• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Dengan dilakukan penelitian ini penulis memiliki harapan:

1. Bagi peneliti bisa mengetahui lebih dalam lagi dan mencari sumber referensi yang relevan tentang kontribusi M. Natsir di Persatuan Islam. 2. Bagi peneliti juga bisa lebih baik lagi dalam penelitian selanjutnya

yang berkaitan dengan pendidikan Islam itu sendiri.

3. Untuk Civitas Akademika, penulis berharap agar dapat melanjutkan penelitian dan mengembangkan pemikiran dan cita-cita M. Natsir. 4. Untuk mahasiswa, agar dapat memahami lebih dalam lagi mengenai

kontribusi dan pemikiran-pemikran M. Natsir dalam usahanya untuk memajukan pendidikan Islam.

5. Untuk Persatuan Islam (PERSIS) sendiri penulis berpesan agar mengembangkan sistem Pendidikan Islam yang sesuai dengan

al-Qur’an dan al-Sunnah kepada santri-santri pada khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya.

A. Susanto. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: AMZAH, 2009.

Artawijaya. “M. Natsir Maestro Dakwah Yang Tak Kenal Lelah”. Al-Mujtama’.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Derani, Saidun. Mohammad Natsir Dan Keterlibatannya Dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia. pada Program Ilmu Agama Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2004.

Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009.

Federspiel, M Howard. Labirin Ideologi Muslim;Pencarian dan Pergulatan PERSIS di Era Kemunculan Negara Indonesia 1923-1957. Jakarta: SERAMBI, 2004.

Feisal, A Jusuf dkk. Pemikiran dan Perjuangan Mohammad Natsir. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.

Hakiem, Lukman. Dkk. 100 Tahun Mohammad Natsir; Berdamai dengan Sejarah. Jakarta: Penerbit Republika, 2008.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2012.

http://digilib.umm.ac.id. Pemikiran Pendidikan Islam Mohammad Natsir. Diunduh tanggal 29 April 2010

http://id.wikipedia.org/wiki/ Persatuan Islam

Khaeruman, Badri. Persatuan Islam, Sejarah Pembaruan Pemikiran “kembali

kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah”. Bandung: Forum Alumni Pondok Pesantren Persatuan Islam (FAPPI), 2010.

Lexy, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. cet. 28. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Luth, Thohir. Dakwah dan Pemikirannya. Jakarta: Gema Insani Press, 1999.

Nata, Abuddin. Tokoh-tokoh Pembaharu Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

---, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1995.

Natsir, Muhammad. Capita Selecta. Jakarta: Bulan Bintang, 1954.

Nizar, Samsul. Pengantar dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.

Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2013.

Puar, Yusuf Abdullah. M. Natsir 70 tahun:Kenang-kenangan Kehidupan dan Perjuangan. Jakarta: Pustaka Antara, 1978.

Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Qanun Asasi Persatuan Islam, 1984.

Sabri, Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. cet.1. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2013.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Sudarsono. Kamus Filsafat dan Psikologi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993.

Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Supardan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Syafri, Amri. Pemikiran Pendidikan Natsir;Parade yang Belum Usai. dalam Majalah Al-Mujtama’. 2008.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996.

Syaukani, Ahmad. Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 2001.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka, 1991.

Wildan, Dadan. Sejarah Perjuangan PERSIS 1923-1983. Bandung: Gema Syahida, 1995.

Www. PERSIS. or.id

Zamroni. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1992.

Kepala Sekolah serta Pengajar di Pesantren Persatuan Islam (PERSIS)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Mohammad Natsir begitu mewanti-wanti kepada seluruh umat Islam untuk tidak meremehkan pendidikan Tauhid. Menurut M. Natsir pendidikan Tauhid harus diberikan kepada generasi muda yang siap mengembangkan Islam sebelum mereka dicekoki dengan materi yang tidak islami. Beliau memandang bahwa lahirnya para intelektual muslim yang menentang Islam dan kelompok yang wastern-minded adalah akibat dari pendidikan yang tidak berbasis agama yang benar.

1) Apakah di pesanren PERSIS ini mengajarkan dan menerapkan Pendidikan Tauhid?

Jawaban: Jelas diajarkan karena pendidikan tauhid merupakan fondasi. Berangkat dari tauhid insyaAllah pencapaian dalam masalah akhlak akan tercapai, pesantren mengupayakan di samping menanamkan tauhid dalam pelajaran juga lewat Baiat, di antara poin baiat itu ada yg terakhir, maa najwa sala satin illa huwa rabiuhum wa laa khomsatin illa huwa sadisuhum wa laa adna min zaalika wa laa aksara illa huwa maahu ayna maa kanu. Ayat tersebut menanamkan agar kita justru hanya takut kepada Allah saja sehingga apabila ayat tersebut diaplikasikan oleh santri atau pelajar dalam kehidupan sehari-hari maka akan dapat rasa menghadirkan Allah di mana saja mereka berada. Jika melalui mata pelajaran itu ada tauhid uluhiyah, rububiyah, lawannya tauhid adalah syirik yang mana mempersekutukan Allah kemudian ada riya dalam ibadah.

Tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai oleh Mohammad Natsir adalah membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, maju dan

2) Apakah senada/ sesuai tujuan yang ingin dicapai pesantren PERSIS 69 ini dengan tujuan pendidikan yang diharapkan beliau ?

Jawaban : Visi misi dan tujuan pendidikan di Persis adalah membentuk generasi muslim yang tafaqquh fiddien. Iya senada, tafaqquh fiddien itu mencakup keseluruhan baik masalah keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia, dll. Membentuk insan ulul albab yang tafaqquh fiddien, yang mencakup intelektual, antara ruhani dengan keilmuan secara ilmu atau bahasanya antara zikir dan fikir, zikir itu kan kaitan dengan masalah keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia, sementara fikir kemampuan daya fikir atau inteletualnya.

Menurut pandangan Mohammad Natsir Kurikulum yang baik bagi pendidikan Islam semestinya kurikulum pendidikan yang dapat disusun dan dikembangkan secara integral (keseluruhan, utuh, terpadu) sehingga akan tertanam sikap kemandirian bagi setiap peserta didik dalam menyikapi realitas kehidupannya. Beliau sangat tegas menolak teori dikotomi ilmu yang memisahkan antara ilmu agama dan ilmu umum. Makanya beliau menampik pemisahan pendidikan agama dan pendidikan umum.

3) Bagaimana dengan kurikulum di Pesantren Persis 69 ini, apakah menerapkan kurikulum intergral yang digagas oleh pak Natsir tersebut ?

Jawaban: Di pesantren kita paling banyak kurikulum atau bidang studi di pesantren ini mungkin bisa disebut paling banyak, sekitar 28 bidang studi karena memadukan antara kurikulum kementrian pendidikan, kementrian agama dan muatan pesantren, itu yg dimaksud tidak dikotomi, jadi tidak memisahkan ini ilmu agama ini ilmu umum, itu juga yang dinamakan insan ulul albab. Kalo zikir itu kan masalah hati ruhani sementara fikir itukan akal, jadi bagaimana dua-duanya itu bisa dicapai, sehingga manefestasi yang keluar dari ucapannya itu Rabbana maa kholaqta haza baatila subhanaka faqina azabannar. Menjadi manusia yg ilmunya tinggi akan tetapi tidak sombong dan bersikap tawadhu dan tidak

Pak Natsir mengungkapkan bahwa memberikan ilmu kepada peserta didik dapat melalui 3 metode, yaitu, metode hikmah, metode mauizah dan metode mujadalah.

4) Apakah di pesantren ini menerapkan metode pendidikan seperti yang digagas M. Nasir atau ada metode lain ?

Jawaban: Ini berangkat dari ayat al-Qur’an dalam surat an-Nahl ayat 125, menunjukkan bahwa tugas dakwah itu merupakan tugas semua umat Islam, jadi bukan hanya tugasnya ustaz. Dan tergantung objek dakwah kita itu siapa, jadi metode yang digunakan di pesantren ini ya tentu saja memadukan antara metode bilhikmah, wal mauizah dan mujadalah. Tentunya juga disesuaikan dengan tingkat pendidikan, jika di tsanawiyah anak-anaknya lebih kepada mereka menerima menerima saja, tapi kalau sudah tingkat aliyah sudah pada berkembang tingkat berfikirnya sudah banyak dapat mencerna berbagai macam data jadi sudah berkembang ilmunya sehingga dalam hal ini setiap guru bidang studi akan berusaha dalam penyampaian materi mata pelajarannya itu agar tidak monoton, bisa dengan berdialog, atau diskusi.

Menurut M. Natsir, di samping perlunya mempelajari bahasa Ibu kita sendiri, ada juga bahasa “asing” yang lebih luas yang dapat menghubungkan kita dengan negeri luar sebagai salah satu upaya untuk kemajuan dan kecerdasan kita.

5) Apakah di pesantren ini juga mengajarkan bahasa asing dan menjadikan bahasa yg wajib di gunakan?

Jawaban: Kalau diajarkan pasti iya, baik bahasa Arab maupun bahasa inggris, hanya saja belum sampai kepada sesuatu yang wajib digunakan sehari-hari. Jadi memang untuk mecapai yang seperti itu harus mmpertimbangkan daya tangkap anak terutama tadi kurikulum yang sedemikian rupa, sudah beberapa tahun ini di pesantren ini mencoba ada program tahfiz untuk lulus Tsanawiyah minimal hafal 3 juz, lulus Aliyah 6 juz. Jadi di tengah-tengah kurikulum yang banyak itu mereka

(bantuan operasional pendidikan) sehingga kegiatan ini tidak membebankan orang tua dalam hal biaya. Yang diajarkan saat itu sudah tidak lagi membahas grammar tapi sudah conversation atau percakapannya. Tetapi ternyata ada kendala dari santrinya mungkin mereka sudah merasa cape setelah pulang KBM harus belajar lagi tapi ada juga yang senang. Hanya saja saat ini program tersebut harus berhenti dulu sementara.

Pengajar di Pesantren PERSIS

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Mohammad Natsir begitu mewanti-wanti kepada seluruh umat Islam untuk tidak meremehkan pendidikan Tauhid, menurut Mohammad Natsir, pendidikan Tauhid harus diberikan kepada generasi muda yang siap mengembangkan Islam sebelum mereka dicekoki dengan materi yang tidak islami. Beliau memandang bahwa lahirnya para intelektual muslim yang menentang Islam dan kelompok yang wastern-minded adalah akibat dari pendidikan yang tidak berbasis agama yang benar.

1) Apakah di pesanren PERSIS ini mengajarkan dan menerapkan Pendidikan Tauhid ?

Jawaban : Iya ada, di Pesantren ini sudah mengajarkan dan juga sudah menerapkan Pendidikan tauhid. Yang mengajarkan agar peserta didik mampu meng Esakan Allah dimanapun mereka berada. Selain itu di Pesantren ini terdapat

berbagai macam mata pelajaran muatan lokal seperti, Tafsir qur’an, Tarikh

Islam, Bahasa Arab, Tauhid, dll.

Tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai oleh Mohammad Natsir adalah membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga memiliki ketahanan rohaniah yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat.

2) Apakah senada/ sesuai tujuan yang ingin dicapai pesantren PERSIS 69 ini dengan tujuan pendidikan yg diharapkan beliau ?

Jawaban : Iya sesuai, karena tujuan dari Pesantren ini adalah membentuk generasi muslim yang tafaqquh fiddien, sehingga dalam tafaqquh fiddien itu mencakup manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia serta mandiri.

Menurut pandangan Mohammad Natsir Kurikulum yang baik bagi pendidikan Islam semestinya kurikulum pendidikan yang dapat disusun dan

kehidupannya. Beliau sangat tegas menolak teori dikotomi ilmu yang memisahkan antara ilmu agama dan ilmu umum. Makanya beliau menampik pemisahan pendidikan agama dan pendidikan umum.

3) Bagaimana dengan kurikulum di pesantren ini apakah menerapkan kurikulum intergral yang di gagas oleh pak Natsir tersebut ?

Jawaban : Di pesantren ini sudah menerapkan kurikulum yang dikembangkan secara integral, jadi tidak hanya pendidikan agama saja yang diajarkan dan ingin dimajukan akan tetapi pendidikan umum pula diajarkan dan ingin dimajukan.

Pak Natsir mengungkapkan bahwa memberikan ilmu kepada peserta didik dapat melalui 3 metode, yaitu, metode hikmah, metode mauizah dan metode mujadalah.

4) Apakah di pesantren ini menerapkan metode pendidikan yang seperti di gagas M. Natsir atau ada metode lain ?

Jawaban :Saya pribadi menerapkan metode tersebut, misalnya dengan memberi motivasi kepada peserta didik, kemudian mengadakan debat di dalam kelas, tanya jawab dll. Namun saat mengajar di dalam kelas saya juga menerapkan metode modern, diantaranya metode active leraning dan cooperative learning.

Menurut Natsir, disamping perlunya mempelajari bahasa Ibu kita sendiri,

disamping itu ada bahasa “asing” yang lebih luas yang dapat menghubungkan

kita dengan negeri luar, sebagai salah satu upaya untuk kemajuan dan kecerdasan kita.

5) Apakah di pesantren ini juga mengajarkan bahasa asing dan menjadikan bahasa yg wajib di gunakan?

Jawaban : Sudah pasti diajarkan di pesantren, hanya saja itu sebagai mata pelajaran. Jika ditanya apakah menjadikan bahasa yang wajib digunakan disini ya belum di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari atau belum digunakan sebagai alat komunikasi yang wajib disini.

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Kamu tahu tentang pendidikan tauhid ? apa menurut kamu di pesantren ini mengajarkan pendidikan tauhid ?

Jawaban : tau dan alhamdulillah sudah diajarkan sama ust. Beben. Pendidikan Tauhid itu fungsi tujuan nya untuk menguatkan akidah serta iman agar tidak melenceng dalam agama.

Tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai oleh Mohammad Natsir adalah membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga memiliki ketahanan rohaniah yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat. Menurut kamu tujuan tersebut sudah tercapai atau belum dan apa kamu sudah merasakan tujuan itu ?

Jawaban : Kalo disini yang dirasain pasti ada efeknya dari yg diajarin disini, ya berpengaruh sii pasti tapi presentase berpengaruhnya tp belum mencapai 100 persen lah.

Kamu tahu tentang pendidikan Integral ? dan sebagai santri yang sudah di didik di pesantren ini, menurut kamu apakah pendidikan tersebut sudah diterapkan di pesantren ini?

Jawaban : Di pesantren ini pendidikan integral pasti diterapkan ya, karena dipesantren ini diajarkan ilmu umum dan ilmu agama juga, jadi otomati yang dikotomi ilmu itu tidak terjadi disini, ilmu umum dan ilmu agamanya diseimbangkan.

Ketika kamu belajar di dalam kelas, metode apa yang biasa digunakan oleh asatid/zah yang mengajarkan kamu ?

Jawaban : Metode nya berebda beda tergantung astiz/ah dan mata pelajaran itu sendiri. Ada yang menggunakan metode ceramah, ada yang menggunakan diskusi, dan ada yang memberi feedback ke murid nya untuk mengungkapkan pendapatnya.

Di pesantren ini selain menggunakan bhs. Indonesia, Apakah sudah menerapkan penggunaan bahasa asing juga dan apakah sudah maksimal ?

Jawaban : Disini pasti diajarin bahasa inggris dan bahasa arab tersebut, tapi dalam hal penerapan belum maksimal lah, hanya di dalam kelas aja saat jam pelajaran dan belum di gunakan dalam percakapan sehari hari.

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Kamu tahu tentang pendidikan tauhid ? apa menurut kamu di pesantren ini mengajarkan pendidikan tauhid ?

Jawaban : tau, dan sudah diajarkan di pesantren ini, manfaatnya untuk meningkatkan keyakinan kita pada keesaan Allah SWT,

Tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai oleh Mohammad Natsir adalah membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga memiliki ketahanan rohaniah yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat. Menurut kamu tujuan tersebut sudah tercapai atau belum dan apa kamu sudah merasakan tujuan itu ?

Jawaban : disini belajarnya ya memang mengarah kesitu tapi untuk pencapaian nya itu tergantung diri kita sendiri dan sedikit banyak saya sudah merasakan tujuan pendidikan tersebut.

Kamu tahu tentang pendidikan Integral ? dan sebagai santri yang sudah di didik di pesantren ini, menurut kamu apakah pendidikan tersebut sudah diterapkan di pesantren ini?

Jawaban : menurut saya pendidikan integral itu sudah diterapkan di pesantren ini, terbukti dari bukan hanya mata pelajaran agama saja yang banyak di ajarkan akan tetapi mata pelajaran umum juga banyak diajarkan disini.

Ketika kamu belajar di dalam kelas, metode apa yang biasa digunakan oleh asatid/zah yang mengajarkan kamu ?

Jawaban : yang saya rasakan metode ceramah. Metode yang lainnya saya kurang paham, paling hanya diskusi dan tanya jawab.

Di pesantren ini selain menggunakan bhs. Indonesia, Apakah sudah menerapkan penggunaan bahasa asing dan sudah maksimal belum?

Jawaban : menurut saya belum maksimal, tapi yang saya rasakan sudah digunakan di pesantren ini.

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Kamu tahu tentang pendidikan tauhid ? apa menurut kamu di pesantren ini mengajarkan pendidikan tauhid ?

Jawaban : Tau dan sudah diajarkan dari pertama saat masuk dan dijadikan mata pelajaran. Sehingga semua santri disini pasti belajar ilmu tauhid.

Tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai oleh Mohammad Natsir adalah membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga memiliki ketahanan rohaniah yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat. Menurut kamu tujuan tersebut sudah tercapai atau belum dan apa kamu sudah merasakan tujuan itu ?

Jawaban : menurut saya sudah diterapkan dan sudah tercapai di pesantren ini. Saya sendiri sudah merasakan tujuan tersebut walaupun belum seluruhnya.

Kamu tahu tentang pendidikan Integral ? dan sebagai santri yang sudah di didik di pesantren ini, menurut kamu apakah pendidikan integral sudah diterapkan di pesantren ini?

Jawaban : menurut saya di pesantren ini ya sudah diterapkan pendidikan integral, karna disini tidak hanya di ajarkan ilmu agama nya saja akan tetapi juga ilmu umum nya.

Ketika kamu belajar di dalam kelas, metode apa yang biasa digunakan oleh asatid/zah yang mengajarkan kamu ?

Jawaban : metode nya banyak tidak hanya teacher center, ketika saatnya asatiz/ah menjelaskan ya menjelaskan dan saat bertanya ya bertanya dan sering juga diskusi dan tanya jawab.

Di pesantren ini selain menggunakan bhs. Indonesia, Apakah sudah menerapkan penggunaan bahasa asing dan sudah maksimal belum?

Jawaban : menerapkan iya tapi hanya ketika pelajaran saja, kalo dalam keseharian belum digunakan atau belum maksimal.

Dokumen terkait