganda a. Makelar
Makelar adalah seorang pedagang perantara yang diangkat oleh Gubernur Jenderal (Presiden) atau oleh pembesar yang telah dinyatakan berwenang untuk itu.7
Makelar bisa disebut juga dengan Simsar yaitu seseorag yang menjualkan barang orang lain atas dasar bahwa seseorang itu akan diberi upah oleh yang punya barang sesuai dengan usahanya.8
b. Ganda
Ganda yaitu berbayang (seakan-akan ada dua) atau bisa juga di artikan berpasangan terdiri atas dua.
Jadi Makelar Ganda adalah seorang pedagang perantara antara makelar satu ke makelar lainnya . istilahnya mekalar yang dimakelarkan. Dengan tujuan sama-sama mencari kepuasaan bagi orang yang bertransaksi jual beli. Dan memudahkan jalannya transaksi antara penjual dan pembeli.
c. Jual Beli
Persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni pihak yang menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar
7Farida Hasyim,Hukum Dagang,(Jakarta:Sinar Grafika,2009)77.
8Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002) 85.
harga barang yang dijual. Bisa di katakan pula dengan pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain).9
d. Motor Bekas
Motor Bekas adalah sebuah rangkaian besi yang disertai mesin dan beroda dua yang sudah di pakai orang atau sesuatu barang bekas.
e. KUHD
Kitab Undang – undang Hukum Dagang atau Hukum khusus yang mengesampingkan hukum umum.
f. Fiqh Muamalah
Yakni mengetahui hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliyah yang didapatkan dari dalil - dalil yang terperinci atau bisa bermakna pengetahuan secara mutlak yang didapatkan secara yakin atau dzanni. Karena hukum yang terkait dengan amaliyah ditetapkan dengan dalil yang bersifat qath’i ataupun dzanni.10
Dengan demikian yang dimaksud dengan judul penelitian ini yakni Praktik Makelar Ganda Jual Beli Motor Bekas dalam Perspektif KUHD dan Fiqh Muamalah (Studi Kasus di Showroom Motor Bekas
“Jalis” Desa Demangan Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember ) adalah Praktik Jual beli Motor Bekas dengan melalui mekelar ganda atau mekelar yang di mekelarkan dalam perspektif KUHD dan Fiqh Muamalah yang bersifat amaliyah yang didapatkan dari dalil-dalil yang bersifat qath’i ataupun dzanni.
9Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2004) 73.
10Dimyauddin Djuwaini,Pengantar Fiqh Muamalah,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2008) xii.
13
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format penulisan sistematika pembahasan adalah dalam bentuk deskriptif naratif.11 Adapun skripsi ini terdiri dari lima bab yang secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan.
BAB II Kajian Kepustakaan. Kajian kepustakaan tersebut meliputi penelitian terdahulu dan kajian teori. Penelitian terdahulu berguna untuk melihat sejauh mana orisinalitas dan posisi penelitian yang hendak dilakukan ini. Sedangkan kajian teori berisi tentang teori yang terkait sehingga berguna sebagai perspektif dalam penelitian.
BAB III Metode Penelitian. Metode penelitian dalam bab ini meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap- tahap penelitian.
BAB IV Penyajian Data dan Analis Data. Pada bab ini dijelaskan tentang gambaran objek penelitian berupa Praktik makelar Ganda Jual beli motor bekas dalam perspektif KUHD dan Fiqh Muamalah, beserta kegiatan yang dilakukan. Selain berisi gambaran objek penelitian
11Tim Penyusu, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (Jember: IAIN Jember Press, 2015), 48
terdapat juga penyajian data dan analisis serta mengenai pembahasan temuan yang diperoleh dilapangan.
BAB V Penutup. Terdapat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang bersifat kontruktif.
15 BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah dipublikasikan ataupun yang belum dipublikasikan. Dengan melakukan langkah ini, maka akan dapat sejauh mana keorisinalitas dan posisi penelitiannya yang hendak dilakukan.12 1. Lilik Faridhotul khofifah, fakultas syariah IAIN Walisongo Semarang.
penelitiannya yang berjudul Analisis Hukum Islam terhadap Jual Beli Motor Bekas (Studi kasus Jual Beli Motor Bekas dengan Cacat Tersembunyi Di Showroom Anugrah Jaya Pakis, Pati) penelitian ini perbedaannya terletak pada judulnya yakni Lilik Faridhotul Khofifah meneliti tentang Analisis Hukum Islam terhadap Jual Beli Motor Bekas dengan cacat tersembunyi Di Showroom Anugrah Jaya Pakis, Pati.
sedangkan peneliti meneliti tentang praktek makelar ganda jual beli motor bekas di desa Demangan kec. Sukorambi Kab. Jember.
Penelitian sama sama menggunakan penelitian mengumpulkan data yang ada dilokasi yaitu melalui tanya jawab dengan responden sebagai sumber primer yang langsung penyusun ambil dari hasil observasi, wawancara secara langsung dan dokumentasi dari penjual dan
12IAIN Jember, Pedoman Penulisan, 73-74.
pembeli. Data sekundernya bersumber dari buku-buku, kitab-kitab dan karya-karya ilmiah yang sesuai dan terkait.
2. Nuher Kabir , IAIN Sunan Ampel Surabaya, dengan judul skripsi Analisis Hukum Islam terhadap Sistem Jual Beli ikan tambak dengan perantara pihak kedua Di desa Dinoyo Kec. Deket Kab.
Lamongan. Perbedaan dan kesamaan penelitian ini ialah analisis hukum Islam terhadap sistem jual beli ikan tambak dengan perantara pihak kedua di desa Dinoyo kec. Deket Kab. Lamongan. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis ialah Praktik Makelar Ganda jual beli motor bekas Dalam perspektif KUHD dan Fiqh Muamalah di desa Demangan Kec.
Sukorambi Kab. Jember. Perbedaannya dilihat dari sisi judul sudah berbeda dimana Nuher Kabir meneliti jual beli ikan tambak sedangkan penulis meneliti tentang praktik makelar ganda jual beli motor bekas.
Sedangkan dari sisi kesamaannya penelitiannya juga meneliti tentang jual beli dengan perantara pihak kedua dalam jual beli motor bekas.
2. Akhsan Zamzami, IAIN Walisongo Semarang, 2012. Skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Islam terhadap praktek makelar jual beli bawang merah (studi kasus di desa Kebolehan wanasari Brebes).
Perbedaannya adalah judul di atas meneliti terkait tentang praktek makelar jual beli bawang merah sedangkan penulis disini meneliti Praktik Makelar Ganda Jual Beli Motor Bekas dari sisi judul sudah berbeda. Dan dari sisi kesamaannya Akhsan Zamzami dalam penelitiannya membahas dengan penulis yang juga meneliti tentang makelar. Akan tetapi penulis
17
lebih menekankan penelitiannya praktik makelar ganda jual beli motor bekas di desa Demangan Kec. Sukorambi Kab. Jember.
3. Muhammad wahyu hidayat, IAIN Purwokerto, 2016. Dengan skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Islam terhadap praktik makelar Jual Beli Motor Bekas ( Studi Kasus di ShowroomMotor Bekas Nabil Motor Desa Kedung Banteng Kecamatan Kedung Banteng, Banyumas ).
Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang praktik makelar jual beli motor bekas menurut tinjauan hukum Islam. Lalu perbedaannya disini tentang tempat penelitiannnya yaitu jika peneliti meneliti di Showroom Jales Motor Bekas Desa Demangan, Kecamatan Sukorambi, Kab. Jember , sedangkan muhammad wahyu hidayat meneliti di Showroom Motor Bekas Nabil motor Desa Kedung Banteng Kecamatan
Kedung Banteng, Banyumas).
4. Indra Prasetya, Fakultas Ilmu komputer, Universitas Dian Nusantara, Semarang. Jurnal yang berjudul Penentuan Harga Jual Beli Sepeda Motor Bekas menggunakan Fuzzy Logic (Metode Tsukamoto) dan implementasinya. Penelitian ini membahas tentang metode metode yaitu metode fuzzy tsukamoto dan fuzzy mamdani dan penulis menerapkan tsukamoto. Metode tersebut akan coba di terapkan pada kasus penentuan harga jual motor bekas berdasarkan variabel – variabel penentuannya.
Persamaannya disini dengan peneliti yaitu sama subyek penelitiannya yaitu Jual Beli motor bekas.
5. Fitriyah , Fakultas sayriah UIN Yogyakarta. Penelitiannya yang berjudul Praktik percaloan Dalam Jual Beli Sepeda Motor Bekas Di Kota Martapura. Penelitian ini perbedaannya terletak pada judul yakni Fitriyah meneliti tentang praktik percaloan dalam Jual Beli Sepada Motor Bekas Di Kota Martapura, sedangkan peneliti meneliti tentang praktik Makelar Ganda Jual Beli Motor Bekas Dalam Perspektif KUHD dan Fiqh Muamalah Di Showroom Jalis Motor Bekas Di Desa Demangan Kec.
Sukorambi Kab. Jember. Penelitian sama – sama menggunakan penelitian mengumpulkan data yang ada dilokasi yaitu melalui tanya jawab dengan responden sebagai sumber primer yang langsug penyusun ambil dari hasil observasi, wawancara secara langsung dan dokumentasi dari pihak penjual dan pembeli. Dan sekundernya bersumber dari buku-buku, dan karya-karya ilmiah yang sesuai dan terkait.
B. Kajian Teori
1. Pengertian Makelar
Makelar adalah perantara yang atas nama orang lain (pemberi kuasa) mencarikan barang bagi pembeli dan atau menjual barang. Makelar mengadakan perjanjian-perjanjian atas nama mereka dalam penjualan atau pembelian suatu barang. Makelar tidak ikut bertanggung jawab atas penyerahan barang dan pembayarannya. Tugasnya hanya memungkinkan penjual dan pembeli mengadakan perjanjian jual beli sendiri. Balas jasa makelar disebut provisi atau kurtase. Makelar memperoleh kurtase dari pembeli, penjual atau keduanya.
19
Dijelaskan pula pengertian makelar oleh Hendi Suhendi: simsar yaitu seseorang yang menjualkan barang orang lain atas dasar bahwa seseorang itu akan diberi upah oleh yang punya barang sesuai dengan usahanya.13
Masalah samsarah menurut pandangan ahli hukum Islam tidak bertentangan dengan syariat hukum Islam. Imam Al Bukhari mengemukakan bahwa Ibnu Sir in, Atha’, Ibrahim, dan Al Hasan memandang masalah perantara tidak ada apa-apa atau tidak bertentangan dengan syariat Islam. Menurut Ibnu Abbas tidak mengapa seseorang berkata, “Juallah ini bagiku seharga sekian, jika lebih selebihnya untukmu”.14
Pengertian samsarah (Pedagang perantara) adalah Pengantar perdagangan (orang yang menjualkan barang atau mencarikan pembeli, atau perantara antara penjual dan pembeli untuk memudahkan jual beli).
Makelar adalah sebutan bagi orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapatkan upah, baik untuk keperluan menjualkan atau membelikan dagangan.15 Kehadiran makelar ditengah-tengah masyarakat, terutama masyarakat modern sangat dibutuhkan untuk memudahkan dunia bisnis yaitu dalam perdagangan, pertanian, perkebunan maupun industri. Sebab tidak banyak orang yang pandai tawar menawar.16
13 Hendi suhendi, Fiqih muamalah,. 85.
14 Lubis Suhrawardi K. , Hukum Ekonomi Islam,(Jakarta:Sinar Grafika,2012),148.
15Dimyuddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, 246.
16 Skripsi Masroh idalailatul, Tinjauan Fiqh Muamalah terhadap Peranan Pedagang perantara Dalam Tata Niaga Tebu di Pagottan, (STAIN Ponorogo:2015), 37.
2. Macam-macam Pasal Yang Berhungan Dengan Makelar Ganda Dalam KUHD yaitu pasal :
a. Pasal 62 tentang makelar yaitu di tentukan bahwa makelar itu harus diangkat oleh presiden atau seorang pembesar yang ditunjuk oleh presiden untuk itu.17
b. Pasal 63 perbuatan – perbuatan para pedagang perantara yang tidak diangkat dengan cara demikian tidak mempunyai akibat yang lebih jauh dari pada apa yang ditimbulkan dari perjajian amanat.
c. Pasal 64 tentang pekerjaan makelar adalah melakukan penjualan dan pembelian bagi majikannya akan barang-barang dagangan dan lainnya, jadi makelar dirumuskan sebagai seorang pedagang antara, yang dalam melakukan pekerjaannya memperoleh izin dari pemerintah yang disumpah oleh pengadilan negeri yang tugasnya berupa menyelenggarakan perusahaan dengan jalan membuat transaksi bagi pihak pemberi kuasa dengan cara menjual, membeli barang, saham, wesel serta mengusahakan asuransi dengan menerima upah atau provisi.
d. Pasal 65 Pengangkatan makelar adalah umum, yaitu dalam segala bidang, atau dalam akta pengangkatan disebutkan bidang atau bidang- bidang apa saja pekerjaan makelar itu boleh dilakukan. Dalam bidang atau bidang-bidang dimana ia menjadi makelar, ia tidak diperbolehkan berdagang, baik sendiri maupun dengan perantara pihak lain, ataupun
17KUHD Kitab Undang-Undang Hukum Dagang & Undang-Undang R.I No 7 tahun 2014 Tentang perdagangan.
21
bersama-sama dengan pihak-pihak lain, ataupun secara berkongsi, ataupun menjadi penjamin perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan perantara mereka.
3. Macam – Macam Pedagang Perantara Dalam KUHD a. Agen
Agen perniagaan adalah setiap orang yang menjalankan perusahan sendiri dalam usaha menjualkan hasil perusahaan (insdustri) tertentu. Misalnya perusahaan sepatu Bata di Jakarta, menjual hasil perusahannya di seluruh daerah Indonesia melalui agennya.18
b. Makelar
Makelar adalah perantara perdagangan antara pembeli dan penjual atau orang yang menjualkan barang atau mencarikan pembeli.
Atau orang (Badan hukum) yang berjual beli sekuritas atau barang untuk orang lain atas dasar komisi.19
Sifat hubungan antara makelar dengan pengusaha adalah tidak tetap, hal ini telah dijelaskan dalam pasal 62 KUHD. Hubungan antara makelar dengan pengusaha adalah campuran yaitu sebagai perjanjian pelayanan berkala dan perjanjian pemberian kuasa.
(Purwosutjipto,1999:50)
Praktek makelar atau penerapan makelar wajib membuat pembukuan yang di tetapakan pada pasal 6 KUHD, UU No.8/1997 – Dokumen perusahaan) jadi seorang makelar harus membuat bukti
18Farida Hasyim,Hukum Dagang,(Jakarta:Sinar Grafika,2009)76.
19Ramlan, Hukum Dagang, ( Jakarta: Setara Press,2016)124.
transaksi atas penjualan yang sudah terjadi kepada pihak pembeli dan penjual.
c. Komisioner
Komisioner adalah seorang yang menyelenggarakan perusahaannya dengan melakukan perbuatan-perbuatan menutup persetujuan atas nama dia sendiri, tetapi atas amanat dan tanggungan orang lain dan dengan menerima upahan atau provisi tertentu.20
Adapun syarat-syarat yang perlu dipenuhi untuk menjadi komisioner adalah :
1) Cukup modal dan bonafide (mampu) 2) Berkedudukan yang tetap
3) Memiliki pengetahuan dalam lapangan perdagangan dan punya pengalaman yang cukup
4) Memiliki hubungan dagang yang luas 5) Supel dalam pergaulan dan lincah.21
Ciri-ciri khas komisioner menurut Purwo sutjipto adalah:
1) Tidak ada syarat pengangkatan resmi dan penyumpahan sebagai halnya makelar.
2) Komisioner menghubungkan komiten dengan pihak ketiga atas namanya sendiri.22
20Ibid,.133.
21Farida Hasyim,Hukum Dagang,(Jakarta:Sinar Grafika,2009)83.
22Purwo Sutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Djambatan,1999)54.
23
3) Adanya hak menahan yang diberikan kepada komisioner, diatur dalam pasal 85 KUHD hak menahan ini sama dengan hak retensi dalam pasal 1812 KUH Perdata.
d. Kasir
Kasir sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal 74 KUHD adalah mereka yang dianggap menerima upah atau provisi dipercayakan untuk melakukan penyimpanan dan pembayaran utang, dalam praktek di Indonesia tidak jumpai. Disini dianggap bahwa antara kasir dengan kliennya itu diadakan persetujuan penitipan (Pasal 1694- 1739 KUHD).
e. Musafir Dagang
Musafir Dagang adalah setiap orang yang bekerja pada seorang majikan.23 Yang menjadi perantara untuk mengadakan persetujuan antara majikan dengan orang-orang yang herus dikunjunginya dan mengadakan persetujuan atas nama dan untuk tanggungan majikan.
4. Syarat dan Rukun Jual Beli a. Jual Beli
Secara terminologi Fiqh jual beli disebut dengan al-ba’i yang berarti menjual, menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.Jual beli (ba’i) dalam Syariat adalah pertukaran harta dengan saling meridhai,
23Ibid,.85.
atau pemindahan kepemilikan dengan penukar dalam bentuk yang diijinkan.24
Jual Beli adalah jual beli menurut bahasa adalah tukar-menukar barang dengan uang, sedangkan secara istilah atau syar’i jual beli adalah suatu tindakan hukum yang dilakukan antara penjual dan pembeli, dimana pihak penjual memberikan barang dagangannya kepada pihak pembeli, dan pembeli menerimanya dengan membayar sejumlah uang sebagai imbalan atau ganti atas barang yang dibelinya secara suka sama suka dan saling rela.
Dan dasar Hukumnya boleh. Kebolehan ini dapat dilihat dalam beberapa ayat al-Qur’an pada surat al-Baqoroh ayat 275:
...
Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.25 Menurut madzhab Hanafiyah, Jual Beli adalah pertukaran harta (mal) dengan harta dengan menggunakan cara tertentu. Pertukaran harta dengan harta disini, diartikan harta yang memiliki manfaat serta terdapat kecenderungan manusia untuk menggunakannya, cara tertentu yang dimaksud adalah sighat atau ungkapan ijab dan qabul.26
Menurut Imam Nawawi dalam kitab Al Majmu’, Jual Beli adalah pertukaran harta dengan harta dengan maksud untuk memiliki.
24 Harisudin Noor, Fiqih Muamalah 1, (Surabaya:Penasalsabila,2014)23.
25M Noor Harisudin, Fiqih Muamalah, (Surabaya: CV Salsabila Putra Pratama, 2014), 24.
26Dimyauddin Djuwaini,Pengantar Fiqh Muamalah,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2008) 69.
25
Jadi bisa disimpulkan memang Jual Beli adalah Pertukaran Harta dengan harta dengan maksud untuk memiliki dan dimiliki.
Dari definisi yang dikemukakan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa jual beli itu dapat terjadi dengan cara :
1) Pertukaran harta antara dua pihak atas dasar saling rela, dan 2) Memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu
berupa alat tukar yang diakui sah dalam lalu lintas perdagangan.
Syarat dan rukun Jual beli :
a) Adanya pihak penjual dan pembeli b) Berakal
c) Transaksi terjadi atas kemauannya sendiri disini berarti mebuktikan tidak adanya unsur keterpaksaan
d) Keduanya tidak mubadzir
e) Baligh tentunya harus cukup umur.27
Adapun yang menjadi dasar suatu jual beli harus dilakukan atas dasar kehendak sendiri dapat dilihat dalam ketentuan:
Atinya: “Hai orang – orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesama mu dengan jalan Bathil, kecuali dengan perniagaan (Jual beli) yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu...” (QS. An-Nisa’(4): 29).28
27Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah , (Jakarta: PT RajaGrafindo,2007)100.
28Al-Qur’an,4:29
Pernyataan suka sama suka dalam ayat di atas menjadi dasar bahwa Jual beli haruslah merupakan kehendak bebas tanpa paksaan, kehendak sendiri yang bebas dari unsur tekanan, paksaan dan tipu daya.
5. Syarat Barang Yang Dijual Belikan :
a. Barang itu ada, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.
b. Dapat di manfaatkan dan bermanfaat bagi manusia.
c. Milik seseorang. Barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang tidak boleh dijual belikan, seperti memperjual belikan ikan dilaut atau emas dalam tanah, karena ikan dan emas itu belum dimiliki penjual.
d. Boleh diserahkan saat akad itu berlangsung, atau pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.29
Menurut madzhab Hanafiyah tidak dipersyaratkan adanya Baligh, anak kecil yang telah tamyiz dan berumur 7 tahun diperbolehkan melakukan akad dengan kondisi sebagai berikut :
a. Transaksi yang dapat memberikan manfaat murni, seperti berburu, mencari kayu bakar, mencari rumput, menerima hibah (pemberian), hadiah, sedekah dan wasiat: Semua jenis transaksi ini sah dilakukan anak kecil yang berakal tanpa adanya izin atau persetujuan dari wali, karena transaksi ini menimbulkan manfaat yang sempurna bagi anak tersebut.
29 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007),118.
27
b. Transaksi yang dapat menimbulkan ke madlaratan (bahaya) murni, seperti melakukan talaq, memberikan hadiah, sedekah, meminjamkan uang dan lainnya. Transaksi ini tidak sah dilakukan anak kecil, walaupun mendapatkan persetujuan dari wali, wali tidak boleh memberikan izin, karena terdapat bahaya di dalamnya.
c. Transaksi yang mengandung unsur manfaat dan bahaya, seperti jual beli, ijarah (sewa), dan lainnya. Transaksi ini boleh dilakukan oleh anak kecil yang tamyiz, dengan catatan mendapatkan persetujuan dari wali.30
Menurut Syafi’iyah membagi syarat-syarat yang berkaitan dengan ma’qud alaih kepada empat macam, yakni sebagai berikut.
a. Harta yang diperjualbelikan itu harus suci b. Harta yang diperjualbelikan itu tidak samar c. Harta yang diperjualbelikan dapat dimanfaatkan d. Harta yang diperjualbelikan itu bukan milik orang lain.
Menurut Malikiyah membagi syarat-syarat yang berkaitan dengan ma’qud alaih kepada lima macam, yakni sebagai berikut.
a. Harta yang diperjualbelikan itu harus suci. Maka tidak sah menjualbelikan khamr (arak), darah, bangkai, babi, dan berhala.
b. Harta yang diperjualbelikan itu dapat diambil manfaatya secara mutlak. Maka tidak sah menjual suatu yang tidak ada manfaatnya seperti nyamuk, ular, tikus dan yang seumpamanya.
30Dimyauddin Djuwaini,Pengantar Fiqh Muamalah,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2008) 75.
c. Harta yang diperjualbelikan diperbolehkan oleh agama.
d. Harta yang diperjualbelikan bisa diserahkan ketika terjadi akad.
e. Harta yang diperjualbelikan tidak samar
Menurut Hanabillah membagi syarat-syarat yang berkaitan dengan ma’qud alaih kepada tujuh macam, yakni sebagai berikut.
a. Sama-sama ridha baik penjual maupun pembeli
b. Aqidain (penjual dan pembeli) adalah termasuk orang yang diperbolehkan membelanjakan harta
c. Harta yang diperjualblikan diperbolehkan oleh agama
d. Harta yang dipperjualbelikan bisa diserahkan ketika terjadinya akad e. Harta yang diperjualbelikan itu tidak samar
f. Harganya sudah diketahui oleh kedua belah pihak.31 6. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli sebagai sarana tolong-menolong antara sesama manusia mempunyai landasan yang amat kuat dalam Islam.32
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:33 QS. Al-Baqarah ayat 275
...
Artinya:“...Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”QS. Al-Baqarah ayat 275
Allah berfiman:34 QS. Al-Baqarah ayat 198
...
31Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2015), 19-20.
32 Ibid; 115-116.
33Departemen Agama Ri, Al-Qur’an Dan Terjemah (CV Penerbit J-ART: 2004).
34Departemen Agama Ri, Al-Qur’an Dan Terjemah, (2:198).
29
Artinya:“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu” QS. Al-Baqarah ayat 198
Allah berfirman: QS. An-nisa’ ayat 29.35
....
....
Artinya:“kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama- suka di antara kamu” QS. An-nisa’ ayat 29
Dari penggalan ayat di atas jelas bahwa Allah telah menganjurkan untuk berbuat muamalat, yang setengah dari bentuk muamalat itu adalah jual beli. Jual beli itu sendiri menurut etimologi diartikan sebagai
“pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain)”. Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan hak milik dengan dengan ganti yang dapat dibenarkan.
Ayat diatas adalah dasar halalnya semua transaksi jual beli, kemudian ada ayat yang mentahsis bahwa adanya larangan didalam jual beli. Allah telah membedakan jual beli yang halal dan jual beli yang mengandung riba.
7. Pengertian Samsarah adalah kosakata bahasa persia yang telah diadopsi menjadi bahasa Arab yang berarti sebuah profesi dalam menengahi dua kepentingan atau pihak yang berbeda dengan kompensasi, baik berupa upah (Ujrah) atau bonus, komisi (ji’alah) dalam menyelesaikan suatu transaksi. Adapun Simsar adalah sebutan untuk orang lain sebagai penengah dengan kompensasi (upah atau bonus), baik untuk menjual maupun membeli.36
35Departemen Agama Ri, Al-Qur’an Dan Terjemah, (4:29).
36 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah(Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2005),179.
Makelar dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah perantara dalam perdagangan. Makelar berasal dari bahasa arab, yaitu samsarah yang berarti perantara perdagangan atau perantara antara penjual dan pembeli untuk memudahkan terlaksananya jual beli tersebut.
Makelar atau perantara dalam perdagangan, di zaman kita ini sangat penting artinya dibandingkan dengan masa-masa yang telah lalu, karena terikatnya perhubungan perdagangan antara importer dan produser, antara pedagang kolektif dan antara pedagang perorangan. Sehingga makelar dalam hal ini mempunyai peran yang sangat penting sekali.
8. Dasar Hukum Samsarah
Makelar merupakan perantara bagi manusia untuk melakukan sebuah transaksi , serta untuk mendapatkan sesuatu yang di butuhkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Makelar juga sangat menolong bagi sesama umat manusia. Hal ini Allah telah menjelaskan dalam firman- Nya, dalam surat An-Nisa’ ayat 29 yang berbunyi
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
31
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Qais bin Abi Ghurzah al- Kinani, yang menyatakan :
“Kami biasa menyebut diri kami dengan Samsarah, kemudian Rasulullah SAW menghampiri kami, dan menyebut kami dengan nama yang lebih baik dari pada sebutan kami. Beliau menyatakan: “Wahai para tujjar (bentuk plural dari tajir, pedagang), sesungguhnya jual-beli itu selalu dihinggapi kelalaian dan sesumpah, maka bersihkan dengan sedekah”.37 9. Rukun dan Syarat Samsarah
a. Al-Muta’aqidani (makelar dan pemilik harta) adalah orang yang melakukan jual beli meliputi makelar dan pembeli. Barang yang di akad disini maksudnya yang di jual yaitu Motor Bekas. Pelaku Ijab dan Qobul haruslah orang yang ahli akad baik mengenai apa saja. Anak kecil, orang gila, tidak di perbolehkan melakukan akad jual beli dan haruslah tidak ada paksaan.
Menurut Mazhab Hanafi, rukun jual beli hanya ijab dan qobul saja.menurutnya yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan antara kedua belah pihak untuk berjual beli. Namun, karena unsur kerelaan berhubungan dengan hati sering tidak kelihatan, maka diperlukan indikator yang menunjukan kerelaan tersebut dari kedua belah pihak. Indikator tersebut dalam bentuk perkataan ijab dan qabul
37 Imam Nasa’i, Sunan an-Nasa’i (Beirut : Dar Al-kutub, 1992), 3737.
atau dalam bentuk perbuatan, yaitu saling memberi (penyerahan barang dan penerimaan uang).38
b. Mahall al-ta’aqud (jenis transaksi yang dilakukan dan kompensasi) adalah maksudnya dua pihak yang berakad dan adanya uang dan barang yang akan dijual.
c. Al-shigat (Lafadz atau sesuatu yang menunjukan keridhoan atas transaksi pemakelaran) menurut madzhab Hanafiyah shigat yakni pernyataan ijab dan qabul yang mereflesikan keinginan masing-masing pihak untuk melakukan transaksi.39 Shigat dapat dilakukan dengan jelas , baik secara lisan, tulisan, dan atau perbuatan.40
10. Makelar adalah Samsarah/Simsar dan sebagainya dalam Fiqh Muamalah adalah termasuk ijarah, yaitu suatu transaksi memanfaatkan jasa orang dengan imbalan. Pada dasarnya,para ulama seperti Ibnu ‘Abbas, Imam Bukhari, Ibnu Sirin, ‘Atha, Ibrahim, memandang boleh jasa ini. (Fiqh As- Sunnah, III/159).
Landasan Syara mengenai ijarah adalah berdasarkan Al-Quran, As Sunnah dan ijma para ulama, dalam Kitab Al Quran, Allah berfirman :
38M. Ali Hasan, Berbagai macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 118.
39Ibid,. 73.
40M. Fauzan, Kompilasi Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Media Grafika, 2009), 23.
33
Artinya: kemudian jika mereka menyusukan (anak – anak) mu untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya;... (surah Thalaq : 6) Dalam kitab As Sunnah berikanlah uapah pekerjaan sebelum keringatnya kering (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Umar)
Dalam ijma’ umat islam pada masa sahabat telah berijma bahwa ijarah dibolehkan sebab memabawa manfaat bagi manusia (Syafei,2004:124).
11. Syarat Sahnya Pekerjaan Makelar
a. Perjanjian jelas kedua belah pihak. Seperti yang di jelaskan pada (An- Nisa:29)
b. Objek akadnya bisa diketahui manfaatnya secara nyata dan dapat diserahkan.
c. Objek akadnya bukan hal-hal yang maksiat atau haram.41 Distributor dan perusahaan harus jujur, ikhlas, transparan, tidak menipu dan tidak menjalankan bisnis yang haram dan syubhat.
Syarat-syarat benda yang menjadi objek akad ialah sebagai berikut:
a. Suci atau mungkin untuk disucikan sehingga tidak sah penjualan benda-benda najis seperti anjing, babi, dan yang lainnya. Menurut
41Ibid,.102.
Syafi’iyah sebab keharaman arak, bangkai, anjing dan babi kerena najis, berhala bukan kerena najis, tetapi karena tidak ada manfaatnya.
b. Memberi manfaat menurut Syara’, maka dilarang jual beli benda- benda yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara’, seperti menjual babi, kala jengking, cicak dan lainnya.
c. Jangan ditaklilkan, yaitu dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal lain, seperti jika ayah ku pergi, ku jual ini padamu.
d. Tidak dibatasi waktunya, seperti perkataan kujual motor ini kepada Tuan selama 1 tahun, maka penjualan tersebut tidak sah sebab jual beli merupakan salah satu sebab pemelikan secara penuh yang tidak dibatasi apa pun.
e. Dapat diserahkan dengan cepat maupun lambat tidaklah sah menjual binatang yang sudah lari dan tidak dapat ditangkap lagi. Barang-barang yang sudah hilang atau barang yang sulit diperoleh kembali karena sama, seperti seekor ikan jatuh kekolam, tidak diketahui dengan pasti ikan tersebut sebab dalam kolam tesebut terdapat ikan-ikan yang sama.
f. Milik sendiri, tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak seijin pemiliknya atau barang-barang yang baru akan menjadi miliknya.
g. Diketahui (dilihat), barang yang diperjual belikan harus dapat diketahui banyaknya, beratnya, takarannya, atau ukuran-ukuran yang
35
lainnya, maka tidaklah sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.42
Jumlah upah atau imbalan jasa yang harus diberikan kepada makelar adalah menurut perjanjian, sesuai dengan firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad (perjanjian- perjanjian) itu.” (Al-maidah:1) dan juga hadits Nabi: “orang-orang Islam itu terikat dengan perjanjian-perjanjian mereka.” (HR. Ahmad, Abu Dud, Hakim dari Abu Hurairah).
12. Makelar atau Samsarah yang di bolehkan dengan persyaratan harus sesuai dengan didefinisikan ulama sebagaiberikut:
a. “Simsar adalah sebutan untuk orang yang bekerja untuk orang lain dengan kompensasi (upah atau bonus). Baik untuk menjual maupun membeli.43
b. “Jika (sesorang) menunjukan dalam transaksi jual-beli, dikatakan:
“saya telah menunjukan anda pada sesuatu”, jika anda menunjukkan kepadanya, yaitu jika seorang pembeli menunjukan kepadanya, maka orang itu adalah simsar (makelar) antara keduanya (pembeli dan penjual), dan juga disebut dalal.44
13. Hak dan kewajiban Samsarah
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dijelaskan mengenai hak dan kewajiban makelar, yang meliputi:
42Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002) 73.
43 Imam Sarakhsi, al-Mabsuth li as-Sarakhsi,jilid XV (Beirut : Dar Al-kutub, 1993), 116.
44 Ibid, 116.