A. Kontribusi
Kontribusi berarti sumbangan,1 kata ini berasal dari bahasa Inggris yaitu contribute, contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa sumbangsih atau sumbangan yang dilakukan oleh seseorang. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain.
Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya.
Seperti halnya yang telah penulis singgung di atas bahwa makna dari kontribusi itu sendiri merupakan sumbangan ataupun keterlibatan. Begitu banyaknya kontribusi yang telah dilakukan M. Natsir untuk kemajuan pedidikan Islam bangsa ini, sehingga beliau dianggap sebagai salah satu tokoh pendiri bangsa (founding people) karena perhatiannya yang sangat besar terhadap pendidikan Islam di Indonesia dan bahkan beliau dinilai sebagai pejuang pendidikan Indonesia.
Kontribusi yang telah dilakukan oleh M. Natsir dalam perkembangan pendidikan Islam di antaranya adalah beliaulah yang pertama kali mendirikan sekolah pendidikan Islam (Pendis) di Bandung pada tahun 1932. Pendis merupakan suatu bentuk pendidikan modern yang mengkombinasikan kurikulum pendidikan umum dengan pendidikan pesantren. Dengan didirikannya Pendidikan
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, (Jakarta:Balai Pustaka, 2005), h.592
Islam (Pendis) tersebut beliau berupaya untuk memerangi kebodohan dan mencerdaskan kehidupan bangsa ini.
B. Perkembangan
Perkembangan berarti pertumbuhan, tindakan, atau proses dari mem- bawakan sesuatu kepada keadaan yang lebih maju atau lebih efektif.2 Setiap organisme, baik manusia maupun hewan, pasti mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisme tersebut, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak.
Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang bersifat progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru. Perubahan seperti itu tidak terlepas dari perubahan yang terjadi pada struktur biologis meskipun tidak semua perubahan kemampuan dan sifat psikis dipengaruhi oleh perubahan struktur biologis. Perubahan kemampuan dan karakteristik psikis sebagai hasil dari perubahan dan kesiapan struktur biologis sering dikenal dengan istilah kematangan.3
Secara singkat, perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu hal dalam jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan.4
“Perkembangan” adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata “berkembang” ini
berarti mekar terbuka atau membentang, menjadi besar, luas dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan dan sebagainya.5
Menurut F.J. Monks, sebagaimana dikutip Desmita dalam bukunya Psikologi Perkembangan, menjelaskan bahwa perkembangan menunjuk pada
2
Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, (Jakarta:PT Rineka Cipta,1993), h.194
3
M. Ali dan M. Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:PT. Bumi Aksara,2010), h.11
4
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1996), h. 40
5
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. (Jakarta:Balai Pustaka,1991), h 538
“suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali.
Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat
diputar kembali”.6
Perkembangan adalah suatu perubahan, perubahan ke arah yang lebih maju, lebih dewasa. Secara teknis, perubahan tersebut biasanya disebut proses. Jadi pada garis besarnya para ahli sependapat, bahwa perkembangan itu adalah suatu proses. Tetapi apabila persoalan kita lanjutkan dengan mempersoalkan proses apa, maka di sini kita dapatkan lagi bermacam-macam jawaban yang pada pokoknya berpangkal kepada pendirian masing-masing ahli.7
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna.
C. Prinsip-prinsip Perkembangan
Dalam perkembangan terdapat beberapa prinsip perkembangan, diantaranya sebagai berikut:
1. Berlangsungnya perkembangan individu yang satu tidak sama cepat atau lambatnya dengan individu yang lain.
2. Berlangsungnya perkembangan individu tidak dengan irama yang konstan, tetapi kadang-kadang dengan irama cepat, lambat, atau bahkan seperti berhenti, dan kemudian cepat sekali seperti dipacu.
3. Perkembangan psikis individu merupakan pengulangan urut-urutan tingkah laku dari perkembangan nenek moyang suatu bangsa. Dapat dikatakan juga bahwa hakikat dan perkembangan manusia merupakan determinasi dari kekuatan-kekuatan sosial yang melingkupi secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
4. Dalam perkembangan anak terdapat suatu saat yang sangat tepat bagi suatu fungsi untuk dapat berkembang dengan baik sekali atau sangat sensitif dan sangat dengan mudah untuk merespon stimulus yang datang kepada dirinya.
6
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 4
7
5. Perkembangan individu tidak selalu berlangsung dengan tenang dan teratur, tetapi pada masa-masa tertentu terjadi suatu guncangan yang membawa perubahan secara radikal. Masa ini terjadi dalam dua periode guncangan. Periode guncangan pertama, terjadi ketika individu berada pada usia 3-4 tahun. Periode guncangan kedua terjadi ketika individu berada pada usia sekitar 14-17 tahun.
6. Perkembangan individu merupakan suatu proses yang berlangsung sebagai suatu penjelajahan dan penemuan pada individu yang bersangkutan. Individu yang lahir merupakan warga baru yang belum mengenal dunia sekelilingnya. Oleh karena itu, dia perlu mengenal dan mempelajari segala sesuatu yang ada di dunia sekelilingnya pada saat kehadirannya.
7. Perkembangan pada setiap individu berupa pertahanan diri yang ada dan dapat menjadikan sistem keseimbangan untuk perkembangan kehidupannya. Pertahanan diri yang dimaksud adalah suatu respon dalam bentuk sikap atau perilaku individu yang dimunculkan ketika dirinya merasa mendapatkan stimulus yang tidak sesuai atau tidak menyenangkan.
8. Setiap individu memiliki dorongan alamiah untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dorongan untuk mengembangkan diri dapat berupa kegiatan yang dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya dan dorongan untuk mengembangkan diri wujudnya berlainan antara satu dengan lainnya.8
D. Tahapan Perkembangan
Dalam hubungan proses belajar mengajar pentahapan perkembangan yang digunakan sebaiknya bersifat elektif (tidak berpaku pada satu pendapat saja). Fase-fase perkembangan individu:
1. Masa usia pra sekolah (0-6 tahun)
8
Masa ini terbagi 2 yaitu: masa vital masa di mana individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya dan masa estetik (keindahan) adalah masa perkembangan rasa keindahan di mana dalam masa ini perkembangan anak yang terutama adalah fungsi panca inderanya.
2. Masa usia sekolah dasar (6-12 tahun)
Masa ini disebut juga masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Masa ini diperinci menjadi 2 fase, yaitu:
a. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, Sifat-sifat yang umum pada masa ini biasanya anak tunduk pada peraturan-peraturan tradisional, adanya kecenderungan memuji diri sendiri, suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain.
b. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, sifat-sifat khas anak dalam masa ini antara lain: adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari, amat realistic (ingin mengetahui dan belajar), biasanya anak gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama-sama. Masa keserasian bersekolah diakhiri dengan masa yang disebut poeral. Sifat-sifat khas anak pada masa poeral ini menurut para ahli yaitu: 1) Ditujukan untuk berkuasa (sikap, tingkah laku, dan perbuatan) 2) Ekstraversi (berorientasi keluar dirinya, misalnya mencari teman
sebaya untuk memenuhi kebutuhan fisiknya).
c. Masa usia sekolah menengah ( 12- 18 tahun), masa ini dapat diperinci menjadi beberapa masa, yaitu:
1) Masa praremaja (remaja awal), masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut masa negatif seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik. 2) Masa remaja (remaja madya), pada masa ini remaja mencari
sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja, dan ia membutuhkan teman yang dapat memahami dan menolongnya saat suka maupun duka.
3) Masa remaja akhir, pada masa ini remaja dapat menentukan pendirian hidupnya.
d. Masa usia mahasiswa (18 – 25 tahun), Masa usia mahasiswa biasanya berusia 18–25 tahun, dan pada masa inilah remaja memiliki pemantapan pendirian hidup.9
E. Perkembangan Pendidikan Islam di Persatuan Islam (PERSIS)
Perkembangan pendidikan Islam kini sudah semakin maju dan modern. Seperti telah dibahas oleh penulis sebelumnya bahwa perkembangan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa. Istilah Perkembangan tidak hanya digunakan oleh setiap organisme, seperti manusia, tumbuhan, atau hewan saja. Pendidikan yang kita jalani saat ini pun semakin hari akan semakin berkembang, yaitu perubahan ke arah yang lebih baik.
Pendidikan merupakan salah satu lembaga sosial yang bersumber pada falsafah setiap bangsa. Ahli-ahli falsafah dari zaman dahulu kala sampai sekarang, semenjak Plato sampai Dewey telah mengharuskan kita untuk menaruh perhatian terhadap pendidikan karena pada zaman modern seperti saat ini, kita dapati pendidikan merupakan pantulan dari falsafah setiap bangsa dan ialah yang merupakan jurubicara dari semangat bangsa tersebut. Maka pendidikan yang dibawa oleh John Dewey adalah satu contoh dari apa yang sekarang ini disebut dalam pendidikan yang menganggap bahwa pelajar itu sebagai alat yang menerima ilmu dan hanya menghafalkan pelajaran saja. Sebaliknya, pendidikan
modern menganjurkan agar pelajar itulah yang “berbuat”, yang menghasilkan,
yang mengajar dirinya sendiri, sehingga siswa menjadi aktif dalam proses belajar mengajar sedangkan guru hanyalah seorang pembimbing.10
Pendidikan merupakan salah satu syarat utama dalam upaya meneruskan dan mengkekalkan nilai-niai kebudayaan dari sebuah masyarakat. Dengan demikian, pendidikan merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan bagi
9
Ibid., h. 26 10
sebuah masayarakat.11 Sama halnya dengan pendidikan, pendidikan Islam juga merupakan media sosial yang memantulkan jiwa falsafah Islam disatu pihak dan media inilah yang melaksanakan falsafah tersebut dipihak yang lain. Nabi Muhammad saw. sangat memberi perhatian lebih kepada pendidikan semenjak tahun-tahun pertama kebangkitan Islam dengan memerintahkan agar mendirikan lembaga-lembaga pendidikan seperti surau dan madrasah-madrasah untuk mengajarkan anak-anak dan orang dewasa menulis dan membaca.
Sejarah pendidikan Islam telah menunjukkan semenjak bangkit dan berkembangnya di tangan Rasulullah saw., yang diutus Allah kepada seluruh umat manusia untuk mengajar mereka hal-hal yang berkaitan dengan agama dan dunia dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah adalah guru pertama dalam Islam. Pendidikan Islam berasakan kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Al-Qur’an
merupakan kitab Allah, sedang sunnah adalah amalan dan ucapan Nabi Muhammad saw. oleh karena itu Al-Qur’an adalah kitab yang tetap dan tidak akan pernah berubah semenjak pertama diturunkan hingga akhir zaman untuk dihafalkan ayat-ayatnya dan diamalkan serta sebagai petunjuk bagi kaum muslimin. Sedangkan As-Sunnah dijadikan sebagai penyempurna bagi Al- Qur’an
dan merupakan obor yang dijadikan petunjuk bagi tingkah laku umat manusia. Maka tidak heran kalau Islam mempunyai corak pendidikan yang khas, berbeda dalam tujuan dan metodenya dari pendidikan yang lain yang menguasai peradaban-peradaban lain sepanjang sejarah yang mempunyai tujuan dan metode yang berlainan dengan Islam.12
Diawal kelahirannya Persatuan Islam atau yang lebih dikenal dengan PERSIS dimulai dengan diskusi berkala. Organisasi ini dilahirkan di Bandung, pada tanggal 12 Sepetember 1923 atau 1 Shafar 1342. Pada mulanya H. Zamzam dan Muhammad Yunus mengadakan diskusi yang berkala. Kegiatan ini dilakukan untuk merespon konflik keagamaan antara kaum muda dan kaum tua. H. Zamzam dan Muhammad Yunus merupakan orang yang paling berpengaruh didiskusi ini.
11
Samsul Nizar, Pengantar dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta:Gaya Media Pratama,2001), h. 95
12
Pada awalnya anggota diskusi tersebut bukan hanya diisi oleh kaum muda modernis saja, akan tetapi ia juga banyak beranggotakan kaum tua tradisionalis. Sehingga dengan adanya diskusi tersebut bukan hanya sebatas diskusi akan tetapi ia juga dijadikan media yang mempertemukan kaum muda dan kaum tua. Topik diskusinya antara lain: masalah-masalah agama yang ada di majalah Al-Munir Padang, Al-Manar Mesir, Friksi-friksi golongan Arab (Al- Irsyad vs Jamiat Khair) serta perkembangan ideologi komunisme yang mengakar dan berhasil memecah belah Serekat Islam (SI).
Pada perkembangan diskusi selanjutnya pihak H. Zamzam dan para anggota lainnya mencoba mengenalkan ide-ide kaum modernis sebagai tema sentralnya yang pada akhirnya diskusi tersebut lebih condong pada ide-ide kaum modernis, alhasil muncullah ketidaksukaan dari anggota yang lainnya yang mendukung paham tradisionalis, sehingga pada tahun 1926 anggota diskusi yang masih berpaham tradisionalis membentuk sebuah organisasi tandingan yang diberi nama Pemufakatan Islam. Sementara anggota yang lainnya yang setuju dengan ide-ide pembaharu tetap mempertahankan nama Persatuan Islam dan berhasil mendeklarasikan diri sebagai organisasi pembaharu.13
Perjuangan PERSIS dalam bidang pendidikan adalah dengan mendirikan madrasah-madrasah dan pesantren-pesantren. Awal mulanya sekolah tersebut ditujukan untuk anak-anak anggota PERSIS, namun kemudian diperluas dan menerima anak-anak lain. Suatu hal yang menonjol dalam organisasi ini yang membedakannya dengan organisasi-organisasi lain adalah dalam menyebarkan ide-idenya, PERSIS lebih senang dengan cara perdebatan-perdebatan dan polemik. Organisasi PERSIS kerap mengajak orang-orang yang berbeda pendapat dan pemikiran untuk berdebat.14
Terbentuknya Persatuan Islam di Bandung memberikan angin baru terhadap pola keagamaan masyarakat Bandung. Ahmad Hassan yang bergabung dengan gerakan ini pada tahun 1924 adalah anggota yang memberikan format dan
13
Howard M. Federspiel, Persatuan Islam Pembaharuan Islam Indonesia Aba XX, (Yogyakarta:Gadjah Mada University Press,1996), h.18
14
Ahmad Syaukani, Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia Islam, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2001), h.125
individualitas nyata kedalam barisan Muslim modernis.15 Sehingga ketika organisasi ini terpecah anggotanya pada tahun 1926, A. Hassan tampil sebagai peletak dasar ideologi Persatuan Islam yang membawa Persatuan Islam menjadi gerakan purifikasi Islam. Masuknya A. Hassan ke dalam tubuh organisasi PERSIS membawa PERSIS semakin jelas dalam gerakannya yaitu gerakan tajdid (pembaharu), gerakan purifikasi Islam (pemurnian ajaran Islam) dan gerakan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
Selain bidang dakwah, PERSIS juga menjadikan pendidikan sebagai salah satu sarana dan wahana bagi tercapainya tujuan PERSIS. Pada tahun 1930 di Bandung diselenggarakan pertemuan antara PERSIS dengan tokoh umat Islam yang menaruh perhatian terhadap pendidikan generasi muda Islam. Pertemuan tersebut telah menghasilkan satu keputusan untuk mendirikan sebuah yayasan pendidikan Islam, berusaha memadukan dan mengembangkan pelajaran dan pengetahuan modern dengan pendidikan dan pengajaran Islam dalam arti yang seluas-luasnya. Program yang telah disetujui dalam pertemuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi kekurangan pelajaran bagi generasi muda mengingat mereka haus sekali terhadap pengetahuan modern dan sesuai pula dengan penghematan pemerintah dalam pendidikan.
2. Mengatur pendidikan dan pengajaran generasi muda dengan berdasarkan kepada jiwa Islam dan mempraktikkannya secara lebih rapi.
3. Mengatur dan menjaga pendidikan generasi muda agar mereka tidak bergantung kepada gaji dan honor setelah keluar dari sekolah dan dapat bekerja dan percaya kepada kemampuan sendiri.16
Untuk mencapai tujuan itu, usaha yang dilakukan ialah mendirikan sekolah-sekolah seperti Taman Kanak-Kanak, HIS, MULO, Pertukangan dan perdagangan, kursus-kursus dan ceramah-ceramah. Persatuan Islam atau PERSIS adalah salah satu lembaga kemasyarakatan (lembaga sosial) yang ada di Indonesia. Lembaga kemasyarakatan itu sendiri merupakan terjemahan langsung dari istilah asing social institution. Pengertian lembaga lebih menunjuk pada
15
Howard M. Federspiel, op.cit., h. 17 16
sesuatu bentuk, sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak perihal adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri lembaga tersebut. Namun disamping itu kadang-kadang juga dipakai istilah lembaga sosial.17
Robert MacIver dan Charles H. Page mengartikan lembaga kemasyarakaan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakannya asosiasi. Sedangkan menurut Leopold Wiese dan Howard becker mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya.18
Lembaga kemasyarakatan terdapat di dalam setiap masyarakat tanpa memperdulikan apakah masyarakat tersebut mempunyai taraf kebudayaan bersahaja atau modern. Karena setiap masyarakat tentu mempunyai kebutuhan-kebutuhan pokok yang apabila dikelompok-kelompokkan, terhimpun menjadi lembaga kemasyarakatan.
Lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Wujud kongkrit lembaga kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi (association).19
Fungsi lembaga sosial adalah sebagai berikut :
a. Memberikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya b. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan
c. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial, yakni sistem pengaasan oleh masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
Menurut John Lewis Gillin dan John Philip Gillin, ada enam macam ciri lembaga sosial, yaitu sebagai berikut :
17
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.190
18
Ibid., h.192
19
a. Lembaga sosial merupakan himpunan pola-pola pemikiran dan tingkah laku yang dicerminkan dalam kegiatan kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.
b. Lembaga sosial mempunyai taraf kekekalan tertentu. Lembaga sosial mempunyai satu atau lebih tujuan.
c. Lembaga sosia mempunyai berbagai sarana untuk menepati tujuannya. d. Lembaga sosial mempunyai lambang/ simbol yang khas.
e. Lembaga sosial mempunyai tradisi lisan maupun tertulis yang berisikan rumusan tujuan, sikap, dan tindak tanduk individu yang mengkuti lembaga tersebut.20
Sebagai suatu lembaga kemasyarakatan PERSIS memiliki ciri khas. Ke-khasan PERSIS dalam penyebaran paham keagamaan dengan Umat, selain dalam bentuk tulisan di majalah yang diterbitkannya sendiri juga dalam bentuk dakwah lisan, kelompok study, perdebatan, tabligh dan khotbah-khotbah yang dianggap orang sebagai berani, keras, tegas, lugas tetapi jelas terkadang menimbulkan kesan kebencian. Ini terbukti ketika PERSIS menjelma menjadi organisasi paling ekstrim, liberal dan radikal dalam melakukan pertentangan terhadap tradisi-tradisi yang dianggap sebagai ajaran agama padahal bid’ah,
khurafat dan takhayul.
Para pendiri PERSIS menilai bahwa masyarakat Islam Indonesia ketika itu tidak membutuhkan suatu perombakan tatanan kehidupan keislaman. Namun, mereka melihat bahwa sebagian besar umat Islam telah tenggelam dalam
„buaian’ taklid, jumud, khurafat, bid’ah, takhayul, syirik, dan paham-paham sesat lainnya. Karena itu, PERSIS berdiri atas dasar kewajiban terhadap tugas Ilahi untuk mengubah kemandekan berpikir dan membuka ketertutupan pintu ijtihad.
Pada masa kini PERSIS berjuang menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat pada masanya yang lebih realistis dan kritis. Gerak perjuangan PERSIS tidak terbatas pada persoalan persoalan ibadah dalam arti sempit, tetapi meluas kepada persoalan-persoalan strategis yang dibutuhkan oleh umat Islam terutama pada urusan muamalah dan peningkatan pengkajian pemikiran keislaman.
20
F. Penelitian Yang Relevan
Tulisan-tulisan tentang M. Natsir sudah banyak dikaji orang, begitu juga dengan penelitian tentang beliau, tokoh ini sangat berpengaruh di bidangnya sebagai buktinya yaitu karya-karya beliau yang sampai sekarang masih dapat dibaca dan dikaji.
Sepengetahuan peneliti, ada beberapa penelitian yang sudah membahas dan mengkaji mengenai pemikiran M. Natsir baik itu dalam bidang pendidikan, politik, maupun dakwah. Diantaranya adalah :
1. “Gagasan Pendidikan Integral Menurut Mohammad Natsir”.
Skripsi ini disusun oleh Hasan Fathoni. Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif analisis, yakni mendeskripsikan semua data-data yang sudah diperoleh dan dianalisis, sehingga menjadi satu bentuk kesatuan yang utuh dan menyeluruh serta sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam skripsi ini membahas mengenai pemikiran M. Natsir tentang pendidikan Islam integral yaitu model pendidikan yang memadukan antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Untuk mengimplementasikan pendidikan Islam integral M. Natsir kurikulum yang dipakai adalah kurikulum nasional dan kurikulum agama serta melaksanakan keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, keseimbangan antara badan dan roh. Konsep pendidikan Islam M. Natsir ini merupakan ide untuk pembaharuan PAI yang sekarang semakin banyak kaum sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Kesamaan dalam skripsi ini adalah mengangkat mengenai M. Natsir. Akan tetapi, perbedaannya terdapat dalam masalah yang dibahas. Jika Hasan Fathoni membahas tentang pendidikan integral M. Natsir maka penelitian ini membahas mengenai kontribusi pemikiran M. Natsir.
2. “Konsep Pendidikan Islam Mohammad Natsir dan Implementasinya”. Skripsi ini disusun oleh Muhammad Huseyni.
Skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif analisis, dalam skripsi ini penulisnya memberikan uraian/deskripsi yang seluas-luasnya terhadap pemikiran M. Natsir tentang pendidikan Islam. Penelitiaannya menggunakan data-data pustaka, baik berbentuk jurnal, majalah, ataupun artikel yang menulis tentang pemikiran beliau. Fokus penelitian di skripsi ini adalah konsep pendidikan M. Natsir dan implementasinya di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) M. Natsir. Sama halnya seperti skripsi sebelumnya, pada skripsi ini memiliki kesamaan membahas mengenai M. Natsir. Akan tetapi terdapat perbedaan pada masalah yang dibahas. Jika Huseyni membahas tentang konsep pendidikan Islam M. Natsir sedangkan dalam penelitian ini