• Tidak ada hasil yang ditemukan

gagasan.22 Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah make a match.

Make a match adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa diharuskan mencari pasangan kartu. Model pembelajaran make a match merupakan model belajar mengajar mencari pasangan dimana siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Menurut Lestari dan Mokhammad make a match adalah model pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa dan dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut.23 Mulyantiningsih menyatakan bahwa model pembelajaran make a match adalah model pembelajaran kelompok yang memiliki dua orang anggota. Masing-masing anggota kelompok tidak diketahui sebelumnya tetapi dicari berdasarkan kesaman pasangan misalnya pasangan soal dan jawaban.24

Karakterisitik model pembelajaran kooperatif tipe make a match menurut Rusman yaitu: (1) mengajak siswa bermain sambil belajar, (2) membuat siswa menjadi aktif, kreatif dan inovatif, (3) memberikan kesempatan siswa untuk berinteraksi dengan teman-temannya, (4)

22 Arif Djunaidi, “Improving Collaboration Abilities and Students’ Learning Outcomes Through Presentation Based Cooperative”, Mathematics Education Journals, Vol. 5 No. 1 (Tahun 2021), 36-37.

23 Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika, (Bandung: PT Refika Aditama, 2017),

24 Siti Halimah, “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Make a match Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”, (Skripsi UIN Mataram, 2019), 10.

meningkatkan motivasi belajar.25 Karakteristik model pembelajaran ini memiliki hubungan yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar bermain. Sehingga, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match siswa dituntut bisa lebih aktif dalam pembelajaran.

Pelakasanaan model kooperatif tipe make a match harus didukung dengan keaktifan siswa untuk bergerak mencari pasangan dengan kartu yang sesuai dengan jawaban atau pertanyaan dalam kartu tersebut.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri.

Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi sehingga siswa dapat mempunyai pengalaman belajar yang bermakna.

Langkah-langkah pembelajaran make a match menurut Rusman adalah sebagai berikut:26

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep dan topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

b. Setiap siswa dapat satu buah kartu.

25 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2011), 23.

26 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2011),

c. Setiap siswa memikirkan soal dari kartu yang dipegang.

d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (jawaban soal).

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

g. Kesimpulan.

Model kooperatif tipe Make a match dikemukakan oleh Miftahul Huda, dapat dilihat pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran berikut ini:

a. Guru menyampaikan materi atau materi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi di rumah.

b. Siswa dibagi ke dalam 2 kelompok, misalnya kelompok A dan kartu jawaban kelompok B. Kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan.

c. Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok-kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B.

d. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/mencocokan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada siswa.

e. Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangan di kelompok B. Jika mereka sudah menemukan pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah disiapkan.

f. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.

g. Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.

h. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi.27

Menurut Agus Suprijono langkah-langkah dari pembelajaran make a match adala sebagai berikut:28

a. Guru harus menyiapkan kartu-kartu, dimana kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan dan kartu-kartu lainnya berisi kartu jawaban dari pertanyaan.

b. Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok, dimana kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu berisi pertanyaan, kelompok kedua merupakan kelompok pembawa kartu jawaban dan kelompok ketiga adalah kelompok penilai.

27 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Malang: Pustaka Belajar), 252.

28 Agus Suprijino, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009), 94-95.

c. Guru mengatur posisi kelompok- kelompok tersebut membentuk huruf U, dimana kelompok pertama dan kedua harus berhadapan.

d. Guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama dan kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pertanyaan-jawaban yang cocok.

e. Berikan waktu untuk mereka berdiskusi.

f. Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan jawaban kepada kelompok penilai.

g. Kemudian kelompok penilai membaca apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok.

h. Setelah penilaian dilakukan, aturlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kedua bersatu kemudian memposisikan dirinya sebagai kelompok penilai.

i. Kelompok penilai yang pertama kemudian dibagi menjadi dua kelompok, sebagian pemegang kartu pertanyaan dan sebagian pemegang kartu jawaban.

j. Ulangi langkah 3 sampai dengan langkah 7.

Berdasarkan pendapat di atas, adapun langkah-langkah model pembelajaran make a match yang akan peneliti terapkan di kelas adalah:

a. Guru menyiapkan kartu dengan warna yang berbeda. Kumpulan kartu pertama sebagai kartu pertanyaan. Kumpulan kartu kedua sebagai kartu jawaban.

b. Guru menyampaikan materi atau tugas untuk dipelajari di rumah.

c. Guru mengelompokkan siswa menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama sebagai pemegang kartu pertanyaan dan kelompok kedua sebagai pemegang kartu jawaban dan setiap siswa memegang satu kartu.

d. Guru mengatur posisi duduk siswa agar berhadapan. (kelompok pertama berhadapan dengan kelompok kedua).

e. Guru menginstruksikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain, guru memberikan batas waktu maksimum untuk mencari pasangan mereka dan jika mereka menemukan pasangan yang tepat sebelum batas waktu yang ditentukan akan mendapatkan poin.

f. Guru memberikan aba-aba sebagai tanda agar kelompok pertama dan kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pertanyaan-jawaban yang cocok.

g. Jika mereka sudah menemukan pasangan, guru meminta mereka untuk melaporkan diri, kemudian intruksi lagi sebagai tanda mereka berhenti mencari pasangan bagi yang belum menemukan.

h. Guru meminta siswa yang tidak mendapatkan pasangan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.

i. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan tersebut.

j. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

Tabel 2.2

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

No Sintaks

1. Merancang konsep

2. Siswa dibagi menjadi dua kelompok 3. Siswa menerima kartu

4. Melacak kartu 5. Memperoleh skor 6. Sanksi

7. Mengundi kembali 8. Jawaban yang cocok 9. Kesimpulan

Beberapa hal yang menjadi kelebihan-kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe make a match menurut Miftahul Huda antara lain: 29

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik karena ada unsur permainan, model ini menyenangkan.

b. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

c. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.

d. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

Menurut Miftahul Huda model kooperatif tipe make a match juga memiliki kelemahan antara lain:30

a. Jika model kooperatif tipe make a match ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang.

29 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Malang: Pustaka Belajar),253.

30 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Malang: Pustaka Belajar), 253.

b. Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya

c. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.

2. Motivasi Belajar

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya.31 Jadi, perbuatan seseorang yang dilakukan berdasarkan motivasi akan mengandung tema sesuai motivasi yang didasarinya.

Motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul baik dari dalam maupun dari luar diri siswa, yang mampu menimbulkan semangat dan kegairahan belajar serta memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Tetapi menurut Clayton Alderfer dalam H. Nashar, motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.

Motivasi belajar juga merupakan kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan diri secara optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik, berprestasi dan kreatif. Menurut Clayton Alderfer dalam H. Nashar,

31 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta:

PT Bumi Aksara, 2016), 1.

dalam skripsi Setyowati motivasi belajar adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang (individu) untuk bertindak atau berbuat mencapai tujuan, sehingga perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan terjadi.32

Motivasi belajar menurut Uno adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator dari motivasi belajar dapat diklasifikasikan, menjadi:33

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

c. Adanya harapan atau cita-cita masa depan.

d. Adanya penghargaan dalam belajar.

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.34

Jadi dapat dikatakan bahwa motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan dan kebutuhan belajar, serta harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang

32 Setyowati, “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang”, (Skripsi, UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG, 2007),13-14.

33 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta:

PT Bumi Aksara, 2016), 1.

34 Fero Siske Yarangga, “Hubungan Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas III Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan Semarang”, (Skripsi, Universitas Negeri Semarang, 2016), 10-16.

kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Sehingga apabila keenam indikator tesebut terpenuhi dalam diri seorang siswa yang belajar maka dikatakan bahwa siswa tersebut telah memiliki motivasi belajar yang kuat.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Menurut Hamalik hasil belajar adalah apabila seseorang telah belajar lalu terjadi perubahan tingkah laku pada siswa, dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak paham menjadi paham.35 Nana sudjana menyatakan bahwa hasil belajar pada siswa hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.36

Dalam klasifikasi Bloom secara gasir besar membagi pada tiga ranah yaitu:

a. Ranah Kognitif, hasil belajar kognitif adalah perubahan tingkah laku yang terjadi akibat pengetahuan yang dimilikinya.

b. Ranah Afektif, hasil belajar afektif dibagi menjadi lima tingkatan yang berhubungan dengan sikap siswa selama proses pembelajaran, yaitu:

(a) Penerimaan yaitu kesediaan menerima rangsangan yang diterimanya. (b) Partisispasi yaitu kesediaan memberikan respon dengan berpartisipasi dalam kegiatan untuk menerima rangsangan. (c) Penilaian yaitu kesediaan untuk menentukan pilihan nilai dari

35 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2016), 3.

36 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 3.

rangsangan tersebut. (d) Organisasi yaitu kesediaan mengorganisasi untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku. (e) Internalisasi yaitu menjadikan nilai – nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.

c. Ranah prikomotorik, hasil belajar pada ranah ini berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan.

Berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua faktor,37 yaitu:

a. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri siswa) 1) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu sehat, sakit kepala, demam, pilek batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik.

2) Intelegensi dan Bakat

Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Jika seseorang mempunyai intelegensi yang

37 Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta.1997)

tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajar akan lebih mudah dibandingkan orang yang hanya memiliki intelegensi tinggi saja atau bakat saja.

3) Minat dan Motivasi

Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan agar datang dari sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan beberapa hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang atau bahagia. Begitu pula seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah dan semangat.

Motivasi berbeda dengan minat. Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong.

4) Cara belajar

Cara belajar seseorang juga memengaruhi pencapaian hasil belajaranya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memeperoleh hasil yang kurang.

b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri siswa) 1) Keluarga

Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya pendidikan, besar kecilnya penghasilan dan perhatian.

2) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut memengaruhi tingkat keberhasilan anak. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah dan sebagaianya, semua ini memengaruhi keberhasilan belajar.

3) Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya, rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak giat belajar.

4) Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat memengaruhi hasil belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan sebagainya semua ini akan memengaruhi kegairahan belajar.

4. Pola Bilangan38

Konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita mengklasifikasikan objek-objek atau peristiwa-peristiwa itu termasuk atau tidak ke dalam ide golongan tersebut.39 Jadi konsep pola adalah

38 Abdur Rahman As’ari, dkk, MATEMATIKA Kelas VII, (BSE: 2017), 5-33

39 Mohammad Kholil dan Fikri Apriyono,”Identifikasi Konsep Matematika Dalam Permainan Tradisional Di Kampung Belajar Tanoker Ledokombo Jember”, Indonesian Journal of Islamic Teaching,Vol. 1, No. 1, (Tahun 2018), 64.

objek atau peristiwa-peristiwa yang punya keteraturan. Pola bilangan merupakan materi yang diajarkan di sekolah menengah. Salah satu standar konten yang dipelajari yaitu bilangan dan operasi (number and operations) dan aljabar (algebra) yang di dalamnya berkaitan dengan pola.40 Pola bilangan erat kaitannya dengan pola penyusunan dan struktur matematika.

Pola bilangan matematika adalah susunan dari berbagai angka yang dapat membentuk suatu pola tertentu. Pola bilangan dapat diartikan sebagai suatu susunan bilangan yang memiliki bentuk teratur atau suatu bilangan yang tersusun dari beberapa bilangan lain yang membentuk suatu pola.

Menurut Aksin pola bilangan dapat diartikan sebagai susunan bilangan yang memiliki keteraturan.41 Materi pola bilangan merupakansalah satu materi yang dalam pembelajaraannya menggunakan pola sebagai dugaan penyelesaian masalah.42

Cara yang dapat digunakan untuk mengajarkan pola bilangan yaitu melalui kegiatan. Orton and Frobisher menyatakan bahwa banyak situasi yang disarankan untuk mengajarkan pola bilangan seperti yang menggunakan berbagai titik, susunan persegi dan segitiga. Namun, Orton and Orton (1994) menggunakan contoh pola titik (dot), pola batang korek api dan segitiga bilangan. Walle menyatakan bahwa dalam pembelajaran

40 Sri Handayani, Ratu Ilma Indra Putri dan Somakim, “Pemanfaatan Lego pada Pembelajaran Pola Bilangan”, Jurnal Didaktik Matematika, Vol. 2, No. 1, (Tahun 2015), 21.

41 Aksin, Matematika, (PT. Intan Pariwisata:2017), 3.

42 Putu Evi Paramithasari Wardana, I Nengah Suparta dan Sariyasa, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pola Bilangan Dengan Model Pembelajaran Ikrar Berorientasi Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa”, AdMathEdu, Vol.9 No.1 (Tahun 2019), 41

pola, siswa harus nyaman menciptakan dan meluaskan pola yang dapat dibangun dengan material fisik seperti ubin, pencacah atau tusuk gigi.43 Adapun macam-macam dari pola bilangan adalah:

a. Pola Bilangan Ganjil

Pola bilangan ganjil adalah pola bilangan yang tersusun atas bilangan-bilangan ganjil.

Contoh: 1, 3, 5, 7, . . . .

Berdasarkan pengertian dan contoh maka diperoleh rumus pola bilangan ganjil yaitu,

b. Pola Bilangan Genap

Pola bilangan genap adalah pola bilangan yang tersusun atas bilangan-bilangan genap.

Contoh: 2, 4, 6, 8, . . .

Berdasarkan pengertian dan contoh maka diperoleh rumus pola bilangan genap yaitu,

c. Pola Bilangan Persegi

Pola bilangan persegi adalah suatu barisan bilangan ketika disusun membentuk pola persegi. Pola persegi dikenal juga sebagai pola bilangan kuadrat

Contoh: 1, 4, 9, 16, 25, . . .

43 Sri Handayani, Ratu Ilma Indra Putri dan Somakim, “Pemanfaatan Lego pada Pembelajaran Pola Bilangan”, Jurnal Didaktik Matematika, Vol. 2, No. 1, (Tahun 2015), 22.

Pola bilangan di atas apabila digambar maka membentuk sebuah persegi seperti di bawah ini.

Berdasarkan pengertian dan contoh maka diperoleh rumus untuk menentukan pola bilangan persegi yaitu,

d. Pola Bilangan Persegi Panjang

Pola bilangan persegi panjang adalah suatu barisan bilangan ketika disusun membentuk pola persegi panjang.

Contoh: 2, 6, 12, 20, . . .

Berdasarkan pengertian dan contoh di atas maka diperoleh rumus untuk menentukan pola bilangan persegi panjang yaitu,

e. Pola Bilangan Segitiga

Pola bilangan segitiga adalah suatu barisan bilangan yang membentuk sebuah pola bilangan segitiga.

Contoh: 1, 3, 6, 10, 15, . . .

Berdasarkan pengertian dan contoh maka diperoleh rumus untuk menentukan pola bilangan segitiga yaitu,

f. Pola Bilangan Segitiga Pascal

Bilangan pascal ditemukan oleh orang Prancis bernama Blaise Pascal, sehingga dinamakan bilangan pascal. Bilangan pascal adalah bilangan yang terbentuk dari sebuah aturan geometri yang berisi susunan koefisien binomial yang bentuknya menyerupai segitiga. Di dalam segitiga pascal, bilangan yang terdapat pada satu baris yang sama dijumlahkan menghasilkan bilangan yang ada di baris bawahnya.

Jadi, pengertian pola bilangan pascal adalah suatu pola yang tersusun dari beberapa angka berdasarkan rumus, perhatikan gambar pola bilangan pascal berikut.

Rumus pola bilangan segitiga pascal:

42 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Sugiono menyatakan bahwa Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai sebuah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh dari perlakuan terhadap suatu kondisi yang telah dikendalikan. Pada penelitian ini perlakuan yang diberikan berupa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII di MTsN 5 Banyuwangi. Penelitian kuantitatif merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.44

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan data numerik yang dapat diolah dengan menggunakan statistik atau dalam pendekatan kuantitatif dituntut untuk menggunakan angka mulai dari pengumpulan data. Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma post positivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan observasi serta pengujian teori),

44 Sugiono, Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), 8.

menggunakan strategi penelitian seperti eksperimen dan survey yang memerlukan data statistik.45

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain quasy eskperimen dimana subjek diberi perlakuan.46 Bentuk penelitiannya adalah Post-test Only Control Group Design. Pada desain ini terdapat dua grup yang dipilih menngunakan metode purposive sampling. Kelompok pertama diberi perlakuan (X) disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang lain tidak diberi perlakuan (C) disebut kelompok kontrol.47 Dalam penelitian ini siswa akan diberikan angket untuk mengetahui motivasi belajar dan diberikan soal tes setelah diberikan treatment dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe make a match, maka langkah selanjutnya adalah mengambil data akhir yang berupa hasil angket siswa dan soal tes. Selisih skor data kelas eksperimen dan data kelas kontrol merupakan hasil dari dilakukannya perlakuan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

Tabel 3.1

Desain Penelitian Post-test Control Group Design Kelompok Perlakuan Posttest

Eksperimen X

Kontrol C

Keterangan:

A = Pengambilan sampel secara melalui metode purposive sampling

45 Emzir, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), 28

46 Mohammad Kholil dan Olvi Safianti, “Efektivitas Pembelajaran Penemuan Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Materi Barisan dan Deret”, Jurnal Pendidikan Matematika, No. 2 (Tahun 2019), 92.

47 Andi Ibrahim, Asrul Haq Alang, dkk., Metodologi Penelitian, (Makassar : Gunadarma Ilmu, 2018), 62

O1 = Postest (Variabel dependent yang diobservasi) hasil data akhir berupa data angket siswa dan hasil tes pada mata pelajaran matematika kelas eksperimen.

O2 = Postest (Variabel dependent yang diobservasi) hasil data akhir berupa data angket siswa dan hasil tes pada mata pelajaran matematika kelas kontrol.

C = Kontrol terhadap perlakuan (tidak ada treatment).

X = Perlakuan atau treatment yang diberikan (variabel independent).48 Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa materi pola bilangan pada siswa kelas VIII Di MTsN 5 Banyuwangi yang datanya dihitung secara kuantitatif. Adapun alur penelitiannya sebagai berikut:

48 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2015), 56

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Mulai

Kegiatan Pendahuluan:

1. Menetapkan dan meminta izin ke tempat penelitian

2. Membuat Proposal Penelitian

Menyusun Instrumen Penelitian

Menentukan Sampel

Uji Validitas Instrumen Penelitian

Valid?

Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabel?

Penyebaran Instrumen ke Sampel

Analisis Data

Hasil

Selesai

Revisi

Revisi tidak

tidak ya

ya

Eksperimen ke Sampel

Dokumen terkait